Puji syukur kami panjatakan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahamat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Urgensi Kontrak Dalam Menjaga Keadilan Dan Dinamisasi Bisnis di
Indonesia” dengan tepat waktu.
Makalah ini kami susun tidak hanya sekedar untuk melengkapi tugas mata
kuliah Pemgamtar Hukum Bisnis namun juga untuk menambah wawasan dan
pengetahuan bagi semua kalangan.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna sehingga kami
sangat mengharap kritik dan saran demi perbaikan makalah – makalah yang akan
datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................11
3.2 Saran.....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ketiga, agar dihindarinya suatu kerugian.
2.2. Syarat Sahnya Perjanjian (kontrak)
Menurut pasal 1320 KUHP kontrak adalah sah bila memenuhi syarat-
syarat sebagi berikut:
a. Syarat subjektif, syarat ini apabila dilanggar maka kontrak dapat
dibatalkan, meliputi:
b. Syarat objektif, syarat ini apabila dilanggar maka kontraknya batal demi
hukum, meliputi:
Asas konsensual adalah perjanjian itu ada sejak tercapai kata sepakat
antara pihak yang mengadakan perjanjian.
c) Asas facta sun servanda
2
Di samping itu, beberapa asas lain dalam standar kontrak:
Asas kepercayaan
Asas persamaan hak
Asas keseimbangan
Asas moral
Asas kepatutan
Asas kebiasaan
Asas kepastian hukum
yang dibolehkan
yang berlawanan dengan hukum (Abdul R. Saliman: 2004: 14).
2
Perjanjian kredit barang (contoh: perjanjian sewa beli, perjanjian sewa
guna usaha). (Abdul R. Saliman: 2005: 49).
2. Wanprestasi
Dalam perjanjian (kontrak) terkadang ada perselisihan-perselisihan,
perselisihan ini dikarenakan ada salah satu pihak yang tidak melaksanakan apa
2
yang diatur dalam perjanjian (kontrak), dan ini disebut wanprestasi. Bentuk-
bentuk wanprestasi:
1. tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.
2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.
3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian (kontrak) tidak boleh
dilakukannya.
Akibat dari wanprestasi itu biasanya dapat dikenakan sanksi berupa ganti rugi,
pembatalan kontrak, peralihan risiko, maupun membayar biaya perkara.
3. Keadaan memaksa
Menurut Soebekti (2001: 144), untuk dapat dikatakan suatu “keadaan memaksa”
bila keadaan itu:
Diluar kekuasaannya
Memaksa; atau
Tidak sapat diketahui sebelumnya.
Keadaan memaksa ada yang bersifat mutlak (absolute),contohnya, bencana
alam seperti banjir, gempa bumi, tanah longsor, dan lain-lain. Sedangkan yang
bersifat tidak mutlak (relative), contohnya berupa suatu keadaan dimana kontrak
masih dapat dilaksanakan, tetapi dengan biaya yang lebih tinggi, misalnya terjadi
perubahan harga yang tinggi secara mendadak akibat dari regulasi pemerintah
terhadap produk tertentu; krisis ekonomi yang mengakibatkan ekspor produk
terhenti sementar; dan lain-lain.
2
Jika ada bukti kelancaran dan bukti penghianatan(penipuan).
Adapaun prosedur pembatalan perjanjian adalah dengan cara terlebih dahulu
kepada pihak yang tersangkut dalam perjanjian tersebut diberitahukan, bahwa
perjanjian atau kesepakatan yang telah diikat akan dihentikan (dibatalkan), dalam
hal ini harus diberitahukan alasan pembatalan. Setelah waktu berlalu, maksudnya
agar pihak yang tersangkut dalam perjanjian mempunyai waktu untuk bersiap-
siap menghadapi risiko pembatalan.
2
Jika perdamaian telah disepakati para pihak, maka sewaktu sidang berjalan
akan dibuatkan akta perdamaian, dalam hal ini kedua belah pihak dihukum untuk
mentaati persetujuan yang dibuat. Akta perdamaian ini mempunyai kekuatan
hukum yang sama dengan suatu vonis hakim. Apabila jalan perdamaian tidak
dapat diselesaikan oleh para pihak, proses penyelesaian selanjutnya akan
memakan waktu yang panjang.
b) Jalur Arbitrase
Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang
bersengketa atau yang ditunjuk oleh pengadilan negeri atau lembaga
arbitrase,untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan
penyelesaiannnya melalui arbitrase.
2
Mengetahui peraturan perundang undangan ketenagakerjaan yang
dibuktikan dengan sertifikat atau bukti kelulusan telah mengikuti ujian
arbitrase
Memiliki pengalaman dibidang hubungan industrial sekurang kurangnya 5
tahun.
Penyelesaian perselisihan perjanjian (kontrak) bisnis melalui arbiter
dilakukan atas dasar kesepakatan para pihak yang berselisish kesepakatan tersebut
dibuat dalam bentuk surat perjanjian arbitrase, rangkap 3 dan masing masing
pihak mendapatkan satu yang mempunyai kekuatan hukum yang sama.
2
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kontrak adalah peristiwa di mana dua orang atau lebih saling berjanji
untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu, biasanya secara
tertulis. Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada
seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu
hal.
Suatu kontrak dianggap sah (legal) dan mengikat, maka perjanjian tersebut
harus memenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
3. Mengenai suatu hal tertentu Secara yuridis suatu perjanjian harus mengenai
hal tertentu yang telah disetujui.
2
memenuhi syarat subyektif, dan karena adanya wanprestasi dari debitur.
Perjanjian (Kontrak) baik di dunia bisnis maupun non bisnis ialah hal yang
sangat penting untuk diperhatikan karena menyangkut sebuah kepastian,
kejujuran, konsisten terhadap apa yang telah di sepakati dan hasil apa yang telah
disepakati berhubungan dengan rekan/pihak yang berkontrak dengan kita, baik
maupun buruk hasil kontrak terebut.
3.2 Saran
2
DAFTAR PUSTAKA
Saliman, Abdul Rasyid. 2005. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan
Contoh Kasus. Jakarta: Prenada Media.
Ibrahim, Johannes & Sewu, Lindawaty. 2003. Hukum Bisnis dalam Persepsi
Manusia Modern. Bandung: Refika Aditama.
Abdullah, Junaidi. 2010. Aspek Hukum dalam Bisnis. Kudus: Nora Media
Enterprise.