Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUKUM PERIKATAN DAN PERJANJIAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK
KELOMPOK 4

FIRA SAFITRIYANI

NURHAMIDAH

ULLY YANTI

SOFIA

EVI KUSNAWATI

YOGA DANU PRASTYO

MUHAMMAD NAUVAL RAVI

DOSEN PEMBIMBING :
YUSNEDI,SH.HUM

HERMANTO,SE.MM

INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS INDRAGIRI (ITB-I)


RENGAT
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah menumbuhkan tumbuhan demi

kesejahterann manusia juga sekaligus sebagai pengobat bagi mahklukNya, tidak

lupa juga shalawat beriring salam kita hadiahkan dan senantiasa tercurahkan

kepada Nabi junjungan alam yaitu Muhammad Saw, karna tanpa beliau nikmatnya

Islam tidak mungkin kita rasakan sekarang ini.

Ucapan terima kasih penulis kepada Dosen yang telah membimbing,

sehingga makalah ini dapat terselesaikan, bagi teman-teman yang telah

memberikan dorongan dan semangat untuk penulis ucapan terima kasih tak

terhingga, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat

banyak kesalahan. Untuk itu diharapkan kritik saran yang membangun agar ke

depannya penulis bisa lebih baik lagi, akhirukallam wassalamualaikum wr.wb.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………... i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….

ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang…………………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………. 1

C. Tujuan……………………………………..………………………………. 1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….

A. Pengertian Hukum Perikatan ……….………..…………………………….

B. Sumber Perikatan...........................................................................................

C. HukumPerjanjian..........................................................................................4

D. Syarat Sah Perjanjian.....................................................................................

E. Wanprestasi..................................................................................................5

BAB III PENUTUP…………………………………………………..…………. 7

A. Kesimpulan………………………………………………………………….

B.Saran………………………………………………………………………...7

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….... 8

iii
i

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah perikatan lebih umum digunakan dalam literatur hukum di

Indonesia. Perikatan pada hal ini bermaksud ; hal yang mengikat orang yang satu

terhadap orang yang lain. Dengan demikian, perikatan yang terjadi antara orang

yang satu dengan yang lain itu disebut hubungan hukum.

Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain/lebih (Pasal 1313 BW). Pengertian

perjanjian ini mengandung unsur perbuatan, satu orang atau lebih terhadap satu

orang lain atau lebih, dan mengikatkan dirinya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian hukum perikatan ?

2. Apa saja sumber perikatan ?

3. Apa itu hukum perjanjian ?

4. Sebutkan syarat sah perjanjian ?

5. Apa itu wanprestasi ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian hukum perikatan

2. Untuk mengetahui sumber perikatan

3. Untuk mengetahui hukum perjanjian

4. Untuk mengetahui syarat sah perjanjian

5. Untuk mengetahui apa itu wanprestasi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Perikatan

Dalam bahasa Belanda perikatan disebut “ver bintenis”. Istilah perikatan


lebih umum digunakan dalam literatur hukum di Indonesia. Perikatan pada hal ini
bermaksud ; hal yang mengikat orang yang satu terhadap orang yang lain. Dengan
demikian, perikatan yang terjadi antara orang yang satu dengan yang lain itu
disebut hubungan hukum.

Jika dirumuskan, perikatan adalah adalah suatu hubungan hukum dalam


lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih di mana pihak yang satu
berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu. Hubungan hukum
dalam harta kekayaan ini merupakan suatu akibat hukum, akibat hukum dari suatu
perjanjian atau peristiwa hukum lain yang menimbulkan perikatan. Dari rumusan
ini dapat diketahui bahwa perikatan itu terdapat dalam bidang hukum harta
kekayaan (law of property), juga terdapat dalam bidang hukum keluarga (family
law), dalam bidang hukum waris (law of succession) serta dalam bidang hukum
pribadi (pers onal law).

Menurut ilmu pengetahuan Hukum Perdata, pengertian perikatan adalah


suatu hubungan dalam lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih
dimana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas
sesuatu.

B. Sumber Perikatan

Sumber perikatan ada 2 (dua) yaitu perikatan yang lahir karena kontrak
dan perikatan yang lahir karena undang-undang (wet). Hal ini diatur dalam Pasal
1233 KUH Perdata.

Berdasarkan Pasal 1352 KUH Perdata. Perikatan yang lahir dari


undang-undang adalah perikatan yang besumber dari undang-undang saja, dan
perikatan yang bersumber dari undang - undang sebagai akibat perbuatan
manusia.

Perikatan yang lahir dari undang-undang sebagai akibat perbuatan manusia


dibagi 2 (dua) yaitu perikatan yang terbit dari perbuatan yang halal (rechtmatig)
diatur dalam Pasal 1357 KUHPerdata dan perbuatan melawan hukum
(onrechtmatigedaad) diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata.
Pembentuk undang-undang menentukan figur dari perikatan yang lahir
dari undang-undang karena perbuatan manusia yang halal, antara lain perbuatan
mewakili orang lain (zaakwaarneming, Pasal 1354 KUH Perdata), pembayaran
hutang yang tidak diwajibkan (onverschuldigde betaling, Pasal 1359 ayat 1
2
KUHPerdata), perikatan wajar (natuurlijkeverbintenis, Pasal 1359 ayat 2 KUH
Perdata).Perikatan yang lahir dari undang-undang sebagai perbuatan manusia
yang melawan hukum ditetapkan bukan saja karena salahnya orang melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang juga karena perbuatan dari
orang tersebut bertentangan dengan hukum tidak tertulis (unwritten law).

Persyaratan perbuatan melawan hukum menurut Pasal 1365 KUHPerdata


adalah :
1. Harus terdapat perbuatan subjek hukum baik yang bersifat positif atau
negative.
2. Perbuatan itu harus bersifat melawan hukum.
3. Harus ada kerugian.
4. Harus ada hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dengan ganti
kerugian.
5. Harus ada kesalahan.

Dalam perkembangannya, perbuatan melawan hukum tersebut tidak saja


melanggar ketentuan hukum tertulis tetapi juga hukum tidak tertulis. Pada
awalnya dengan arrest Juffrouw Zutphen, perbuatan melawan hukum hanya suatu
perbuatan yang bertentangan dengan Pasal 1365 KUH Perdata saja, kemudian
terjadi perubahan dengan munculnya kasus Linden baum –Cohen tahun 1919.
Setelah tahun 1919 pengertian perbuatan melawan hukum diperluas yaitu
melanggar kesusilaan dan kepatutan yang terdapat dalam masyarakat serta kurang
bersikap hati-hati yang menimbulkan kerugian bagi orang lain.

Jadi, kerugian yang dialami seseorang atau kelompok oleh akibat


perbuatan orang lain bukan karena diperjanjikan terlebih dahulu. Kalau
diperjanjikan berarti kesalahan itu termasuk dalam kategori wanprestasi.
Untuk perikatan yang lahir dari perjanjian, diatu dalam Pasal 1313 KUH Perdata,
yaitu “suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang yang lain atau lebih”.

Tindakan/perbuatan (handeling) yang menciptakan perjanjian


(overeenkomst) berisi pernyataan kehendak (wilsverklaring) antara para pihak,
akan tetapi meskipun Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan bahwa perjanjian
adalah tindakan atau perbuatan (handeling), tindakan yang dimaksud dalam hal ini
adalah tindakan atau perbuatan hukum (rechtshandeling), sebab tidak semua
tindakan/perbuatan mempunyai akibat hukum (rechtgevolg).

C. Hukum Perjanjian

Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain/lebih (Pasal 1313 BW). Pengertian
perjanjian ini mengandung unsur :
a. Perbuatan,

3
Penggunaan kata “Perbuatan” pada perumusan tentang Perjanjian ini lebih tepat
jika diganti dengan kata perbuatan hukum atau tindakan hukum, karena
perbuatan tersebut membawa akibat hukum bagi para pihak yang
memperjanjikan;
b. Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih, Untuk adanya suatu
perjanjian, paling sedikit harus ada dua pihak yang saling berhadap-hadapan
dan saling memberikan pernyataan yang cocok/pas satu sama lain. Pihak
tersebut adalah orang atau badan hukum.
c. Mengikatkan dirinya,
Di dalam perjanjian terdapat unsur janji yang diberikan oleh pihak yang satu
kepada pihak yang lain. Dalam perjanjian ini orang terikat kepada akibat hukum
yang muncul karena kehendaknya sendiri.

D. Syatat Sah Perjanjian

Agar suatu Perjanjian dapat menjadi sah dan mengikat para pihak, perjanjian
harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320 BW
yaitu :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
Kata “sepakat” tidak boleh disebabkan adanya kekhilafan mengenai hakekat
barang yang menjadi pokok persetujuan atau kekhilafan mengenai diri pihak
lawannya dalam persetujuan yang dibuat terutama mengingat dirinya orang
tersebut; adanya paksaan dimana seseorang melakukan perbuatan karena takut
ancaman (Pasal 1324 BW); adanya penipuan yang tidak hanya mengenai
kebohongan tetapi juga adanya tipu muslihat (Pasal 1328 BW). Terhadap
perjanjian yang dibuat atas dasar “sepakat” berdasarkan alasan-alasan tersebut,
dapat diajukan pembatalan.
2. Cakap untuk membuat perikatan.
Para pihak mampu membuat suatu perjanjian. Kata mampu dalam hal ini adalah
bahwa para pihak telah dewasa, tidak dibawah pengawasan karena prerilaku
yang tidak stabil dan bukan orang-orang yang dalam undang-undang dilarang
membuat suatu perjanjian.
3. Suatu hal tertentu;
Perjanjian harus menentukan jenis objek yang diperjanjikan. Jika tidak, maka
perjanjian itu batal demi hukum. Pasal 1332 BW menentukan hanya barangbarang
yang dapat diperdagangkan yang dapat menjadi obyek perjanjian, dan
berdasarkan Pasal 1334 BW barang-barang yang baru akan ada di kemudian hari
dapat menjadi obyek perjanjian kecuali jika dilarang oleh undang-undang secara
tegas.
4. Suatu sebab atau causa yang halal.
Sahnya causa dari suatu persetujuan ditentukan pada saat perjanjian dibuat.
Perjanjian tanpa causa yang halal adalah batal demi hukum, kecuali ditentukan
lain oleh undang-undang.

4
Syarat pertama dan kedua menyangkut subyek, sedangkan syarat ketiga dan
keempat mengenai obyek.

E. Wanprestasi

Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti prestasi buruk.


Dapat dikatakan wanprestasi, apabila si berutang (debitur) tidak melakukan apa
yang dijanjikan. “Ia alpa atau lalai atau ingkar janji atau juga ia melanggar
perjanjian, bila ia melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh
dilakukannya.”
Dengan demikian, wanprestasi adalah perbuatan lalai yang dilakukan oleh
pihak debitur atas perjanjian yang ia buat bersama-sama dengan pihak kreditur.
Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seorang debitur dapat berupa 4 (empat)
macam, yaitu :

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya,


2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana
dijanjikan,
3. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat.
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Akibat-akibat wansprestasi berupa hukuman atau akibat-akibat bagi debitur


yang melakukan wansprestasi , dapat digolongkan menjadi :

1. Membayar Kerugian yang Diderita oleh Kreditur (Ganti Rugi)

Ganti rugi sering diperinci meliputi tinga unsur, yakni:

1. Biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah


dikeluarkan oleh salah satu pihak;
2. Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditor
yang diakibat oleh kelalaian si debitor;
3. Bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang sudah
dibayangkan atau dihitung oleh kreditor.
4. Pembatalan Perjanjian atau Pemecahan Perjanjian

Di dalam pembatasan tuntutan ganti rugi telah diatur dalam Pasal 1247 dan
Pasal 1248 KUH Perdata. Pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian
bertujuan membawa kedua belah pihak kembali pada keadaan sebelum perjanjian
diadakan.

5
2. Peralihan Risiko

Peralihan risiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian jika terjadi suatu
peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa barang dan menjadi
obyek perjanjian sesuai dengan Pasal 1237 KUH perdata.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut ilmu pengetahuan Hukum Perdata, pengertian perikatan adalah


suatu hubungan dalam lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih
dimana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas
sesuatu.

Sumber perikatan ada 2 (dua) yaitu perikatan yang lahir karena kontrak
dan perikatan yang lahir karena undang-undang (wet). Hal ini diatur dalam Pasal
1233 KUH Perdata.

Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain/lebih (Pasal 1313 BW).

Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti prestasi buruk.


Dapat dikatakan wanprestasi, apabila si berutang (debitur) tidak melakukan apa
yang dijanjikan. “Ia alpa atau lalai atau ingkar janji atau juga ia melanggar
perjanjian, bila ia melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh
dilakukannya.”
Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seorang debitur dapat berupa 4
(empat) macam, yaitu :

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya,


2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana
dijanjikan,
3. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat.
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukannya.

B. Saran

Makalah ini dibuat untuk memberi motivasi pada pembaca agar dapat lebih
memahamitentang manajemen. Semoga makalah ini berguna, saran dan kritiknya
kami harapkan dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://www.saplaw.top/tag/hukum-perikatan/

https://bantuanhukum-sbm.com/artikel-sumber-hukum-perikatan

file:///C:/Users/sriani/Downloads/Hukum%20Perikatan%20-%20Erna

%20Amalia.pdf

https://www.hukumonline.com/klinik/a/macam-macam-perjanjian-dan-syarat-

sahnya-lt4c3d1e98bb1bc

https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/08/12/wanprestasi-adalah

Anda mungkin juga menyukai