Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUKUM KONTRAK

Tentang

“Pendahuluan: Pengertian, Dasar Hukum, Sumber dan Jenis Hukum Kontrak”

Disusun oleh :
Kelompok 1

1. Husna Maisarah (1816050001)


2. Amara Fitriani Aji (1816050002)
3. Nisa Ul-Ikhlas (1816050003)
4. Fitria Asya (1816050004)
5. Alisya Salsabila (1816050038)

Dosen Pembimbing :
Aslan Deri Ichsandi, SH

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH-A


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN )
IMAM BONJOL PADANG
1441 H / 2020 M

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Salawat dan
salam semoga dilimpahkan atas Nabi besar Muhammad SAW. Salah satu momen teragung
dalam hidup adalah kala hati kita membungkuk mengucapakan “terima kasih”. Makalah ini tidak
akan selesai tanpa bantuan banyak pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Aslan
Deri Ichsandi, SH selaku dosen pembimbing mata kuliah Hukum Kontrak yang telah
meluangkan waktu untuk membaca dan mengomentari makalah ini, juga semangatnya yang
“ditularkan” pada penulis untuk menyusun makalah ini dengan baik dan benar.

Sembah sujud Ananda untuk kedua orang tua tercinta yang telah banyak berkorban serta doa
yang tiada henti yang selalu menyertai setiap langkah Ananda. Terakhir kepada teman
sekelompok yang banyak memberikan bantuan, motivasinya, dan ide yang berguna bagi
penyusunan makalah ini.

Namun demikian, Ananda menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna . Oleh karena
itu, Ananda sangat mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya dapat Ananda gunakan
sebagai masukan untuk perbaikan makalah inI, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin

Sungai Bangek, 10 Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................4
C. Tujuan .....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Kontrak.....................................................................5
B. Dasar Hukum Kontrak............................................................................7
C. Sumber Hukum Kontrak.........................................................................7
D. Jenis Hukum Kontrak .............................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................12
B. Saran .......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perjanjian diatur dalam pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata),
yaitu “suatu perbuatan yang mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih”.Berbeda dengan perikatan yang merupakan suatu hubungan hukum,
perjanjian merupakan suatu perbuatan hukum.Perbuatan hukum itulah yang menimbulkan
adanya hubungan hukum perikatan, sehingga dapat dikatakan bahwa perjanjian merupakan
sumber perikatan.
Disamping perjanjian kita mengenal pula istilah kontrak. Secara gramatikal, istilah kontrak
berasal dari bahasa Inggris, contract. Baik perjanjian maupun kontrak mengandung pengertian
yang sama, yaitu suatu perbuatan hukum untuk saling mengikatkan para pihak kedalam suatu
hubungan hukum perikatan. Istilah kontrak lebih sering digunakan dalam praktek
bisnis.Karena jarang sekali orang menjalankan bisnis mereka secara asal-asalan, maka
kontrak-kontrak bisnis biasanya dibuat secara tertulis, sehingga kontrak dapat juga disebut
sebagai perjanjian yang dibuat secara tertulis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hukum kontrak?
2. Apa dasar hukum kontrak?
3. Apa sumber hukum kontrak?
4. Apa jenis-jenis dari hukum kontrak?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian hukum kontrak.
2. Mengetahui dasar hukum kontrak.
3. Mengetahui sumber hukum kontrak.
4. Mengetahui jenis-jenis dari hukum kontrak.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Kontrak


Kontrak atau contracts (dalam bahasa inggris) dan everencomst (dalam bahasa belanda)
dalam pengertian yang lebih luas sering dinamakan juga dengan istilah perjanjian. Kontrak
adalah peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu perbuatan tertentu, biasanya secara tertulis.Para pihak yang bersepakat
mengenai hal-hal yang diperjanjikan, berkewajiban untuk menaati dan melaksanakannya,
sehingga perjanjian tersebut menimbulkan hubungan hukum yang disebut perikatan.Dengan
demikian kontrak dapat menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang membuat
kontrak tersebut, karena itu kontrak yang mereka buat adalah sumber hukum formal, asal
kontrak tersebut adalah kontrak yang sah.1
1. Definisi Kontrak Menurut Para Ahli
a. Menurut UU KUH Perdata dalam Buku 2 bab 1 tentang Periktan pasal 1313,
menyebutkan Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih
mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.2
b. Setiawan menilai bahwa rumusan Pasal 1313 BW tersebut selain tidak lengkap juga
terlalu luas. Dinilai tidak lengkap karena hanya menyebutkan persetujuan sepihak saja.
Disebut sangat luas karena kata “perbuatan” mencakup juga perwakilan sukarela dan
perbuatan melawan hukum. Karenanya, Setiawan mengusulkan perumusannya menjadi
“perjanjian adalah perbuatan hukum, dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih3.”
c. Dalam KBBI4, kontrak adalah:
i. Perjanjian (secara tertulis) antara dua pihak dalam perdagangan, sewa-menyewa,
dsb.

1
Abdul R.Saliman, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, (Prenada Media, Jakarta, 2004), hlm. 12.
2
UU KUH Perdata. Buku II Bab 1 tentang Perikatan yang Lahir dari Kontrak atau Persetujuan.
3
Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, (Jakarta: Bina Cipta, 198), hlm. 49.
4
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa. Depdiknas RI. 2008.

5
ii. Persetujuan yang bersanksi hukum antara dua pihak atau lebih untuk melakukan
atau tidak melakukan kegiatan.
iii. Mengikat dengan perjanjian (tentang mempekerjakan orang dsb).
iv. Menyewa.
d. Polak menganggap bahwa suatu persetujuan tidak lain adalah suatu perjanjian yang
mengakibatkan hak dan kewajiban.5
2. Definisi Perikatan Menurut Para Ahli
Dalam KUH Perdata Buku III tentang Perikatan (van verbintenis) tidak mendefenisikan
tentang perikatan. Akan tetapi diawali dengan pasal 1233 BW mengenai sumber-sumber
perikatan, yaitu Perikatan, lahir karena suatu persetujuan atau karena undang-undang.
Dengan demikian kontrak atau perjanjian merupakan salah satu dari dua dasar hukum yang
ada selain dari undang-undang yang dapat menimbulkan perikatan.
Menurut C. Asser, ciri utama perikatan adalah hubungan hukum antara para pihak, yang
menimbulkan hak (prestasi) dan kewajiban (kontra prestasi) yang saling dipertukarkan oleh
para pihak.6
Menurut AgusYudha Hernoko, terdapat 4 (empat) unsur perikatan, yaitu:
a. Hubungan hukum, artinya perikatan yang dimaksud disini adalah bentuk hubungan
hukum yang menimbulkan akibat hukum;
b. Bersifat harta kekayaan, artinya sesuai dengan tempat pengaturan perikatan di buku iii
bw yang termasuk di dalam sistematika hukum harta kekayaan (vermogensrecht), maka
hubungan yang terjalin antar para pihak tersebut berorientasi pada harta kekayaan;
c. Para pihak, artinya dalam hubungan hukum tersebut melibatkan pihak-pihak sebagai
subyek hukum.
d. Prestasi, artinya hubungan hukum tersebut melahirkan kewajiban-kewajiban (prestasi)
kepada para pihaknya (prestasi - kontra prestasi), yang pada kondisi tertentu dapat
dipaksakan pemenuhannya, bahkan apabila diperlukan menggunakan alat negara.7

5
Mashudi & Mohammad Chidir Ali, Bab-bab Hukum Perikatan, (Bandung: Mandar Maju, 1995), hlm. 56.
6
C. Asser, Pengkajian Hukum Perdata Belanda, (Jakarta: Dian Rakyat, 199), hlm. 5.
7
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian: Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, (Yogyakarta:
LaksBang Mediatama, 2008), hlm. 18.

6
Jadi dapat disimpulkan, hukum kontrak adalah norma/kaidah/aturan hukum yang mengatur
hubungan antara belah pihak berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum
dalam melaksanakan objek perjanjian atau prestasi.

B. Dasar Hukum Kontrak


Hukum kontrak diatur dalam Buku III KUH Perdata, yang terdiri dari 18 bab dan 631
pasal. Dimulai dari Pasal 1233 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1864 KUH Perdata. Secara
lebih terperinci.8
1. Perikatan pada Umumnya (Pasal 1233 – 1312).
2. Perikatan yang Dilahirkan dari Perjanjian (Pasal 1313 – 1351).
3. Hapusnya Perikatan (Pasal 1381 – 1456).
4. Jual Beli (Pasal 1457 – 1540).
5. Tukar Menukar (Pasal 1541 – 1546).
6. Sewa Menyewa (Pasal 1548 – 1600).
7. Persetujuan untuk Melakukan Pekerjaan (Pasal 1601 – 1617).
8. Persekutuan (Pasal 1618 – 1652).
9. Badan Hukum (Pasal 1653 – 1665).
10. Hibah (Pasal 1666 – 1693).
11. Penitipan Barang (Pasal 1694 – 1739).
12. Pinjam Pakai (Pasal 1740 – 1753).
13. Pinjam-Meminjam (Pasal 1754 – 1769).
14. Bunga Tetap atau Abadi (Pasal 1770 – 1773)
15. Perjanjian Untung-untungan (Pasal 1774 – 1791).
16. Pemberian Kuasa (Pasal 1792 – 1819).
17. Penanggung Utang (Pasal 1820 – 1850).
18. Perdamaian (Pasal 1851 – 1864 Kuhperdata).
C. Sumber Hukum Kontrak
1. Sumber Hukum Kontrak dalam Civil Law
Pada dasarnya sumber hukum kontrak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

8
UU KUH Perdata, Buku I Bab 1 tentang Perikatan pada Umumnya.

7
a. Sumber Hukum Materiil, ialah tempat dari mana materi hukum itu diambil. Sumber
hukum materil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya
hubungan sosial, kekuatan politik, stuasi sosial ekonomi, tradisi (pandangan keagamaan
dan kesusilaan), hasil penelitian ilmiah, perkebangan internasional, dan keadaan
geografis.
b. Sumber Hukum Formiil, merupakan tempat memperoleh kekuatan hukum, ini berkaitan
dengan bentuk atau cara yang menyebabkan peraturan hukum formal itu berlaku. Yang
diakui umum sebagai hukum formiil ialah Undang-undang, perjanjian antar negara,
yurisprudensi, dan kebiasaan. Keempat hukum formil ini juga merupakan sumber
hukum kontrak
Sumber hukum kontrak yang berasal dari peraturan perundang-undangan:
a. Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB)
b. KUH Perdata (BW)
c. KUH Dagang
d. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
e. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi
f. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Pilihan
Penyelesaian Sengketa.
g. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 Tentang Perjanjian Internasional, dll.
2. Sumber Hukum Kontrak Amerika (Common Law).
Dalam hukum kontrak Amerika (Common Law), sumber hukum dibagi menjadi dua
kategori, yaitu sumber hukum primer dan sekunder.
a. Sumber hukum primer, merupakan sumber hukum yang utama, para pengacara dan
hakim menganggap bahwa sumber primer dianggap sebagai hukum itu sendiri. Sumber
hukum primer meliputi Keputusan hakim (Judicial Opinion), Statuta, dan peraturan
lainnya.
b. Sumber hukum sekunder, merupakan sumber hukum yang kedua, sumber hukum
sekunder ini mempunyai pengaruh dalam pengadilan, karena pengadilan dapat mengacu
pada sumber hukum sekunder tersebut. Sumber hukum sekunder ini terdiri dari:

8
1) Restatement, merupakan hasil rumusan ulang tentang hukum. Rumusan ini dilakukan
karena timbulnya ketidak pastian dan kurangnya keseragaman dalam hukum dangang
(Commercial Law). Menyerupai uu , meliputi; black letter, pernyataan-pernyataan
dari “aturan umum”
2) Legal Commentary (Komentar Hukum), dianalogikan dengan doktrin dalam hukum
kontinental, karena Commentary Of Law merupakan pendapat atau ajaran-ajaran dari
para pakar tentang hukum kontrak.
D. Jenis-jenis Hukum Kontrak
Tentang jenis-jenis kontrak KUHP tidak secara khusus mengaturnya. Penggolongan yang
umum dikenal ialah penggolongan kedalam kontrak timbal balik atau kontrak asas beban, dan
kontrak sepihak atau kontrak tanpa beban atau kontrak cuma-cuma.
1. Kontrak timbal balik merupakan perjanjian yang didalamnya masing-masing pihak
menyandang status sebagai berhak dan berkewajiban atau sebagai kreditur dan debitur
secara timbal balik, kreditur pada pihak yang satu maka bagi pihak lainnya adalah sebagai
debitur, begitu juga sebaliknya.
2. Kontrak sepihak merupakan perjanjian yang mewajibkan pihak yang satu untuk berprestasi
dan memberi hak pada yang lain untuk menerima prestasi. Contohnya perjanjian
pemberian kuasa dengan cuma-cuma, perjanjian pinjam pakai cuma-cuma, perjanjian
pinjam pengganti cuma-cuma, dan penitipan barang dengan cuma-cuma.
Arti penting pembedaan tersebut ialah:
Berkaitan dengan aturan resiko, pada perjanjian sepihak resiko ada pada para kreditur,
sedangkan pada perjanjian timbal balik resiko ada pada debitur, kecuali pada perjanjian
jual beli. Berkaitan dengan perjanjian syarat batal, pada perjanjian timbal balik selalu
dipersengketakan. Jika suatu perjanjian timbal balik saat pernyataan pailit baik oleh debitur
maupun lawan janji tidak dipenuhi seluruh atau sebagian dari padanya maka lawan
janjinya berhak mensomir BHP. Untuk jangka waktu 8 hari menyatakan apakah mereka
mau mempertahankan perjanjian tersebut.
Kontrak menurut namanya dibedakan menjadi dua, yaitu kontrak bernama atau kontrak
nominat, dan kontrak tidak bernama atau kontrak innominat. Dalam buku III KUHP
tercantum bahwa:

9
1. Perjanjian bernama (nominaat) adalah perjanjian yang sudah diatur dan diberi nama di
dalam KUHPerdata. Kontrak bernama adalah kontrak jual beli, tukar menukar, sewa-
menyewa, hibah, penitipan barang, pinjam pakai, pinjam meminjam, pemberian kuasa,
penanggungan utang, perdamaian, dll.
2. Perjanjian tidak bernama (innominat) adalah perjanjian yang tidak diatur dalam KUHPT,
namun perjanjaian berkembang dalam masyarakat. Contoh: perjanjian kerja sama,
perjanjian pemasaran, perjanjian pengelolaan. Kontrak tidak bernama adalah kontrak yang
timbul, tumbuh, dan berkembang dalam masyarakat. Jenis kontrak ini belum tercantum
dalam kitab undang-undang hukum perdata. Yang termasuk dalam kontrak ini misalnya
leasing, sewa-beli, keagenan, franchise, kontrak rahim, joint venture, kontrak karya,
production sharing.
Kontrak menurut bentuknya dibedakan menjadi kontrak lisan dan kontrak tertulis.
1. Kontrak lisan adalah kontrak yang dibuat secara lisan tanpa dituangkan kedalam tulisan.
Kontrak-kontrak yang terdapat dalam buku III KUHP dapat dikatakan umumnya
merupakan kontrak lisan, kecuali yang disebut dalam pasal 1682 KUHP yaitu kontrak
hibah yang harus dilakukan dengan akta notaris.
2. Kontrak tertulis adalah kontrak yang dituangkan dalam tulisan. Tulisan itu bisa dibuat oleh
para pihak sendiri atau dibuat oleh pejabat, misalnya notaris. Didalam kontrak tertulis
kesepakatan lisan sebagaimana yang digambarkan oleh pasal 1320 KUHP, kemudian
dituangkan dalam tulisan.
Jenis-jenis hukum kontrak yang lain diantaranya:
1. Perjanjian Cuma- Cuma ( pasal 1314 KUH Perdata), suatu persetujuan dengan cuma-cuma
adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan
kepada pihak yang lain, tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri. perjanjian
dengan cuma-cuma adalah perjanjian yang memberikan keuntungan bagi salah satu pihak
saja. Misalnya: Hibah
2. Perjanjian atas Beban, perjanjian atas beban adalah perjanjian dimana terhadap prestasi
dari pihak yang satu selalu terdapat kontrak prestasi dari pihak lain dan antara kedua
prestasi itu ada hubungannya menurut hukum. Jadi, dua pihak dalam memberikan prestasi
tidak imbang. Contoh: Perjanjian pinjam pakai (debitur mempunyai hak bebas untuk

10
mengembalikan barang, sedangkan kreditur tidak). Perjanjian cuma-cuma dan atas beban
penekanan perbedaannya ada di prestasi.
3. Perjanjian Konsesual, adalah perjanjian di mana diantara kedua belah pihak telah tercapai
persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan. Menurut KUHPerdata, perjanjian ini
sudah mempunyai kekuatan mengikat. (Pasal 1338).
4. Perjanjian Riil, perjanjian yang hanya berlaku sesudah terjadi penyerahan barang.
Misalnya: Perjanjian penitipan barang, prjanjian pinjam pakai.
5. Perjanjian Formil, perjanjian yang harus memakai akta nota riil. Contoh: jual beli tanah,
6. Perjanjian Obligatoir, adalah perjanjian yang dimana pihak pihak sepakat, mengikat diri
untuk melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak lain. Perjanjian obligatoir hanya
melahirkan hak dan kewajiban saja, pelaksanaanya nanti.
7. Perjanjian Liberatoir, adalah perjanjian dimana para pihak membebaskan diri dari
kewajiban yang ada. Misalnya: pembebasan Utang.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kontrak dapat dilakukan oleh semua orang yang berkebutuhan terhadapnya. Dalam
kontrak itu terdapat akad antara orang yang mengontrak dan yang dikontrak. Serta terdapat
kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai bayaran, tenggang waktu, dan jenis
pekerjaannya.
Kontrak memiliki kuasa hukum yang kuat. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
telah ditulis dan disepakati oleh bangsa Indonesia sebagai acuan hukum dari padanya. Yang
tertulis di buku III tentang Perikatan yang terdiri dari 18 Bab dari pasal 1233 – 1864.
Kontrak dapat mempermudah kegiatan kita. Yang berasaskan menggerakkan sumber daya
dari nilai penggunaan yang lebih rendah menjadi nilai yang lebih tinggi dalam bidang
ekonomi
B. Saran
Penulis berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

C. Asser. 1999. Pengkajian Hukum Perdata Belanda. Jakarta: Dian Rakyat.

Hernoko, Agus Yudha. 2008. Hukum Perjanjian: Asas Proporsionalitas dalam Kontrak
Komersial. Yogyakarta: LaksBang Mediatama.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa. Depdiknas RI. 2008.

Mashudi & Mohammad Chidir Ali. 1995. Bab-bab Hukum Perikatan. Bandung: Mandar Maju.

Saliman, Abdul R. 2004. Esensi Hukum Bisnis Indonesia. Jakarta: Prenada Media.

Setiawan. 1998. Pokok-pokok Hukum Perikatan. Jakarta: Bina Cipta.

UU KUH Perdata, Buku I Bab 1 tentang Perikatan pada Umumnya.

UU KUH Perdata. Buku II Bab 1 tentang Perikatan yang Lahir dari Kontrak atau Persetujuan.

13

Anda mungkin juga menyukai