Anda di halaman 1dari 16

HUKUM PERDATA

HENDRIK TJANDRA (NIM : 010002102006)


RIKARDUS MOAN BAGA (NIM : 010002102013)
 ISTILAH HUKUM PERDATA MENURUT
Definisi hukum perdata menurut Pakar /
ISINYA DIBAGI MENJADI DUA :
Sarjana Hukum :
hukum privat yaitu, hukum yang mengatur
hubungan-hubungan antara orang yang satu • Subekti ;
dengan orang yang lain. (contohnya hukum Hukum Perdata dalam arti yang luas meliputi
perdata dan hukum dagang) semua hukum “privat material”, yaitu segala hukum
pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan
Hukum Publik (Publickrecht), yaitu hukum
perseorangan.
yang mengatur hubungan antara negara dengan
alat kelengkapannya atau negara dengan • Van Dunne ;
perorangan.
Hukum Perdata merupakan suatu peraturan yang
mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi
kebebasan individu, seperti : orang dan keluarga, hak
milik dan perikatan.
• Sudikno Mertokusumo
Hukum perdata adalah hukum antar perorangan yang
mengatur hak dan kewajiban orang-perseorangan yang
satu terhadap yang lain dari dalam hubungan
kekeluargaan dan di dalam pergaulan masyarakat yang
pelaksanaannya diserahkan masing-masing pihak.
• Hukum perdata dapat dibedakan menjadi 2
(dua) macam, yaitu
 Tertulis; terdapat di dalam peraturan
perundang-undangan, seperti : KUH
Perdata / BW.
 Tidak tertulis; hukum perdata yang
timbul tumbuh dan berkembang dalam
KAIDAH DAN praktik kemasyarakatan (kebiasaan /
LUAS HUKUM adat).
• Subyek Hukum Perdata, dibedakan menjadi
PERDATA 2 (dua) macam, yaitu
 Manusia dan badan hukum.
• Luas kajian Hukum Perdata
dibedakan menjadi 2 (dua) macam :
 Dalam arti luas : obyek kajiannya merujuk
pada bahan hukum yang tertera dalam
KUH Perdata (BW) dan KUHD (WvK).
 Dalam arti sempit : terdapat dalam KUH
SISTEMATIKA HUKUM PERDATA
MENURUT
PEMBAGIANNYA MENURUT ILMU
BERDASARKAN KUHPDT PENGETAHUAN HUKUM

Buku I : tentang Orang Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum,


Hukum Perdata (yang termuat dalam
(Van Personen) KUH Perdata) dapat dibagi dalam 4
Buku II : Tentang (empat) bagian yaitu :
Benda 1. Hukum perorangan;
Buku III : Perikatan 2. Hukum keluarga;
Buku IV : Pembuktian 3. Harta Kekayaan;
dan Daluarsa 4. Hukum Waris
Asas-asas hukum perdata

Asas Kebebasan Berkontrak (Freedom of


Asas Pacta Sunt Servanda, yaitu bahwa Itikad Baik (Good Faith), yaitu bahwa Contract / Beginsel der Contractsvrijheid), yaitu
suatu perjanjian yang dibuat secara sah Perjanjian itu harus dilaksanakan dengan itikad Asas Konsensualitas / Konsensualisme, yaitu bahwa Para pihak berhak secara bebas membuat
berlaku sebagai Undang-Undang bagi para baik (Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata). Artinya, bahwa perjanjian lahir dan mengikat saat tercapai perjanjian (Partij Autonomie), serta menentukan
pihak yang membuatnya / mengadakannya keadaan batin para pihak dalam membuat dan kesepakatan (consensus) di antara para pihak sendiri isinya, pelaksanaannya, dan syarat-
(Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata). melaksanakan perjanjian harus jujur, terbuka dan mengenai pokok perjanjian syaratnya, sepanjang memenuhi ketentuan
saling percaya Peraturan Perundang- Undangan yang berlaku

Asas Resiprokal/Timbal Balik, yaitu


Asas Monogami, yaitu bahwa suatu
bahwa seorang anak wajib Asas Hukum Benda Merupakan
perkawinan seorang laki-laki hanya
menghormati orang tuanya serta Hukum Yang Memaksa (Dwingend
Asas Personalia, yaitu bahwa boleh memiliki seorang perempuan Asas Kematian, yaitu bahwa suatu
tunduk kepada mereka dan orang tua Recht), yaitu bahwa suatu benda itu
perjanjian hanya berlaku bagi para sebagai isterinya dan seorang pewarisan hanya terjadi karena
wajib memelihara dan membesarkan hanya dapat diadakan hak kebendaan
pihak yang mengadakannya. perempuan hanya boleh memiliki kematian (Pasal 830 KUH Perdata).
anaknya yang belum dewasa sesuai sebagaimana yang telah disebutkan
seorang suami (Pasal 27 KUH
dengan kemampuannya masing- dalam Undang-Undang.
Perdata).
masing.
SUMBER HUKUM PERDATA
SUMBER HUKUM DI INDONESIA TERTULIS DI INDONESIA
 Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB), merupakan
ketentuan-ketentuan umum pemerintah Hindia Belanda yang
Sumber Hukum :
diberlakukan di Indonesia dengan Stb. 1847 No. 23, tanggal 30
Segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan
April 1847 yang terdiri dari 36 Pasal;
yang mengikat dan memaksa, sehingga apabila
aturan-aturan itu dilanggar akan menimbulkan  KUH Perdata atau Burgelijk Wetboek (BW), yaitu ketentuan
sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya. hukum hukum produk Hindia Belanda yang diundangkan tahun
Sumber hukum dibagi 2, yaitu : 1848;
 KUHD atau Wetboek van Koopandhel (WvK), diatur dalam Stb.
• Sumber Hukum Materiil : kesadaran hukum 1847 No. 23 meliputi 2 (dua) buku; Buku I tentang dagang
yang hidup dalam masyarakat yang secara umum dan Buku II tentang Hak-hak dan Kewajiban yang
menentukan isi : apakah yang harus dipenuhi timbul dalam Pelayaran. Terdiri dari 754 Pasal;
agar sesuatu dapat disebut hukum serta
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok
mempunyai kekuatan mengikat (harus ditaati)
Agraria;
sebagai hukum.
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Ketentuan-
• Sumber Hukum Formil : tempat dimana kita Ketentuan Pokok Perkawinan;
dapat menemukan aturan-aturan / ketentuan-  Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggunan
ketentuan hukum. atas Tanah beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah;
 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fiducia;
 Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi
SEJARAH HUKUM PERDATA DI INDONESIA
 Hukum Perdata yang kini berlaku di Indonesia berasal dari Eropa
(khususnya Belanda).
 Diperlakukan dengan asas konkordasi, yaitu hukum yang berlaku di
negeri jajahan (Belanda) sama dengan kententuan yang berlaku di
negara penjajah.
 Berlakunya KUH Perdata di Indonesia dimulai tanggal 1 Mei 1848.
 Dalam perspektif sejarah, hukum perdata yang berlaku di Indonesia
dibagi dalam 2 (dua) periode, yaitu :
a. Masa Penjajahan Belanda
Pada tahun 1848, kodifikasi hukum perdata Belanda diberlakukan
di Indonesia dengan StB 1848, dan hukum ini hanya diberlakukan
bagi orang-orang Eropa dan dipersamakan dengan mereka
(golongan Tionghoa).
b. Masa Sejak Indonesia Merdeka
Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia didasarkan pada Pasal
II Aturan Peralihan UUD 1945. Hal ini untuk mencegah
terjadinya kekosongan hukum (rechtvacuum) di bidang hukum
perdata.
HUKUM TENTANG ORANG
Peraturan tentang manusia sebagai subjek dalam hukum. Perkataan orang atau person berarti pembawa hak, yaitu segala sesuatu yang
mempunyai hak dan kewajiban dan disebut pula dengan subyek hukum sebagaimana bunyi Pasal 1 BW yang berbunyi “menikmati hak-hak
keperdataan tidaklah bergantung pada hak-hak kenegaraan”

SUBJEK HUKUM DAN OBYEK HUKUM BADAN HUKUM


Manusia dan badan hukum sebagai Kumpulan orang-orang yang
pendukung hak dan kewajiban, sebagai bersama-sama bertujuan untuk
subyek hukum dimulai sejak dia lahir dan mendirikan suatu badan, yaitu: (1)
baru berakhir apabila mati (meninggal berwujud himpunan, dan (2) harta
dunia). Sedangkan objek hukum adalah kekayaan yang disendirikan untuk
segala sesuatu yang berguna bagi subjek
hukum. tujuan tertentu, dan dikenal dengan
yayasan.
HUKUM
PERKAWINAN
Pluralisme Hukum Perkawinan Di Indonesia. Plura Perkawinan Menurut Hukum Perdata Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974
Berlaku 3 (tiga) macam sistem hukum Dalam hukum perdata barat, tidak ditemukan
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
perkawinan, yaitu : definisi tentang perkawinan. Namun istilah
Perkawinan (UUP) memiliki 2 (dua) Aspek yaitu :
• Hukum Perkawinan menurut Hukum Perdata perkawinan digunakan dalam 2 (dua) arti
• Aspek Formil (Hukum), hal ini dinyatakan dalam
Barat (BW), diperuntukkan bagi WNI yaitu : kalimat “ikatan lahir bathin”, artinya bahwa
keturunan asing atau yang beragama kristen; • Sebagai suatu perbuatan, yaitu perbuatan perkawinan disamping mempunyai ikatan secara
• Hukum Perkawinan menurut Hukum Islam, melangsungkan perkawinan (Pasal 104 lahir tampak, juga mempunyai ikatan bathin yang
dapat dirasakan terutama oleh yang bersangkutan dan
diperuntukkan bagi WNI keturunan atau BW); selain itu juga dalam arti setelah
ikatan ini merupakan inti dari perkawinan itu
pribumi yang beragama Islam; perkawinan (Pasal 209 Sub 3 BW);
• Aspek Sosial Keagamaan, dengan disebutkannya
• Hukum Perkawinan menurut Hukum Adat, • Sebagai suatu keadaan hukum, yaitu “membentuk keluarga” dan berdasarkan “Ketuhanan
diperuntukkan bagi masyarakat pribumi yang keadaan bahwa seorang pria dan seorang Yang Maha Esa”, artinya perkawinan mempunyai
masih memegang teguh hukum adat. wanita terikat oleh suatu hubungan hubungan yang erat sekali dengan kerohanian,
perkawinan. sehingga bukan saja untuk jasmani tapi unsur bathin
berperan penting.
HUKUM KELUARGA

Istilah Sumber Hukum Keluarga


hukum keluarga pada dasarnya Sumber hukum keluarga ada 2 (dua)
merupakan keseluruhan hukum, macam :
baik tertulis maupun tidak tertulis
• Sumber hukum yang tidak tertulis;
yang mengatur hubungan hukum
yang merupakan norma-norma hukum
yang timbul dari ikatan keluarga
yang tumbuh dan berkembang serta
yang meliputi :
ditaati oleh sebagian masyarakat.
• Peraturan perkawinan dengan
• Sumber hukum yang tertulis; yang
segala hal yang lahir dari
selalu menjadi rujukan di Indonesia,
perkawinan;
yaitu : BW/KUH Perdata, UU Nomor 1
• Perturan perceraian; Tahun 1974 tentang Perkawinan, PP
• Peraturan kekuasaan orang tua; No. 9 Tahun 1975 tentang Peraturan
• Sistematika Hukum Benda

HUKUM BENDA Sistem pengaturan hukum benda Buku II BW ialah


sistem tertutup, artinya orang tidak dapat
mengadakan hak-hak kebendaaan baru selain yang
sudah ditentukan oleh Undang-Undang, sehingga
ketentuannya bersifat memaksa (dwingend recht).
Bilamana dibanding dengan Buku III BW tentang
• Kajian Hukum Harta Kekayaan. Perikatan, sistem pengaturannya bersifat terbuka
Hukum Harta Kekayaan adalah peraturan- dalam arti orang dapat mengadakan perjanjian
peraturan hukum yang mengatur hak dan mengenai apapun juga, baik yang sudah diatur
dalam Undang-Undang.
kewajiban yang bernilai uang atau peraturan-
peraturan yang mengatur hubungan hukum
antara orang dengan benda atau sesuatu yang
dapat dinilai dengan uang. Hukum harta
kekayaan meliputi 2 (dua) lapangan, yaitu
Hukum Benda dan hukum perikatan.
HUKUM PERIKATAN DAN
HUKUM PERJANJIAN

• Definisi Perikatan, setiap perikatan akan timbul hak dan kewajiban pada 2
(dua) sisi, yaitu pada satu pihak ada hak untuk menuntut sesuatu dan di pihak
lain berkewajiban untuk memenuhinya.
• Setiap perikatan akan timbul hak dan kewajiban.
• Unsur-Unsur Peikatan meliputi; Hubungan Hukum, Kekayaan, Pihak-Pihak,
Prestasi
• Empat sarat sahnya perikatan: adanya kesepakatan mereka yang mengikatkan
diri, kecakapan untuk membuat suatu perikatan, adanya obyek tertentu,
adanya suatu sebab causa halal.
• Objek Perikatan Obyek, yang menjadi obyek perikatan adalah prestasi, yaitu
hal pemenuhan perikatan. Subyek Perikatan yaitu para pihak pada suatu
perikatan, yaitu kreditor dan debitor.
• Istilah Hukum Waris dalam Hukum Perdata Barat disebut
dengan Erfrecht.
• Ini diatur dalam Buku II KUH Perdata, yaitu Pasal 830-1130.
• Selain dalam Buku II KUH Perdata, Hukum Waris juga
diatur dalam Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi
Hukum Islam.
• Adapun dalam masyarakat Indonesia juga berlaku ketentuan
Hukum waris hukum waris adat yang sifatnya merupakan hukum tidak
tertulis.
• Pasal 830 KUH Perdata pada intinya menyebutkan bahwa
hukum waris adalah hukum yang mengatur kedudukan
hukum harta kekayaan seseorang setelah ia meninggal
terutama berpindahnya harta kekayaan itu kepada orang lain.
• Menurut Pasal 171 huruf (a) Inpres No.1 Tahun 1991
disebutkan bahwa hukum kewarisan adalah hukum yang
mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta
peninggalan pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak
menjadi ahli waris dan beberapa bagian masing-masing.
HUKUM PEMBUKTIAN

Yang dimaksud dengan Hukum pembuktian dimaksud adalah sebagai


membuktikan ialah suatu rangkaian peraturan tata tertib yang harus
diindahkan dalam melaksanakan
meyakinkan hakim
(melangsungkan) pertarungan di muka hakim
tentang kebenaran dalil- antara kedua belah pihak yang sedang mencari
dalil yang dikemukakan keadilan.
dalam suatu
Di dalam sengketa yang berlangsung di muka
persengketaan. Dengan hakim, masing-masing pihak memajukan dalil-
demikian nampaklah dalil (posita) yang saling bertentangan, hakim
bahwa pembuktian itu harus memeriksa dan menetapkan dalil-dalil
hanyalah diperlukan di manakah yang benar dan dalil-dalil manakah
dalam persengketaan atau yang tidak benar.
perkara di muka hakim Hukum pembuktian sebenarnya merupakan
(pengadilan). bagian dari hukum acara.
ASAS-ASAS HUKUM PERDATA

• Asas Pacta Sunt Servanda, (perjianjian yang dibuat secara sah berlaku sebagi undang-undang bagi para pihak yang
mebuatnya).
• Itikad Baik, (perjanjian itu harus dilaksanakan dengan itikad baik)
• Asas Konsensualitas, perjanjian lahir dan mengikat saat tercapai kesepakatan di antara para pihak mengenai pokok perjanjian.
• Asas Kebebasan Berkontrak, (para pihak berhak secara bebas membuat perjanjian, serta menentukan sendiri isinya,
pelaksanaannya dan sarat-saratnya, sepanjang memenuhi ketentuan perundang-undangan.
• Asas Personalia, perjanjian berlaku bagi para pihak yang mengadakannya.
• Asas Monogami, suatu perkawinan seorang laki-laki hanya boleh memiliki seorang perempuan sebagai istrinya.
• Asas Resipkoral, seorang anak wajib menghormati orang tuanya serta tunduk kepada mereka.
• Asas hukum benda merupakan hukum yang memaksa, suatu benda hanya dapat diadakan hak kebendaan sebagimana yang
telah disebutkan dalam undang-undang.
• Asas Kematian, suatu pewarisaran hanya terjadi karena kematian.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai