Anda di halaman 1dari 2

TUGAS MATA KULIAH

PENGANGANTAR ILIMU HUKUM


OLEH : RIKARDUS MOAN BAGA
NIM : 010002102013

DOSEN PENGAMPUH : Dr. AJI WIBOWO, SH. MH.

PANDANGAN HUKUM DI INDONESIA DENGAN MELIHAT HUKUM


SECARA KESELURUHAN

Penegagakan dan pembangunan hukum di Indonesia saat ini secara umum


belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Dimana sistem hukum yang
mengedepankan keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum dalam bentuk aturan
normatif belum mencapai hasil untuk penegakan hukum di Indonesia. Ketiga tujuan
hukum tersebut di ataspun kadang mengalami benturan, sering kali antara kepastian
hukum terjadi benturan dengan keadilan, atau benturan antara kepastian hukum dan
kemanfaatan. Hukum jadi tidak bisa membumi dan mencederai rasa keadilan dalam
masyarakat. Seperti kita melihat bagaimena penagngan hukum di indonesia dalam
kasus pidana, kasus skandal korupsi, penanganannya sama halnya seperti jaring
laba-laba. Ia hanya mampu menjerat kejahatan-kejahatan kecil namun tidak sanggup
menyentuh kejahatan yang besar.
Pada bagian lain terkadang hukum mejadi penghambat. Misalnya saja ketika
terjadi pelanggaran hak yang dilakukan oleh seseorang, maka akan menimbulkan
konsekuensi bahwa hukum tersebut akan dicabut dari dirinya berdasarkan putusan
pengadilan yang adil. Selama ini berlaku konsep yang salah mengenai penegakan
hak asasi manusia. Seolah dalam keadaan apapun dan dalam hal apapun hak
tersebut tidak dapat terhapuskan. Padahal konsep hak yang dipaparkan oleh para ahli
hukum, bahwa hak selalu diimbangi dengan kewajiban. Ketika seseorang melakukan
tindakan melawan hukum, orang tersebut harus mendapatkan sangsi yang sesuai
dengan tindakannya.
Contoh sederhana diatas menunjukan lemahnya sistem penyelesaian perkara di
Indonesia yang hanya terlihat untuk memenuhi perangkat peraturan hukum positif
yang tercatat dalam undang-undang tampa melihat aspek filososfi dan sosiologis dari
hukum. Hal tersebut mendorong munculnya anggapan bahwa apabila hukum telah
diselenggarakan sebagaimana tertulis dalam undang-undang maka seolah-olah
pekerjaan pencarian keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum telah selesai.
Wajah lain dari hukum dan proses hukum formal yang terjadi di Indonesia,
menunjukan fakta bahwa keadilan formal yang terjadi di Indonesia memakan biaya
yang mahal, berkepanjangan, melelahkan, tidak menyelesaikan masalah, dan yang
lebih parah lagi, penuh dengan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Banyak contoh menunjukan ketidakmampuan negara untuk mengambil langkah-
langkah hukum yang tepat terhadap mereka yang melakukan kesalahan misalnya
yang menyebabkan kebakan hutan, tidak hanya mencemarkan atmosfer Indoensia
tetapi juga merugikan negara-negara tetangga dan masalah kesehatan
masyarakatnya. Situasi ini tidak dapat diselesaikan sendiri oleh negara yang terkena,
tetapi membutuhkan tindakan bersama baik di bidang teknologi, sosial, medis,
maupun lingkungan. Maka dihadapkan pada perkembangan tersebut diatas, para
pembuat hukum dan profesi hukum di Indonesia menghadapi banyak kesulitan untuk
mengakomodasikan perjanjian-perjanjian internasional termasuk hukum internasional
kedalam peraturan nasional dan kontak bisnis internasional dan juga lokal. Karena
tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam menjalankan bisnis di era global
saat ini, maka banyak advokad indonesia dan bahkan para advokat terjerumus dalam
kasus yang merugikan meraka sendiri dan negara dalam pernjian-pernjian
internasional. Mereka kadang tidak sadar bahwa apapun yang mereka tanda tangani
dalam kontak dengan orang asing ternyata menjebak mereka sendiri.
Oleh karena itu kita perlu memahami hukum secara komperensif sebagai suatu
sistem yang teritegrasi menjadi sangat penting untuk dilakukan. Strategi
pembangunan hukum untuk mewujudkan gagasan Negara Hukum tidak boleh
terjebak hanya berorentasi mebuat hukum saja, atapun hanya dengan melihat satu
element atau aspek saja tapi harus melihat keseluruhan dari sistem hukum. Penting
kita sebagai bangsa menyusun dan merumuskan mengenai apa yang kita maksud
dengan konsep Negara Hukum Indeonesia yang diamanatkan dalam UUD 1945.
Karena hukum yang berlaku di Indonesia dipengaruhi oleh hukum yang berpaham
civil law yang diwariskan oleh Belanda. Ini bisa dilihat dengan warisan hukum KUHAP
yang terungkap memiliki berbagai kelemahan dalam pelaksanaan sistem peradilan
pidana di Indonesia. Kelemahan ini di antaranya ketidakseimbangan hak antara hak-
hak tersangka atau terdakwa dengan hak-hak korban.
Mengetahui dan memahami secara sistematis proses-proses terbentuknya
hukum, faktor-faktor yang menyebabkannya, memberi tambahan pengetahuan yang
berharga untuk memahami gejala hukum dalam masyarakat. Hukum harus bisa
disimpulkan bahwa hukum tidak menyatakan apa yang benar-benar terjadi tapi dia
harus menentukan apa yang seharusnyan terjadi. Penegakan hukum tidak hanya
dilihat dari penegakan undang-undang saja tapi harus dilihat dari segala aspek, lebih
tepatnya sesuai pernyataan Sajipto Raharjo, bahwa pada akhirnya semua peraturan
hukum harus dapat dikembalikan pada asas hukumnya, karena asas hukum adalah
jiwa dari peraturan hukum. Asas hukum merupakan petujuk arah bagi pembetuk
hukum dan pengambilan keputusan.

Anda mungkin juga menyukai