Anda di halaman 1dari 15

HUKUM PERDATA

HENDRIK NIM : 010002102006


ISTILAH HUKUM PERDATA MENURUT ISINYA DIBAGI MENJADI ;
Definisi menurut Pakar / Sarjana Hukum :
hukum privat yaitu, hukum yang mengatur hubungan- • Subekti ;
hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain.
(contohnya hukum perdata dan hukum dagang) Hukum Perdata dalam arti yang luas meliputi semua hukum “privat material”, yaitu
segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan.
Hukum Publik (Publickrecht), yaitu hukum yang mengatur
hubungan antara negara dengan alat kelengkapannya atau
negara dengan perorangan untuk melindungi kepentingan • Van Dunne ;
umum (Contoh : Hukum Pidana). Hukum Perdata merupakan suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat
esensial bagi kebebasan individu, seperti : orang dan keluarga, hak milik dan perikatan.

• Sudikno Mertokusumo
hukum perdata adalah hukum antar perorangan yang mengatur hak dan kewajiban orang-
perseorangan yang satu terhadap yang lain dari dalam hubungan kekeluargaan dan di
dalam pergaulan masyarakat yang pelaksanaannya diserahkan masing-masing pihak.
• Hukum perdata dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu
ü Tertulis; terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, seperti : KUH Perdata /
BW, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang UUPA, Traktat dan Yurisprudensi.
ü Tidak tertulis; hukum perdata yang timbul tumbuh dan berkembang dalam praktik

KAIDAH DAN kemasyarakatan (kebiasaan / adat), seperti hukum adat dan hukum Islam.

LUAS HUKUM • Subyek Hukum Perdata, dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu
ü Manusia dan badan hukum.

PERDATA • luas kajian Hukum Perdata dibedakan menjadi 2 (dua) macam :


ü Dalam arti luas : obyek kajiannya merujuk pada bahan hukum yang tertera dalam KUH
Perdata (BW) dan KUHD (WvK).
ü Dalam arti sempit : terdapat dalam KUH Perdata saja (BW),
SISTEMATIKA HUKUM PERDATA
MENURUT PEMBAGIANNYA BERDASARKAN KUHPDT MENURUT ILMU PENGETAHUAN HUKUM

Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum, Hukum Perdata (yang


termuat dalam KUH Perdata) dapat dibagi dalam 4 (empat) bagian
Buku I : tentang Orang (Van Personen) yaitu :
BUKU II : Tentang Benda 1. Hukum perorangan;
Buku III : Perikatan 2. Hukum keluarga;
Buku IV : Pembuktian dan Daluarsa 3. Harta Kekayaan;
4. Hukum Waris
Asas-asas hukum perdata

Asas Kebebasan Berkontrak (Freedom of Contract / Beginsel


Itikad Baik (Good Faith), yaitu bahwa Perjanjian itu harus
Asas Pacta Sunt Servanda, yaitu bahwa suatu perjanjian der Contractsvrijheid), yaitu bahwa Para pihak berhak secara
dilaksanakan dengan itikad baik (Pasal 1338 ayat (3) KUH Asas Konsensualitas / Konsensualisme, yaitu bahwa
yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bebas membuat perjanjian (Partij Autonomie), serta Asas Personalia, yaitu bahwa perjanjian hanya berlaku bagi
Perdata). Artinya, keadaan batin para pihak dalam membuat perjanjian lahir dan mengikat saat tercapai kesepakatan
bagi para pihak yang membuatnya / mengadakannya (Pasal menentukan sendiri isinya, pelaksanaannya, dan syarat- para pihak yang mengadakannya.
dan melaksanakan perjanjian harus jujur, terbuka dan saling (consensus) di antara para pihak mengenai pokok perjanjian
1338 ayat (1) KUH Perdata). syaratnya, sepanjang memenuhi ketentuan Peraturan
percaya Perundang- Undangan yang berlaku

Asas Resiprokal/Timbal Balik, yaitu bahwa seorang anak


Asas Monogami, yaitu bahwa suatu perkawinan seorang Asas Hukum Benda Merupakan Hukum Yang Memaksa
wajib menghormati orang tuanya serta tunduk kepada
laki-laki hanya boleh memiliki seorang perempuan sebagai (Dwingend Recht), yaitu bahwa suatu benda itu hanya Asas Kematian, yaitu bahwa suatu pewarisan hanya terjadi
mereka dan orang tua wajib memelihara dan membesarkan
isterinya dan seorang perempuan hanya boleh memiliki dapat diadakan hak kebendaan sebagaimana yang telah karena kematian (Pasal 830 KUH Perdata).
anaknya yang belum dewasa sesuai dengan
seorang suami (Pasal 27 KUH Perdata). disebutkan dalam Undang-Undang.
kemampuannya masing- masing.
SUMBER HUKUM DI INDONESIA SUMBER HUKUM PERDATA TERTULIS DI INDONESIA

• Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB), merupakan ketentuan-ketentuan umum pemerintah


Sumber Hukum : Hindia Belanda yang diberlakukan di Indonesia dengan Stb. 1847 No. 23, tanggal 30 April 1847 yang
Segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mengikat terdiri dari 36 Pasal;
dan memaksa, sehingga apabila aturan-aturan itu dilanggar
akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata bagi • KUH Perdata atau Burgelijk Wetboek (BW), yaitu ketentuan hukum hukum produk Hindia Belanda
pelanggarnya. Sumber hukum dibagi 2, yaitu : yang diundangkan tahun 1848;
• KUHD atau Wetboek van Koopandhel (WvK), diatur dalam Stb. 1847 No. 23 meliputi 2 (dua) buku;
• Sumber Hukum Materiil : kesadaran hukum yang hidup Buku I tentang dagang secara umum dan Buku II tentang Hak-hak dan Kewajiban yang timbul
dalam masyarakat yang menentukan isi : apakah yang dalam Pelayaran. Terdiri dari 754 Pasal;
harus dipenuhi agar sesuatu dapat disebut hukum serta
• Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria;
mempunyai kekuatan mengikat (harus ditaati) sebagai
hukum. • Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
• Perkawinan;
• Sumber Hukum Formil : tempat dimana kita dapat
menemukan aturan-aturan / ketentuan-ketentuan hukum. • Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggunan atas Tanah beserta
• Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah;
• Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fiducia;
• Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI).
SEJARAH HUKUM PERDATA DI
INDONESIA
Hukum Perdata yang kini berlaku di Indonesia berasal dari Eropa (khususnya Belanda) yang diperlakukan dengan asas konkordasi,
yaitu hukum yang berlaku di negeri jajahan (Belanda) sama dengan kententuan yang berlaku di negara penjajah. Berlakunya KUH
Perdata di Indonesia dimulai tanggal 1 Mei 1848. Dalam perspektif sejarah, hukum perdata yang berlaku di Indonesia dibagi dalam 2
(dua) periode, yaitu :
a. Masa Penjajahan Belanda
Sebagai negara jajahan, maka hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum bangsa penjajah. Hal ini sama untuk hukum
perdata. Pada tahun 1848, kodifikasi hukum perdata Belanda diberlakukan di Indonesia dengan StB 1848, dan hukum ini
hanya diberlakukan bagi orang-orang Eropa dan dipersamakan dengan mereka (golongan Tionghoa).
b. Masa Sejak Indonesia Merdeka
Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia didasarkan pada Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, yang pada pokoknya
menentukan : bahwa segala peraturan dinyatakan masih berlaku sebelum diadakan peraturan baru menurut UUD 1945.
Hal ini untuk mencegah terjadinya kekosongan hukum (rechtvacuum) di bidang hukum perdata.
HUKUM TENTANG ORANG
Perkataan orang atau person berarti pembawa hak, yaitu segala sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban dan disebut pula
dengan subyek hukum sebagaimana bunyi Pasal 1 BW yang berbunyi “menikmati hak-hak keperdataan tidaklah bergantung pada
hak-hak kenegaraan”

SUBJEK HUKUM BADAN HUKUM


Manusia sebagai subyek hukum dimulai sejak dia lahir dan baru berakhir Menurut Sri Soedewi Masjchoen, badan hukum adalah
apabila mati (meninggal dunia). Pengecualian mengenai hal ini dalam BW
disebutkan dalam Pasal 2 yang berbunyi : adalah kumpulan orang-orang yang bersama-sama
Anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan dianggap
bertujuan untuk mendirikan suatu badan, yaitu: (1)
sebagai telah dilahirkan, bilamana juga kepentingan anak berwujud himpunan, dan (2) harta kekayaan yang
menghendakinya. disendirikan untuk tujuan tertentu, dan dikenal dengan
Mati sewaktu dilahirkan, dianggaplah ia tidak pernah telah ada. yayasan.
HUKUM PERKAWINAN
Pluralisme Hukum Perkawinan Di Indonesia. Plura Perkawinan Menurut Hukum Perdata Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Di Indonesia pelaksanaan Hukum Perkawinan masih pluralistik. Artinya Dalam hukum perdata barat, tidak ditemukan definisi Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
berlaku 3 (tiga) macam sistem hukum perkawinan, yaitu : (UUP) memiliki 2 (dua) Aspek yaitu :
tentang perkawinan. Namun istilah perkawinan digunakan
• Hukum Perkawinan menurut Hukum Perdata Barat (BW), dalam 2 (dua) arti yaitu : • Aspek Formil (Hukum), hal ini dinyatakan dalam kalimat “ikatan
diperuntukkan bagi WNI keturunan asing atau yang beragama lahir bathin”, artinya bahwa perkawinan disamping mempunyai
kristen; • Sebagai suatu perbuatan, yaitu perbuatan ikatan secara lahir tampak, juga mempunyai ikatan bathin yang
melangsungkan perkawinan (Pasal 104 BW); selain dapat dirasakan terutama oleh yang bersangkutan dan ikatan ini
• Hukum Perkawinan menurut Hukum Islam, diperuntukkan merupakan inti dari perkawinan itu
bagi WNI keturunan atau pribumi yang beragama Islam; itu juga dalam arti setelah perkawinan (Pasal 209
Sub 3 BW); • Aspek Sosial Keagamaan, dengan disebutkannya “membentuk
• Hukum Perkawinan menurut Hukum Adat, diperuntukkan bagi
keluarga” dan berdasarkan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, artinya
masyarakat pribumi yang masih memegang teguh hukum • Sebagai suatu keadaan hukum, yaitu keadaan perkawinan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan
adat.
bahwa seorang pria dan seorang wanita terikat kerohanian, sehingga bukan saja untuk jasmani tapi unsur bathin
oleh suatu hubungan perkawinan. berperan penting.
HUKUM KELUARGA
Istilah Sumber Hukum Keluarga
hukum keluarga pada dasarnya merupakan keseluruhan hukum, baik
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur hubungan hukum
Sumber hukum keluarga ada 2 (dua) macam :
yang timbul dari ikatan keluarga yang meliputi : • Sumber hukum yang tidak tertulis; yang merupakan
• Peraturan perkawinan dengan segala hal yang lahir dari norma-norma hukum yang tumbuh dan berkembang
perkawinan; serta ditaati oleh sebagian masyarakat.
• Perturan perceraian;
• Sumber hukum yang tertulis; yang selalu menjadi
• Peraturan kekuasaan orang tua; rujukan di Indonesia, yaitu : BW/KUH Perdata, UU Nomor
• Peraturan kedudukan anak; 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, PP No. 9 Tahun 1975
• Peraturan pengampuan (curatele); tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.1 Tahun 1974, HOCI
• Peraturan perwalian (voogdij). dan sebagainya.
• Sistematika Hukum Benda
Sistem pengaturan hukum benda Buku II BW ialah sistem
HUKUM BENDA tertutup, artinya orang tidak dapat mengadakan hak-hak
kebendaaan baru selain yang sudah ditentukan oleh
Undang-Undang, sehingga ketentuannya bersifat memaksa
• Kajian Hukum Harta Kekayaan. (dwingend recht). Bilamana dibanding dengan Buku III BW
tentang Perikatan, sistem pengaturannya bersifat terbuka
Hukum Harta Kekayaan adalah peraturan-peraturan hukum dalam arti orang dapat mengadakan perjanjian mengenai
yang mengatur hak dan kewajiban yang bernilai uang atau apapun juga, baik yang sudah diatur dalam Undang-Undang,
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan hukum
antara orang dengan benda atau sesuatu yang dapat dinilai
dengan uang. Hukum harta kekayaan meliputi 2 (dua)
lapangan, yaitu Hukum Benda dan hukum perikatan
HUKUM PERIKATAN DAN
HUKUM PERJANJIAN
• Istilah Perikatan, berasal dari bahasa Belanda “Verbintenis yang artinya mengikat
• Definisi Perikatan, setiap perikatan akan timbul hak dan kewajiban pada 2 (dua) sisi, yaitu
pada satu pihak ada hak untuk menuntut sesuatu dan di pihak lain berkewajiban untuk
memenuhinya
• Unsur-Unsur Peikatan meliputi; Hubungan Hukum, Kekayaan, Pihak-Pihak, Prestasi
• Objek Perikatan Obyek perikatan yaitu yang merupakan hak dari kreditor dan kewajiban dari
debitor. Yang menjadi obyek perikatan adalah prestasi, yaitu hal pemenuhan perikatan.
Subyek Perikatan yaitu para pihak pada suatu perikatan, yaitu kreditor dan debitor.
• Istilah Hukum Waris dalam Hukum Perdata Barat disebut dengan Erfrecht. Ini
diatur dalam Buku II KUH Perdata, yaitu Pasal 830-1130. Selain dalam Buku II
KUH Perdata, Hukum Waris juga diatur dalam Inpres Nomor 1 Tahun 1991
tentang Kompilasi Hukum Islam. Adapun dalam masyarakat Indonesia juga
berlaku ketentuan hukum waris adat yang sifatnya merupakan hukum tidak

Hukum waris tertulis.


• Pasal 830 KUH Perdata pada intinya menyebutkan bahwa hukum waris adalah
hukum yang mengatur kedudukan hukum harta kekayaan seseorang setelah ia
meninggal terutama berpindahnya harta kekayaan itu kepada orang lain.
• Menurut Pasal 171 huruf (a) Inpres No.1 Tahun 1991 disebutkan bahwa hukum
kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan
harta peninggalan pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli
waris dan beberapa bagian masing-masing.
HUKUM PEMBUKTIAN
Hukum pembuktian dimaksud adalah sebagai suatu rangkaian peraturan tata
Yang dimaksud dengan membuktikan tertib yang harus diindahkan dalam melaksanakan (melangsungkan)
ialah meyakinkan hakim tentang pertarungan di muka hakim antara kedua belah pihak yang sedang mencari
kebenaran dalil-dalil yang keadilan. Dimana tugas hakim (pengadilan) di dalam kasus perdata adalah
dikemukakan dalam suatu menetapkan hukum untuk suatu keadaan tertentu atau menerapkan hukum
(UU) antara kedua belah pihak yang sedang bersengketa. Di dalam sengketa
persengketaan. Dengan demikian yang berlangsung di muka hakim, masing-masing pihak memajukan dalil-
nampaklah bahwa pembuktian itu dalil (posita) yang saling bertentangan, hakim harus memeriksa dan
hanyalah diperlukan di dalam menetapkan dalil-dalil manakah yang benar dan dalil-dalil manakah yang
persengketaan atau perkara di muka tidak benar. Berdasarkan duduknya perkara yang telah ditetapkan sebagai
hakim (pengadilan). yang sebenarnya, hakim dalam amar (diktum) putusannya memutuskan
siapakah yang dimenangkan dan siapa yang dikalahkan.
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai