Anda di halaman 1dari 5

NAMA: Erlangga Anggara Kandou

NPM: 1906200433

TUGAS INDIVIDU
ASAS-ASAS HUKUM PERDATA

1. Pengertian dan ruang lingkup hukum perdata


Pengertian hukum perdata
Hukum perdata di Indonesia adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan larangan
yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuaanya berfungsi
untuk mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi
pelanggarnya. Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada
subyek hukum dan hubungan antara obyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat
atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik
hukum perdata dalam arti luas : pada hakekatnya meliputi semua hukum privat meteriil, yaitu
segala hukum pokok (hukum materiil) yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan,
termasuk hukum yang tertera dalam KUHPerdata (BW), KUHD, serta yang diatur dalam
sejumlah peraturan (undang-undang) lainnya, seperti mengenai koperasi, perniagaan, kepailitan,
dll.
Hukum Perdata dalam arti sempit, adakalanya diartikan sebagai lawan dari hukum dagang.
Hukum perdata dalam arti sempit ialah hukum perdata sebagaimana terdapat di dalam
KUHPerdata.

2. Sejarah hukum perdata


Pembentukan Hukum Perdata di Indonesia tidak terlepas dari sejarah
pembentukannya di Negeri Belanda. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijke
Wetboek) Belanda diberlakukan di Indonesia berdasarkan ASAS KONKORDANSI
(CONCORDANTIE BEGINSEL).
KUHPerdata Belanda berasal dari Code Civil Prancis. Code Civil Perancis mulai
berlaku pada tanggal 21 Maret 1804. kemudian karena Perancis menjajah Belanda maka
Code Civil tersebut berlaku di Negeri Belanda. Kemudian setalah Negeri Belanda
terbebas dari jajahan Perancis diadakan perubahan dan penambahan sesuai dengan
keadaan Belanda. Pada tanggal 10 April 1838 dengan Koninklijk Besluit S. 1838 : 12,
kodifikasi Hukum Perdata (Burgerlijke Wetboek)  dinyatakan berlaku dan diberlakukan
di Negeri Belanda pada tanggal 1 Oktober 1838.
Di Indonesia berdasarkan pasal 131. I.S. (Indische Regeling) disusun Politik
Hukum Pemerintah Hindia Belanda dan berdasarkan S. 1847 No. 23 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (Burgerlijke Wetboek) melalui pengumuman Gubernur Hindia
Belanda tanggal 3 Desember 1847, dinyatakan bahwa sejak tanggal 1 Mei 1848
KUHPerdata dan KUHD diberlakukan di Hindia Belanda meskipun hanya berlaku bagi
golongan-golongan penduduk tertentu saja yaitu Golongan Eropa dan Timur Asing.

3. Sistematika hukum perdata dalam KUH perdata

 Buku I Tentang Orang (van Personen)

 Buku II Tentang Benda (van Zaken)

 Buku III Tentang Perikatan (van Verbintenissen)

 Buku IV Tentang Pembuktian dan Daluwarsa (van Bewijs en Verjaring)

4. Sistematika hukum perdata menurut ilmu pengetahuan

 Hukum Perorangan/Hukum Pribadi:

Merupakan keseluruhan ketentuan norma hukum mengenai subyek hukum atau


orang pribadi. Hukum Perorangan mengatur orang sebagai subyek hukum, siapa yang
merupakan subyek hukum, kecakapan untuk bertindak dalam lalu lintas hukum, catatan
sipil, ketidak hadiran, nama dan tempat tinggal orang/pribadi (subyek hukum). Hukum
Perorangan memuat peraturan-peraturan tentang manusia sebagai subyek hukum,
peraturan-peraturan perihal kecakapan untuk memiliki hak-hak dan kecakapan untuk
bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya itu serta hal-hal yang mempengaruhi
kecakapan-kecakapan itu.
 Hukum Keluarga (Familie Recht):

Hukum yang mengatur perihal hubungan-hubungan yang timbul dari hubungan


kekeluargaan, yaitu : perkawinan serta hubungan dalam lapangan hukum kekayaan antara
suami dan isteri, hubungan antar orang tua dan anak, perwalian dan pengampuan dsb.

Hak dan kewajiban di bidang hukum keluarga pada dasarnya merupakan hak dan
kewajiban yang tidak dapat dinilai dengan uang, dan pada prinsipnya merupakan
hubungan hukum yang sifatnya kekal (abadi). Dalam KUHPerdata, hukum keluarga
tersebut diatur dalam Buku I, yang berjudul tentang orang.

 Hukum Kekayaan (Vermogen Recht):

Hukum yang mengatur hubungan antara orang dengan harta kekayaan mereka atau
mengatur mengenai hubungan hukum yang merupakan hak dan kewajiban yang dapat
dinilai dengan uang. Jika kita mengatakan tentang kekayaan seseorang, yang dimaksudkan
adalah segala hak dan kewajiban orang itu, yang dapat dinilai dengan uang. Hak dan
kewajiban yang sifatnya demikian, lazimnya dapat dipindahtangankan kepada orang lain.

 Hukum Waris (Erf Recht):

Mengatur mengenai harta benda seseorang setelah ia meninggal dunia. Mengatur


mengenai beralihnya hak dan kewajiban pewaris di bidang kekayaan (hak dan kewajiban
yang dapat dinilai dengan uang) kepada ahli warisnya. Dengan demikian sebenarnya
hukum waris merupakan bagian dari hukum harta benda. Namun demikian hukum waris
juga erat kaitannya dengan hukum keluarga, oleh karena untuk mewaris ialah mereka yang
mempunyai hubungan darah (keluarga) dengan pewaris. Hukum waris juga erat kaitannya
dengan hukum kekayaan yang sifatnya relatif, yang lahir dari perjanjian, sehingga
berdasarkan hal tersebut maka dalam ilmu hukum terdapat kecenderungan pendapat yang
berpendirian bahwa sebaiknya hukum waris diatur tersendiri.

5. Sumber hukum perdata di indonesia


Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar
mengakibatkan timbulnya sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum perdata adalah asal
mula hukum perdata atau tempat dimana hukum perdata di temukan.

Volamar membagi sumber hukum perdata menjadi empat macam. Yaitu KUHperdata
,traktat, yurisprudensi, dan kebiasaan. Dari keempat sumber tersebut dibagi lagi menjadi dua
macam, yaitu sumber hukum perdata tertulis dan tidak tertulis.Yang dimaksud dengan
sumber hukum perdata tertulis yaitu tempat ditemukannya kaidah-kaidah hukum perdata
yang berasal dari sumber tertulis.Umumnya kaidah hukum perdata tertulis terdapat di dalam
peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi.Sumber hukum perdata tidak
tertulis adalah tempat ditemukannya kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tidak
tertulis.Seperti terdapat dalam hukum kebiasaan

6. sistematika hukum perdata di Indonesia

 Menurut Undang-Undang sebagaimana termuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum


Perdata terdiri atas 4 buku, yaitu:

- Buku I, yang berjudul Perihal Orang (Van Personen), yang memuat Hukum
Perorangan dan Hukum Kekeluargaan;

- Biku II, yang berjudul Perihal Benda (Van Zaken), yang memuat Hukum Benda
dan Hukum Waris;

- Buku III, yang berjudul perihal perikatan (Van Verbintennissen), yang memuat
Hukum Harta Kekayaan yang berkenan dengan hak-hak dan kewajiban yang
berlaku bagi-orang-orang atau pihak tertentu;

- Buku IV, yang berjudul perihal pembuktian dan kadauiawarsa (Van Bewijs en
Berjaring), yang memuat perihal alat-alat pembuktian dan akibat-akibat lewat
waktu terhadap hubungan-hubungan hukum.

 Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum, Hukum Perdata (yang termuat dalam KUHPer)
terdapat 4 bagian, yaitu:

- Hukum Perorangan (Personenrecht) yang memuat antara lain:


a. Peraturan-peraturan tentang manusia sebagai subyek hukum,

b. Peraturan-peraturan tentang kecakapan untuk memiliki hak-hak dan


bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya itu.

- Hukum Keluarga (Familierecht) yang memuat antara lain:

a. Perkawinan beserta hubungan dalam hukum harta kekayaan antara


suami/istri

b. Hubungan antara orangtua dan anak-anaknya (kekuasaan orangtua-


ouderlijke macht).

c. Perwalian (voogdij),

d. Pengampunan (curalele).

- Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht), yang mengatur tentang hubungan-


hubungan hukum yang dapat dinilaikan dengan uang. Hukum Harta Kekayaan

- Hukum Waris (Erfrecht), yang mengatur tentang tata cara beralihnya harta
kekayaan dari seseorang yang telah meninggal dunia kepada orang yang masih
hidup atau ahli warisnya

Anda mungkin juga menyukai