Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

DASAR-DASAR HUKUM PERDATA

Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia

Dosen pengampu: Ilham Laman, S. Pd, M. Pd,

Oleh:

VIRA RAMADANI (10300122093)

MUH.HERSANG (10300122092)

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Perdata yang terangkum dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata atau Burgelijk Wetboek / BW) yang berlaku di Indonesia saat ini merupakan
produk pemerintah Hindia Belanda yang diberlakukan berdasarkan asas konkordansi, artinya
bahwa hukum yang berlaku di negeri jajahan (Hindia Belanda) sama dengan ketentuan
hukum yang berlaku di Negeri Belanda. Kodifikasi Hukum Perdata Belanda mulai berlaku di
Indonesia dengan Stb. 1848, hanya diberlakukan bagi orang – orang Eropa dan dipersamakan
dengan mereka. Disamping itu yang menjadi dasar hukum berlakunya KUHPerdata di
Indonesia adalah Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 berbunyi : “Segala Badan Negara dan
Peraturan yang ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut UU
ini”. Tujuannya untuk mengisi kekosongan hukum (rechtvacum) di bidang Hukum Perdata.

Pada Dasarnya hukum dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu hukum publik dan
hukum privat (hukum perdata). Hukum publik merupakan ketentuan – ketentuan hukum yang
mengatur kepentingan umum (publicrecht), sedangkan hukum perdata mengatur kepentingan
yang bersifat keperdataan (Privatrecht).

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan hukum perdata
2. Jelaskan sejara hukum di indonesia
3. Jelaskan kedudukan KUH perdata
4. Jelaskan sistematika hukum perdata
5. Jelaskan hukum perorangan
6. Jelaskan hukum keluarga
7. Jelaskan sebuah hukum benda
8. Jelaskan apa itu hukum perikatan
9. Jelaskan apa itu hukum pembuktian dan daluwarsa
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian hukum perdata

Hukum perdata adalah hukum atau aturan yang berpusat pada dua subject hukum atau
lebih, dengan menitikberatkan masalah pada kepentingan pribadi subject hukum tersebut.
Hukum perdata terbagi menjadi 2 yaitu Hukum perdata dalam arti yang lebih luas adalah
hal-hal hukum dalam arti hukum perdata (BW), yaitu semua hukum dasar yang mengatur
kepentingan individu. Dan hukum perdata dalam arti sempit adalah hukum perdata dalam
pengertian Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW). Subekti mengatakan hukum perdata
dalam arti yang lebih luas mencakup semua hukum privat yang substantif, yaitu semua
hukum dasar yang mengatur kepentingan individu. Hukum perdata kadang-kadang
digunakan dalam arti yang lebih sempit sebagai lawan dari hukum komersial.

Hukum Perdata yang terangkum dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata atau Burgelijk Wetboek / BW) yang berlaku di Indonesia saat ini merupakan
produk pemerintah Hindia Belanda yang diberlakukan berdasarkan asas konkordansi, artinya
bahwa hukum yang berlaku di negeri jajahan (Hindia Belanda) sama dengan ketentuan
hukum yang berlaku di Negeri Belanda. Kodifikasi Hukum Perdata Belanda mulai berlaku di
Indonesia dengan Stb. 1848, hanya diberlakukan bagi orang – orang Eropa dan dipersamakan
dengan mereka.

B. Sejarah hukum perdata di indonesia

Sejarah Perkembangan hukum Perdata di Indonesia tidak terlepas dari sejarah


perkembangan Ilmu Hukum di negara-negara Eropa lainnya, dalam arti perkembangan
hukum perdata di Indonesia amat dipengaruhi oleh perkembangan hukum di negara-negara
lain, terutama yang mempunyai hubungan langsung. Indonesia sebagai negara yang berada di
bawah pemerintahan Hindia Belanda maka kebijakan-kebijakan dalam hukum perdata tidak
terlepas dari kebijakan yang terjadi dan diterapkan di negara Belanda. Menurut Kansil (1993 :
63), tahun 1848 menjadi tahun yang amat penting dalam sejarah hukum Indonesia. Pada
tahun ini hukum privat yang berlaku bagi golongan hukum Eropa dikodifikasi, yakni
dikumpulkan dan dicantumkan dalam beberapa kitab undang-undang berdasarkan suatu
sistem tertentu. Pembuatan kodifikasi dalam lapangan hukum perdata, dipertahankan juga
asas konkordansi, risikonya hampir semua hasil kodifikasi tahun 1848 di Indonesia adalah
tiruan hasil kodifikasi yang telah dilakukan di negeri Belanda pada tahun 1838, dengan
diadakan beberapa perkecualian agar dapat menyesuaikan hukum bagi golongan hukum
Eropa di Indonesia dengan keadaan istimewa.

Adapun yang dimaksud dengan asas konkordansi adalah asas penyesuaian atau asas
persamaan terhadap berlakunya sistem hukum di Indonesia yang berdasarkan pada ketentuan
Pasal 131 ayat (2) I.S. yang berbunyi “ Untuk golongan bangsa Belanda harus dianut atau
dicontoh undang-undang di negeri Belanda. Hal ini menurut Kansil (1993: 115) berarti
bahwa hukum yang berlaku bagi orang-orang Belanda di Indonesia harus disamakan dengan
hukum yang berlaku di negeri Belanda. Jadi jelasnya hukum kodifikasi di Indonesia dengan
hukum kodifikasi di negeri Belanda adalah berdasarkan asas konkordansi.

C. Kedudukan KUH perdata

Berdasarkan pengaturan Pasal 7 ayat (1) UU 12/2011, maka sebenarnya tidak terdapat
suatu masalah mengenai kedudukan KUHP dan KUHPer dalam hierarki peraturan
perundang-undangan. Karena KUHP dan KUHPer sampai saat ini masih dinyatakan berlaku
sebagai undang-undang. Karena itu, KUHP dan KUHPer berkedudukan sebagai Undang-
Undang sesuai ketentuan Pasal 7 ayat (1) huruf c UU 12/2011. Peraturan Perundang-
undangan, dimana KUH Perdata berkedudukan setingkat dengan undang- undang karena
sampai saat ini masih berlaku sebagai undang-undang berdasarkan Pasal I Aturan Peralihan
UUD NRI 1945.

D. Sistematika hukum perdata

Hukum perdata menurut ilmu pengetahuan hukum sekarang ini dibagi menjadi empat
bagian, yaitu hukum:

1. tentang diri seseorang (hukum perorangan);


2. kekeluargaan;
3. kekayaan terbagi atas hukum kekayaan yang absolut, hukum kekayaan yang relatif;
4. waris. Penjelasan:
a. Hukum perorangan memuat peraturan tentang manusia sebagai subjek hukum,
peraturan perihal percakapan untuk memiliki hak dan percakapan untuk bertindak
sendiri melaksanakan hak-haknya itu serta hal yang mempengaruhi kecakapan.
Merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur mengenai kedudukan
orang mengenai manusia sebagai subjek hukum, kecakapan bertindak dalam lalu
lintas hukum, catatan sipil, ketidakhadiran, dan domisili. Termasuk kedudukan
badan hukum sebagai subjek hukum perdata.
b. Hukum keluarga merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur hubungan
hukum bersumber pada pertalian keluarga, misalnya perkawinan, kekuasaan
orang tua, perwalian, dan pengampuan.
c. Hukum kekayaan merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur antara
subjek hukum dan harta kekayaannya atau mengatur mengenai hak dan kewajiban
yang dapat dinilai dengan uang. Hukum kekayaan yang absolut berisi hak
kebendaan, yaitu hak yang memberi kekuasaan langsung atas suatu benda dan
dapat dipertahankan terhadap setiap orang. Hukum kekayaan yang relatif berisi
hak perorangan, yaitu hak yang timbul dari suatu perikatan dan hanya dapat
dipertahankan terhadap pihak-pihak tertentu saja.
d. Hukum waris merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur peralihan
hak dan kewajiban di bidang hukum kekayaan dari si pewaris kepada sekalian
ahli warisnya beserta akibat-akibatnya.

E. Hukum perorangan

Hukum perorangan dan Hukum Kekeluargaan adalah keseluruhan kaidah hukum yang
mengatur manusia sebagai subyek hukum dan wewenangnya, kecakapannya, domisili dan
catatan sipil, serta akibat hukum dari saling berinteraksinya manusia, yaitu perkawinan,
perceraian, kematian, warisan dan lain-lain. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat
kita tidak lepas dari persoalan hukum. Hukum yang mengatur hubungan antarmasyarakat
tepatnya adalah hukum perdata. Dalam lingkup hukum perdata terdapat perihal yang diatur,
antara lain mengenai hukum perorangan dan kebendaan. Hukum perorangan antara lain
meliputi kedudukan seorang anak sebagai subjek hukum (dari sejak lahir hingga meninggal
dunia), perolehan hak, perihal mewakili kepentingan yang menyangkut lembaga kekuasaan
orang tua, perwalian, pengangkatan anak, domisili dan lainnya hingga anak tersebut menjadi
dewasa dan hukum yang mengaturnyapun berubah sejalan pada kemandirian anak tersebut
antara lain hukum pencatatan dalam hal perkawinan, kelahiran hingga kematian.

Bergesernya kedudukan hukum anak menjadi dewasa dan menikah secara tidak
langsung melahirkan hukum yang mengatur mengenai kebendaan antara lain meliputi cara
memperoleh hak kebendaan yang salah satunya melalui pewarisan. Oleh karena itu, perihal
hukum waris dan kesemua pembahasan di atas juga akan dijabarkan dalam buku ini. Buku ini
turut disertai dengan peraturan terkait dengan pengangkatan anak, antara lain UU No. 23
Tahun 2002, PP No. 54 Tahun 2007 serta Permensos No. 110/Huk/2009.

F. Hukum keluarga

Hukum keluarga adalah bagian dari pada hukum orang. Bagian terpenting dari hukum
keluarga adalah hukum perkawinan. Hukum orang antara lain mengatur tentang nama, tempat
tinggal, dan kewarganegaraan. Untuk melangksungkan perkawinan maka kedua calon
mempelai harus mempunyai nama, tempat tinggal, kewarganegaraan, dll.

Hukum memegang peranan penting dalam mengatur ketertiban negara. Akan tetapi,
keberadaan hukum itu sendiri tidak dapat sepenuhnya dilepaskan dari persoalan-persoalan
yang menggelapkan fungsi hukum itu sendiri yang paling utama.

Sama di Indonesia, Hingga saat ini masih memiliki banyak permasalahan hukum yang
belum terselesaikan. Masalah hukum di Indonesia tidak hanya terkait dengan penegakan
hukum, tetapi terkadang dengan produk hukum itu sendiri. Tujuan mendasar dari hukum
adalah untuk meningkatkan ketertiban, kepastian hukum dan keadilan dalam masyarakat
sehingga orang, tanpa memandang golongannya, merasa terlindungi dan terlindungi hak-
haknya.

Dalam sebuah keluarga pasti kita menginginkan sebuah hubungan yang terjalin
harmonis antar anggota keluarga dan dalam menjamin terciptanya keharmonisan keluarga
tersebut juga tentunya harus dibarengi dengan pola pengasuhan yang baik dari orang tua dan
bagaimana mereka memberi peraturan namun tanpa membatasi ruang gerak anak.

Hukum keluarga merupakan bagian dari hukum perorangan, sedangkan hukum


keluarga diartikan sebagai seperangkat peraturan tentang kekerabatan dan kekerabatan karena
perkawinan (perkawinan, pengasuhan orang tua, perwalian, pengampuan, ketidakhadiran).

G. Hukum benda

Hukum benda adalah hukum yang mengatur atas benda. Lebih lanjut, klasifikasi
tertentu serta asas-asas umum yang mengatur hukum benda. Simak selengkapnya. Menurut
Soediman Kartohadiprodjo, pengertian hukum benda adalah semua kaidah hukum yang
mengatur apa yang diartikan dengan benda dan mengatur hak-hak atas benda.

H. Hukum perikatan
perikatan adalah adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan antara
dua orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain
berkewajiban atas sesuatu. Hubungan hukum dalam harta kekayaan ini merupakan suatu
akibat hukum, akibat hukum dari suatu perjanjian atau peristiwa hukum lain yang
menimbulkan perikatan. Dari rumusan ini dapat diketahui bahwa perikatan itu terdapat dalam
bidang hukum harta kekayaan (law of property), juga terdapat dalam bidang hukum
keluarga (family law), dalam bidang hukum waris (law of succession) serta dalam bidang
hukumpribadi (personallaw).Menurut ilmu pengetahuan Hukum Perdata, pengertian
perikatan adalah suatu hubungan dalam lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih
dimana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu.

Beberapa sarjana juga telah memberikan pengertian mengenai


perikatan. Pitlo memberikan pengertian perikatan yaitu suatu hubungan hukum yang bersifat
harta kekayaan antara dua orang atau lebih, atas dasar mana pihak yang satu
berhak (kreditur) dan pihak lain berkewajiban (debitur) atas suatu prestasi. Pengertian
perikatan menurut Hofmann adalah suatu hubungan hukum antara sejumlah terbatas subjek-
subjek hukum sehubungan dengan itu seorang atau beberapa orang daripadanya (debitur atau
pada debitur) mengikatkan dirinya untuk bersikap menurut cara-cara tertentu terhadap pihak
yang lain, yang berhak atas sikap yang demikian itu. Istilah perikatan sudah tepat sekali untuk
melukiskan suatu pengertian yang sama yang dimaksudkan verbintenis dalam bahasa Belanda
yaitu suatu hubungan hukum antara dua pihak yang isinya adalah hak an kewajiban untuk
memenuhi tuntutan tersebut.

I. Hukum pembuktian dan daluarsa

Menurut pasal 1865 B.W. “barang siapa menyatakan bahwa ia mempunyai hak atas sesuatu
atau meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, diwajibkan
membuktikan hak-hak tersebut”. Macam-macam pembuktian

1. Bukti Tertulis atau Surat


2. Bukti Kesaksian
3. Bukti Persangkaan
4. Bukti Pengakuan
5. Bukti Sumpah
Ketentuan mengenai Daluwarsa (Verjaring) diatur dalam pasal 1946 s/d. pasal
1993 B.W.

Daluwarsa adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu
perikatan dengan lewatnya atau lampaunya waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang
ditentukan oleh undang-undang (Pasal 1946 B.W.). Berdasarkan pasal 1946 B.W., ada
(2)duamacamdaluwarsa,yaitu

1. Pertama adalah untuk memperoleh suatu hak-hak kebendaan (acquisitieve verjaring).


Lembaga Acquisitieve verjaring, bukan dimaksudkan sebagai cara untuk memperoleh
atau mengambil hak milik. Melainkan untuk membuktikan atau sebagai bukti bahwa
orang tertentu dan dalam waktu tertentu telah menguasai suatu benda dengan itikad
baik. Menurut pasal 1963 B.W., bahwa seseorang yang beritikad baik berdasarkan
alas hak yang sah, memperoleh sesuatu benda tak bergerak dengan jalan daluwarsa
dengan suatu penguasaan selama 20 tahun, dan apabila ia menguasai 30 tahun tidak
dapat dipaksa untuk mebuktikan alas hak.
2. Kedua, daluwarsa sebagai alat untuk dibebaskan dari tuntutan hukum, baik yang
bersifat kebendaan maupun perseorangan atau perutangan (pasal 1967 B.W.).
Daluwarsa yang kedua ini disebut “extinctieve verjaring”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Hukum perdata yaitu ketetapan yang mengatur hak dan kewajiban antar individu dalam
masyarakat. Istilah hukum perdata di negara Indonesia mulanya dari bahasa Belanda
“BUrgerlik Recht” yang sumbernya pada Burgerlik Wetboek atau dalam bahasa Indonesia
nya disebut dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Hukum dapat
dimaknai dengan seperangkat kaidah dan perdata diartikan dengan yang mengatur hak, harta
benda dan kaitannya antara orang atas dasar logika atau kebendaan. Secara umum, pengertian
hukum perdata yaitu semua peraturan yang mengatur hak dan kewajiban perorangan dalam
hubungan masyarakat.Hukum perdata disebut pula dengan hukum private karena mengatur
kepentingan perseorangan.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Moch Chidin, dkk. 1993. Pengertian–Pengertian Elementer Hukum Perjanjian Perdata.
Bandung: Mandar Maju.

Anda mungkin juga menyukai