Anda di halaman 1dari 18

HUKUM PERDATA

PENGERTIAN DAN RUANG


LINGKUP HUKUM PERDATA
A. Pengertian Hukum Perdata
1. Menurut Subekti, hukum perdata dalam arti luas
meliputi semua hukum privat materil, yaitu segala hukum
pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan per
seorangan. Lebih lanjut dikatakan bahwa perkataan
“perdata” juga lazim dipakai sebagai lawan dari
“pidana”. Namun ada pula yang member istilah “hukum
sipil” untuk hukum privat materil, oleh karena istilah
tersebut sering dipakai sebagai lawan dari “militer”,
maka seyogianya dipakai istilah hukum perdata untuk
segenap peraturan hukum privat materil.
2. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan mengatakan, hukum
perdata adalah hukum yang mengatur kepentingan
antara warga Negara per seorangan yang satu dengan
warga Negara perseorangan yang /ain.
3. Wirjono Prodjodikoro mengatakan, hukum perdata adalah suatu
rangkaian hukum antara orang-orang atau badan hukum satu sama
lain tentang hak dan kewajiban. Lebih lanjut beliau . mengatakan
kebanyakan para saijana menganggap hukum perdata sebagai hukum
yang mengatur kepentingan perseorangan (pribadi) yang berbeda
dengan hukum publik sebagai hukum yang mengatur kepentingan
umum (masyarakat).
4. Sudikno Mertokusumo mengatakan, hukum perdata adalah hukum
antar perorangan yang mengatur hak dan kewajiban perorangan
yang satu terhadap yang lain di dalam hubungan keluarga dan di
dalam pergaulan masyarakat, pelaksanaannya diserahkan kepada
masing-masing pihak.
5. Asis Safioedin menyebutkan, hukum perdata adalah hukum yang
memuat peraturan dan ketentuan hukum yang meliputi hubungan
hukum antara orang yang satu dengan yang lain (antara subjek
hukum yang satu dengan subjek yang lain) di dalam masyarakat
dengan menitikberatkan kepada kepentingan perorangan.
 
6. Vollmar menyebutkan, hukum perdata adalah
aturan-aturan atau norma- norma, yang
memberikan pembatasan dan oleh karenanya
memberikan perlindungan pada kepentingan-
kepentingan peseorangan dalam perbandingan
yang tepai antara kepentingan yang satu
dengan yang lain dari orang-orang di dalam
suatu musyarakat tertentu ( Negeri Belanda )
terutama yang mengenai hubungan keluarga
dan hubungan lalu lintas. Hukum perdata
disebut juga hukum sipil atau hukum privat.
Dari defenisi-definisi tersebut di atas menurut
FX Suhardana dapat disimpulkan bahwa
Hukum Perdata ialah hukum yang mengatur
hubungan hukum antara orang/badan hukum
yang satu dengan orang/badan hukum yang
lain di dalam masyarakat dengan
menitikberatkan kepada kepentingan
perseorangan (pribadi/badan hukum). Hukum
perdata yang mengatur dan menentukan, agar
dalam pergaulan masyarakat orang dapat
saling mengetahui hak-hak dan kewajiban-
kewajiban antar sesamanya, sehingga
kepentingan tiap-tiap orang dapat terjamin dan
terpelihara dengan sebaik-baiknya.
Sudikno Mertokusumo menyebutkan beberapa
tolak ukur dari hukum perdata terutama dalam hal
untuk membedakannya dengan hukum publik
(menurut pembagian klasik yang hingga kini masih
digunakan).
1. Dalam hukum publik salah satu pihak adalah
penguasa, sedangkan dalam hukum perdata kedua
belah pihak adalah perorangan tanpa menutup
kemungkinan bahwa dalam hukum perdata pun
penguasa dapat menjadi pihak juga.
2. Peraturan hukum public sifatnya memaksa,
sedangkan peraturan hukum perdata pada umumnya
bersifat melengkapi meskipun adajuga yang bersifat
memaksa.
3. Tujuan hukum publik ialah melindungi
kepentingan umum, sedangkan hukum
perdata bertujuan melindungi kepentingan
individu/perorangan. kriteria ini ternyata
mengalami perkembangan,baik hukum
publik maupun hukum perdata bertujuan
member perlindungan pada kepentingan
umum.
4. Hukum publik mengatur hubungan hukum
antara Negara dengan individu,sedangkan
hukum perdata mengatur hubungan hukum
antara individu.
B. Hukum Perdata dalam Arti Luas
dan Hukum Pefdata dalam Arti
Sempit
Hukum perdata dalam arti luas ialah hukum
sebagaimana tertera dalam kitab undang-undang
hukum perdata (BW), kitab undang-undang
hukum dagang (Wv K) beserta sejumlah undang-
undang yang disebut undang-undang tambahan
lainnya. Undang-undang mengenai Koperasi,
Undang-undang Perseroan Terbatas, Undang-
undang Perkawinan dan lain sebagainya.
Hukum perdata dalam arti sempit ialah hukum
perdata sebagaimana terdapat dalam kitab
undang-undang hukum perdata (BW).
Hukum perdata dalam arti luas meliputi
semua hukum “privat materiil”, yaitu segala
hukum pokok yang mengatur kepentingan
perseorangan.hukum perdata ada kalanya
dipakai dalam arti sempit, sebagai lawan “
hukum dagang
Soedewi Masjchoen Sofwan mengatakan,
bahwa hukum perdata tertulis sebagaimana
diatur dalam KUH perdata, selanjutnya
disebut hukum perdata, merupakan Hukum
Perdata dalam arti sempit, sedangkan Hukum
Perdata dalam arti luas termasuk di dalamnya
Hukum Dagang.
Dengan perkataan lain, hukum perdata dalam
arti luas ialah meliputi semua peraturan-
peraturan hukum perdata baik yang tercantum
dalam KUH perdata / BW maupun dalam
KUHD dan undang-undang lainnya. Hukum
perdata (sebagaimana tertera dalam KUH
perdata / BW) mempunyai hubungan yang erat
dengan hukum dagang (KUHD).hal itu tampak
jelas dari isi ketentuan pasal 1 KUHD.
Mengenai hubungan kedua hukum tersebut
dikenal adanya adagium lex spesialis derogat
legi generali hukum yang khusus (KUHD)
mengesampingkan hukum umum (KUH
perdata).
C. Hukum Perdata Material dan
Hukum Perdata Formal
Di dalam kuliah pengantar ilmu hukum Indonesia
dijelaskan bahwa sistem hukum dapat dibagi menjadi
beberapa golongan; hal tersebut disebabkan penggunaan
berbagai criteria yang merupakan prinsip dasar
klasifikasi tersebut. Misalnya: dilihat dari segi saat
berlakunya, hukum dibagi menjadi apa yang dinamakan
ius coiistitutum dan ius constituendum; dilihat dari segi
wilayah berlakunya dikenal ada Hukum Nasional dan
Hukum Internasional; dari segi isinya dikenal lex
generalis dan lex specialis ; dilihat dari segi pembagian
klasik maka hukum dibagi menjadi Hukum Publik dan
Hukum Privat atau Perdata; dari kriteria menurut
fungsinya maka dikenal Hukum Material dan Hukum
Formil
Hukum Perdata dilihat dari segi
Fungsinya dibedakan menjadi dua:
 Hukum Perdata Materiel ialah aturan-aturan hukum
yang mengatur hak- hak dan kewajiban-kewajiban
perdata itu sendiri.dengan kata lain, bahwa hukum
perdata material mengatur kepentingan-kepentingan
perdata setiap subjek hukum.
 Hukum Perdata Formil menentukan cara menurut
mana pemenuhan hak- hak material tersebut dapat
dijamin. Dengan kata lain, bahwa hukum perdata
formil mengatur bagaimana tata cara seseorang
menurut haknya apabila dirugikan oleh orang
lain.hukum perdata formal mempertahankan hukum
perdata materiel,karena hukum perdata formal
berfungsi menerapkan hukum perdata material apabila
ada yang melanggarnya.hukum perdata formil sering
juga disebut dengan Hukum Acara Perdata.
D. Sistem Ilukum Perdata di
Indonesia
Hukum perdata di Indonesia sampai s'aat ini masih
beraneka ragam (pluralistis), dimana masing-masing
golongan , penduduk mempunyai Hukum Perdata sendiri-
sendiri kecuali bidang-bidang tertentu yang sudah ada
unifikasi misalnya di bidang Hukum Perkawinan, Hukum
Agraria. Tetapi apabila ditinjau lebih mendalam tampaklah
bahwa unifikasi di bidang hukum tersebut belumlah
berjumlah tercapai 100 % (sepenuhnya). Dengan kata lain,
(100 %). Kondisi keanekaragamaan tersebut telah
berlangsung lama, bahkan sejak tahun 1848, dimana pada
waktu itu Kaula Hindia Belanda dibagi menjaddi tiga
golongan berdasarkan pasal 163 IS (Indische
Staatsregeling): Golongan Eropa, Golongan Bumi Putera,
dan Golongan Timur Asing. Pembagian golongan tersebut
diikuti dengan pembagian hukum yang berlaku bagi masing-
masing golongan tersebut berdasarkan pasal 131 IS :
Dapat dijelaskan lebih lanjut isi pasal 163 dan 131
IS: bahwa Kaula Hindia Belanda berdasarkan
asalnya dan hukum yang berlaku dibagi menjadi:
1. Golongan Eropa, yang termasuk golongan ini
ialah:
a. Semua orang Belanda
b. Semua orang Eropa iainnya
Semua orang yang berasal dari tempat lain
yang dinegaranya tunduk kepada hukum keluarga
yang pada pokoknya berdasarkan asas yang sama
dengan Hukum Belanda (KUH Perdata), maksudnva
KUH Perdata yang mulai berlaku sejak 1 Mei 1848
(juga KUH Dagang ) berlaku bagi Golongan Eropa.
2. Golongan Bumi Putera, ialah semua orang yang
termasuk rakyat Indonesia asli, yang tidak beralih
masuk golongan lain, dan mereka yang semula
termasuk golongan lain yang telah membaurkan
dirinya dengan rakyat Indonesia asli. menurut isi
pasal 131 IS , maka golongan Bumi Putera hukum
yang berlaku adalah hukum adatnya masing-
masing. Tetapi lebih lanjut passal 131 ayat (4) IS
memberi kemungkinan kepada golongan bumi
putera secara perseorangan dapat menghapuskan
berlakunya hukum adat bagi mereka sendiri
dengan jalan menundukkan dirinya kepada hukum
perdata eropa (KUH perdata ), yaitu melalui
lembaga Penundukkan Diri (diatur dalam stb.1917
no. 12) dikenal juga dengan Tunduk Sukarela.
3. Golongan Timur Asing, ialah semua orang yang bukan
Golongan Eropa dan bukan pula Golongan Bumi Putera .
Golongan ini dibagi menjadi dua:
a. Golongan Timur Asing Tionghoa, berlakulah seluruh hukum
perdata (KUH Perdata) dengan beberapa pengecualian dan
tambahan.
b. Golongan Timur Asing Bukan Tionghoa, berlakulah sebagian
hukum perdata (KUH Perdata) dan hukum adat yang berlaku di
negerinya. Termasuk di dalam golongan ini, yaittu orang Arab,
India, Pakistan dan lain-lain sebagainya.
Dan uraian di atas tampak secara jelas bahwa hukum perdata yang
berlaku di Indonesia ternyata masih beranekka ragam
(pluralistis).walaupun dalam bidang tertentu telah terdapat
unifikasi namun belum sepenuhnya.kondisi tersebut jika kita
nilai berdasarkan isi undang-undang dasar 1945 pasal 26 ayat (1)
dan pasal 27 ayat (1), jelaslah terdapat kejanggalan sebab UUD
1945 tidak mengenal penggolongan-golongan warga Negara
Indonesia seperti yang terdapat dalam pasal 163 dan 131 1S.
Apabila dilihat dari kenyataan yang ada, maka kiranya
tepatlah apa yang ditulis oleh R.Abdoel Djamali
berpendapat bahwa Hukum Perdata di Indonesia terdiri
dari :
1. Hukum Perdata Adat , hukum ini umumnya tidak
tertulis dan berlaku dalam kehidupan masyarakat adat
secara turun-menurun serta ditaati, isinya mengatur
hubungan antar individu dalam masyarakat adat yang
berkaitan dengan kepentingan perseorangan. Masyarakat
adat yang dimaksud di sini ialah kelompok sosial bangsa
Indonesia ( Bumi Putera ).
2. Hukum Perdata Eropa, berbentuk tertulis dan
berlakunya (untuk saat ini) di dasarkan pada aturan
peralihan (pasal II aturan peralihan ) sekarang pasal 1
aturan peralihan UUD 1945. Isinya mengatur tentang
hubungan hukum yang menyangkut mengenai
kepentingan orang-orang Eropa dan bukan Eropa yang
tunduk/ menundukkan diri pada ketentuan tersebut.
3. Hukum Perdata yang bersifat Nasional ini
merupakan Produk Hukum Nasinal, yaitu merupakan
ketentuan hukum yang mengatur tentang kepentingan
perorangan yang dinyatakan berlaku untuk seluruh
warga Negara Indonesia, misalnya Undang- undang
Nomor 5/1960 yang dikenal dengan sebutan Undang-
undang Pokok Agraria ( UUPA ); Undang-undang
1/1974 tentang perkawinan.
Suatu hal yang perlu didasari bersama bahwa hingga
saat ini masih belum ada Hukum Perdata Nasional
secara menyeluruh sebagai suatu norma - norma
hukum perdata, namun hal tersebut masih dalam usaha
mewujudkannya.itu semua mengandung arti pula
bahwa hukum perdata yang berlaku di indonesia
masih menggunakan dasar hukum pasal II , sekarang
pasal I , aturan peralihan Undang-undang dasar 1945
yang dalam proses pengembangannya berdasarkan
politik hukum sebagai tercantum dalam Garis-garis
Besar Haluan Negara ( GBHN ).

Anda mungkin juga menyukai