100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
1K tayangan11 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang hukum adat khususnya delik adat. Terdapat penjelasan mengenai pengertian delik adat, unsur-unsur delik adat, sifat hukum delik adat, jenis-jenis delik adat, terjadinya delik adat, dan petugas hukum untuk menangani delik adat. Dokumen ini memberikan gambaran menyeluruh tentang hukum adat khususnya yang berkaitan dengan delik adat.
Deskripsi Asli:
yang butuh yo yang butuh ni cukup membantu mohon maaf kalo ada yang kurang ye
Dokumen tersebut membahas tentang hukum adat khususnya delik adat. Terdapat penjelasan mengenai pengertian delik adat, unsur-unsur delik adat, sifat hukum delik adat, jenis-jenis delik adat, terjadinya delik adat, dan petugas hukum untuk menangani delik adat. Dokumen ini memberikan gambaran menyeluruh tentang hukum adat khususnya yang berkaitan dengan delik adat.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum adat khususnya delik adat. Terdapat penjelasan mengenai pengertian delik adat, unsur-unsur delik adat, sifat hukum delik adat, jenis-jenis delik adat, terjadinya delik adat, dan petugas hukum untuk menangani delik adat. Dokumen ini memberikan gambaran menyeluruh tentang hukum adat khususnya yang berkaitan dengan delik adat.
Pengertian Delik Adat Prof. Dr. Mr.cornellis Van Vollenhoven “Yang dimaksud dengan Delik Adat adalah perbuatan yang tidak boleh dilakukan, walaupun pada kenyataannya peristiwa atau perbuatan itu hanya sumbang (kesalahan) kecil saja.” Prof. Dr. Mr.Barend Ter Haar. B.Zn “Delik (pelanggaran) adalah setiap gangguan dari suatu pihak terhadap keseimbangan dimana setiap pelanggaran itu dari suatu pihak atau dari sekelompok orang yang berwujud atau tidak berwujud dan berakibat menimbulkan reaksi (yang besar kecilnya reaksi itu berdasar ketentuan adat) suatu reaksi adat tersebut. Dan dengan reaksi adat itu maka keseimbangan harus dapat dipulihkan kembali (dengan pembayaran uang atau barang).” Soepomo mengemukakan definisi delik adat: Segala perbuatan atau kejadian yang sangat menggangu kekuatan batin masyarakat, segala perbuatan atau kejadian yang mencemarkan suasana batin, yang menentang kesucian masyarakat, merupakan delik terhadap masyarakat seluruhnya. Delik yang paling berat ialah segala pelanggaran yang memperkosa perimbangan antara dunia lahir dan dunia gaib, serta pelanggaran yang memperkosa dasar susunan masyarakat Unsur Delik Adat (Hukum Pidana Adat)
4 unsur penting hukum Delik Adat
1. Adanya perbuatan yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok atau pengurus ( Pimpinan/Pejabat ) Adat Sendiri. 2. Perbuatan itu bertentangan dengan norma – norma hukum adat. 3. Perbuatan itu dipandang dapat menimbulkan kegoncangan karena mengganggu keseimbangan dalam masyarakat, dan 4. Atas perbuatan itu timbul reaksi dari masyarakat yang berupa sanksi adat. Sifat Hukum Delik Adat Prof. H. Hilman Hadikusuma, S.H. dalam bukunya PENGANTAR ILMU HUKUM ADAT menyebutkan sebagai berikut : Hukum Pidana Adat mempunyai sifat : 1) Tradisional Magis Religius Sebagaimana Hukum Adat pada umumnya sifat Hukum Delik Adat adalah Tradisional dan magis religius, artinya perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan perbuatan mana mengganggu keseimbangan masyarakat itu bersifat turun temurun dan dikaitkan dengan keagamaan. 2) Menyeluruh dan Menyatukan Delik Adat bersifat menyeluruh dan menyatukan artinya Hukum Adat Delik tidak memisahkan antara delik yang bersifat pidana atau bersifat perdata juga tidak membedakan antara kejahatan dan pelanggaran 3) Tidak Prae Existence Hukum Adat Delik tidak menganut sistem Prae Existence Regels ( aturan yang ada dahulu ) artinya tidak seperti hukum pidana barat dimana menurut Hukum Adat walaupun belum ada peraturan yang telah ditetapkan terlebih dahulu ataupun belum ada sama sekali terhadap suatu delik, maka perbuatan itu dapat dihukum apabila akibat perbuatan itu mengganggu keseimbangan masyarakat. 4) Tidak Menyamaratakan Terhadap pelaku Delik Hukum Adat tidak menyamaratakan baik peristiwa dan perbuatannya, jika misalnya Delik Adat itu dilakukan oleh orang yang bemartabat, golongan bangsawan atau raja – raja adat, orang kaya, orang pintar, maka hukumannya lebih berat dari pelaku orang biasa, orang rendah atau orang miskin. Begitu juga terhadap korban, pelaku terhadap pembesar negara lebih berat hukumannya daripada pelaku yang menganiaya atau membunuh orang biasa. 5) Terbuka dan Lentur Aturan Hukum Adat Delik bersifat terbuka dan lentur ( flexible ) terhadap unsur – unsur yang baru yang berubah baik yang datang dari luar maupun karena perubahan dan perkembangan masyarakat dan lingkungannya. Hukum Adat tidak menolak perubahan – perubahan itu asal saja tidak bertentangan dengan kesadaran hukum dan keagamaan masyarakat yang bersangkutan. 6) Terjadinya Delik Adat Delik Adat terjadi apabila tata tertib adat setempat dilanggar atau dikarenakan adanya suatu pihak merasa dirugikan sehingga timbul reaksi dan koreksi dan keseimbangan masyarakat menjadi terganggu dan menurut Prof. I made Widnyana, S.H menyatakan “Delik Adat itu terjadi apabila suatu saat timbul larangan untuk melakukan suatu perbuatan karena perbuatan tersebut dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tidak patut.” 7) Delik Aduan Apabila terjadi delik adat yang akibatnya mengganggu keseimbangan keluarga maka untuk menyelesaikannya tuntutan atau gugatan dari pihak yang dirugikan harus ada pengaduan, harus ada pemberitahuan dan permintaan untuk diselesaikan kepada kepala adat. 8) Reaksi dan Koreksi Reaksi dan Koreksi dilakukan terhadap peristiwa atau perbuatan delik adalah untuk dapat memulihkan kembali keseimbangan masyarakat yang terganggu. Tindakan ini dapat berupa. a. Ganti kerugian Immateril dalam berbagai rupa, misalnya paksaan bagi gadis yang telah tercemar kehormatannya b. Membayar uang adat (denda) kepada pihak yang dirugikan c. Mengadakan selamatan untuk membersihkan masyarakat dari segala kekotoran ghaib d. Memberi penutup malu, permintaan maaf. e. Berbagai macam hukuman badan hingga hukuman mati f. Diasingkan dari masyarakat serta menempatkan orangnya diluar tata hukum Jenis-jenis Delik Adat a) Delik yang paling berat adalah segala pelanggaran yang memperkosa perimbangan antara dunia lahirdan dunia gaib serta segala pelanggaran yang memperkosa susunan masyarakat b) Delik terhadap diri sendiri, kepala adat juga masyarakat seluruhnya, karena kepala adat merupakan penjelmaan masyarakat. c) Delik yang menyangkut perbuatan sihir atau tenung d) Segala perbutan dan kekuatan yang menggangu batin masyarakat, dan mencemarkan suasana batin masyarakat e) Delik yang merusak dasar susunan masyarkat, misalnya incest f) Delik yang menentang kepentingan umum masyarakat dan menentang kepentingan hukum suatu golongan famili sebagai suami. g) Delik mengeani badan seseorang misalnya melukai Terjadinya Delik Adat
a) Tata-Tertib Adat Dilanggar
Tata-tertib adat adalah b) Keseimbangan Masyarakat ketentuan-ketentuan adat yg bersifat Terganggu tradisionil yg harus ditaati oleh setiap Keseimbangan kehidupan orang dalam pergaulan hidup masyarakat dapat terganggu bermasyarakat. Dan apabila apabila peristiwa yang terjadi ketentuan-ketentuan adat tersebut bertentangan dengan rasa keadilan ada yg dilanggar, maka akan berakibat dan kesadaran hukum masyarakat timbulnya reaksi dan koreksi dari petugas hukum adat dan masyarakat. menurut waktu, tempat dan keadaanya. Petugas hukum untuk delik adat Menurut Undang-Undang Darurat No. 1/1951 yang mempertahankan ketentuan- ketentuan dalam Ordonansi tanggal 9 Maret 1935 Staatsblad No. 102 tahun 1955, Staatsblad No. 102/1945 maka hakim perdamaian desa diakui berwenang memeriksa segala perkara adat, termasuk juga perkara delik adat. Didalam kenyataan sekarang ini, hakim perdamaian desa biasanya memeriksa delik adat yang tidak juga sekaligus delik menurut KUH Pidana. Delik-delik adat yang juga merupakan delik menurut KUH Pidana, rakyat desa lambat laun telah menerima dan menganmgap sebagai sutu yang wajar bila yang bersalah itu diadili serta dijatuhi hukuman oleh hakim pengadilan Negeri dengan pidana yang ditentukan oleh KUH Pidana. Posisi Hukum Delik Adat di Indonesia Jenis hukum rakyat ini merupakan sistem norma yg mewujudkan nilai-nilai, asas, struktur, kelembagaan, mekanisme, dan religi yang tumbuh, berkembang, dan dianut masyarakat lokal, dalam fungsinya sebagai instrumen utk menjaga keteraturan interaksi antara warga masyarakat (social order), keteraturan hubungan dengan sang pencipta dan roh-roh yg dipercaya memiliki kekuatan supranatural (spiritual order), dan menjaga keteraturan perilaku masyarakat dengan alam lingkungannya (ecological order). Pada dasarnya hukum pidana adat adalah hukum yang hidup & akan terus hidup, selama ada manusia dan budaya, ia tidak akan dapat dihapus dengan perundang-undangan. Andaikata diadakan juga UU yg akan menghapuskannya, maka akan percma saja, malahan hukum pidana perundang2an akan kehilangan sumber kekayaannya, oleh karena hukum pidana adat lebih dekat dengan hubungannya dengan antropologi dan sosiologi daripda hukum perundang-undangan.