Anda di halaman 1dari 11

HUKUM ADAT KELAS D KELOMPOK 5

ANGGOTA KELOMPOK:

BELLA DEVINA (3018210284)

SYIFA QURROTA A.R (3018210308)

JOSE YUSTISIA (3018210323)

MAGHFIRA NABILA (3017210170)

AGIS FIKRI (3017210013)


Pengertian Delik Adat
 Prof. Dr. Mr.cornellis Van Vollenhoven
“Yang dimaksud dengan Delik Adat adalah perbuatan yang tidak boleh dilakukan,
walaupun pada kenyataannya peristiwa atau perbuatan itu hanya sumbang (kesalahan) kecil saja.”
 Prof. Dr. Mr.Barend Ter Haar. B.Zn
“Delik (pelanggaran) adalah setiap gangguan dari suatu pihak terhadap keseimbangan
dimana setiap pelanggaran itu dari suatu pihak atau dari sekelompok orang yang berwujud atau
tidak berwujud dan berakibat menimbulkan reaksi (yang besar kecilnya reaksi itu berdasar
ketentuan adat) suatu reaksi adat tersebut. Dan dengan reaksi adat itu maka keseimbangan harus
dapat dipulihkan kembali (dengan pembayaran uang atau barang).”
 Soepomo
mengemukakan definisi delik adat: Segala perbuatan atau kejadian yang sangat
menggangu kekuatan batin masyarakat, segala perbuatan atau kejadian yang mencemarkan
suasana batin, yang menentang kesucian masyarakat, merupakan delik terhadap masyarakat
seluruhnya. Delik yang paling berat ialah segala pelanggaran yang memperkosa perimbangan
antara dunia lahir dan dunia gaib, serta pelanggaran yang memperkosa dasar susunan masyarakat
Unsur Delik Adat
(Hukum Pidana Adat)

4 unsur penting hukum Delik Adat


1. Adanya perbuatan yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok
atau pengurus ( Pimpinan/Pejabat ) Adat Sendiri.
2. Perbuatan itu bertentangan dengan norma – norma hukum adat.
3. Perbuatan itu dipandang dapat menimbulkan kegoncangan
karena mengganggu keseimbangan dalam masyarakat, dan
4. Atas perbuatan itu timbul reaksi dari masyarakat yang berupa
sanksi adat.
Sifat Hukum Delik Adat
Prof. H. Hilman Hadikusuma, S.H. dalam bukunya PENGANTAR ILMU
HUKUM ADAT menyebutkan sebagai berikut :
Hukum Pidana Adat mempunyai sifat :
1) Tradisional Magis Religius
Sebagaimana Hukum Adat pada umumnya sifat Hukum Delik Adat
adalah Tradisional dan magis religius, artinya perbuatan yang tidak boleh
dilakukan dan perbuatan mana mengganggu keseimbangan masyarakat itu
bersifat turun temurun dan dikaitkan dengan keagamaan.
2) Menyeluruh dan Menyatukan
Delik Adat bersifat menyeluruh dan menyatukan artinya Hukum
Adat Delik tidak memisahkan antara delik yang bersifat pidana atau bersifat
perdata juga tidak membedakan antara kejahatan dan pelanggaran
3) Tidak Prae Existence
Hukum Adat Delik tidak menganut sistem Prae Existence Regels ( aturan yang
ada dahulu ) artinya tidak seperti hukum pidana barat dimana menurut Hukum
Adat walaupun belum ada peraturan yang telah ditetapkan terlebih dahulu
ataupun belum ada sama sekali terhadap suatu delik, maka perbuatan itu dapat
dihukum apabila akibat perbuatan itu mengganggu keseimbangan masyarakat.
4) Tidak Menyamaratakan
Terhadap pelaku Delik Hukum Adat tidak menyamaratakan baik peristiwa dan
perbuatannya, jika misalnya Delik Adat itu dilakukan oleh orang yang
bemartabat, golongan bangsawan atau raja – raja adat, orang kaya, orang pintar,
maka hukumannya lebih berat dari pelaku orang biasa, orang rendah atau orang
miskin. Begitu juga terhadap korban, pelaku terhadap pembesar negara lebih
berat hukumannya daripada pelaku yang menganiaya atau membunuh orang
biasa.
5) Terbuka dan Lentur
Aturan Hukum Adat Delik bersifat terbuka dan lentur ( flexible ) terhadap
unsur – unsur yang baru yang berubah baik yang datang dari luar maupun
karena perubahan dan perkembangan masyarakat dan lingkungannya. Hukum
Adat tidak menolak perubahan – perubahan itu asal saja tidak bertentangan
dengan kesadaran hukum dan keagamaan masyarakat yang bersangkutan.
6) Terjadinya Delik Adat
Delik Adat terjadi apabila tata tertib adat setempat dilanggar atau dikarenakan
adanya suatu pihak merasa dirugikan sehingga timbul reaksi dan koreksi dan
keseimbangan masyarakat menjadi terganggu dan menurut Prof. I made
Widnyana, S.H menyatakan
“Delik Adat itu terjadi apabila suatu saat timbul larangan untuk melakukan
suatu perbuatan karena perbuatan tersebut dirasakan oleh masyarakat sebagai
perbuatan yang tidak patut.”
7) Delik Aduan
Apabila terjadi delik adat yang akibatnya mengganggu keseimbangan keluarga
maka untuk menyelesaikannya tuntutan atau gugatan dari pihak yang dirugikan
harus ada pengaduan, harus ada pemberitahuan dan permintaan untuk
diselesaikan kepada kepala adat.
8) Reaksi dan Koreksi
Reaksi dan Koreksi dilakukan terhadap peristiwa atau perbuatan delik adalah
untuk dapat memulihkan kembali keseimbangan masyarakat yang terganggu.
Tindakan ini dapat berupa.
a. Ganti kerugian Immateril dalam berbagai rupa, misalnya paksaan bagi gadis
yang telah tercemar kehormatannya
b. Membayar uang adat (denda) kepada pihak yang dirugikan
c. Mengadakan selamatan untuk membersihkan masyarakat dari segala
kekotoran ghaib
d. Memberi penutup malu, permintaan maaf.
e. Berbagai macam hukuman badan hingga hukuman mati
f. Diasingkan dari masyarakat serta menempatkan orangnya diluar tata hukum
Jenis-jenis Delik Adat
a) Delik yang paling berat adalah segala pelanggaran yang memperkosa
perimbangan antara dunia lahirdan dunia gaib serta segala pelanggaran yang
memperkosa susunan masyarakat
b) Delik terhadap diri sendiri, kepala adat juga masyarakat seluruhnya, karena
kepala adat merupakan penjelmaan masyarakat.
c) Delik yang menyangkut perbuatan sihir atau tenung
d) Segala perbutan dan kekuatan yang menggangu batin masyarakat, dan
mencemarkan suasana batin masyarakat
e) Delik yang merusak dasar susunan masyarkat, misalnya incest
f) Delik yang menentang kepentingan umum masyarakat dan menentang
kepentingan hukum suatu golongan famili sebagai suami.
g) Delik mengeani badan seseorang misalnya melukai
Terjadinya Delik Adat

a) Tata-Tertib Adat Dilanggar


Tata-tertib adat adalah b) Keseimbangan Masyarakat
ketentuan-ketentuan adat yg bersifat Terganggu
tradisionil yg harus ditaati oleh setiap Keseimbangan kehidupan
orang dalam pergaulan hidup masyarakat dapat terganggu
bermasyarakat. Dan apabila
apabila peristiwa yang terjadi
ketentuan-ketentuan adat tersebut
bertentangan dengan rasa keadilan
ada yg dilanggar, maka akan berakibat
dan kesadaran hukum masyarakat
timbulnya reaksi dan koreksi dari
petugas hukum adat dan masyarakat. menurut waktu, tempat dan
keadaanya.
Petugas hukum untuk delik
adat
Menurut Undang-Undang Darurat No. 1/1951 yang mempertahankan ketentuan-
ketentuan dalam Ordonansi tanggal 9 Maret 1935 Staatsblad No. 102 tahun 1955,
Staatsblad No. 102/1945 maka hakim perdamaian desa diakui berwenang memeriksa
segala perkara adat, termasuk juga perkara delik adat.
Didalam kenyataan sekarang ini, hakim perdamaian desa biasanya memeriksa delik
adat yang tidak juga sekaligus delik menurut KUH Pidana.
Delik-delik adat yang juga merupakan delik menurut KUH Pidana, rakyat desa
lambat laun telah menerima dan menganmgap sebagai sutu yang wajar bila yang
bersalah itu diadili serta dijatuhi hukuman oleh hakim pengadilan Negeri dengan
pidana yang ditentukan oleh KUH Pidana.
Posisi Hukum Delik Adat di
Indonesia
 Jenis hukum rakyat ini merupakan sistem norma yg mewujudkan nilai-nilai, asas, struktur,
kelembagaan, mekanisme, dan religi yang tumbuh, berkembang, dan dianut masyarakat lokal, dalam
fungsinya sebagai instrumen utk menjaga keteraturan interaksi antara warga masyarakat (social
order), keteraturan hubungan dengan sang pencipta dan roh-roh yg dipercaya memiliki kekuatan
supranatural (spiritual order), dan menjaga keteraturan perilaku masyarakat dengan alam
lingkungannya (ecological order).
 Pada dasarnya hukum pidana adat adalah hukum yang hidup & akan terus hidup, selama ada
manusia dan budaya, ia tidak akan dapat dihapus dengan perundang-undangan. Andaikata diadakan
juga UU yg akan menghapuskannya, maka akan percma saja, malahan hukum pidana perundang2an
akan kehilangan sumber kekayaannya, oleh karena hukum pidana adat lebih dekat dengan
hubungannya dengan antropologi dan sosiologi daripda hukum perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai