Anda di halaman 1dari 12

DELIK ADAT

Disusun oleh :

Agis Fikri 3017210013


Maghfirah Nabila Alhaniah 3017210170
Bella Devina 3018210284
Syifa Qurrota Ayuni Rizqi 3018210308
Jose Yustisia Oktavian 3018210323

Hukum Adat Kelas D Kelompok 5

Fakultas Hukum

Universitas Pancasila
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT karena atas segala
Rahmat, Taufik, serta Hidayah-Nya dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa
sholawat serta salam saya curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta
keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Makalah ini
dibuat untuk mengetahui pengertian delik hukum adat serta karakteristik delik
adat dan implementasi asas delik adat dalam ranah hukum adat secara normatif
maupun sosiologis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada dosen hukum adat yang telah


membimbing saya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Mohon maaf apabila makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan, untuk itu saya meminta kritik dan saran agar kedepannya saya dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi.

Jakarta, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
2.1 Pengertian Delik Adat.................................................................................... 2
2.2 Karakteristik Hukum Delik Adat ................................................................... 3
2.3 Unsur-unsur Hukum Delik Adat .................................................................... 5
2.4 Terjadinya Delik Adat ................................................................................... 6
2.5 Perbedaan Pokok Aliran ................................................................................ 6
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 9
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 9
3.2 Saran .............................................................................................................. 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia adalah Negara kepulauan yang terletak pada garis
khatulistiwa, penduduk yang berdiam di Pulau itu bermacam ragam adat
budaya dan hukum adatnya. Pada dasarnya suatu adat delik itu merupakan
suatu tindakan yang melanggar perasaan keadilan dan kepatuhannya yang
hidup dalam masyarakat, sehingga menyebabkan terganggunya ketentraman
serta keseimbangan masyarakat yang bersangkutan. Ketentuan Delik adat
antara masyarakat adat yang satu berbeda dengan masyarakat adat yang lain.
Jika terjadi konflik maka dalam mencari jalan penyelesaianya bukanlah di
tangani Pengadilan Agama atau Pengadilan Negri, tetapi ditangani oleh
peradilan keluarga atau kerabat yang bersendikan kerukunan, keselarasan,
dan kedamaian.
1.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian delik adat.
2. Untuk mengetahui karakteristik hukum delik adat.
3. Untuk mengetahui unsur-unsur delik adat.
4. Untuk mengetahui terjadinya delik adat.
5. Untuk mengetahui perbedaan pokok aliran hukum delik adat dengan
KUHP.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan delik adat?
2. Bagaimana karakteristik delik adat?
3. Apa unsur-unsur delik adat?
4. Bagaimana terjadinya delik adat?
5. Apa perbedaan pokok aliran hukum delik adat dengan KUHP?

1
BAB II

PEMBAHASAN
Dalam sistem hukum adat, sesungguhnya tidak ada pemisahan
hukum pidana dengan hukum lain sebagaimana sistem hukum barat,
penjatuhan pidana semata-mata dilakukan untuk menetapkan hukumnya
(verklaring van recht) berupa sanksi adat (adatreaktie), untuk
mengembalikan hukum adat yang dilanggar. Hukum adat delik (adatdelicten
recht) & dapat juga disebut “hukum pidana adat” ialah aturan hukum adat yg
mengatur peristiwa/perbuatan keslahan yg berakibat terganggunya
keseimbangan masyarakat sehingga perlu diselesaikan (dihukum) agar
keseimbangan masyarakat tidak terganggu.
Delik adat adalah peristiwa/perbuatan yg mengganggu
keseimbangan masyarakat dan dikarenakan adanya reaksi dari masyarakat
maka keseimbangan itu hrs dipulihkan kembali. Peristiwa/perbuatan itu
berwujud/tidak berwujud, terhadap manusia atau yg gaib yg telah
menimbulkan keguncangan dalam masyarakat harus dipulihkan dengan
hukuman denda atau dengan upacara adat.
2.1 Pengertian Delik Adat
Pengertian delik adat menurut para ahli
1. B Terhaar, Delik Adat adalah perbuatan yang tidak boleh dilakukan,
walaupun pada kenyataannya peristiwa atau perbuatan itu hanya sumbang
(kesalahan) kecil saja.
2. Cornelis van Vollen Hoven, Delik (pelanggaran) adalah setiap gangguan
dari suatu pihak terhadap keseimbangan dimana setiap pelanggaran itu
dari suatu pihak atau dari sekelompok orang yang berwujud atau tidak
berwujud dan berakibat menimbulkan reaksi (yang besar kecilnya reaksi
itu berdasar ketentuan adat) suatu reaksi adat tersebut. Dan dengan reaksi
adat itu maka keseimbangan harus dapat dipulihkan kembali (dengan
pembayaran uang atau barang).

2
3. Soepomo, mengemukakan definisi delik adat: Segala perbuatan atau
kejadian yang sangat menggangu kekuatan batin masyarakat, segala
perbuatan atau kejadian yang mencemarkan suasana batin, yang
menentang kesucian masyarakat, merupakan delik terhadap masyarakat
seluruhnya. Delik yang paling berat ialah segala pelanggaran yang
memperkosa perimbangan antara dunia lahir dan dunia gaib, serta
pelanggaran yang memperkosa dasar susunan masyarakat
2.2 Karakteristik Hukum Delik Adat
Karakteristik atau sifat hukum delik adat sebagai berikut:
1. Tradisional Magis Religius
Sebagaimana Hukum Adat pada umumnya sifat Hukum Delik Adat adalah
Tradisional dan magis religius, artinya perbuatan yang tidak boleh
dilakukan dan perbuatan mana mengganggu keseimbangan masyarakat itu
bersifat turun temurun dan dikaitkan dengan keagamaan.
2. Menyeluruh dan Menyatukan
Delik Adat bersifat menyeluruh dan menyatukan artinya Hukum Adat
Delik tidak memisahkan antara delik yang bersifat pidana atau bersifat
perdata juga tidak membedakan antara kejahatan dan pelanggaran.
3. Tidak Prae Existence
Hukum Adat Delik tidak menganut sistem Prae Existence Regels ( aturan
yang ada dahulu ) artinya tidak seperti hukum pidana barat dimana
menurut Hukum Adat walaupun belum ada peraturan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu ataupun belum ada sama sekali terhadap suatu
delik, maka perbuatan itu dapat dihukum apabila akibat perbuatan itu
mengganggu keseimbangan masyarakat.
4. Tidak Menyamaratakan
Terhadap pelaku Delik Hukum Adat tidak menyamaratakan baik peristiwa
dan perbuatannya, jika misalnya Delik Adat itu dilakukan oleh orang yang
bemartabat, golongan bangsawan atau raja – raja adat, orang kaya, orang
pintar, maka hukumannya lebih berat dari pelaku orang biasa, orang
rendah atau orang miskin. Begitu juga terhadap korban, pelaku terhadap

3
pembesar negara lebih berat hukumannya daripada pelaku yang
menganiaya atau membunuh orang biasa.
5. Terbuka dan Lentur
Aturan Hukum Adat Delik bersifat terbuka dan lentur ( flexible ) terhadap
unsur – unsur yang baru yang berubah baik yang datang dari luar maupun
karena perubahan dan perkembangan masyarakat dan lingkungannya.
Hukum Adat tidak menolak perubahan – perubahan itu asal saja tidak
bertentangan dengan kesadaran hukum dan keagamaan masyarakat yang
bersangkutan.
6. Tempat Berlakunya
Keberlakuan hukum pelanggaran adat terbatas pada lingkungan
masyarakat adat tertentu (tidak menyeluruh sama). “Lain Padang Lain
Ilalang, Lain Lubuk Lain Ikannya” -“Lain masyarakat adat lain pula delik
adatnya dan lain pula cara penyelesaiannya”.
7. Terjadinya Delik Adat
Delik Adat terjadi apabila tata tertib adat setempat dilanggar atau
dikarenakan adanya suatu pihak merasa dirugikan sehingga timbul reaksi
dan koreksi dan keseimbangan masyarakat menjadi terganggu.
8. Delik Aduan
Apabila terjadi delik adat yang akibatnya mengganggu keseimbangan
keluarga maka untuk menyelesaikannya tuntutan atau gugatan dari pihak
yang dirugikan harus ada pengaduan, harus ada pemberitahuan dan
permintaan untuk diselesaikan kepada kepala adat.
9. Reaksi dan Koreksi
Reaksi dan Koreksi dilakukan terhadap peristiwa atau perbuatan delik
adalah untuk dapat memulihkan kembali keseimbangan masyarakat yang
terganggu. Tindakan ini dapat berupa.
a. Ganti kerugian Immateril dalam berbagai rupa, misalnya paksaan
menikahi gadis yang dicemar kehormatannya
b. Membayar uang adat (denda) kepada pihak yang dirugikan

4
c. Mengadakan selamatan untuk membersihkan masyarakat dari
segala kekotoran ghaib
d. Memberi penutup malu, permintaan maaf.
e. Berbagai macam hukuman badan hingga hukuman mati
f. Diasingkan dari masyarakat serta menempatkan orangnya diluar
tata hukum.
2.3 Unsur-unsur Hukum Delik Adat
4 (empat) unsur penting hukum delik adat sebagai berikut:
a. Adanya perbuatan yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok atau
pengurus ( Pimpinan/Pejabat ) Adat Sendiri
b. Perbuatan itu bertentangan dengan norma-norma hukum adat
c. Perbuatan itu dipandang dapat menimbulkan keguncangan karena
mengganggu keseimbangan dalam masyarakat, dan
d. Atas perbuatan itu timbul reaksi/koreksi berupa sanksi adat dari
masyarakat.
Terdapat jenis jenis delik dalam hukum adat yaitu:
a. Delik yang paling berat adalah segala pelanggaran yang memperkosa
perimbangan antara dunia lahirdan dunia gaib serta segala pelanggaran
yang memperkosa susunan masyarakat
b. Delik terhadap diri sendiri, kepala adat juga masyarakat seluruhnya,
karena kepala adat merupakan penjelmaan masyarakat.
c. Delik yang menyangkut perbuatan sihir atau tenung
d. Segala perbutan dan kekuatan yang menggangu batin masyarakat, dan
mencemarkan suasana batin masyarakat
e. Delik yang merusak dasar susunan masyarkat, misalnya incest
f. Delik yang menentang kepentingan umum masyarakat dan menentang
kepentingan hukum suatu golongan famili sebagai suami.
g. Delik mengeani badan seseorang misalnya melukai

5
2.4 Terjadinya Delik Adat
a. Tata-Tertib Adat Dilanggar
Tata-tertib adat adalah ketentuan-ketentuan adat yg bersifat tradisionil yg
harus ditaati oleh setiap orang dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Dan
apabila ketentuan-ketentuan adat tersebut ada yg dilanggar, maka akan
berakibat timbulnya reaksi dan koreksi dari petugas hukum adat dan
masyarakat.
b. Keseimbangan Masyarakat Terganggu
Keseimbangan kehidupan masyarakat dapat terganggu apabila peristiwa
yang terjadi bertentangan dengan rasa keadilan dan kesadaran hukum
masyarakat menurut waktu, tempat dan keadaanya.
Subyek delik adat atau petugas hukum perkara adata yang berwenang
adalah kepala desa atau sebagaimana yang ditentukan menurut Undang-
Undang Darurat No. 1/1951 yang mempertahankan ketentuan-ketentuan
dalam Ordonansi tanggal 9 Maret 1935 Ataatblad No. 102 tahun 1955,
Statblad No. 102/1945 maka hakim perdamaian desa diakui berwenang
memeriksa segala perkara adat, termasuk juga perkara delik adat.
Didalam kenyataan sekarang ini, hakim perdamaian desa biasanya
memeriksa delik adat yang tidak juga sekaligus delik menurut KUH Pidana.
Delik-delik adat yang juga merupakan delik menurut KUH Pidana,
rakyat desa lambat laun telah menerima dan menganmgap sebagai sutu yang
wajar bila yang bersalah itu diadili serta dijatuhi hukuman oleh hakim
pengadilan Negeri dengan pidana yang ditentukan oleh KUH Pidana
2.5 Perbedaan Pokok Aliran
Van Vollenhoven melukiskan perbedan pokok aliran antara sistem
hukum pidana menurut KUHP dan sistem Hukum Delik Adat (HDA) sebagai
berikut:
a. Yang Dapat Dipidana
KUHP: Yang dapat dipidana hanya badan pribadi (person) yang berupa
manusia /orang.

6
HAD: Sering terjadi bahwa sipenjahat melakukan delik yang dilakukan
disuatu tempat atau kampung, hukuman yang dikenakan adalah wajib
membayar denda atau ganti rugi kepada golangan krabat korban.
b. Dolus dan Culpa
KUHP: Seorang hanya dapat dipidana apabila perbuatan dilakukan dengan
sengaja (dolus) ataupun dalam kelalaian, kekilafan,(culpa).
HDA: Dilapangan, hukum adat lebih banyak terdapat kejadian-kejadian yang
tidak memerlukan Pembuktian tetang adanya kesengajaan ataupun kelalaian
dari kejahatan dilapangan.
c. Kepentingan yang Dilanggar
KUHP: Tiap delik menatang kepentingan negara, sehingga setiap delik adalah
persoalan negara, bukanlah persoalan perseorangan atau pribadi yang terkena.
HDA: Ada delik terutama menjadi persoalan orang yang terkena, sekali juga
menjadi persoalan golongan krabat orang terkena dan pula mengenai
kepentingan desa.
d. Pertanggungjawaban
KUHP: Orang yang dapat dipidana dapat bertanggung jawab atas
perbuatanya.
HDA: Didalam literatur Hukum adat terdapat pemberitaan dari wilayah
minang kabau bahwa disana upaya pertahanan masyarakat terhadap oarang
gila yang membunuh orang adalah sama dengan upaya terhadap orang normal
yang melakukan tindakan yang serupa.
e. Posisi Sosial
KUHP: Hukum pidana barat memperlakukan orang yang satu sama dengan
yang lain, tanpa diskriminasi.
HDA: Besar kecilnya kepentingan hukuman seseorang sebagai individu
bergantung pada kedudukan/fungsinya didalam masyarakat.
f. Menghakimi sendiri
KUHP: Orang dilarang bertindak sendiri untuk menegakan hukum yang
dilanggar, larangan ini berdasarkan prinsip bahwa delik adalah persoalan
negara, bukan persoalan orang persorangan (pribadi).

7
HDA: Didalam sitem hukum adat terdapat keadan yang mengizinkankan
orang terkena untuk bertindak sebagai hakim sendiri, misalnya bila seseorang
melarikan gadis, berzina, mencuri dan perbuatan itu tertangkap tangan
sedangkan pelaku di pegang oleh pihak yang terkena, pada saat itu boleh
melakukan hakim sendiri.
g. Penilaian Barang
KUHP: Didalam Hukum Pidana barat tidak ada perbedaan barang antara satu
dengan yang lain, sehingga mencuri setangkai bunga sama berat hukmannya
dengan mencuri sebutir mutiara.
HDA: Mencuri, menggelapkan atau merusak barang asal dari nenek moyang
adalah lebih berat dari pada tindakan serupa dari barang duniawi biasa.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adat delik merupakan suatu tindakan yang melanggar perasaan keadilan
dan kepatutan yang hidup dalam masyarakat, sehigga menyebabkan
terganggunya ketentraman serta keseimbangan masyarakat yang bersangkutan
guna memulihkan kembali ketentraman dan keseimbangan itu maka terjadi
reaksi-reaksi adat. Hukum adat lahir berbeda-beda antara satu daerah dengan
daerah yang lain dan hanya berlaku untuk masyarakat yang ada dalam daerah
tersebut, hukum adat tidak bersifat statis, namun selalu mengalami perubahan.
Hukum adat terjadi apabila adanya pelanggaran delik adat dan terganggunya
keseimbangan masyarakat.
3.2 Saran
Hukum Delik adat harus memiliki perkembangan yang dinamis dan
sesuai dengan keseimbangan masyarakat untuk mencapai tujuan daripada
terciptanya hukum delik adat

Anda mungkin juga menyukai