Anda di halaman 1dari 2

NAMA : Syifa Qurrota Ayuni Rizqi

NPM : 3018210308

MATAKULIAH : HUKUM PERTAMBANGAN KELAS F

Pendapat mengenai Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Mineral dan Batu Bara
terhadap tata kelola dan demokrasi ekonomi.
Baru-baru ini, di tengah pandemi Covid-19 Pemerintah menetapkan perubahan
Undang-Undang Mineral dan Batu Bara Nomor 4 tahun 2009 dan mengesahkan Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Mineral dan Batu Bara yang biasa disebut UU
MINERBA. Sebagai mahasiswa hukum, saya berpendapat mengenai isi dari UU MINERBA
Nomor 3 Tahun 2020 dibandingkan dengan UU MINERBA Nomor 4 tahun 2009 terdapat
perubahan yang signifikan mengenai tata kelola tambang dan pasal-pasal yang akan
memberikan dampak kerugian kepada masyarakat khusunya dalam bidang demokrasi
ekonomi.

Terdapat beberapa pasal yang dihapus dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
mengenai pengelolaan pertambangan. Yaitu mengenai Kewenangan mengelola
pertambangan sebelumnya didelegasikan,dilimpahkan kepada Pemerintah daerah untuk
memberikan izin atau menyelenggarakan kegiatan usaha tambang hal tersebut diatur dalam
Pasal 4 UU No.4 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa penguasaan mineral dan batu bara di
selenggarakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

Namun, setelah dilakukan perubahan oleh DPR, dalam UU No.3 Tahun 2020
kewenangan penguasaan mineral dan batubara diubah menjadi Pemerintah Pusat saja yang
mempunyai kewenangan tersebut, dan menghapus Pemerintah Daerah yang sebelumnya
mempunyai kewenangan akan penguasaan mineral dan batu bara. Di dalam Pasal 6 ayat (1)
UU No.3 tahun 2020 juga diubah bahwa Hanya Pemerintah Pusat yang mempunyai
kewenangan pengelolaan Mineral dan Batu Bara, dimulai dari mengeluarkan Izin Usaha
Pertambangan (IUP), sampai menetapkan Wilayah Pertambangan (WP).

Saya berpendapat, hal tersebut tentu akan bertabrakan antara Pemerintah Pusat
dengan Pemerintah Daerah jika membahas penguasaan kegiataan tambang, sebab DPR
tidak mengindahkan Otonomi Daerah, dimana Pemerintah Daerah juga punya Hak,
wewenang, serta kewajiban untuk mengatur dan mengurus daerah otonomnya. Sehingga,
Pemerintah Daerah juga turut andil dalam pengelolaan dan penguasaan
pertambangan.Lebih menjadi permasalahan jika pemerintah memberikan izin kepada suatu
Korporasi yang hendak melakukan kegiatan tambang di daerah tambang, tanpa melakukan
eksplorasi, amdal, hingga reklamasi sehingga menimbulkan masalah baru pada lingkungan
masyarakat yang ada di daerah.
Karena kita sudah tahu pasti, bahwa kegiatan usaha tambangan memiliki dampak
besar terhadap lingkungan masyarakat, baik dampak keuntungan maupun kerugian. tetapi
jika kita melihat realita saat ini, sudah banyak sekali wilayah yang mengalami kerusakan
akibat kegiatan pertambangan contohnya seperti Daerah Aliran Sungai di Bengkulu yang
tercemar oleh limbah batubara dikarenakan Industri tidak melakukan reklamasi kegiatan
pascatambang. Saya menyimpulkan, bahwa pengesahan UU No.3 Tahun 2020 terkesan
buru-buru, tidak melibatkan partisipasi publik yang ahli dalam pengelolaan tambang, serta
tidak menjawab permasalahan masyarakat yang telah dirugikan oleh kegiatan tambang di
daerahnya, dan sangat mengancam kehidupan ekonomi masyarakat kedepannya. Oleh
karena itu, perlunya dilakukan Judicial Review terhadap UU No.3 Tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai