Anda di halaman 1dari 25

Hukum Adat

(Materi Ke-3 setelah UTS)

Muhammad Dias Saktiawan, S.H., M.Kn.


HUKUM pidana ADAT

Dalam sistem hukum adat,


sesungguhanyaa tidak ada pemisahan
hukum pidana dengan hukum lain
sebagaimana sistem hukum barat,
penjatuhan pidana semata-mata
dilakukan untuk menetapkan hukumnya
(verklaring van recht) berupa sanksi adat
(adatreaktie), untuk mengembalikan
hukum adat yang dilanggar.
Pengertian Hukum Adat Delik dan Delik Adat

• Hukum Adat Delik


Hukum adat delik (adatdelicten recht) & dapat juga disebut
“hukum pidana adat” ialah aturan hukum adat yang mengatur
peristiwa/perebutan kesalahan yang berakibat terganggunya
keseimbngan masyarakat sehingga perlu diselesaikan
(dihukum) agar keseimbngan masyarakat tidak terganggu.
• Pengertian Delik
Delik adat adalah peristiwa/perebutan yang mengganggu
keseimbangan masyarakat & dikarenakan adanya reaksi dari
masyarakat maka keseimbangan itu harus dipulihkan kembali.
peristiwa/perebutan itu berwujud/tidak berwujud, terhadap
manusia/ yang gaib yang telah menimbulkan keguncangan
dalam masyarakat harus dipulihkan dengan hukuman denda/
dengan upacara adat.
Beberapa pengertian tentang delik adat dari para sarjana

1. Hilman Hadikusuma, “Yang dimaksud dengan delik adat


adalah peristiwa/perebutan yang mengganggu kseimbngan
masyarakat & dikarenakan adanya reaksi dari masyarakat
maka keseimbngan itu harus dipulihkan kembli, perbuatan ini
baik berwujud/pun tidak berwujud baik dtjukan kpada
manusia/yang ghaib yang menimbulkan kgncngan dalam
masyarakat.
2. menurut van Vollenhoven, “yang dimakasud dengan delik adat
adalah perbuatan yang tidak boleh dilakukan, walalupun pada
kenyataannya peristwa/perbuatan itu hanya sumbang
(kesalahan) kecil saja.
3. Soepomo, mngmakaakan dfnsi delik adat sebagai berikut :
“bahwa juga di dalam sstem hukum adat segala perbuatan
yang bertentangan dengan peraturan hukum adat merupakan
perbuatan yang illegal & hukum adat mengenal pula ikhtiar2
untuk memperbaiki hukum jika hukum diperkosa”.
• Soepomo menyatakan bahwa Delik Adat
“Segala perbuatan atau kejadian yang sangat
menggangu kekuatan batin masyarakat, segala
perbuatan atau kejadian yang mencemarkan suasana
batin, yang menentang kesucian masyarakat,
merupakan delik terhadap masyarakat seluruhanyaa”
• Selanjutnya dinyatakan pula
“Delik yang paling berat ialah segala pelanggaran
yang memperkosa perimbangan antara dunia lahir
dan dunia gaib, serta pelanggaran yang memperkosa
dasar susunan masyarakat”.
Jenis jenis Delik dalam Hukum Adat

1. Delik yang paling barat adalah segala pelanggran


yang memeprkosa perimbangan antara dunia lahir &
dunia gaib serta segala pelanggaran yang
memperkosa susunan masyarakat;
2. Delik yang menyangkut perbuatan sihir/tenung;
3. Segala perbuatan & kekuatan yang mengganggu
batin masyarakat & mencemarkan suasana batin
masyarakat;
4. Delik yang merusak dasar susunan masyarakat,
misalnya incest;
5. Delik mengenai badan seseorang mislnya melukai;
6. Dll.
Sifat hukum adat delik

a. Tradisional-Regilius magis
b. Menyeluruh & menyatu
c. Tidak Prae-Existante, artinya tidak menganut seperti
dalam Pasal 1 KUHP asas “Nullum delictim, nulla poena
sine praevia lege poenali”
d. Tidak menyama-ratakan
e. Terbuka & lentur (fleksible/dinamis)
f. Pertanggungjwban bandingkan dengan hukum pidana
barat
Tempat berlakunya, tidak bersifat nasional tapi terbatas.
“Lain Padang Lain Ilalang, Lain Lubuk Lain
Ikannya” -“Lain masyarakat adat lain pula delik
adatnya&lain pula cara penyelesaiannya”.
Unsur-unsur delik adat

a. Ada perbuatan baik dilakukan oleh perongan/ kelompok.


b. Perbuatan itu bertentangan dengan norma-norma hukum
adat.
c. Perbuatan itu dipandang dapat menimbulkan
keguncangan.
d. Atas perbuatan itu timbul reaksi/koreksi berupa sanksi
adat dari masyarakat.
e. Terjadi delik adat karena tata tertib setempat dilanggar
sehingga timbul reaksi/ koreksi adat
f. Sifatnya delik aduan
g. Koreksi/ reaksi adat tujuanya memulihkan kembali
keseimbngan masyarakat
Terjadinya delik adat

a. Tata-tertib adat dilanggar


Tata tertib adat adalah ketentuan adat yang bersifat tradisionil yang harus ditaati oleh
stiap orang dalam prgaulan hidup brmasyarakat. Dan apabila ketentuan-ketentuan
adat tersebut ada yang dilnggar, maka akan berakibat timbulnya reaksi & koreksi dari
petugas hukum adat dan masyarakat. contoh pelanggaran aturan dusun di Sumsel
yang sekarang diabaikan, mslnya Simbur Tjahaja. “jika hlman rmh tidak dibrsihkan
dengan sepatutnya maka yang emaupunya Rmah dihukum denda sampai 6 ringgit”.
b. Kseimbngan masyarakat terganggu
Keseimbangan kehidupan masyarakat dapat terganggu apabila peristiwa yang terjadi
bertentangan dengan rasa keadilan & kesadaran hukum masyarakat menurut waktu,
tempat & keadaanya.
• contoh terjadinya pelanggran adat yang mengganggu keseimbngan kerabat
sebuah (seketurunan) atau Senuwou (seumah tangga), menurut hukum adat
Lamaupung/di Sumsel, mslnya sbagaimana ktntuan berikut :
“apabila ada kerabat yang menurunkan martabatnya, karena anak gadisnya
Bersuamikan pembntunya/ pembantu orang lain, maka orang tua si Gadis
dihukum denda 3 x 12 rial & 3 ekor kerbau yang senlai hrgnya.
Lahirnya Delik Adat

• lahirnya delik adat itu tidak brbda dengan lahirnya tiap peraturan hukum
yang tidak trtlis. Suatu peraturan mengenai tingkah laku manusia pada
suatu waktu mdapat sifat hukum, apabila suatu ketika petugas hukum
yang bersangkutan mempertahankannya terhadap orang yang
melanggar peraturan itu atau pada suatu ketika petugas hukum yang
bersangkutan bertindak untuk mencegah pelanggaran itu. Berasamaan
dengan saat peraturan itu memperoleh sifat hukum, maka
pelanggaranya menjadi pelanggaran hukum adat seperti pncgahanya
menjadi pncgahan pulaanggaran hukum adat. Dan dengan timbulnya
pelanggaran hukum adat itu, lahirlah sekaligus juga delik adat.
• Brdasarkan teori beslissingen teer (ajran kptsan) bahwa suatu peraturan
mengenai tingkah laku manusia akan bersifat hukum manakala
diputuskan&dipertahankan oleh petugas hukum. karena manusia itu
melakukan sebuah tindakan yang dianggap salah, maka dibuatlah
hukuman bagi orang yang melakukan tindakan itu. makaa dari pada
itulah lahirnya sebuah delik (Pelanggaran) adat adalah berasamaan
dengan lahirnya hukum adat.
Tujuan Hukuman Dalam Hukum Adat

Tujuan hukuman menurut hukum adat adalah untuk mmlihkn


kembali kseimbngan dalam masyarakat baik yang sftnya yang lahir
maupun yang ghaib. Berupa jenis hukuman ialah:
1. pengganti kerugian “imateril” dalam berbagai rupa seperti
paksaan menikah gdis yang telah dicemarnya;
2. bayar “uang adat” kpada orang yang trkna.
3. Selametan (korban) untuk membrsihkan masyarakat dari
segala kotoran ghaib.
4. penutup malu, permintaan maaf;
5. Pelbagai rupa hukuman badan, hingga sampai hukuman mati;
6. Pengasingan dari masyarakat seperti meletakkan orang di luar
tata hukum.
Subyek Delik Adat

Apabila terjadi suatu pelanggaran hukum, maka


petugas hukum (kepala adat dan sebagainya)
mengambil tindakan konkrit (reaksi adat) guna
membetulkan hukum yang dilanggar itu.
Misalnya, tidak melunasi hutang dapat
dipulihkan dengan penghukuman debitur untuk
melunasi hutangnya.
Objek Delik Adat

Obyek delik Adat adalah segala sesuatu yang dikenai


hak dan kewajiban (aturan-aturan dalam Delik Adat).
a. Merumuskan pedoman bagaimana warga
masyarakat shrusnya berperilaku, sehingga terjadi
integrasi dalam masyarakat;
b. Menetralisasikan kekuatan-kekuatan dalam
masyarakat sehingga dapat dimanfaatkan untuk
mengadakan ketertiban;
c. Mengatasi persengketaan, agar kedaan semula pulih
kembali;dan
d. Merumuskan kembali pedoman-pedoman yang
mengatur hubungan antara warga masyarakat &
kelompok-kelompok apabila terjadi perubahan.
Pasal 16, Q.A, No. 9 TAHUN 2008 TENTANG
PEMBINAAN KEHIDUPAN ADAT DAN ADAT ISTIADAT

Jenis-jenis sanksi yang dapat dijatuhkan dalam penyelesaian


sengketa adat, sebagai berikut:
a. nasehat;
b. teguran;
c. pernyataan maaf;
d. sayam;
e. diyat;
f. denda;
g. ganti kerugian;
h. dikucilkan oleh masyarakat gampong atau nama lain;
i. dikeluarkan dari masyarakat gampong atau nama lain;
j. pencabutan gelar adat; dan
k. bentuk sanksi lainnya sesuai dengan adat setempat.
Jenis sanksi adat selain dalam Q.A. NO. 9 THN 2008.

• Sie kameeng (Memotong kambing);


• Ija puteh (kain putih);
• Peusijuk (menepung tawari);
• Peng ubat (uang pengobatan);
• Lakee meu’ah (meminta maaf);
• Peumat Jaroe (berasalaman).
• Adat peusijuek tujoeh boeh syarat
• Kageupeu adat masa bak maja
• Oen naleung samboe ukheu jih koeng that
• Geuboeh ibarat labang donya
• Oen seunijuek leupi bukoen le
• Geuboeh keu tamse hate bek goga
• Oen manek manoe bungoeng si badan
• Tanda hai rakan makamu seujahtra
• Sipreuk breuh pade peukrue seumangat
• Tanda hoereumat deungoen mulia
• Teupoeng taweu seunijuek
• Lagee geupeuduek bekna meutuka
• Likoet nibakanyan geubri bulukat
• Beu’ek meukeumat wasiet bak maja
• Keusineulheuh seumah teumeutut
• Lagee geupeuduek aturan bek meutuka
• dengan demikian, hukum adat apabila dikaji dari
perspektif asas, norma, teoretis dan praktik dikenal
dengan istilah, “hukum yang hidup dalam
masyarakat”, “living law”, “nilai-nilai hukum dan rasa
keadilan yang hidup dalam masyarakat”, “hukum tidak
tertulis”, “hukum kebiasaan”.
• Kesimpulannya: hukum pidana/ delik adat adalah
keseluruhan peraturan/ norma yang mengatur tentang
peristiwa hukum adat yang telah diganggu, baik yang
sftnya pidana/ perdata & menimbulkan reaksi adat &
perlu dipulihkn kembali kegoncangan dalam
masyarakat baik yang nyata maupun yang ghaib.
Perbedaan Sistem Hukum Adat & Sistem Hukum Barat

• Istilah teoretisnya Hukum • Istilah teoretisnya


pelanggaran adat/ hukum hukum pidana
delik adat
• Ada pembedaan
• Tidak membedakan lapangan pidana &
lapangan pidana & perdata
perdata
• Mengenal beberapa
• Hanya mengenal satu prosedur penuntutan
prosedur penuntutan oleh
petugas adat (kepala
adat/ perskutuan)
Sistem Hukum pidana Adat

Sistem terbuka
sistem pelanggaran yang dianut hukum pidana adat adalah
terbuka tidak seperti hukum pidana barat yang bersifat
tertutup yang terikat pada suatu ktntuan yang tdapat pada Psl
1 KUHP karena apa yang dilarang/ dibolehkan menurut
hukum dat itu akan selalu diukur dengan mata rantai
lapangan hidup seluruhanya. apabila terjadi prstiwa yang
mgnggu Keseimbangan kehidupan masyarakat adat maka itu
dikategorikan sebagai pelanggaran.  apabila terjadi
pelanggaran maka para petugas hukum akan berusaha
mengembalikan keseimbangan itu dengan mencari jalan
penyelsaiannya, setelah kesepakatan dapat dicapai brulah
dilhat pada norma-norma hukum adat yang ada atau
menentukan hukum yang bru untuk memenuhi kesepakatan
guna penyelesaian.
Pertanggungjawaban pidana Adat

apabila terjadi peristiwa/ perbuatan delik,


menurut hukum pidana Barat KUHP, yang
dipermasalahkan apakah perbuatan itu terbukti
kesalahannya & dapat di hukum (STRAFBAAR
FEIT) & apakah pulakunya (DADERS) dapat
dipertanggungjawabkan. menurut hukum pidana
Adat yang dipermaslahkan adalah bagaimana
perbuatan itu & siapa yang harus dimntai
pertangggjwabannya.
Tempat Berlakunya Hukum Adat

keberlakuan hukum adat/pelanggaran adat


trbtas pada lingkungan masyarakat adat tertentu
(tidak mnylruh sama). “Lain Padang Lain Ilalang,
Lain Lubuk Lain Ikannya” “Lain masyarakat adat
lain pula delik adatnya dan lain pula cara
penyelesaiannya”.
Artinya ruang lingkup brlkunya delik adat,
terbtas pada masyarakat tertentu (lokal). Hal ini
jelas terlihat prrbrdaan dengan KUHP yang
berlaku nasional & univerasal
Posisi Hukum pidana Adat di Indonesia

• Ketika dilihat dari kearifan masyarakat adat


Indo yang bercorak religius-magis, secara
konkrit terkristalisasi dalam produk hukum
masyarakat lokal, yang dalam ancangan
antropologi hukum dsb hukum
kebiasaan (customary), hukum rkyat (folk
law), hukum pndduk asli (indigenous law),
hukum tidak trtlis (unwritten law), atau hukum
tidak resmi (unofficial law), atau dalam
konteks Indo dsb hukum adat (adat
law/adatrecht).
• Jenis hukum rakyat ini merupakan sistem
norma yang mengejawantahkan nilai-nilai,
asas, struktur, kelembagaan, mekanisme, dan
religi yang tumbuh, berkembang, dan dianut
mesy lokal, dalam fungsinya sebagai
instrumen untuk mjugaa keteraturan interaksi
antara warga masyarakat (social order),
keteraturan hbngan dengan sang pencipta
dan roh-roh yang dipercaya memiliki kekuatan
supranatural (spiritual order), dan juga
keteraturan perilaku masyarakat dengan alam
lingkunganya (ecological order).
• pada dasarnya hukum pidana adat adalah hukum
yang hidup & akan terus hidup, selama ada
manusia dan budaya, ia tidak akan dapat dihapus
dengan perundang-undangan. Andai kata diadakan
juga untuk yang akan menghapuskanya, maka
akan percuma saja, malahan hukum pidana
perundang-undangan akan kehilangan sumber
kekayaannya, oleh karena hukum pidana adat lebih
dekat dengan hubunganunganya dengan
antropologi dan sosiologi dariipada hukum
perundang-undangan.
Sekian
danTerima Kasih

Anda mungkin juga menyukai