BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aturan atau hukum tersebut mengalami perubahan dan terus mengalami perubahan
yang disesuaikan dengan kemajuan zaman. Untuk itu, suatu negara hukum
sangat perlu mengadakan pembangunan terutama di bidang hukum. Mengenai
pembangunan hukum ini ti daklah mudah dilakukan. Hal ini disebabkan
pembangunan hukum tersebut ti dak boleh bertentangan dengan tertib hukum
yang lain.
1
B. Pengertian Hukum
Hukum dan norma merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam
kehidupan manusia. Kedua hal tersebut saling berkaitan dan biasa disebut dalam satu
kesatuan. Baik hukum maupun norma berperan dalam mengatur kehidupan manusia
atau individu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk lebih
memahami keterkaitan antara keduanya, hal yang harus dilakukan terlebih
dahulu ialah memahami pengerti an dari hukum dan norma itu sendiri. Tulisan
ini akan m e n g u r a i k a n m e n g e n a i p e n g e r ti a n k e d u a n y a s e r t a m e m b a h a s
m e n g e n a i h i e r a r k i h u k u m d i Indonesia.
Norma itu sendiri merupakan bahasa latin yang dapat diartikan sebagai suatu
ketertiban, preskripsi atau perintah. Sistem norma yang berlaku bagi manusia
sekurang-kurangnya terdiri atas norma moral, norma agama, norma etika atau
kesopanan dan norma hukum. Norma hukum a d a l a h s i s t e m a t u r a n y a n g
diciptakan oleh lembaga kenegaraan yang ditunjuk melalui
mekanisme tertentu. Arti nya, hukum diciptakan dan diberlakukan oleh insti tusi
yang memiliki k e w e n a n g a n d a l a m m e m b e n t u k d a n m e m b e r l a k u k a n
h u k u m , y a i t u b a d a n l e g i s l a ti f . H u k u m merupakan norma yang memuat sanksi
yang tegas. Di Indonesia, istilah hukum digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk
menunjukkan norma yang berlaku di Indonesia. Hukum Indonesia adalah suatu
sistem norma atau sistem aturan yang berlaku di Indonesia. Sistem aturan tersebut
diwujudkan dalam perundang-undangan.
2
Daerah (Perda). Perda ini meliputi Perda provinsi, Perda kabupaten/kota dan peraturan desa
atau peraturan yang s e ti n g k a t . A d a p u n w e w e n a n g u n t u k m e n e t a p k a n
P e r d a b e r a d a p a d a k e p a l a d a e r a h a t a s persetujuan DPRD.
M e n g e n a i a p a k a h h u k u m i t u , m e n j a d i p e r t a n y a a n p e r t a m a s e ti a p
o r a n g y a n g m u l a i mempelajari tentang hukum. Sebenarnya sangat sulit untuk
memberikan definisi tentang hukum. Karena menurut Prof. Mr. Dr. L.J. Van
Apeldoorn dalam bukunya berjudul “Inleiding tot destudie van het Nederlandse
Recht” adalah ti dak mungkin memberikan suatu defi nisi tentang a p a k a h y a n g
disebut hukum itu. Hampir semua sarjana hukum memberikan
p e m b a t a s a n mengenai hukum yang berlainan. Beberapa ahli seperti
Aristoteles, Groti us, Hobbes, Philip S. James, dan Van Vollenhoven memberikan
definisi hukum yang berbeda-beda. Misalnya menurut Immanuel Kant bahwa hukum adalah
keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat
menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain, menuruti peraturan
hukum tentang kemerdekaan.
Dalam buku yang disusun bersama berjudul “Pelajaran Hukum Indonesia” bahwa
hukum a d a l a h p e r a t u r a n - p e r a t u r a n t a n g b e r s i f a t m e m a k s a , y a n g
m e n e n t u k a n ti n g k a h l a k u m a n u s i a dalam kehidupan masyarakat yang dibuat
3
oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap
peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya ti n d a k a n , y a i t u
d e n g a n hukuman tertentu.
2. Perintah dan/ atau larangan itu harus dipatuhi oleh setiap orang. Bahwa hukum itu
harus dipatuhi setiap orang, karena telah menjadi kesepakatan bersama d i d a l a m
kontrak social. Dan bagi subjek hukum yang melanggarnya akan
m e n d a p a t sanksi berdasarkan hukum yang berlaku.
Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib. Peraturan itu
bersifat memaksa.Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.
Adanya proses untuk mewujudkan kaidah, dan asas yang tertulis/ tidak tertulis.
Untuk menjaga agar peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung terus dan
diterima oleh seluruh anggota masyarakat, maka peraturan hukum yang ada harus sesuai
dan tidak boleh bertentangan dengan asas-asas keadilan dari masyarakat
tersebut. Dengan demikian, tujuan hukum itu adalah menegakkan keadilan,
membuat pedoman, dan bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam
masyarakat dan hukum itu harus pula bersendikan pada keadilan. Selain itu, dapat pula
4
disebutkan bahwa hukum menjaga dan mencegah agar setiap orang tidak menjadi hakim
atas dirinya sendiri (eigenrichting is verboden), tidak mengadili dan menjatuhi hukuman
terhadap pelanggaran hukum terhadap dirinya. Namun ti ap perkara harus
diselesaikan melalui proses pengadilan, dengan perantara hakim berdasarkan ketentuan
hukum yang berlaku.
Teori-teori tentang tujuan hukum : Teori eti ka/ eti s, yaitu tujuan hukum
semata-mata untuk mencapai keadilan. Menurut Ulpianus, keadilan adalah
kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan setiap orang apa yang semestinya.
Aristoteles membagi kedilan menjadi dua, yaitu keadilan distributi f (keadilan yang
diperoleh berdasarkan jasanya, yang hubungannya d e n g a n m a s y a r a k a t
( N e g a r a ) ) , d a n k e a d i l a n k u m u l a ti f ( k e a d i l a n y a n g d i d a s a r k a n
p a d a penyamarataan hubungan individu).
Teori uti litas, yaitu hukum itu bertujuan untuk kemanfaatan/faedah orang
terbanyak dalam masyarakat.
Teori campuran, teori ini merupakan gabungan antara teori etis dengan teori utilitas,
yaitu tujuan hukum ti dak hanya untuk keadilan semata, tetapi juga untuk
kemanfaatan orang banyak.
T e o r i t e r a k h i r , y a i t u t u j u a n h u k u m i t u s e m e s ti n y a d i t e k a n k a n
k e p a d a f u n g s i h u k u m y a n g menurutnya hanya untuk menjamin kepastian hukum.
C. Sumber-sumber hukum
Sumber hukum dapat ditinjau dari segi material dan segi formal.
1. Sumber-sumber hukum material, dapat diti njau dari berbagai sudut misalnya
dari sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat, dsb.
5
Traktat (treaty). Adalah perjanjian yang dilakukan oleh dua negara atau lebih
yang juga mengikat warga negara-warga negara dari negara-negara yang
bersangkutan.
1. Mazhab Hukum Alam Ada tiga tokoh dalam mazhab hukum alam, yaitu Aristoteles,
Thomas van Aquino, dan Groti us. Aristoteles membagi dua bagian hukum,
yaitu hukum yang dibuat oleh penguasa Negara, dan hukum yang dianggap baik
oleh manusia itu sendiri. Hukum alam adalah hukum yang oleh orang-orang
berpikiran sehat dirasakan sebagai selaras dengan kodrat alam. Menurut
Thomas van Aquino (1225-1247) bahwa segala kejadian di dunia ini
diperintah dan dikemudikan oleh suatu “Undang-undang abadi” (“Lex eterna”),
yang menjadi dasar kekuasaan d a r i p e r a t u r a n - p e r a t u r a n l a i n n y a . L e x
E t e r n a i n i i a l a h k e h e n d a k d a n p i k i r a n T u h a n y a n g menciptakan
dunia ini. Manusia dikaruniai Tuhan dengan kemampuan berpikir dan
kecakapan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk
serta mengenal berbagai peraturan perundangan yang langsung berasal dari
“Undang-undang abadi” itu, dan yang oleh Thomas van Aquino dinamakan “Hukum
Alam” (“Lex naturalis”).
Hukum alam tersebut hanyalah memuat asas-asas umum seperti misalnya : Berbuat
baik dan jauhilah kejahatan.
M e n u r u t H u g o d e G r o o t ( G r o ti u s ) ( a b a d 1 7 , s e o r a n g
penganjur hukum alam), hukum alam adalah perti mbangan
pikiran yang menunjukkan mana yang benar dan mana yang ti dak benar.
Hukum alam itu merupakan suatu pernyataan pikiran (akal) manusia yang sehat
mengenai apakah suatu perbuatan sesuai dengan kodrat manusia, dan
karena itu apakah perbuatan tersebut diperlukan atau harus ditolak.
2. Mazhab Sejarah Tokoh dalam mazhab sejarah yaitu Friedrich Carl von
Savigny (1779-1861). Von Savigny berpendapat bahwa hukum itu harus
dipandang sebagai suatu penjelmaan dari jiwa atau rohani suatu bangsa; selalu ada
suatu hubungan yang erat antara hukum dengan kepribadian suatu bangsa.
Hukum bukan diciptakan oleh orang, melainkan tumbuh sendiri di tengah-
tengah rakyat; hukum itu adalah penjelmaan dari kehendak rakyat, yang pada suatu
saat juga akan mati apabila suatu bangsa kehilangan kepribadiannya.
Menurut pendapat tersebut, jelaslah bahwa hukum itu merupakan suatu
rangkaian yang tidak terpisahkan dari sejarah suatu bangsa. Aliran yang
6
menghubungkan hukum dengan sejarah d i n a m a k a n “Mazhab
Sejarah”. Mazhab sejarah itu menimbulkan hukum
p o s i ti f ( I u s Constitutum).
Ada beberapa kebaikan dan keburukan dari mazhab sejarah. Kebaikannya antara lain
P a d a m a s a l a m p a u , d i E r o p a p a r a a h l i fi l o s o f m e n g a n g g a p d a n
m e n g a j a r k a n b a h w a hukum itu berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, dan oleh karena itu,
maka manusia diperintahkan oleh Tuhan untuk tunduk pada hukum. Berhubung
peraturan perundangan itu ditetapkan oleh penguasa Negara, maka oleh teori
Teokrasi diajarkan bahwa para penguasa Negara itu mendapat kuasa dari Tuhan; seolah-
olah para Raja dan penguasa lainnya merupakan wakil Tuhan. Teori Teokrasi ini di
Eropa Barat diterima umum hingga zaman Reinassance.
Menurut aliran rasionalisme ini, bahwa Raja dan penguasa Negara lainnya
memperoleh kekuasaannya itu bukan dari Tuhan, tetapi dari rakyatnya. Pada
abad pertengahan diajarkan b a h w a k e k u a s a a n R a j a i t u b e r a s a l d a r i
s u a t u p e r j a n j i a n a n t a r a R a j a d e n g a n r a k y a t n y a . Kemudian pada abad
18, J.J.Rousseau memperkenalkan teorinya bahwa dasar terjadinya suatu Negara
ialah “Perjanjian masyarakat” (Contrat Social”) yang diadakan oleh dan antara anggota
masyarakat untuk mendirikan suatu Negara.
Tokoh dari aliran ini adalah Prof. Mr H. Krabbe dan Leon Duguit. Menurut
Krabbe, hukum hanyalah apa yang memenuhi rasa keadilan orang terbanyak yang
ditundukkan kepadanya. Karena sifatnya yang berusaha mencapai keadilan yang setinggi-
7
tingginya, maka hukum itu wajib ditaati oleh manusia. Hukum itu ada, karena anggota
masyarakat mempunyai perasaan bagaimana s e h a r u s n y a h u k u m i t u . H a n y a l a h
k a i d a h y a n g ti m b u l d a r i p e r a s a a n h u k u m a n g g o t a s u a t u masyarakat,
mempunyai kewibawaan/ kekuasaan.
F. Asas Keseimbangan
Kranenburg, murid dari dan pengganti Prof. Krabbe berusaha mencari dalil yang
menjadi dasar berfungsinya kesadaran hukum orang. Dalil tersebut dirumuskan oleh
Kranenburg sebagai berikut : ti ap orang menerima keuntungan atau mendapat
kerugian sebanyak dasar-dasar yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Dalil ini oleh
Kranenburg dinamakan asas keseimbangan. P e n e m u a n Hukum Akibat
perkembangan masyarakat, maka perkembangan hukum berjalan
seiring sejalan. Hakim merupakan salah satu faktor pembentukan
h u k u m . B a d a n Legislatif menetapkan peraturan yang berlaku sebagai peraturan umum,
sedangkan pertimbangan dalam pelaksanaan hal-hal konkret diserahkan kepada
hakim, sebagai pemegang kekuasaan Yudikatif. Yang dilakukan hakim yaitu :
1. Konstruksi hukum.
Misalnya pada pasal 1576 tentang jual beli “Koop Break Geen Huur”
2. Penafsiran hukum.
Ada beberapa metode penafsiran, yaitu :
Penafsiran sahih, yaitu penafsiran yang pasti terhadap arti kata-kata itu sebagaimana
yang t e l a h d i b e r i k a n o l e h p e m b e n t u k U U .
P e n a f s i r a n h i s t o r i s , y a i t u p e n a f s i r a n y a n g b e r d a s a r k a n sejarah hukum
dan UU-nya.
8
Penafsiran restriktif, yaitu penafsiran dengan membatasi (mempersempit) arti kata-
kata dalam peraturan itu.
Menurut sumbernya :
c. Hukum traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh Negara-negara suatu dalam perjanjian
Negara.
Menurut bentuknya :
b. Hukum ti dak tertulis (hukum kebiasaan), yaitu hukum yang masih hidup
dalam keyakinanmasyarakat, tapi tidak tertulis, namun berlakunya ditaati seperti
suatu peraturan perundangan.
b. H u k u m i n t e r n a s i o n a l , y a i t u y a n g m e n g a t u r h u b u n g a n
h u b u n g a n h u k u m d a l a m d u n i a internasional.
a. Ius consti tutum (hukum positi f), yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi
suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.
b. Ius constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada masa yang akan datang.
9
c. Hukum asasi (hukum alam), yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam
segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia.
a. H u k u m m a t e r i a l , y a i t u h u k u m y a n g m e m u a t p e r a t u r a n y a n g
m e n g a t u r k e p e n ti n g a n d a n hubungan yang berwujud perintah-perintah dan
larangan.
b. Hukum formal, yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur tentang
bagaimana cara melaksanakan hukum material
Menurut sifatnya :
Menurut wujudnya :
b. H u k u m s u b y e k ti f , y a i t u h u k u m y a n g ti m b u l d a r i h u k u m o b y e k ti f d a n
b e r l a k u p a d a o r a n g tertentu atau lebih. Disebut juga hak.
Menurut isinya :
a. Hukum privat, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan
yang lain dengan menitik beratkan pada kepentingan perseorangan.
b. H u k u m p u b l i k , y a i t u h u k u m y a n g m e n g a t u r h u b u n g a n
a n t a r a N e g a r a d e n g a n a l a t kelengkapannya atau hubungan antara
Negara dengan warganegara.
Kaidah/ Norma
Kaidah atau norma hukum adalah peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam
hidup bermasyarakat yang berasal dari hati sanubari manusia.
Macam-macam norma :
10
b. Norma kesusilaan, yaitu peraturan yang dianggap sebagai suara hati sanubari
manusia, yangdiikuti dan diinsyafi oleh setiap orang.
c. Norma kesopanan, yaitu peraturan hidup yang timbul dari pergaulan hidup segolongan
orang.
d. Norma hukum, yaitu peraturan-peraturan yang timbul dari norma hukum, dibuat oleh
penguasa,dan dipertahankan dengan segala paksaa oleh alat-alat Negara.
H. Kesimpulan
Dari uraian singkat materi mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum di atas, disimpulkan
bahwa pengerti an hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari
norma dan sanksi-sanksi yang bertujuan menjaga ketertiban pergaulan manusia, sehingga
keamanan dan ketertibantetap terpelihara.
Yang dimaksud dengan sumber hukum adalah segala apa yang menimbulkan
aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yaitu aturan
yang kalau dilanggar akan mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.
Dari ciri-ciri hukum disebutkan bahwa sanksi terhadap pelanggaran hukum adalah
tegas,maka dari itu setiap orang wajib mentaati hukum, agar senantiasa tercipta kehidupan
yang amandan damai.
11
BAB I
DEFINISI ILMU HUKUM MENURUT PARA AHLI
1. Van Kan.
Keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa bertujuan untuk melindungi
kepentingan manusia di dalam masyarakat.
2. Utrecht.
Himpunan peraturan (baik berupa perintah maupun larangan) yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang
bersangkutan.
3. Wiryono Kusumo.
Keseluruhan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur tata
tertib di dalam masyarakat dan terhadap pelanggarnya umumnya akan dikenakan
sanksi.
4. Aristoteles.
Rangkaian peraturan yang mengikat baik rakyat maupun penguasa atau hakim
artinya hukum mengikat seluruh manusia tanpa kecuali.
5. Samidjo, SH
Himpunan peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, berisikan suatu perintah,
larangan atau izin untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu serta dengan maksud
untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.
6. Leon Duguit.
Aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya
pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari
kepentingan bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu.
12
7. Hugo de Groot.
Peraturan tentang perbuatan moral yang menjamin keadilan.
8. S.M. Amin, SH .
Kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma-norma dan sanksi-sanksi.
9. J.C.T. Simorangkir, SH .
Peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku
manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang
berwajib, pelanggaran terhadap peraturan tersebut mengakibatkan diambilnya
tindakan yaitu dengan hukuman tertentu.
13. O. Notohamidjojo.
Keseluruhan peraturan yang tertulis dan tidak tertulis yang biasanya bersifat
memaksa untuk kelakuan manusia dalam masyarakat Negara antarnegara, yang
berorientasi pada dua asas, yaitu keadilan dan daya guna, demi tata tertib dan damai
dalam masyarakat.
14. Capitan.
Keseluruhan daripada norma-norma yang secara mengikat mengatur hubungan yang
berbelit-belit antara manusia dalam masyarakat.
13
15. Prof. Mr. E,M. Meyers.
Semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan ditujukan kepada tingkah
laku manusia dalam masyarakat dan dapat menjadi pedoman bagi penguasa-
penguasa negara dalam melakukan tugasnya.
16. Immanuel Kant.
Keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu
dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang yang lain, menuruti
peraturan hukum tentang kemerdekaan.
19. Plato.
Peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun baik atau sistematis yang mengikat
masyarakat.
Membaca beberapa literatur utamanya yang terkait dengan Ilmu Hukum, maka akan kita
temukan beberapa definisi/pengertian tentang “hukum”, dan definisi tentang “hukum” itu
dapat pula kita temui dari kamus, ensiklopedi ataupun dari suatu aturan perundang-
undangan.
Untuk melihat apa yang dimaksud dengan hukum, berikut akan diurai definisi “hukum” dari
beberapa aliran pemikiran dalam ilmu hukum yang ada, sebab timbulnya perbedaan
tentang sudut pandang orang tentang apa itu “hukum” salah satunya sangat dipengaruhi
oleh aliran yang melatarbelakanginya.
14
Aliran Sosiologis
1. Hukum dalam arti sebagai tata hukum (hubungan antara manusia dengan individu
lainnya, dan tingkah laku para individu yang mempengaruhi individu lainnya, atau tata
sosial, atau tata ekonomi).
Hukum bagi Rescoe Pound adalah sebagai “Realitas Sosial” dan negara didirikan demi
kepentingan umum & hukum adalah sarana utamanya.
Jhering: Law is the sum of the condition of social life in the widest sense of the term, as
secured by the power of the states through the means of external compulsion (Hukum
adalah sejumlah kondisi kehidupan sosial dalam arti luas, yang dijamin oleh kekuasaan
negara melalui cara paksaan yang bersifat eksternal).
Bellefroid: Stelling recht is een ordening van het maatschappelijk leven, die voor een
bepaalde gemeenschap geldt en op haar gezag is vastgesteid (Hukum yang berlaku di suatu
masyarakat mengatur tata tertib masyarakat dan didasarkan atas kekuasaan yang ada di
dalam masyarakat itu).
Aliran Realis
Holmes: The prophecies of what the court will do… are what I mean by the law (apa yang
diramalkan akan diputuskan oleh pengadilan, itulah yang saya artikan sebagai hukum).
Llewellyn: What officials do about disputes is the law it self (apa yang diputuskan oleh
seorang hakim tentang suatu persengketaan, adalah hukum itu sendiri).
Salmond: Hukum dimungkinkan untuk didefinisikan sebagai kumpulan asas-asas yang diakui
dan diterapkan oleh negara di dalam peradilan. Dengan perkataan lain, hukum terdiri dari
aturan-aturan yang diakui dan dilaksanakan pada pengadilan.
Aliran Antropologi
Schapera: Law is any rule of conduct likely to be enforced by the courts (hukum adalah setiap
aturan tingkah laku yang mungkin diselenggarakan oleh pengadilan).
Gluckman: Law is the whole reservoir of rules on which judges draw for their decisions
(hukum adalah keseluruhan gudang-aturan di atas mana para hakim mendasarkan
putusannya).
15
Bohannan: Law is that body of binding obligations which has been reinstitutionalised within
the legal institution (hukum adalah merupakan himpunan kewajiban-kewajiban yang telah
dilembagakan kembali dalam pranata hukum).
Aliran Historis
Karl von Savigny: All law is originally formed by custom and popular feeling, that is, by
silently operating forces. Law is rooted in a people’s history: the roots are fed by the
consciousness, the faith and the customs of the people (Keseluruhan hukum sungguh-
sungguh terbentuk melalui kebiasaan dan perasaan kerakyatan, yaitu melalui
pengoperasian kekuasaan secara diam-diam. Hukum berakar pada sejarah manusia, dimana
akarnya dihidupkan oleh kesadaran, keyakinan dan kebiasaan warga negara.
Aristoteles: Hukum adalah sesuatu yang berbeda daripada sekedar mengatur dan
mengekspressikan bentuk dari konstitusi; hukum berfungsi untuk mengatur tingkah laku
para hakim dan putusannya di pengadilan dan untuk menjatuhkan hukuman terhadap
pelanggar.
Thomas Aquinas: Hukum adalah suatu aturan atau ukuran dari tindakan-tindakan, dalam hal
mana manusia dirangsang untuk bertindak atau dikekang untuk tidak bertindak.
Jhon Locke: Hukum adalah sesuatu yang ditentukan oleh warga masyarakat pada umumnya
tentang tindakan-tindakan mereka, untuk menilai/mengadili mana yang merupakan
perbuatan yang jujur dan mana yang merupakan perbuatan yang curang.
Aliran Positivis
Jhon Austin: Hukum adalah seperangkat perintah, baik langsung ataupun tidak langsung,
dari pihak yang berkuasa kepada warga masyarakatnya yang merupakan masyarakat politik
yang independen, dimana otoritasnya merupakan otoritas tertinggi.
Blackstone: Hukum adalah suatu aturan tindakan-tindakan yang ditentukan oleh orang-
orang yang berkuasa bagi orang-orang yang dikuasi, untuk ditaati.
Hans Kelsen: Hukum adalah suatu perintah memaksa terhadap tingkah laku manusia…
Hukum adalah kaidah-kaidah primer yang menetapkan sanksi-sanksi.
16
BAB II
HUKUM DAN MASYARAKAT
A. Unsur-Unsur Hukum
Di dalam hukum terdapat unsur-unsur yang merupakan refleksi dari manusia dan
masyarakat. Menurut Purnadi dan Soerjono, unsur-unsur hukum tersebut adalah :
1. Unsur idiel yaitu unsur yang berkaitan dengan ide, gagasan, dan pemikiran manusia
tentang hukum. Unsur idiel terdiri dari :
a. Hasrat susila.
b. Rasio manusia.
2. Unsur riel yaitu unsur yang berkaitan dengan hal-hal konkrit atau nyata. Unsur riel
terdiri dari :
a. Manusia.
b. Kebudayaan material.
c. Lingkungan alam.
Kedua unsur tersebut bersumber pada manusia sebagai unsur utama yang
merupakan perpaduan dari unsur rohani dan jasmani yang tidak dapat dipisahkan,
namun dapat dibedakan. Hukum merupakan refleksi kehendak manusia dalam hidup
bersama secara baik dan benar, sehingga keberadaan hukum senantiasa dipelihara dan
dikembangkan. Oleh karena itu, setiap orang cenderung melakukan penilaian dan
pertimbangan dalam menentukan pilihan. Nilai adalah ukuran yang disadari atau tidak
disadari oleh suatu masyarakat untuk menetapkan sesuatu yang benar, yang baik dan
sebagainya.
Dalam konteks ini, Willem van der Velden membedakan nilai menjadi dua diantaranya :
1. Standar Penilaian (standar of valuation) yaitu ukuran yang dapat digunakan terhadap
suatu objek yang dapat dinilai dengan ukuran jelas dan pasti. Misalnya satuan ukur
berat, luas, dan sebagainya.
2. Situasi yang dapat dinilai (valuable situation) yaitu situasi yang digunakan terhadap
objek berkenaan dengan peristiwa yang sulit diberikan penilaian.
Sementara menurut Notonagoro membagi nilai menjadi tiga yaitu :
1. Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia.
2. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan
aktivitas.
3. Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Selanjutnya menurut Notonagoro nilai kerohanian terbagi menjadi empat diantaranya :
1. Nilai kebenaran berasal dari rasio atau cipta manusia.
2. Nilai keindahan berasal dari rasa manusia.
3. Nilai moral berasal dari kehendak atau karsa manusia.
4. Nilai religius berasal dari kepercayaan atau keyakinan.
17
B. Keberadaan Hukum di Masyarakat
Hukum dibutuhkan oleh manusia karena hukum memiliki arti dan fungsi yang
penting bagi kehidupan manusia itu sendiri. Sulit rasanya membayangkan apabila suatu
masyarakat tanpa adanya hukum. Mungkin akan terjadi kehancuran dalam keutuhan
masyarakat. Arti pentingnya hukum bagi manusia dan masyarakat setidaknya dapat
dilihat dari dua aspek. Pertama dengan melihat pada potensi hukum sebagai sarana
penyelesaian sengketa. Kedua, melihat kepada potensi hukum untuk mempersatukan
segenap unsur yang beragam di masyarkat. Sejak zaman Yunani manusia dikatakan
sebagai zoon politicon atau mahkluk politik yaitu makhluk yang selalu hidup bersama
dengan manusia lain secara berorganisasi. Selain itu juga manusia cenderung
mengadakan interaksi dengan manusia lain agar kebutuhan dasar dan yang lainnya
dapat terpenuhi. Kebutuhan dasar digunakan sebagai gagasan, motivasi, dan tujuan
bagi setiap orang untuk mencapainya. Oleh karena itu, hukum akan terus
dipertahankan dan dikembangkan sehingga kebutuhan dasar lainnya dapat terpenuhi.
Menurut Maslow ada lima kebutuhan dasar yaitu :
1. Pangan, sandang, papan.
2. Keselamatan diri dan pemilikan
3. Harga diri.
4. Aktualisasi diri.
5. Kasih sayang.
Hukum sebagai kebutuhan dasar maka hukum wajib diselenggarakan dan dipatuhi oleh
seluruh anggota atau warga masyarakat. Untuk menyelenggarakan hukum diperlukan
adanya lembaga yang didalamnya terdapat kumpulan orang atau kelompok yang
diserahi tugas khusus untuk itu.
Satjipto Rahardjo mengemukakan adanya empat ciri dari hukum sebagai institusi social
yaitu :
1. Stabilitas artinya hukum harus menjadi kebutuhan yang tetap pada setiap
kebutuhan.
2. Kerangka sosial artinya hukum dimasukkan ke dalam kerangka social tentang skala
kebutuhan sosial yang dipriotitaskan untuk dipenuhi.
3. Norma-norma artinya memuat tentang pedoman dan aturan yang digunakan dalam
menyelenggarakan kebutuhan social yang bersangkutan.
4. Jalinan antarinstitusi artinya setiap kenutuhan dasar yang sudah dirumuskan ke
dalam norma-norma harus ada jaringan dan jalinan hubungan antarinstitusi.
C. Norma-Norma di Masyarakat
Keberadaan norma sebagai pedoman, acuan, dan patokan dalam hidup
bermasyarakat akan selalu disesuaikan dengan kebutuhan manusia. Norma terbagi
menjadi beberapa bagian yaitu diantaranya :
18
1. Norma agama adalah norma yang lebih ditujukan untuk kesempurnaan hidup pribadi
atau sikap bathin dalam hubungan dengan Tuhan YME. Dengan demikian, maka
norma dan sanksi agama bersumber dari Tuhan YME.
2. Norma kesusilaan adalah norma yang bertujuan untuk kesempurnaan pribadi maka
tekanannya pada sikap batin yang bersumber dari dalam diri sendiri berupa kata
hati, hati nurani, suara hati atai suara batin.
3. Norma sopan santun adalah norma yang bertujuan agar hidup lebih menyenangkan
dalam hidup bersama tekanannya pada perilaku yang lebih menyenangkan.
4. Norma kebiasaan adalah norma yang terbentuk karena adanya perilaku yang tetap
dan berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama.
5. Norma hukum adalah norma yang bertujuan untuk kedamaian dalam hidup
antarpribadi atau bermasyarakat yang menekankan pada perbuatan lahir.
19
BAB III
KERAGAMAN ARTI DAN CARA PEMBEDAAN HUKUM
20
a. Hukum imperatif adalah kaidah hukum memaksa yang secara apriori harus
ditaati.
b. Hukum fakultatif adalah kaidah hukum yang tidak secara apriori mengikat atau
tidak wajib dipatuhi sehingga ada kebebasan dalam membentuk hukum yang
sebanding antarpihak.
4. Dilihat dari segi isi.
a. Hukum substantif adalah kaidah hukum yang mengatur kepentingan-
kepentingan dan hubungan subyek-subyek hukum.
b. Hukum ajektif adalah kaidah yang memberikan pedoman untuk menegakkan
dan mempertahankan hukum substantif.
5. Dilihat dari segi bentuk.
a. Hukum tidak tertulis adalah kaidah hukum yang tidak dalam bentuk tertulis
tetapi hidup dalam pergaulan masyarakat (hukum adat).
b. Hukum tercatat adalah kaidah hukum tidak tertulis yang tercatat atau dicatat
oleh pemimpin formal, informal, dan para sarjana dalam penelitian.
c. Hukum tertulis adalah kaidah hukum dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh
negara (Undang-undang, traktat).
21
BAB IV
SUMBER HUKUM
22
d. Yurisprudensi adalah putusan hakim atau putusan pengadilan (lembaga yang
menegakkan hukum secara konkrit berkenaan dengan adanya tuntutan hak).
Yurisprudensi terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Yurisprudensi tetap, yaitu keputusan hakim yang digunakan sebagai dasar oleh
hakim lain yang merupakan rangkaian keputusan yang serupa.
2. Yurisprudensi tidak tetap yaitu keputusan hakim yang digunakan oleh hakim lain
sebagai pedoman karena sependapat.
e. Doktrin adalah ajaran dari seorang pakar yang membawa pengaruh dan pengikut
sehingga membentuk aliran.
Asas-asas hukum dapat dibedakan pada dua tingkatan yaitu asas-asas hukum umum
dan asas-asas hukum khusus.
Asas-asas hukum umum yang harus diperhatikan dalam perundang-undangan
diantaranya :
1. Asas lex superior derogat legi inferiori yaitu UU yang lebih tinggi tingkatannya akan
didahulukan berlakunya daripada UU yang lebih rendah dan sebaliknya.
2. Asas lex specialis derogat legi generali yaitu UU yang bersifat khusus didahulukan
berlakunya daripada UU yang bersifat umum.
3. Asas lex posterior derogat legi priori yaitu UU yang lebih baru atau yang terbit
didahulukan daripada UU yang terdahulu.
4. Asas lex neminem cogit ad impossobilia yaitu UU tidak memaksa sesorang untuk
melakukan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan atau sering disebut asas
kepatutan.
5. Asas lex perfecta yaitu UU tidak saja melarang suatu tindakan tetapi juga
menyatakan tindakan terlarang itu batal.
6. Asas non retroactive yaitu UU tidak dimaksudkan untuk berlaku surut karena akan
menimbulkan ketidakpastian hukum.
7. Asas keseimbangan kepentingan yaitu keseimbangan antara kepentingan pribadi dan
kepentingan umum.
8. Asas kesamaan yaitu kesamaan didepan hukum artinya setiap orang di depan hukum
harus diperlakukan dan diberikan kedudukan yang sama dan tidak boleh dibedakan
berdasarkan suku, ras, agama, dan antargolongan.
9. UU sebagai sarana yang maksimal untuk mencapai kesejahteraan.
Selain itu ada juga asas-asas hukum khusus pada bidang hukum tertentu misalnya
dalam hukum pidana dikenal asa praduga tak bersalah yaitu seseorang belum dapat
dinyatakan bersalah sebelum terbukti kesalahannya dalam suatu keputusan hakim yang
telah memiliki kekuatan hukum tetap.
23
BAB V
DISIPLIN ILMU HUKUM
Ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi empat jenis berdasarkan sifat keilmuannya
diantaranya :
1. Deskriptif, penggambaran atau pelukisan suatu gejala secara apa adanya.
2. Kausalitas, mempersoalkan sebab akibat suatu gejala.
3. Preskriptif atau normatif, mempersoalkan tentang apa yang seharusnya terjadi
menurut acuan tertentu.
4. Essensialistis, mengkaji hakikat suatu gejala secara mendalam.
Ilmu pengetahuan dapat mendorong munculnya ajaran atau disiplin, yaitu sistem ajaran
mengenai gejala atau kenyataan yang dihadapi di masyarakat.
Disiplin ilmu, umumnya dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok dasar. Pertama
disiplin deskriptif atau analilsis adalah disiplin ilmu yang cenderung menggambarkan,
menjelaskan, memahami, dan menganalisis suatu gejala yang nyatanya (das Sein) di
dalam hidup. Kedua, disiplin preskriptif adalah disiplin ilmu yang mempelajari dan
menentukan apa yang seharusnya dilakukan (das Sollen) sewaktu menghadapi
kenyataan di dalam hidup.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi demikian pesat akibat tingkat
peradapan dan kebudayaan manusia serta untuk mengantisipasi kebutuhan hidup
manusia, sehingga mendorong munculnya diferensiasi dan spesialisasi. Dampak pada
disiplin ilmu adalah munculnya cabang-cabang disiplin ilmu, antara lain, yaitu:
1. Disiplin nomotetis, untuk menemukan generalisasi.
2. Disiplin historis atau sejarah, untuk merekonstruksi kenyataan masa lampau.
3. Disiplin hukum untuk mengindenfikasi dan mengefektifkan norma hukum. Dalam hal
ini, terkait dengan disiplin ilmu lain, karena ketentuan normatif akan dipraktikkan
24
dalam perilaku. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa gejala sosial (legal
phenomena are social phenomena).
4. Disiplin fisafat, untuk menguraikan dan merangkum nilai-nilai kehidupan manusia.
Politik Hukum merupakan seni yang mencakup kegiatan untuk menciptakan, memilih,
mencapai, dan menerapkan nilai kedalam ketentuan berperilaku, melalui pengaturan
dan pengendalian sumber daya dimasyarakat.
Filasafat Hukum merupakan bagian dari disiplin hukum yang berguna dalam
merenungkan, merumuskan, dan menyerasikan nilai- nilai ke dalam asas, norma, dan
sanksi hukumnya.
25
BAB VI
DISIPLIN HUKUM NORMATIF
Norma hukum dilihat dari segi isinya dapat dibedakan atas pengaturan dan perumusan.
Ditinjau dari isi pengaturan, norma hukum dapat dibedakan menjadi dua yaitu (1)
hukum substantif yang mengatur tentang hak dan kewajiban, (2) hukum ajektif yang
memuat ketentuan tentang prosedur dan metode dari hukum substantif tersebut.
Ditinjau dari isi rumusan, norma hukum terbagi menjadi tiga diantaranya perintah,
larangan dan kebolehan. Sedangkan ditinjau dari sifatnya dibedakan menjadi dua yaitu
(1) imperatif berisi perintah dan larangan, (2) fakultatif yang berisi kebolehan.
Pernyataan hukum dapat diartikan sebagi perwujudan norma hukum yang dapat
berupa kenyataan idiel yaitu dalam pandangn hukum yang diformulasikan, dan
kenyataan riel dalam perilaku yang dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Pernyataan norma hukum yang diikuti oleh kebiasaan yang didorong oleh norma
hukum.
b. Kebiasaan yang mendahului pernyataan norma hukum yang merupakan perumusan
daari kebiasaan.
Tanda-tanda norma hukum dapat diartikan sebagai symbol, sarana yang menunjukkan
adanya pedoman atau acuan tertentu. Tanda-tanda norma hukum terdiri atas tanda
berwujud dan tak berwujud. Tanda berwujud adalah tanda yang dapat diketahui dari
26
bentuknya sperti dokumen tertulis, rambu-rambu, benda dan kebiasaan. Tanda tak
berwujud misalnya bunyi-bunyian dan perintah lisan.
27
BAB VII
DISIPLIN KONSEP HUKUM
A. Masyarakat Hukum
Masyarakat merupakan kumpulan dari interaksi dan komunikasi dari orang yang
menjadi anggota masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian, masyarakat dapat
dikatakan sebagai sistem yang terdapat perkumpulan pedoman, norma dan acuan
untuk berperilaku.
Masyarakat hukum adalah masyarakat yang membentuk, memilih, dan menetapkan
norma hukumnya dan senantiasa tunduk dan patuh kepada norma hukum yang
dibuatnya.
B. Subyek Hukum
Subyek hukum memiliki sifat-sifat tertentu yaitu :
a. Mandiri ialah mempunyai kemampuan penuh untuk bertindak.
b. Perantara, melalui pihak-pihak tertentu karena tindakannya dibatasi oleh factor
tertentu walaupun memiliki kemampuan.
Subyek hukum adalah setiap pihak yang menjadi pendukung hak dan kewajiban,
dibedakan atas :
a. Pribadi alami atau kodrati ialah manusia tanpa kecuali sejak lahir hingga kematian.
b. Pribadi hukum atau badan hukum berupa sekelompok orang atau harta kekayaan
yang dipisahkan dari kekayaan orang dan badan untuk mencapai tujuan social
kemanusiaan.
c. Tokoh atau pejabat ialah manusia yang memegang peran atau jabatan tertentu.
28
d. Adanya organisasi yang teratur, yaitu memiliki manajemen untuk mengelola
seperti pembagian tugas yang ditentukan secara tegas dan anggaran dasar.
C. Objek Hukum
Pengertian objek hukum adalah segala suatu yang berguna bagi subjek hukum dan
menjadi sasaran atau objek dari hubungan hukum karena dapat dikuasai. Objek hukum
umumnya berupa benda yang dalam hukum dibedakan atas: benda bergerak dan tak
bergerak, benda berwujud dan tak berwujud.
D. Hubungan Hukum
Hubungan hukum adalah hubungan antarsubjek hukum menurut ketentuan hukum
yang dapat berupa ikatan hak dan kewajiban.Hubungan hukum dapat dibedakan
hubungan:
1. Sederajat, misal hubungan suami istri dalam hukum perdata dan dalam HTN
hubungan antar provinsi, dan beda derajat, misal hubungan orangtua dan anak
dalam hukum perdata dan dalam HTN hubungan Pemerintah dan warga negara.
2. Timbal balik, para pihak sama-sama memiliki hak dan kewajiban, dan hubungan
timpang, pihak yang satu mempunyai hak, pihak yang lain mempunyai kewajiban.
E. Peristiwa Hukum
Peristiwa hukum adalah suatu kejadian masyarakat yang diatur dalam peraturan hukum
sehingga apabila terjadi dapat menimbulkan akibat-akibat hukum atau akibat yang
diatur oleh hukum. Menurut Van Apeldoorn, peristiwa hukum adalah kejadian yang
menimbulkan atau menghapuskan hak atau kewajiban. Peristiwa hukum dapat berupa:
1. Keadaan, yaitu berupa atau bersifat: alamiah,kejiwaan, keadaan hukum.
2. Kejadian yang bukan perbuatan manusia: kelahiran, kematian dan lampaunya waktu.
3. Perilaku dalam hukum: (a) perilaku menurut hukum yang dapat dilakukan secara
sepihak, jamak pihak, serempak (b) Perbuatan melanggar hukum (c) perbuatan
lainnya, misal jual beli dalam hukum adat.
Utrecht membagi peristiwa hukum menjadi dua jenis, yaitu: (1) perbuatan subyek
hukum, dan (2) peristiwa lain yang bukan perbuatan hukum. Perbuatan subjek hukum,
dibedakan menjadi dua macam , yaitu:
1. Perbuatan hukum ialah perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum yang terdiri
dari perbuatan hukum yang bersegi satu dan bersegi dua.
2. Perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum terdiri dari:
a. Perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum, walaupun bagi hukum tidak perlu
akibat tersebut dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan itu, disebut
zaakwaarneming.
b.Perbuatan yang bertentangan dengan hukum.
29
F. Dasar Hukum
Dasar hukum dapat diartikan sebagai suatu peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan
hukum, misanyal Proklamasi atau diartikan sebagai peristiwa yang memenuhi unsur-
unsur dalam norma hukum, misalnya perbuatan serah terima antara uang dan barang
sebagai peristiwa jual beli.
G. Akibat Hukum
Akibat hukum adalah yang mucul karena adanya peristiwa, perbuatan, dan hubungan
hukum. Suatu akibat hukum dapat muncul karena adanya perbuatan atau tindakan
yang sengaja dilakukan agar muncul akibat ynag dikehendaki sesuai dengan peraturan
hukum, misalnya membuat surat pengakuan atau membuat surat wasiat.
30
2. Hak utama, hak yang diperluas oleh hak-hak lain. Sedangkan hak tambahan
melengkapi hak utama.
3. Hak publik ada pada masyarakat dan negara, sedangkan hak perdata ada pada
seseorang.
4. Hak positif menuntut dilakukannya perbuatan, sedangkan hak negatif agar tidak
melakukan.
5. Hak milik berkaitan dengan barang, sedangkan hak pribadi berkaitan dengan
kedudukan seseorang.
31
BAB VIII
DISIPLIN HUKUM EMPIRIS
A. Sosiologi Hukum
Sosiologi hukum menurut Soerjono Soekanto adalah cabang ilmu pengetahuan yang
secara empiris dan analisis mempelajari hubungan timbale balik antara hukum sebagai
gejala sosial dan gejala sosial lainnya. Begitu pun menurut Satjipto Rahardjo, sosiologi
hukum adalah ilmu yang mempelajari fenomena hukum dari kenyataan yang tampak
sebagaimana hukum itu dijalankan sehari-hari.
Sosiologi hukum ruang lingkupnya mencakup hukum dalam dua posisi. Pertama, hukum
sebagai variabel terpengaruhi oleh proses yang terjadi di masyarakat atau proses sosial,
artinya hukum merupakan hasil dari proses sosial yang terjadi di masyarakat. Kedua,
hukum sebagai variabel yang mempengaruhi, artinya hukum sebagai factor yang akan
mempengaruhi perilaku masyarakat.
Karakteristik dalam sosiologi hukum, yaitu (1) sosiologi hukum bertujuan untuk
memberiakan penjelasan terhadap praktik hukum; (2) sosiologi hukum menguji
kesahihan atau keabsahan empiris dari suatu peraturan atau pernyataan hukum; (3)
sosiologi hukum tidak melakukan penilaian terhadap hukum tetapi memberikan
penjelasan atas norma hukum dalam praktiknya di masyarakat.
B. Antropologi Hukum
Hukum ditinjau secara antropologis adalah refleksi dari kebudayaan manusia atau
merupakan perwujudan dari nilai-nilai budaya yang harus dipertahankan. Dengan
demikian, hukum menjadi objek kajian antropologi, sehingga muncul antropologi
hukum sebagai cabang ilmu hukum empiris yang akan mempelajari, mengamati,
menyelidiki, dan memahami secara menyeluruh (holistik) segenap unsure kebudayaan
manusia termasuk hukum.
Antropologi hukum merupakan cabang ilmuu pengetahuan yang mempelajari pola-pola
sengketa dan penyelasaiannya pada masyarakat sederhana maupun masyarakat yang
sedanga mengalami modernisasi. Ruang lingkup antropologi hukum memberikan
deskriptif atau gambaran tentang hukum dan nila-nilai kebudayaan, proses
penyelesaian sengketa yang digunakan dan ayng dibutuhkan oleh masyarakat oleh
masyarakat berserta alasan-alasannya.
C. Psikologi Hukum
Psikologi hukum merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum
sebagai suatu perwujudan perkembangan jiwa manusia. Perilaku manusia pada
dasarnya merupakan perwujudan dari jiwa seseorang. Dengan demikian, hukum
mempengaruhi perilaku seseorang karena dapat menimbulkan gejala kejiwaan berupa
32
konflik, kekecewaan, dan kekhawatiran, sehingga perilaku dapat menunjukkan
kenormalan atau kesesuaian dengan hukum atau sebaliknya menjadi abnormal.
D. Perbandingan Hukum
Perbandingan hukum merupakan cabang ilmu pengetahuan yang memperbandingkan
sistem hukum yang berlaku didalam satu atau beberapa masyarakat. Hukum yang
berlaku di masyarakat tertentu memiliki kesamaan dan kebedaan dengan hukum di
masyarakat lain, dalam konteks itu perbandingan hukum dapat mencari pemecahan
atas perbedaan.
Perbandingan hukum dapat digunakan untuk keseragaman hukum (unifikasi),
harmonisasi hukum, pembaharuan hukum, penentuan asas asas hukum yang universal,
kepastian hukum, dan kesederhanaan hukum.
E. Sejarah Hukum
Sejarah hukum merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari perkembangan
dan asal usul dari sistem hukum dalam masyarakat tertentu. Hukum akan selalu
berkembang, dengan demikian ada pertautan antara hukum masa lalu,kini,dan
mendatang. Sejarah hukum bukan hanya mempelajari urut urutan waktu melainkan
menginterprestasikan dan memberikan penilaian terhadap hukum pada masa lalu
untuk diaktuliasasikan dengan masa kini.
33
BAB IX
POLITIK HUKUM
a. Perundang-undangan
Pembentukan hukum yang utama adalah melaui undang-undang, karena pada masa
sekarang ini peranan negara sanagta domninan sehingga setiap negara
menggunakan perundang-undangan sebagai sarana untuk menentukan arah
kebijaksanaannya.
Undang-undang merupakan peraturan yang memiliki segenap persyaratan untuk
digunakan sarana terebut yaitu:
1. Bersifat umum
2. Berkepastian
3. Berdaya jangkau ke depan
4. Dapat direvisi atau ditinjau kembali
34
5. Dapat diketahui oleh umum
Meskipun demikian undang-undang memiliki kelemahan, yaitu:
1. Kadang-kadang lambat dalam mengantisipasi perubahan sosial
2. Pemihakan sebagai konsenkuensi dari pemilihan alternatif.
3. Rumusannya sering terlallu kaku dan umum atau luas
b. Peradilan
Pembentukan dan penciptaan hukum selain melalui perundang-undangan dapat pula
melalui peradilan yaitu dengan keputusan hakim yang disebut dengan yurisprudensi.
Sehubungan dengan hal itu, muncul beberapa aliran tentang tugas hakim yaitu ;
1. Aliran legisme adalah aliran yang mengandalkan pada perundang-undangan,
hakim terikat pada undang-undang sebagai pelaksana bahkan secara ekstrim
dikatakan hakim sebagai corong atau mulut undang-undang.
2. Aliran hukum bebas, aliran ini kebalikan dari aliran legisme, menurut aliran ini
hukum tidak hanya terdapat dalam undang-undang tetapi juga dalam
yurisprudensi yang dibuat oleh hakim, seolah-olah hakim bebas membuat hukum
di luar yang diciptakan oleh negara.
3. Aliran penemuan hukum, aliran ini menjembatani atau menengahi perbedaan
dari kedua aliran terdahulu, menurut aliran ini hakim terikat pada undang-
undang tetapi tidak sekaku dan seketat seperti aliran legisme, karena hakim
diberi kebebasan tetapi tidak terlalu bebas, yaitu dengan menemukan hukum.
35
BAB X
FILSAFAT HUKUM
1. Hukum Alam
Menurut Aristoteles, hukum alam bersifat abadi dan berlaku secar universal
karena dibuat oleh alam yang mendasari hukum positif yang dibuat oleh
manusia yang akan selalu berubah menurut waktu dan tempat.
Menurut Aquinas, hukum bertujuan untuk kebaikan umum di dunia. Oleh
Aquinuas, hukum dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Lex aerterna, merupakan hukum berasal dari rasio Tuhan yang tidak
dapat ditangkap oleh panca indera manusia.
2. Lex naturalis, adalah hukum alam yang berasal dari Tuhan yang dapat
ditangkap oleh rasio manusia.
3. Lex divina, berasal dari tuhan yang dinyatakan dalam kitab suci.
4. Lex positiva, merupakan hukum positif yang dapat berasal dari akal
manusia yang berlaku diwilayah tertentu.
36
2. Hukum Positif
Hukum Positif diartikan sebagai hukum yang berlaku disuatu tempat tertentu
dan masa ini. Aliran ini disebut juga fomalisme karena hukum harus dipisahkan
dengan moral melalui proses formal.
Menurut Hans Kelsen, hukum harus dibersihkan dari faktor politis, sosiologis,
dan filosofis oleh ajaran ini disebut dengan ajaran hukum murni.
Menurut John Austin, memandang bahwa hukum adalah perintah dari
pemegang kedaulatan atau kekuasaan tertinggi di dalam satu negara. Ajaran ini
disebut juga ilmu hukum analitis. Menurutnya hukum mengandung empat unsur
yaitu perintah, sanksi, kewajiban, dan kedaulatan.
3. Utilitarianisme
Aliran ini menekankan pada kegunaan yyang dapat dicapai, yaitu berupa
kebahagian karena pada dasarnya setiap perilaku manusia bertujuan adalah
untuk mencapai kebahagiaan.
Menutut Bentham, manusia akan berbuat untuk memperoleh kenikmatan yang
sebesar-besarnya dan menekan penderitaan serendah-rendahnya. Menurut
Jhering, hukum dibuat dengan sengaja sebagai alat bagi masyarakat untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Ajaran Bentham lebih menekankan kepada individual sedangkan
Jhering ,menekankan kepad sosial. Pada dasarnya aliran utilitarianisme
mengemukakan adanya konsenkuensi sosial dari sistem hukum sehingga hukum
dapat dibentuk dan digunakan secara tidak sewajar, oleh karena itu perlu ada
klasifikasi tujuan dari mahluk hidup.
37
pemuasan kebutuhan semaksimum mungkin dengan seminimun benturan dan
pemborosan.
Menurut aliran ini, hukum tidak hanya berpotensi tetapi merupakan mekanisme
pengendalian dan rekayasa sosial.
D. Fungsi Hukum
Hukum memiliki fungsi yang rumit searah tingkat peradaban dan kebudayaan
masyarakat, dan umumnya hukum berfungsi sebagai :
1. Pemelihara ketertiban dan keamanan.
2. Sarana pembangunan
3. Penegak keadilan
4. Sarana pendidikan masyarakat
Ke empat fungsi tersebut menunjukkan bahwa hukum berkedudukan sebagai sarana
untuk merekayasa masyarakat.
38
Pada setiap bentuk dan tahapan masyarakat, hukum akan selalu dikaitkan dengan
proses dan institusi sosial. Dalam konteks ini, ada dua fungsi hukum yang utama dan
universal yaitu v sebagai sarana untuk memperlancar interaksi sosial dan sebagai sarana
pengendalian masyarakat. Keduanya saling berkaitan dan keutamaan masing-masing
digantungkan pada tingkat kebutuhan masyarakat sesuai dengan tingkat peradaban dan
bidang hukum yang terkait dengan masyarakat yang bersangkutan.
39
BAB XI
SISTEM HUKUM
• Sistem berasal dari bahasa Yunani ”systema” yang dapat diartikan sebagai keseluruhan
yang terdiri dari macam-macam bagian.
• Prof. Subekti, SH sistem adalah suatu susunan atau tatanan yang teratur, suatu
keseluruhan yang tediri atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain, tersusun
menurut suatu rencana atau pola, hasil dari suatu penulisan untuk mencapai suatu
tujuan”.
• Dalam suatu sistem yang baik tidak boleh terdapat suatu pertentangan atau benturan
antara bagian-bagian. Selain itu juga tidak boleh terjadi duplikasi atau tumpang tindih
diantara bagian-bagian itu. Suatu sistem mengandung beberapa asas yang menjadi
pedoman dalam pembentukannya.
• Dapat dikatakan bahwa suatu sistem tidak terlepas dari asas-asas yang mendukungnya.
Untuk itu hukum adalah suatu sistem artinya suatu susunan atau tatanan teratur dari
aturan-aturan hidup, keseluruhannya terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu
sama lain.
• Misalnya dalam hukum perdata sebagai sistem hukum positif. Sebagai keseluruhan di
dalamnya terdiri dari bagian-bagian yang mengatur tentang hidup manusia sejak lahir
sampai meninggal dunia.
• Dari bagian-bagian itu dapat dilihat kaitan aturannya sejak seseorang dilahirkan, hidup
sebagai manusia yang memiliki hak dan kewajiban dan suatu waktu keinginan untuk
melanjutkan keturunan dilaksanakan dengan membentuk kelurga.
• Dalam kehidupan sehari-hari manusia juga memiliki kekayaan yang dipelihara dan
dipertahankan dengan baik. Pada saat meninggal dunia semuanya akan ditinggalkan
untuk diwariskan kepada yang berhak.
• Dari bagian-bagian sistem hukum perdata itu, ada aturan-aturan hukumnya yang
berkaitan secara teratur. Keseluruhannnya merupakan peraturan hidup manusia dalam
keperdataan (hubungan manusia satu sama lainnya demi hidup).
• Menurut Sudikno Mertukusumo sistem hukum merupakan tatanan atau kesatuan yang
utuh yang tediri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berkaitan erat satu
sama lain yaitu kaidah atau pernyataan tentang apa yang seharusnya, sehingga sistem
hukum merupakan sistem normatif.
40
• Dengan kata kata lain sistem hukum adalah suatu kumpulan unsur-unsur yang ada
dalam interaksi satu sama lain yang merupakan satu kesatuan yang terorganisasi dan
kerjasama ke arah tujuan kesatuan.
• Masing-masing bagian tidak berdiri sendiri lepas satu sama lain tetapi kait mengait. Arti
pentingnya tiap bagian terletak justru dalam ikatan sistem, dalam kesatuan karena
hubungannya yang sistematis dengan peraturan-peraturan hukum lain.
• Dapat disimpulkan Sistem hukum adalah kesatuan utuh dari tatanan-tatanan yang
terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan
berkaitan secara erat.
• Untuk mencapai suatu tujuan kesatuan tersebut perlu kerja sama antara bagian-bagian
atau unsur-unsur tersebut menurut rencana dan pola tertentu.
• Dalam sistem hukum yang baik tidak boleh terjadi pertentangan-pertentangan atau
tumpang tindih di antara bagian-bagian yang ada. Jika pertentangan atau kontradiksi
tersebut terjadi, sistem itu sendiri yang menyelesaikan hingga tidak berlarut.
• Hukum yang merupakan sistem tersusun atas sejumlah bagian yang masing-masing juga
merupakan sistem yang dinamakan subsistem.
• Kesemuanya itu bersama-sama merupakan satu kesatuan yang utuh. Marilah kita
mengambil contoh sistem hukum positif Indonesia.
• Dalam sistem hukum positif Indonesia tersebut terdapat subsistem hukum perdata,
subsistem hukum pidana, subsistem hukum tata negara, dan lain-lain yang satu sama
lain saling berbeda. Sistem hukum di dunia ini ada bermacam-macam, yang satu dengan
lainnya saling berbeda.
Pada dasarnya banyak sistem hukum yang dianut oleh berbagai negara-negara didunia,
namun dalam sejarah dan perkembangannya ada 4 macam sistem hukum yang sangat
mempengaruhi sistem hukum yang diberlakukan di bergagai negara tersebut. Adapun
sistem hukum yang dimaksud adalah sebagai berikut :
• Dikatakan hukum Romawi karena sistem hukum ini berasal dari kodifikasi hukum yang
berlaku di kekaisaran Romawi pada masa Pemerintahan Kaisar Yustinianus abad 5 (527-
565 M).
• Kodifikasi hukum itu merupakan kumpulan dari berbagai kaidah hukum yang ada
sebelum masa Yustinianus yang disebut Corpus Juris Civilis (hukum yg terkodifikasi)
41
• Corpus Juris Civilis dijadikan prinsip dasar dalam perumusan dan kodifikasi hukum di
negara-negara Eropa daratan seperti Jerman, Belanda, Prancis, Italia, Amerika Latin, Asia
(termasuk Indonesia pada masa penjajahan Belanda).
• Artinya adalah menurut sistem ini setiap hukum harus dikodifikasikan sebagai daar
berlakunya hukum dalam suatu negara.
• Prinsip utama atau prinsip dasar sistem hukum Eropa Kontinental ialah bahwa hukum itu
memperoleh kekuasaan mengikat karena berupa peraturan yang berbentuk undang-
undang yang tersusun secara sistematis dalam kodifikasi.
• Kepastian hukumlah yang menjadi tujuan hukum. Kepastian hukum dapat terwujud
apabila segala tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan
tertulis, misalnya UU.
• Dalam sistem hukum ini, terkenal suatu adagium yang berbunyi ”tidak ada hukum selain
undang-undang”.
• Dengan kata lain hukum selalu diidentifikasikan dengan undang-undang (hukum adalah
undang-undang).
Peran Hakim :
• Hakim dalam hal ini tidak bebas dalam menciptakan hukum baru, karena hakim hanya
berperan menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan yang ada berdasarkan
wewenang yang ada padanya.
Putusan Hakim :
• Putusan hakim tidak mengikat umum tetapi hanya mengikat para pihak yang berperkara
saja (doktrins res ajudicata) sbgmana yurisprudensi sebagai sistem hukum Anglo Saxon
(Mazhab / Aliran Freie Rechtsbegung)
Sumber Hukum :
Sumber hukum sistem ini adalah :
3) Kebiasaan-kebiasaan (custom) yang hidup dan diterima sebagai hukum oleh masyarakat
selama tidak bertentangan dengan undang-undang.
Penggolongannya :
Berdasarkan sumber hukum di atas maka sistem hukum Eropa Kontinental
penggolongannya ada dua yaitu :
42
1) Bidang hukum publik dan
Ad. 1) :
Ad. 2) :
Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia sekarang, batas-batas yang jelas antara
hukum publik dan hukum privat itu semakin sulit ditentukan. Hal itu disebabkan faktor-
faktor berikut :
1) Terjadinya sosialisasi di dalam hukum sebagai akibat dari makin banyaknya bidang-
bidang kehidupan masyarakat. Hal itu pada dasarnya memperlihatkan adanya unsur
”kepentingan umum/masyarakat” yang perlu dilindungi dan dijamin, misalnya saja
bidang hukum perburuhan dan hukum agraria.
2) Makin banyaknya ikut campur negara di dalam bidang kehidupan yang sebelumnya hanya
menyangkut hubungan perorangan, misalnya saja bidang perdagangan, bidang
perjanjian dan sebagainya.
• Mula-mula berkembang di negara Inggris, dan dikenal dgn istilah Common Law atau
Unwriten Law (hukum tidak tertulis).
Sumber Hukum :
43
1) Putusan–putusan hakim/putusan pengadilan atau yurisprudensi (judicial decisions).
Putusan-putusan hakim mewujudkan kepastian hukum, maka melalui putusan-putusan
hakim itu prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum dibentuk dan mengikat umum.
Peran Hakim :
• Hakim berfungsi tidak hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan menafsirkan
peraturan-peraturan hukum saja. Hakim juga berperan besar dalam menciptakan
kaidah-kaidah hukum yang mengatur tata kehidupan masyarakat.
• Oleh karena itu, hakim terikat pada prinsip hukum dalam putusan pengadilan yang sudah
ada dari perkara-perkara sejenis (asas doctrine of precedent).
• Namun, bila dalam putusan pengadilan terdahulu tidak ditemukan prinsip hukum yang
dicari, hakim berdasarkan prinsip kebenaran dan akal sehat dapat memutuskan perkara
dengan menggunakan metode penafsiran hukum. Sistem hukum Anglo-Amerika sering
disebut juga dengan istilah Case Law.
Penggolongannya :
• Dalam perkembangannya, sistem hukum Anglo Amerika itu mengenal pula pembagian
”hukum publik dan hukum privat”.
• Pengertian yang diberikan kepada hukum publik hampir sama dengan pengertian yang
diberikan oleh sistem hukum eropa kontinental.
• Sementara bagi hukum privat pengertian yang diberikan oleh sistem hukum Anglo
Amerika (Saxon) agak berbeda dengan pengertian yang diberikan oleh sistem Eropa
kontinental.
• Dalam sistem hukum Eropa kontonental ”hukum privat lebih dimaksudkan sebagai kaidah-
kaidah hukum perdata dan hukum dagang yang dicantumkan dalam kodifikasi kedua
hukum itu”.
• Berbeda dengan itu bagi sistem hukum Anglo Amerika pengertian ”hukum privat lebih
ditujukan kepada kaidah-kaidah hukum tentang hak milik (law of property), hukum
tentang orang (law of persons, hukum perjanjian (law of contract) dan hukum tentang
perbuatan melawan hukum (law of tort).
44
• Seluruhnya tersebar di dalam peraturan-peraturan tertulis, putusan-putusan hakim dan
kebiasaan.
• Berkembang dilingkungan kehidupan sosial di Indonesia, Cina, India, Jepang, dan negara
lain.
• Di Indonesia asal mula istilah hukum adat adalah dari istilah ”Adatrecht” yang
dikemukakan oleh Snouck Hugronje.
Sumber Hukum :
• Sistem hukum adat umumnya bersumber dari peraturan-peraturan hukum tidak tertulis
yang tumbuh dan berkembang serta dipertahankan berdasarkan kesadaran hukum
masyarakatnya.
• Sifat hukum adat adalah tradisional dengan berpangkal pada kehendak nenek moyangnya.
• Hukum adat berubah-ubah karena pengaruh kejadian dan keadaan sosial yang silih
berganti.
• Karena sifatnya yang mudah berubah dan mudah menyesuaikan dengan perkembangan
situasi sosial, hukum adat elastis sifatnya. Karena sumbernya tidak tertulis, hukum adat
tidak kaku dan mudah menyesuaikan diri.
1) Hukum adat mengenai tata negara, yaitu tatanan yang mengatur susunan dan
ketertiban dalam persekutuan-persekutuan hukum, serta susunan dan lingkungan
kerja alat-alat perlengkapan, jabatan-jabatan, dan penjabatnya.
Hukum perutangan
Yang berperan dalam menjalankan sistem hukum adat adalah pemuka adat
(pengetua-pengetua adat), karena ia adalah pimpinan yang disegani oleh masyarakat
45
• Sistem hukum Islam berasal dari Arab, kemudian berkembang ke negara-negara lain
seperti negara-negara Asia, Afrika, Eropa, Amerika secara individual maupun secara
kelompok.
Sumber Hukum :
1) Qur’an, yaitu kitab suci kaum muslimin yang diwahyukan dari Allah kepada Nabi
Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril.
2) Sunnah Nabi (hadist), yaitu cara hidup dari nabi Muhammad SAW atau cerita tentang
Nabi Muhammad SAW.
3) Ijma, yaitu kesepakatan para ulama besar tentang suatu hak dalam cara hidup.
4) Qiyas, yaitu analogi dalam mencari sebanyak mungkin persamaan antara dua kejadian.
Sistem hukum Islam dalam ”Hukum Fikh” terdiri dari dua bidang hukum, yaitu :
a) Muamalat, yaitu tata tertib hukum dan peraturan mengenai hubungan antara
manusia dalam bidang jual-bei, sewa menyewa, perburuhan, hukum tanah,
perikatan, hak milik, hak kebendaan dan hubungan ekonomi pada umumnya.
b) Nikah (Munakahah), yaitu perkawinan dalam arti membetuk sebuah keluarga yang
tediri dari syarat-syarat dan rukun-rukunnya, hak dan kewajiban, dasar-dasar
perkawinan monogami dan akibat-akibat hukum perkawinan.
c) Jinayat, yaitu pidana yang meliputi ancaman hukuman terhadap hukum Allah dan
tindak pidana kejahatan.
Sistem hukum Islam menganut suatu keyakinan dan ajaran islam dengan keimanan lahir
batin secara individual.
Negara-negara yang menganut sistem hukum Islam dalam bernegara melaksanakan
peraturan-peraturan hukumnya sesuai dengan rasa keadilan berdasarkan peraturan
perundangan yang bersumber dari Qur’an.
Dari uraian diatas tampak jelas bahwa di negara-negara penganut asas hukum Islam,
agama Islam berpengaruh sangat besar terhadap cara pembentukan negara maupun
cara bernegara dan bermasyarakat bagi warga negara dan penguasanya.
Berdasarkan sistem hukum dunia diatas, negara Indonesia termasuk negara yang menganut
sistem hukum Eropa kontinental. Hal ini dapat dilihat dari sejarah dan politik hukumnya,
46
sistem sumber-sumber hukumnya maupun dalam sistem penegakan hukumnya. Namun
dalam pembentukan peraturan perundangan yang berlaku sistem hukum Indonesia
dipengaruhi oleh sistem hukum adat dan juga sistem hukum Islam.
Sistem hukum eropa Kontinental menganut mazhab legisme dan positivisme. Mazhab
legisme adalah Mazhab/aliran ini menganggap bahwa semua hukum terdapat dalam UU.
Atau berarti hukum identik dengan UU. Hakim dalam melakukan tugasnya terikat pada UU,
sehingga pekerjaannya hanya melakukan pelaksanaan UU belaka (wetstoepassing) . Aliran
legisme demikian besarnya menganggap kemampuan UU sebagai hukum, termasuk dalam
penyelesaian berbagai permasalahan sosial. Aliran ini berkeyakinan bahwa semua persoalan
sosial akan segera terselesaikan apabila telah dikeluarkan UU yang mengaturnya. Menurut
aliran ini UU adalah obat segala-galanya sekalipun dalam kenyataannya tidak
demikian.Mazhab Legisme / Fomalitas.
Aliran ini dianut oleh John Austin (1790 – 1861, Inggris) menyatakan bahwa satu-satunya
hukum adalah kekuasaan yang tertinggi dalam suatu negara. Sedangkan sumber-sumber
lain hanyalah sebagai sumber yang lebih rendah. Sumber hukum itu adalah pembuatnya
langsung yaitu pihak yang berdaulat atau badan perundang-undangan yang tertinggi dan
semua hukum dialirkan dari sumber yang sama itu. Hukum yang bersumber dari situ harus
ditaati tanpa syarat, sekalipun terang dirasakan tidak adil.
Menurut Austin hukum terlepas dari soal keadilan dan dari soal buruk-baik. Karena itu ilmu
hukum tugasnya adalah menganalisis unsur-unsur yang secara nyata ada dalam sistem
hukum modern. Ilmu hukum hanya berurusan dengan hukum positif yaitu hukum yang
diterima tanpa memperhatikan kebaikan dan keburukannya. Hukum adalah perintah dari
kekuasaan politik yang berdaulat dalam suatu negara.
Aliran positivisme hukum ini memperkuat aliran legisme yaitu suatu aliran tidak ada hukum
diluar undang-undang. Undang menjadi sumber hukum satu-satunya. Undang-undang dan
hukum diidentikkan.
Namun demikian aliran positivisme bukanlah aliran legisme. Perbedaannya terletak pada
bahwa menurut aliran legisme hanya menganggap undang-undang sebagai sumber hukum.
Sedangkan aliran positivisme bukan undang-undang saja sumber hukum tetapi juga
kebiasaan, adat istiadat yang baik dan pendapat masyarakat. Para ahli positivisme hukum
berpendapat bahwa karya-karya ilmiah para hukum tidak hanya mengenai hukum positif
(hukum yang berlaku) tetapi boleh berorientasi pada hukum kodrat atau hukum yang lebih
tinggi seperti yang dilakukan penganut hukum alam.
Selanjutnya sistem anglo saxon berorientasi pada Mazhab / Aliran Freie Rechtsbegung.
Aliran ini berpandangan secara bertolak belakang dengan aliran legisme. Aliran ini
beranggapan bahwa di dalam melaksanakan tugasnya seorang hakim bebas untuk
47
melakukan menurut UU atau tidak. Hal ini disebabkan karena pekerjaan hakim adalah
melakukan penciptaan hukum. Akibatnya adalah memahami yurisprudensi merupakan hal
yang primer di dalam mempelajari hukum, sedangkan UU merupakan hal yang sekunder.
Pada aliran ini hakim benar-benar sebagai pencipta hukum (judge made law) karena
keputusan yang berdasar keyakinannya merupakan hukum dan keputusannya ini lebih
dinamis dan up to date karena senantiasa memperlihatkan keadaan dan perkembangan
masyarakat.
Berdasarkan hal di atas nampak antara sistem hukum Eropa Kontinental dengan anglo saxon
mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan sistem eropa kontinental, sistem hukumnya tertulis dan terkodifikasi. Dengan
terkodifikasi tersebut tujuannya supaya ketentuan yang berlaku dengan mudah dapat
diketahui dan digunakan untuk menyelesaikan setiap terjadi peristiwa hukum (kepastian
hukum yang lebih ditonjolkan).
Contoh tata hukum pidana yang sudah dikodifikasikan (KUHP), jika terjadi pelanggaran
tehadap hukum pidana maka dapat dilihat dalam KUHPidana yang sudah dikodifikasikan
tersebut.
Kelebihan sistem hukum Anglo Saxon adalah hakim diberi wewenang untuk melakukan
penciptaan hukum melalui yurisprudensi (judge made law). Berdasarkan keyakinan hati
nurani dan akal sehatnya keputusannya lebih dinamis dan up to date karena senantiasa
memperlihatkan keadaan dan perkembangan masyarakat.
Kelemahannya adalah tidak ada jaminan kepastian hukumnya. Jika hakim diberi kebebasan
untuk melakukan penciptaan hukum dikhawatirkan ada unsur subjektifnya. Kecuali hakim
tersebut sudah dibekali dengan integritas dan rasa keadilan yang tinggi. Untuk negara-
negara berkembang yang tingkat korupsinya tinggi tentunya sistem hukum anglo saxon
kurang tepat dianut.
48