Anda di halaman 1dari 22

Hukum Adat Delik

Runita Febriana Bandaso_D10121319


Pengertian Delik Adat

Hukum delik adat adalah peristiwa atau perbuatan yang menggangu


keseimbangan masyarakat yang dikarenakan adanya reaksi dari masyarakat
sehingga keseimbangan itu harus dipulihkan Kembali. Peristiwa atau perbuatan
itu apakah berwujud atau tidak berwujud, apakah ditunjukan terhadap manusia
atau ghaib yang telah menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat harus
dipulihkan dengan hukum denda atau dengan upacara adat. Terjadinya
gangguan keseimbangan dalam masyarakat dapat berupa timbulnya wabah
penyakit, rasa tidak tentram, timbulnya kericuhan dalam keluarga dan
sebagainya.
Hukum Adat Menurut Para Ahli

Menurut Van Vollenhoven Menurut Ter Haar


Delik adat adalah perbuatan yang Pelanggaran itu ialah setiap gangguan
boleh dilakukan, walaupun pada dari suatu pihak terhadap
kenyataannya peristiwa atau keseimbangan, dimana setiap
perbuatan itu hanya sumbang pelanggaran itu dari suatu pihak atau
(kesalahan) kecil saja. dari sekelompok orang berwujud dan
tidak berwujud, berakibat menimbulkan
reaksi (yang besar kecilnya menurut
ketentuan adat), suatu reaksi adat dan
dikarenakan adanya reaksi itu maka
keseimbangan harus dapat dipulihkan
kembali (berupa uang atau barang).
Sifat-sifat hukum Adat Delik
a. Tradisional Magis Religius
artinya perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan perbuatan mana yang
mengganggu keseimbangan masyarakat itu bersifat turun-temurun dan dikaitkan
dengan keagamaan. Misalnya anak tidak boleh durhaka kepada orang tua, pria dan
Wanita tidak boleh berzinah, dan lain sebagainya.
b. Menyeluruh dan Menyatukan
artinya tidak memisah-misah antara delik yang bersifat pidana atau bersifat
perdata, begitu pula tidak dibedakan antara kejahatan sebagai delik hukum dan
pelanggaran sebagai delik undang-undang. Begitu juga tidak dibedakan apakah delik
itu merupakan perbuatan yang di sengaja (opzet) dan kelalaian (culpa).
c. Tidak Prae-Existente
Artinya tidak menganut asas legalitas seperti hukum pidana barat sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 1 KUHP. Maksudnya adalah telah ditetapkannya suatu
peraturan atau belum ada sama sekali terhadap suatu delik yang terjadi, apabila
akibat perbuatan itu mengganggu keseimbangan masyarakat, makaa peristiwa
atau perbuatan delik itu dapat dihukum.
d.Tidak Menyama-ratakan
Artinya jika suatu delik adat dilakukan oleh seorang bangsawan atau raja-raja
adat, orang pintar, orang kaya, maka hukumannya lebih berat dari orang biasa,
orang rendah atau orang miskin. Selanjutnya, hukuman untuk penganiayaan dan
pembunuhan berbeda antara korban orang yang bermatabat dan korban orang
biasa, berbuatan merusak atau membakar tempat ibadah lebih besar hukumannya
dari pada merusak atau membakar rumah biasa.
e. Terbuka dan Lentur
Flexible terhadap unsur-unsur yang baru, baik yang berubah, baik yang dating dari
luar ataupun karena perbuatan dan perkembangan masyarakat lingkungannya.
Artinya, hukum adat tidak menolak perubahan-perubahan yang terjadi sepanjang
hal itu tidak bertentangan dengan kesadaran hukum dan keagamaan masyarakat
yang bersangkutan.
f. Terjadinya Delik Adat
Delik adat terjadi bilamana tata tertib adat setempat dilanggar dan mengakibatkan
adanya korban atau adanya pihak yang merasa dirugikan, sehingga timbul reaksi
dan koreksi dan keseibangan masyarakat menjadi terganggu.
g. Delik Aduan
Untuk menyelesaikan delik adat yang akibatnya mengganggu keseimbangan
keluarga maka harus ada pengaduan, pemberitahuan, dan permintaan dari pihak
yang menjadi korban atau mengalami kerugian kepada kepala adat untuk
diselesaikan.
h. Reaksi dan Koreksi
Tujuan adanya Tindakan reaksi dan koreksi ialah untuk dapat memulihkan Kembali
keseimbangan masyarakat yang terganggu. Terhadap peristiwa atau perbuatan
delik yang mengganggu keseimbangan masyarakat adat pada umumnya dilakukan
oleh pada petugas adat, misalnya peristiwa tersebut terjadi pada saat
berlangsungnya upacara adat, sedangkan yang mengganggu keseimbangan secara
pribadi atau keluarga adat dilaksanakan oleh kepala keluarga yang bersangkutan
i. Pertanggungjawaban Kesalahan
Apabila terjadi suatu peristiwa atau perbuatan delik adat maka yang
dipermasalahkan ialah bagaimana akibat perbuatan itu dan siapa yang harus
diminta pertanggungjawabannya. Misalnya seorang gila mengamuk sehingga
mengakibatkan rumak seseorang menjadi rusak berat. Akan tetapi menurut hukum
adat, pertanggungjawaban dalam hal dimaksuddapat dimintakan kepada keluarga
atau kerabat dan atau kepala adatnya.
j. Tempat Berlakunya
Tempat berlakunya hukum delik adat tidak bersifat nasional tetapi terbatas pada
lingkungan masyarakat adat tertentu. Berdasarkan kekerabatan maka apabila
terjadi delik adat yang sifatnya sederhana, diatur dan diselesaikan oleh para
petugas adat secara rukum dan damai berdasarkan tata tertib adat setempat.
Macam-macam Delik Adat
1. Delik Kejahatan dan Pelanggaran
Perbuatan-perbuatan pidana menurut sistem KUHP dikategorikan kedalam dua
istilah yakni kejahatan (misdrijven) ialah perbuatan yang bertentangan dengan
kepentingan hukum, dan pelanggaran (overtredingen) ialah perbuatan yang tidak
menaati larangan maupun keharusan yang ditentukan oleh penguasa negara.
Kategori ke dalam dua istilah tersebut didasari atas perbedaan prinsipil.
Kejahatan dapat ditemui dalam Buku II KUHP dan pelanggaran dapat ditemui
dalam Buku III KUHP.
2. Delik Dolus dan Culpa
➢ Delik dolus dapat diartikan sebagai perbuatan yang dilarang juga diancam
dengan pidana yang dilakukan secara sengaja. Delik dolus dapat ditemui
dalam pada 354 KUHP, Pasal 187 KUHP dan Pasal 338 KUHP yang berbunyi
“dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
➢ Delik culpa dapat diartikan perbuatan yang dilarang juga diancam dengan
pidana yang dilakukan dengan kelapaan (Kelalaian). Dapat dijumpai dalam
Pasal 359 KUHP yang berbunyi “barang siapa karena kealpaannya
menyebabkan matinya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun”
3. Delik Commisionis dan Delik Ommisionis
➢ Delik commisionis diartikan sebagai perbuatan melakukan suatu tindakan
yang tidak diperbolehkan oleh atura-aturan pidana, contohnya mencuri
dalam Pasal 362 KUHP, menggelapkan dalam Pasal 372 KUHP, dan penipuan
dalam Pasal 378 KUHP.
➢ Delik ommisionis merupakan suatu tindak pidana, contohnya mengenai
kejahatan terhadap ketertiban umum dalam Pasal 164 KUHP dan mengenai
kewajiban memberikan kesaksian dalam Pasal 224 KUHP.
4. Delik Formal dan Delik Materil
➢ Delik formal adalah suatu rumusan undang-undang yang menitikberatkan
kelakuan yang dilarang serta diancam oleh undang-undang yang dapat
ditemui dalam Pasal 362 KUHP mengenai pencurian.
➢ Delik Materil adalah suatu rumusan undang-undang yang menitikberatkan
akibat yang dilarang serta diancam dengan pidana oleh undang-undang
yang dapat ditemui dalam Pasal 353 KUHP tentang penganiayaan.
5. Delik Biasa dan Delik Berkualifikasi
➢ Delik biasa adalah sebagai delik yang memiliki bentuk pokok yang
disertai dengan unsur memberatkan serta memiliki bentuk pokok yang
disertai dengan unsur yang juga meringankan. Dapat ditemui dalam
Pasal 341 KUHP yang mana lebih ringan dari pada Pasal 342 KUHP,
Pasal 338 KUHP lebih ringan dari pada Pasal 340 dan Pasal 308 KUHP
lebih ringan dari pada Pasal 305 KUHP dan Pasal 306 KUHP.
➢ Delik berkualifikasi adalah bentuk khusus, memiliki semua unsur bentuk
pokok yang disertai satu atau lebih unsur yang memberatkan. Dapat
ditemui dalam Pasal 365 KUHP terhadap Pasal 362 KUHP, Pasal 374
KUHP terhadap Pasal 372 KUHP.
6. Delik Murni dan Delik Aduan
➢ Delik murni adalah delik yang tanpa adanya permintaan penuntutan
negara akan segera bertindak untuk melakukan pemeriksaan. Menurut
Pasal 180 KUHAP semua orang yang melihat, mengalami, mengetahui,
menyaksikan, menjadi korban PNS dalam melaksanakan tugasnya
mempunyai hak untuk melaporkan.
➢ Delik aduan adalah delik yang proses penuntutannya berlandaskan
pengaduannya dari korban. Dapat dikategorikan juga menjadi dua yakni
yang pertama murni dan yang kedua relatif.
7. Delik Selesai dan Delik Berlanjut
➢ Delik selesai adalah delik yang termuat atas kelakuan untuk berbuat
ataupun tidak berbuat dan delik telah selesai ketika dilakukan, seperti
kejahatan tentang penghasutan, pembunuhan, pembakaran.
➢ Delik berlanjut adalah delik yang terdiri atas melangsungkan maupun
membiarkan suatu keadaan yang terlarang meskipun keadaan itu pada
mulanya dihasilkan untuk sekali perbuatan. Dapat dijumpai dalam Pasal
221 KUHP mengenai menyembunyikan orang jahat, Pasal 333mengenai
meneruskan kemerdekaan orang, Pasal 250 mengenai memiliki
persediaan bahan untuk memalsukan mata uang.
Cara Menyelesaikan Delik Adat

Pertemuan antar pribadi, Pertemuan dengan


1 3
keluarga atau tetangga. fasilitasi/ ditengahi
oleh kepala desa.

Pertemuan dengan Pertemuan dengan


2 fasilitasi/ditengahi oleh 4
fasilitasi melalui
kepala adat. keorganisasian yang
ada sebagai juru
damai.
Hukum Peradilan Adat
Pengertian Peradilan Pengertian Adat
Peradilan menurut kamus bahsa Adat merupakan pencerminan dari
indonesia adalah segala sesuatu pada kepribadian sesuatu bangsa
mengenai perkara pengadilan. Peradilan yang merupakan salah satu
menurut kamus hukum peradilan adalah penjelmaan dari pada jiwa bangsa
segala sesuatu yang berhubungan yang bersangkutan dari abad ke abad.
dengan tugas negara menegakkan Oleh karenanya, maka tiap bangsa di
hukum dan peradilan. Van Praag dunia ini memiliki adat kebiasaan yang
mendefinisikan peradilan merupakan berbeda-beda dan perbedaan inilah
penentuan berlakunya suatu praturan yang merupakan unsur yang
hukum pada saat peristiwa yang konkrit terpenting sebagai identitas bangsa
bertalian dengan adanya suatu yang bersangkutan.
perselisihan
Menurut undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua
Pasal 51 ayat (1), Peradilan adat adalah peradilan perdamaian di lingkungan
masyarakat hukum adat, yang mempunyai kewenangan memeriksa dan
mengadili sengketa perdata adat dan perkara pidana diantara para warga
masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Dalam ayat (2) menyebutkan
peradilan adat bukan badan peradilan negara, melainkan lembaga peradilan
masyarakat hukum adat. Susunannya diatur berdasarkan ketentuan hukum
adat masyarakat hukum adat setempat, mengenai siapa yang bertugas
memeriksa dan mengadili sengketa dan perkara yang bersangkutan, tata cara
pemeriksaan, pengambilan keputusan dan pelaksanaannya.
Peradilan Perkara Secara Damai
Penyelesaian delik adat pada umumnya dapat diselesaikan melalui
tahapan musyawara dan mufakat antara korban dan pelaku, upaya
mediasi, upaya perdamaian, dan penyelesaian melalui lembaga adat
(peradilan adat). Apabila dalam penyelesaian delik adat masih ada
salah satu pihak yang menolak maka penyelesaian akhirnya adalah
melalui peradilan formal (pengadilan negeri). Menyelesaikan perkara
perselisihan secara damai merupakan budaya hukum (adat) bangsa
Indonesia yang tradisional. Dijaman Hindia belanda, penyelesaian
perkara secara damai disebut dengan Peradilan Desa (Dorps Justitie).
Penetapan keputusan
1. Putusan Menyamakan
Dimana putusan hakim mengandung isi yang sama dengan putusan hakim
terdahulu karena perkaranya sama atau bersamaan.
2. Putusan Menyesuaikan
Dimana putusan hakim mengandung isi yang disesuaikan dengan kaedah-
kaedah hukum yang tradisional.
3. Putusan Menyimpang
Dimana putusan hakim mengandung isi yang disesuaikan dengan kaidah-
kaidah hukum yang tradisional.
4. Putusan yang Mengeyampingkan
Dimana putusan hakim mengandung isi menyingkirkan atau menyisihkan
kaidah hukum adat yang berlaku.
5. Putusan Jalan Tengah
Dimana putusan hakim mengandung isi jalan tengah diantara keterangan
para pihak yang tidak jelas.
6. Putusan Mengubah
Dimana putusan hakim mengandung isi mengubah kaidah hukum adat yang
lama dengan kaidah hukum lama yang sudah tidak sesuai.
7. Putusan Baru
Dimana putusan hakim mengandung kaidah hukum baru menggantikan
kaidah hukum lama yang sudah tidak sesuai lagi.
8. Putusan Menolak
Dimana putusan hakim mengandung isi menolak tuntutan atau gugatan
para pihak yang berperkara karena tidak pada tempatnya
Sekian dan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai