Hukum delik adat adalah peristiwa atau perbuatan yang menggangu
keseimbangan masyarakat yang dikarenakan adanya reaksi dari masyarakat sehingga keseimbangan itu harus dipulihkan Kembali. Peristiwa atau perbuatan itu apakah berwujud atau tidak berwujud, apakah ditunjukan terhadap manusia atau ghaib yang telah menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat harus dipulihkan dengan hukum denda atau dengan upacara adat. Terjadinya gangguan keseimbangan dalam masyarakat dapat berupa timbulnya wabah penyakit, rasa tidak tentram, timbulnya kericuhan dalam keluarga dan sebagainya. Hukum Adat Menurut Para Ahli
Menurut Van Vollenhoven Menurut Ter Haar
Delik adat adalah perbuatan yang Pelanggaran itu ialah setiap gangguan boleh dilakukan, walaupun pada dari suatu pihak terhadap kenyataannya peristiwa atau keseimbangan, dimana setiap perbuatan itu hanya sumbang pelanggaran itu dari suatu pihak atau (kesalahan) kecil saja. dari sekelompok orang berwujud dan tidak berwujud, berakibat menimbulkan reaksi (yang besar kecilnya menurut ketentuan adat), suatu reaksi adat dan dikarenakan adanya reaksi itu maka keseimbangan harus dapat dipulihkan kembali (berupa uang atau barang). Sifat-sifat hukum Adat Delik a. Tradisional Magis Religius artinya perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan perbuatan mana yang mengganggu keseimbangan masyarakat itu bersifat turun-temurun dan dikaitkan dengan keagamaan. Misalnya anak tidak boleh durhaka kepada orang tua, pria dan Wanita tidak boleh berzinah, dan lain sebagainya. b. Menyeluruh dan Menyatukan artinya tidak memisah-misah antara delik yang bersifat pidana atau bersifat perdata, begitu pula tidak dibedakan antara kejahatan sebagai delik hukum dan pelanggaran sebagai delik undang-undang. Begitu juga tidak dibedakan apakah delik itu merupakan perbuatan yang di sengaja (opzet) dan kelalaian (culpa). c. Tidak Prae-Existente Artinya tidak menganut asas legalitas seperti hukum pidana barat sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 KUHP. Maksudnya adalah telah ditetapkannya suatu peraturan atau belum ada sama sekali terhadap suatu delik yang terjadi, apabila akibat perbuatan itu mengganggu keseimbangan masyarakat, makaa peristiwa atau perbuatan delik itu dapat dihukum. d.Tidak Menyama-ratakan Artinya jika suatu delik adat dilakukan oleh seorang bangsawan atau raja-raja adat, orang pintar, orang kaya, maka hukumannya lebih berat dari orang biasa, orang rendah atau orang miskin. Selanjutnya, hukuman untuk penganiayaan dan pembunuhan berbeda antara korban orang yang bermatabat dan korban orang biasa, berbuatan merusak atau membakar tempat ibadah lebih besar hukumannya dari pada merusak atau membakar rumah biasa. e. Terbuka dan Lentur Flexible terhadap unsur-unsur yang baru, baik yang berubah, baik yang dating dari luar ataupun karena perbuatan dan perkembangan masyarakat lingkungannya. Artinya, hukum adat tidak menolak perubahan-perubahan yang terjadi sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan kesadaran hukum dan keagamaan masyarakat yang bersangkutan. f. Terjadinya Delik Adat Delik adat terjadi bilamana tata tertib adat setempat dilanggar dan mengakibatkan adanya korban atau adanya pihak yang merasa dirugikan, sehingga timbul reaksi dan koreksi dan keseibangan masyarakat menjadi terganggu. g. Delik Aduan Untuk menyelesaikan delik adat yang akibatnya mengganggu keseimbangan keluarga maka harus ada pengaduan, pemberitahuan, dan permintaan dari pihak yang menjadi korban atau mengalami kerugian kepada kepala adat untuk diselesaikan. h. Reaksi dan Koreksi Tujuan adanya Tindakan reaksi dan koreksi ialah untuk dapat memulihkan Kembali keseimbangan masyarakat yang terganggu. Terhadap peristiwa atau perbuatan delik yang mengganggu keseimbangan masyarakat adat pada umumnya dilakukan oleh pada petugas adat, misalnya peristiwa tersebut terjadi pada saat berlangsungnya upacara adat, sedangkan yang mengganggu keseimbangan secara pribadi atau keluarga adat dilaksanakan oleh kepala keluarga yang bersangkutan i. Pertanggungjawaban Kesalahan Apabila terjadi suatu peristiwa atau perbuatan delik adat maka yang dipermasalahkan ialah bagaimana akibat perbuatan itu dan siapa yang harus diminta pertanggungjawabannya. Misalnya seorang gila mengamuk sehingga mengakibatkan rumak seseorang menjadi rusak berat. Akan tetapi menurut hukum adat, pertanggungjawaban dalam hal dimaksuddapat dimintakan kepada keluarga atau kerabat dan atau kepala adatnya. j. Tempat Berlakunya Tempat berlakunya hukum delik adat tidak bersifat nasional tetapi terbatas pada lingkungan masyarakat adat tertentu. Berdasarkan kekerabatan maka apabila terjadi delik adat yang sifatnya sederhana, diatur dan diselesaikan oleh para petugas adat secara rukum dan damai berdasarkan tata tertib adat setempat. Macam-macam Delik Adat 1. Delik Kejahatan dan Pelanggaran Perbuatan-perbuatan pidana menurut sistem KUHP dikategorikan kedalam dua istilah yakni kejahatan (misdrijven) ialah perbuatan yang bertentangan dengan kepentingan hukum, dan pelanggaran (overtredingen) ialah perbuatan yang tidak menaati larangan maupun keharusan yang ditentukan oleh penguasa negara. Kategori ke dalam dua istilah tersebut didasari atas perbedaan prinsipil. Kejahatan dapat ditemui dalam Buku II KUHP dan pelanggaran dapat ditemui dalam Buku III KUHP. 2. Delik Dolus dan Culpa ➢ Delik dolus dapat diartikan sebagai perbuatan yang dilarang juga diancam dengan pidana yang dilakukan secara sengaja. Delik dolus dapat ditemui dalam pada 354 KUHP, Pasal 187 KUHP dan Pasal 338 KUHP yang berbunyi “dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. ➢ Delik culpa dapat diartikan perbuatan yang dilarang juga diancam dengan pidana yang dilakukan dengan kelapaan (Kelalaian). Dapat dijumpai dalam Pasal 359 KUHP yang berbunyi “barang siapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun” 3. Delik Commisionis dan Delik Ommisionis ➢ Delik commisionis diartikan sebagai perbuatan melakukan suatu tindakan yang tidak diperbolehkan oleh atura-aturan pidana, contohnya mencuri dalam Pasal 362 KUHP, menggelapkan dalam Pasal 372 KUHP, dan penipuan dalam Pasal 378 KUHP. ➢ Delik ommisionis merupakan suatu tindak pidana, contohnya mengenai kejahatan terhadap ketertiban umum dalam Pasal 164 KUHP dan mengenai kewajiban memberikan kesaksian dalam Pasal 224 KUHP. 4. Delik Formal dan Delik Materil ➢ Delik formal adalah suatu rumusan undang-undang yang menitikberatkan kelakuan yang dilarang serta diancam oleh undang-undang yang dapat ditemui dalam Pasal 362 KUHP mengenai pencurian. ➢ Delik Materil adalah suatu rumusan undang-undang yang menitikberatkan akibat yang dilarang serta diancam dengan pidana oleh undang-undang yang dapat ditemui dalam Pasal 353 KUHP tentang penganiayaan. 5. Delik Biasa dan Delik Berkualifikasi ➢ Delik biasa adalah sebagai delik yang memiliki bentuk pokok yang disertai dengan unsur memberatkan serta memiliki bentuk pokok yang disertai dengan unsur yang juga meringankan. Dapat ditemui dalam Pasal 341 KUHP yang mana lebih ringan dari pada Pasal 342 KUHP, Pasal 338 KUHP lebih ringan dari pada Pasal 340 dan Pasal 308 KUHP lebih ringan dari pada Pasal 305 KUHP dan Pasal 306 KUHP. ➢ Delik berkualifikasi adalah bentuk khusus, memiliki semua unsur bentuk pokok yang disertai satu atau lebih unsur yang memberatkan. Dapat ditemui dalam Pasal 365 KUHP terhadap Pasal 362 KUHP, Pasal 374 KUHP terhadap Pasal 372 KUHP. 6. Delik Murni dan Delik Aduan ➢ Delik murni adalah delik yang tanpa adanya permintaan penuntutan negara akan segera bertindak untuk melakukan pemeriksaan. Menurut Pasal 180 KUHAP semua orang yang melihat, mengalami, mengetahui, menyaksikan, menjadi korban PNS dalam melaksanakan tugasnya mempunyai hak untuk melaporkan. ➢ Delik aduan adalah delik yang proses penuntutannya berlandaskan pengaduannya dari korban. Dapat dikategorikan juga menjadi dua yakni yang pertama murni dan yang kedua relatif. 7. Delik Selesai dan Delik Berlanjut ➢ Delik selesai adalah delik yang termuat atas kelakuan untuk berbuat ataupun tidak berbuat dan delik telah selesai ketika dilakukan, seperti kejahatan tentang penghasutan, pembunuhan, pembakaran. ➢ Delik berlanjut adalah delik yang terdiri atas melangsungkan maupun membiarkan suatu keadaan yang terlarang meskipun keadaan itu pada mulanya dihasilkan untuk sekali perbuatan. Dapat dijumpai dalam Pasal 221 KUHP mengenai menyembunyikan orang jahat, Pasal 333mengenai meneruskan kemerdekaan orang, Pasal 250 mengenai memiliki persediaan bahan untuk memalsukan mata uang. Cara Menyelesaikan Delik Adat
Pertemuan antar pribadi, Pertemuan dengan
1 3 keluarga atau tetangga. fasilitasi/ ditengahi oleh kepala desa.
Pertemuan dengan Pertemuan dengan
2 fasilitasi/ditengahi oleh 4 fasilitasi melalui kepala adat. keorganisasian yang ada sebagai juru damai. Hukum Peradilan Adat Pengertian Peradilan Pengertian Adat Peradilan menurut kamus bahsa Adat merupakan pencerminan dari indonesia adalah segala sesuatu pada kepribadian sesuatu bangsa mengenai perkara pengadilan. Peradilan yang merupakan salah satu menurut kamus hukum peradilan adalah penjelmaan dari pada jiwa bangsa segala sesuatu yang berhubungan yang bersangkutan dari abad ke abad. dengan tugas negara menegakkan Oleh karenanya, maka tiap bangsa di hukum dan peradilan. Van Praag dunia ini memiliki adat kebiasaan yang mendefinisikan peradilan merupakan berbeda-beda dan perbedaan inilah penentuan berlakunya suatu praturan yang merupakan unsur yang hukum pada saat peristiwa yang konkrit terpenting sebagai identitas bangsa bertalian dengan adanya suatu yang bersangkutan. perselisihan Menurut undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua Pasal 51 ayat (1), Peradilan adat adalah peradilan perdamaian di lingkungan masyarakat hukum adat, yang mempunyai kewenangan memeriksa dan mengadili sengketa perdata adat dan perkara pidana diantara para warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Dalam ayat (2) menyebutkan peradilan adat bukan badan peradilan negara, melainkan lembaga peradilan masyarakat hukum adat. Susunannya diatur berdasarkan ketentuan hukum adat masyarakat hukum adat setempat, mengenai siapa yang bertugas memeriksa dan mengadili sengketa dan perkara yang bersangkutan, tata cara pemeriksaan, pengambilan keputusan dan pelaksanaannya. Peradilan Perkara Secara Damai Penyelesaian delik adat pada umumnya dapat diselesaikan melalui tahapan musyawara dan mufakat antara korban dan pelaku, upaya mediasi, upaya perdamaian, dan penyelesaian melalui lembaga adat (peradilan adat). Apabila dalam penyelesaian delik adat masih ada salah satu pihak yang menolak maka penyelesaian akhirnya adalah melalui peradilan formal (pengadilan negeri). Menyelesaikan perkara perselisihan secara damai merupakan budaya hukum (adat) bangsa Indonesia yang tradisional. Dijaman Hindia belanda, penyelesaian perkara secara damai disebut dengan Peradilan Desa (Dorps Justitie). Penetapan keputusan 1. Putusan Menyamakan Dimana putusan hakim mengandung isi yang sama dengan putusan hakim terdahulu karena perkaranya sama atau bersamaan. 2. Putusan Menyesuaikan Dimana putusan hakim mengandung isi yang disesuaikan dengan kaedah- kaedah hukum yang tradisional. 3. Putusan Menyimpang Dimana putusan hakim mengandung isi yang disesuaikan dengan kaidah- kaidah hukum yang tradisional. 4. Putusan yang Mengeyampingkan Dimana putusan hakim mengandung isi menyingkirkan atau menyisihkan kaidah hukum adat yang berlaku. 5. Putusan Jalan Tengah Dimana putusan hakim mengandung isi jalan tengah diantara keterangan para pihak yang tidak jelas. 6. Putusan Mengubah Dimana putusan hakim mengandung isi mengubah kaidah hukum adat yang lama dengan kaidah hukum lama yang sudah tidak sesuai. 7. Putusan Baru Dimana putusan hakim mengandung kaidah hukum baru menggantikan kaidah hukum lama yang sudah tidak sesuai lagi. 8. Putusan Menolak Dimana putusan hakim mengandung isi menolak tuntutan atau gugatan para pihak yang berperkara karena tidak pada tempatnya Sekian dan Terima Kasih