A. Pada putusan 46-PUU-VIII-2010 Mahkamah menyatakan Pasal 43 ayat (1) UU
Perkawinan bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang dimaknai menghilangkan hubungan dengan laki-laki yang dapat dibuktikan ilmu pengetahuan dan teknologi dan atau alat bukti lain ternyata mempunyai hubungan darah sebagai ayahnya. Pasal 43 ayat (1) UU Perkawinan menutup kemungkinan bagi anak untuk memiliki hubungan keperdataan dengan ayah kandungnya. Hal ini resiko dari sebuah perkawinan yang tidak dicatatkan. Meski demikian tidak pada tempatnya jika anak harus ikut menanggung kerugian yang ditimbulkan oleh tindakan kedua orang tuanya itu. Putusan MK tersebut memang mengarah ke pembagian harta ayah kepada anak di luar nikah. Tapi, pembagian harta tersebut tidak bisa diimplementasikan sebagai warisan menurut konsep dasar hukum Islam, yaitu anak laki-laki mendapat harta dua kali lipat ketimbang anak perempuan.Sebab, lanjut Irfan, warisan menurut konsep dasar hukum Islam memiliki syarat seperti adanya nasab atau hubungan sah menurut pernikahan. Nasab sendiri adalah keturunan darah atau hubungan-hubungan kekerabatan di dalam Islam melalui pernikahan yang sah. Atau, melalui pengakuan seorang laki-laki bahwa itu anaknya yang diikuti dengan adanya bukti-bukti DNA dan tes darah. Menurut Irfan, kalau mau disinkronisasi dengan konsep dasar hukum Islam jangan diberi nama waris. Kalau waris syaratnya harus ada hubungan kekerabatan yang sah. Sedangkan menurut hukum anak di luar nikah dianggap tidak sah. Jadi, anak tersebut boleh memperoleh haknya tetapi bukan nama waris, misalnya, hibah, sedekah dan lain-lain. permohonan pengujian Pasal 2 ayat (2) dan 43 ayat (1) UU Perkawinan ini efek dari perceraian artis penyanyi Machica Mochtar dan Moerdiono, mantan Mensesneg era (alm) Presiden Soeharto. Machica dinikahi Moerdiono secara sirri pada tahun 1993 yang dikaruniai seorang anak bernama Muhammad Iqbal Ramadhan. Kala itu, Moerdiono masih terikat perkawinan dengan istrinya. Lantaran UU Perkawinan menganut asas monogami mengakibatkan perkawinan Machica dan Moerdiono tak bisa dicatatkan KUA. Akibatnya, perkawinan mereka dinyatakan tidak sah menurut hukum (negara) dan anaknya dianggap anak luar nikah yang hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibunya. Setelah bercerai, Moerdiono tak mengakui Iqbal sebagai anaknya dan tidak pula membiayai hidup Iqbal sejak berusia 2 tahun. Iqbal juga kesulitan dalam pembuatan akta kelahiran lantaran tak ada buku nikah. Pada tahun 2008 yang lalu, kasus ini sempat bergulir ke Pengadilan Agama Tangerang atas permohonan itsbath nikah dan pengesahan anak yang permohonannya tak dapat diterima.Meski pernikahannya dianggap sah karena rukun nikah terpenuhi, tetapi pengadilan agama tak berani menyatakan Iqbal anak yang sah karena terbentur dengan asas monogami itu. B. Penyelesaian kasus pencurian melalui adat aceh di kampung Paya Kecamatan Kluet Utara Kabupaten Aceh Selatan melalui Lembaga koneo Bo adat. Jadi, kenoe bo adat adalah suatu lembaga dan sistem penyelesaian perkara yang dilakukan secara mufakat atau musyawarah seperangkat adat Gampong dan ditentukan sanksi hukuman bagi si pelaku tindak pidana. Adapun fungsi dan tujuan dibentuknya lembaga kenoe bo adat tersebut ialah untuk memudahkan masyarakat dalam menyelesaikan suatu perkara baik perkara tentang pidana maupun tentang perdata dalam bermasyarakat dan membuat perdamaian antara pelaku dengan korban yang mengalami perkara permasalahan. Khususnya penyelesaian pencurian melalui lembaga kenoe bo adat di Gampong Kampung Paya. Tata cara dan langkah-langkah dalam menyelesaikan perkara secara lembaga kenoe bo adat yaitu: pertama pelaku diserahkan kepada pemuda Gampong untuk diproses secara adat, yaitu di keliling seluruh Gampong, berfungsi untuk dipermalukan dan membuat efek jera, wajib bagi warga masyarakat Gampong khususnya di Gampong Kampung Paya untuk menyaksikan proses tersebut, kedua pelaku ikut membaur dalam lembaga adat untuk menentukan atau menunggu proses dari lembaga adat Gampong berarti pelaku bersedia di kenoe bo adat kan, jika tidak bersedia atau mungkir/melarikan diri maka pelaku akan di serahkan kepada pihak yang berwajib atau polres setempat, ketiga diselesaikan secara lembaga kenoe bo adat yaitu mendatangkan saksi, memohon maaf/ampunan terhadap korban dan mendapatkan sanksi bagi pelaku jika korban tidak memaafkannya, jika korban memaafkan maka cukup di damaikan saja dan tidak dikenakan sanksi hukuman, keempat setelah diputuskan maka pemberian denda atas sanksi yang diterima pelaku yaitu 10 sampai 15 hari masa waktunya, jika pelaku meminta tenggang waktu dalam memberikan denda adat maka lembaga adat wajib memberikan masa waktu atau perpanjangan waktu yaitu 5 hari lagi. Adapun bentuk sanksi yang dikenakan di dalam lembaga adat dan sistem penyelesaian di lembaga kenoe bo adat ialah dikenakan hukuman sanksi yang sudah tertera di dalam Qanun Gampong, mengelilingi Gampong, membersihkan mesjid, mushola dan tempat ibadah lainnya, dan hukuman dari masyarakat dikucilkan. Khususnya sanksi yang didapati bagi pencurian ialah jika kurang dari dua juta maka seluruh harta curian tersebut harus dibayar penuh dan denda adat pinang cerana, jika melebihi dua juta maka sipencuri diserahkan kepada pihak kepolisian Perbandingannya dengan hukum islam Dalam hukum Islam setiap perbuatan manusia sudah diatur dalam Alquran dan Hadist seperti tindak pidana pencurian, kita ketahui bahwasanya pencurian adalah perbuatan yang dilarang dalam agama. Seperti Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw. Bersabda: Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Allah mengutuk pencuri, yang mencuri telur tetap harus dipotong tangannya dan yang mencuri tali juga harus dipotong tangannya. Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Allah mengutuk pencuri, yang Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan perkara dalam hukum Islam yaitu: pertama ditawarkan sebuah bentuk perdamaian yang bernama Ishlah dalam menyelesaikan perkara dalam hukum Islam berfungsi untuk memperbaiki hubungan antara pihak-pihak yang bersangkutan, kedua para sahabat Nabi berisjitihad dalam memberikan hukuman atau sanksi, ketiga memberikan hukuman terhadap pelaku baik hukuman tersebut berupa Hudud, Qishash, Diyat dan Ta’zir, khusus dalam kasus pencurian pada masa Nabi Muhammad saw memberikan hukuman potong tanggan, keempat pelaksanaan pemberian hukuman tersebut dilakukan di depan umum baik dirajam, dicambuk, diqishash, dan lain-lainya, khusus pelaksanaan hukuman pencurian yaitu potong tanggan didepan umum dan disaksikan masyarakat pada masa Nabi Muhammad saw. Perbandingannya dengan hukum positif Pencurian ringan (gepriviligeerde diefstal) diatur dalam Pasal 364 KUHP yang rumusannya sebagai berikut: Perbuatan-perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan 363 butir 4, begitupun perbuatan-perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 363 butir 5, apabila tidak dilakukan dalam sebuah tempat kediaman atau pekarangan yang tertutup yang ada kediamannya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari Rp. 250,00 diancam karena pencurian ringan dengan pidana penjara paling lama 3 bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 900,00. Dalam kasus pencurian ringan, maka pelaku tidak ditahan dan perkara dilaksanakan melalui acara pemeriksaan cepat sebagaimana dimaksud dalam Bagian Menimbang huruf b PERMA 02/2012, yang berbunyi: Bahwa apabila nilai uang yang ada dalam KUHP tersebut disesuaikan dengan kondisi saat ini, maka penanganan perkara tindak pidana ringan seperti pencurian ringan, penipuan ringan, penggelapan ringan dan sejenisnya dapat ditangani secara proporsional mengingat ancaman hukuman paling tinggi yang dapat dijatuhkan hanyalah tiga bulan penjara, dan terhadap tersangka atau terdakwa tidak dapat dikenakan penahanan, serta acara pemeriksaan yang digunakan adalah Acara Pemeriksaan Cepat. Selain itu perkara-perkara tersebut tidak dapat diajukan upaya hukum Kasasi.