Anda di halaman 1dari 13

Oleh Abdurrokhman Noor (2002026005 )

MAKALAH

PERBANDINGAN JENIS PIDANA DAN TINDAKAN ANTARA KUHP BELANDA


DAN KUHP INDONESIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perbandingan Hukum

Dosen Pengampu : Bapak Zidney Ilma Fazaada Emha, SH. MH

Disusun oleh Kelompok 1:

1) Abdurrokhman Noor (2002026005 )


2) Haqqul Fatta (2002026006)
3) Nabila Salsta Luthfiyyah (2002026007)
4) Suci Ari Zulianingsih (2002026010)
5) Anisa Kusuma Wardani (2002026025)

PRODI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2022

1
Oleh Nabila Salsta Luthfiyyah (2002026007 )

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur
kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkahkan nikmat serta karunia-Nya sehingga kami bisa
mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa shalawat dan salam selalu
tercurahkan ke junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya.

Adapun tujuan dari penulisan serta penyusunan makalah ini adalah guna memenuhi tugas
dari Bapak Zidney Ilma Faazada Emha, SH. MH selaku dosen pengampu mata kuliah
perbandingan hukum pidana.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Zidney Ilma Faazada Emha, SH. MH yang
telah memberikan tugas ini sehingga hal ini bisa menambah wawasan serta pengetahuan bagi kita
semua terkait mata kuliah yang kita pelajari. Selain itu, kami mengucapkan terimakasih kepada
teman-teman dan para pihak yang sudah bersedia membantu menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah kami masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan
dari segi materi maupun penulisannya. untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran yang
membangun dari para pembaca agar kami bisa menyempurnakan makalah ini dikemudian hari.
Kami harapkan makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, aamiin. kami ucapkan terimakasih

Semarang, 17 September 2022

Pemakalah

2
Oleh Haqqul Fata (2002026006 )

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ....................................................................................... 2

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang .......................................................................................... 4

I.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Jenis Pidana dan tindakan KUHP Belanda ............................................. 6


2.2 Jenis pidana dan tindakan KUHP Indonesia ........................................... 9
2.3 Perbandingan implementasi jenis pidana antara KUHP Belanda dengan
KUHP Indonesia .....................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 kesimpulan .............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................11

3
Oleh Suci Ari Zulianingsih (2002026010)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pidana merupakan masalah pokok selain tindak pidana dan pertanggungjawaban


pidana. Di indonesia, terdapat perbedaan dalam penggunaan kata “hukuman” dan “pidana”,
yang dimana perbedaan tersebut bisa dilihat dari segi sifat khusus dan umumnya. Hukuman
lebih mengarah kepada suatu hal yang umum sedangkan pidana lebih mengarah suatu hal yang
khusus. Disimpulkan bahwa pidana termasuk bagian dari hukuman.

Dalam KBBI disebutkan hukuman adalah siksa dan sebagainya yang dikenakan
terhadap orang yang melanggar undang-undang dan sebagainya atau keputusan yang
dijatuhkan oleh hakim atau hasil atau akibat menghukum.1 Pidana merupakan hukuman
kejahatan tertentu, misalnya pembunuhan, pencurian, dan sebagainya.

Dalam istilah Belanda, pidana berasal dari kata straf yang diarikan beda dengan
hukuman. Pidana merupakan arti sempit dari hukum pidana, sedangkan hukuman merupakan
istilah umum yang menunjukkan sanksi dalam penerapan hukum perdata, administrasi,
disiplin, atau dalam hukum pidana sendiri. 2

Secara umum, terdapat 2 macam sistem sanksi yang dicantumkan dalam KUHP di
berbagai negara, yaitu sistem dua jalur (double track system) dan sistem satu jalur (single
track system). Sistem dua jalur merupakan sistem sanksi yang membedakan adanya sanksi
pidana (penal) dan tindakan (measure/maatregel). Negara yang menganut sisitem dua jalur ini
diantaranya Belanda dan Indonesia .

Namun demikian, walaupun keduanya menganut sistem hukum yang sama, terdapat
perbedaan dan persamaan jenis pidana dan tindakan Belanda dengan Indonesia. Oleh karena
itu, kami melakukan kajian perbandingan jenis pidana dan tindakan dalam KUHP Belanda
dan Indonesia.3

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana jenis pidana KUHP di Belanda?


2. Bagaimana jenis pidana KUHP di Indonesia?
3. Bagaimana perbandingan implementasi jenis pidana antara KUHP Belanda dengan KUHP
Indonesia?

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1997), p. 360.
2
Andi Hamzah, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), p. 27.

4
1.3 Tujuan

1. Untuk menngetahui dan memahami jenis pidana dan tindakan yang ada di dalam KUHP
Belanda
2. Untuk menngetahui dan memahami jenis pidana dan tindakan yang ada di dalam KUHP
Indonesia
3. Untuk dapat mengetahui bagaimana perbandingan implementasi jenis pidana dan tindakan
antara KUHP Belanda dengan KUHP Indonesia

5
BAB II

PEMBAHASAN

Oleh Suci Ari Zulianingsih (2002026010 )


2.1 Jenis Pidana Dalam KUHP Belanda
Sistem yang dianut Belanda merupakan sistem kodifikasi adopsi dari hukum Napoleon.
Jadi tidak banyak yang membedakan antara sistem hukum Indonesia dengan Belanda. Belanda
menganut Produk hukum pada sistem hukum Eropa Kontinental (Civil Law System) yang
secara otomatis Indonesia juga menganut sistem hukum tersebut karena Indonesia bekas
jajahan Belanda.
Hukum Belanda adalah keseluruhan aturan-aturan hukum yang berlaku dan diterapkan
secara umum di Negara Belanda. Hukum Belanda muncul dari tradisi hukum Indo-Jerman
dan Romawi yang melewati berbagai revolusi. Revolusi yang dimulai dari “Papal Revolution”
sampai Revolusi Kaum borjuis prancis pada abad ke 19.
Dalam KUHP Belanda mengatur pidana dalam Bab II Buku I Pasal 9 sampai pasal 36.
Pasal 9 ayat 1A menyebutkan bahwa sanksi pidana terdiri atas pidana pokok dan Pasal 9 ayat
1 B tentang pidana tambahan. Dalam Pidana pokok (principal penalties) yang terdiri dari:
a. Imprisonment (Pidana penjara)
b. Detention (Pidana kurungan)
c. Community service (Pidana kerja sosial)
d. Fine (Pidana denda)

Adapun pidana tambahan (additional penalties) terdiri dari:

1. Deprivation of specific rights (Pencabutan hak-hak tertentu)


2. Committal to a state workhouse (Penempatan pada lembaga pendidikan negara)
3. Forfeiture (Perampasan barang)
4. Publication of the judgement (Pengumuman putusan hakim)

Dalam KUHP Belanda pasal 10 membahas tentang pidana penjara. Pidana penjara tersebut
hukumannya seumur hidup atau hukuman penjara dalam waktu tertentu..

Dalam jenis pidananya, Belanda tidak lagi menerapkan pidana mati. Sebelumnya
belanda menerapkan pidana mati ketika masih menggunakan KUHP adopsi perancis. Namun
pada tahun 1954 direvisi sehingga pidana mati dalam penggunaannya dikurangi dan akhirnya
dengan peraturan Undang-undang tertanggal 17 September 1870 pidana mati resmi dihapuskan,
namun pidana ini masih di berlakukan pada negara jajahan belanda Contohnya indonesia.

Dalam Pasal 9 ayat 2 KUHP Belanda yang berbunyi bahwa apabila pidana penjara
atau kurungan, bukan kurungan pengganti, dijatuhkan, maka hakim dapat menambah lagi
dengan mengenakan pidana denda. Dari adanya Pasal 9 ayat 2 ini maka terhadap delik yang
diancam dengan pidana penjara atau kuirungan secara tunggal, atau yang tidak mencantumkan
pidana denda secara alternatif, hakim tetap dapat menjatuhkan pidana denda. Batas maksimum
denda yang dapat dijatuhkan terhadap delik yang tidak mencantumkan pidana denda diatur

6
dalam Pasal 23 ayat 5, yaitu maksimum denda kategori ke-1 untuk delik pelanggaran dan
maksimum denda kategori ke-3 untuk kejahatan.

Dalam KUHP Belanda ketentuan tentang denda diatur pada pasal 24 ayat 4 yang
didalamnya mengatur ketentuan batas minimal denda yang harus dibayarkan terpidana adalah
5 gulden dan mengenal 6 kategori denda. Kategori tersebut sebagai berikut:

 Kategori 1 : lima ratus gulden


 Kategori 2 : lima ribu gulden
 Kategori 3 : sepuluh ribu gulden
 Kategori 4 : dua puluh lima ribu gulden
 Kategori 5 : seratus ribu gulden
 Kategori 6 : satu juta gulden4

Dalam KUHP Belanda terdapat pidana tambahan. Pidana tambahan ini diatur dalam
Pasal 32 yang menyatakan :

1. Dalam kasus yang ditentukan oleh undang-undang, hakim dapat memerintahkan


agar orang yang dihukum ditempatkan di rumah kerja Negara tidak kurang dari
tiga bulan dan tidak lebih dari tiga tahun. ( In case specified by law, the judge may
order that the convicted person be commited to a State workhouse for not less than
three months and not more than three years.)
2. Dalam hal terikat pada rumah kerja Negara, berlaku ketentuan pasal 13, 14, 15-
17 dan 22, dengan ketentuan bahwa jangka waktu terikat pada rumah kerja Negara
dianggap berturut-turut di mana mereka diinterupsi dengan penahanan saja. (In
the case of committal to a State workhouse, the provisions of articles 13, 14, 15-17
and 22 are applicable, provided that periods of committal to State work house are
considered as being consecutive where they are inteerupted by detention alone).
3. Apabila hukuman penjara telah dijatuhkan sebagai hukuman pokok, hukuman
tambahan akan dimulai pada hari berakhirnya hukuman pokok. (Where a custodial
sentence has been imposed as the principal penalty, the additional penalty shall
commence on the day of the termination of the principal penalty).

 Jenis Tindakan
Bab khusus tentang tindakan terdapat dalam KUHP Belanda yang berdasarkan pada
Undang-Undang pada tanggal 22 Mei 1958 yang kemudian diubah dengan Undang-Undang
tertanggal 31 Maret 1983. Adapun pasal-pasal yang mengalami perubahan sampai tahun
1994 yaitu bab yang terdiri dari 2 bagian, diantaranya:
Bagian pertama tentang Confiscation and Deprivation of the Unlawfully Obtained
Gains (Penyitaan dan Perampasan Keuntungan yang Diperoleh Secara Tidak Sah) yang
diatur dalam pasal 36 a sampai f. Bab Kedua tentang Committal to Psychiatric Hospital and

4
https://123dok.com/document/ydkjdxlq-hukum-perbandingan-pidana-belanda.html (diakses pada tanggal 14
September 2022 pukul 9.41 WIB)

7
Placement on Analisa Entrustment Order (Berkomitmen ke Rumah Sakit Jiwa dan
Penempatan di Analisa percayakan pesanan) yang diatur dalam Pasal 37 sampai 38i.

1.2 jenis pidana dalam KUHP Indonesia Oleh Nabila Salsta Luthfiyyah (2002026007 )
Sejarah KUHP di indonesia tidak terlepas dari pengaruh negara Belanda. KUHP itu
sendri kitab peraturan pidana yang dipakai sehari-hari. Dimana KHUP ialah induk dari
peaturan-peraturan pidana Indonesia. Tujuan dari mempelajari KUHP ini adalah guna
mengetahui seluk beluk hukum pidaa di Indonesia. KUHP yang diberlakukan di Indonesia
sekarang ini bukanlah ciptaan atau produk asli Indonesia, tetapi merupakan peraturan yang
mengadopsi dari Belanda. Mengingat, bahwa KUHP di Indonesia berlaku sejak tanggal 1
Januari 1918, yang dimana saat itu pembuatannya masih pada zaman hindia Belanda.5
Di dalam KUHP, sanksi pidana dikenal dengan sistem dua jalur ( Doubel Track System
) yaitu sebuah stelseel pemidanaan disamping penjatuhan sanksi pidana dikenal juga sebagai
tindakan yang bisa dikenakan kepada pelaku tindak pidana.6 Adapun jenis-jenis hukuman
yang diatur dalam Pasal 10 KUHP yang dimana terdiri dari :
1. Pidana pokok ( utama )
Pidana pokok ini terbagi menjadi :
1) Pidana mati
2) Pidana penjara
a. Pidana seumur hidup
b. Pidana penjara selama waktu tertentu ( setinggi-tingginya adalah 20 tahun dan
sekurang-kurangnya adalah 1 tahun )
3) Pidana Kurungan ( sekurang-kurangnya 1 hari dan setinggi-tinggi nya 1 tahun )
4) Pidana denda
5) Pidana tutupan
2. Pidana tambahan :
1) Pencabutan hak tertentu
2) Perampasan ( penyitaan barang-barang tertentu )
3) Pengumuman keputusan hakim

Pada ketentuan atau aturan yang termuat dalam KUHP hasil copyan dan KUHP asli
Belanda memiliki sedikit perbedaan. Dimana pada KUHP Indonesia masih diberlakukan
hukuman mati sedangkan dalam KUHP asli Belanda hukuman tersebut sudah dihapuskan.

 Sistem Tindakan
Dalam KUHP tindakan dibedakan menjadi dua yakni tindakan yang diberikan kepada
orang yang tidak mampu bertanggung jawab dan tindakan yang diberikan kepada orang yang
mampu bertanggung jawab yang bisa dijatuhkan pidana pokok. Tindakan untuk orang yang
tidak mampu bertanggung jawab, yaitu :

5
Drs. C.S.T Kansil, S.H, PENGANTAR ILMU HUKUM DAN TATA HUKUM INDONESIA, Jakarta : Balai Pustaka, 1989,
cet—8, hlm 260
6
http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/viewFile/1485/1400 ( diakses pada 16 September 2022 Pukul 18.02 )

8
a. Perawatan dirumah sakit
b. Penyerahan kepada pemerintah atau
c. Penyerahan kepada seseorang

Adapun tindakan untuk orang yang mampu bertanggung jawab yang dijatuhkan
bersama pidana pokok yakni :

a. Pencabutan surat izin mengemudi


b. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana
c. Perbaikan akibat tindak pidana
d. Latihan kerja
e. Rehabilitasi dan atau
f. Perawatan di lembaga7

Oleh Abdurrakhman Noor (2002026005 )

1.3 Perbandingan Implementasi Jenis Pidana Dan Tindakan Antara KUHP Belanda
Dengan Indonesia
Perbandingan KUHP yang di berlakukan di Belanda dengan KUHP yang di
berlakukan di Indonesia hampir sama karena dalam sistemnya menggunakan sistem dua jalur.
Karena Indonesia merupakan negara jajahan Belanda, maka pada KUHP yang di berlakukan
di Indonesia merupakan adopsi dari KUHP Belanda. .
Menurut KUHP Belanda jenis pidana dan ketentuan-ketentuanya diatur dalam bab II
Buku 1 pada pasal 9-36. Sedangkan di Indonesia ketentuan pidana diatur dalam pasal 10
KUHP yang keduanya menggunakan jenis pidana yang terdiri dari jenis pidana pokok dan
pidana tambahan.
Dalam KUHP Belanda dalam pidana pokoknya sudah tidak menerapkan pidana mati
karena yang dahulunya Belanda mengadopsi aturan dari perancis yang kemudian terdapat
revisi pada tahun 1870 yang menghapuskan pidana mati. Alasan Belanda menghapuskan
pidana mati karena dalam pelaksanaannya terpidana selalu mendapat grasi dan pengampunan
raja untuk menghargai HAM. Hal ini berbeda dengan RUU KUHP Indonesia yang masih
mempertahankan pidana mati dan pidana penjara seumur hidup karena demi perlindungan
masyarakat, untuk mencegah kejahatan berat, demi keadilan dan persatuan Indonesia.
Pasal 10 KUHP Belanda membahas tentang pidana penjara. Batas minimal pidana
penjara adalah 1 hari dan maksimal pada umumnya adalah 15 tahun dengan pengecualian
dengan ketentuan lain yang mencapai 20 tahun (maksimal khusus 20 tahun). Hal ini sama
dengan KUHP Indonesia yang menerapkan batas minimum pidana penjara adalah 1 hari dan
batas maksimum khususnya sama yaitu 15 tahun dan 20 tahun.
KUHP Indonesia yang merupakan warisan kolonial Belanda dan sampai sekarang
masih diberlakukan, tidak mengenal pidana denda dengan kategori sebagaimana dalam revisi
KUHP Belanda. Dalam aturan denda KUHP Belanda terdapat 1-6 kategori. Sedangkan dalam
KUHP Indonesia pidana denda diatur dalam pasal 30 KUHP yang berbunyi:

7
https://media.neliti.com/media/publications/19518-ID-sistem-pidana-dan-tindakan-double-track-system-dalam-
hukum-pidana-di-indonesia.pdf ( diakses pada 16 September 2022, Pukul 19.53 )

9
(1). Pidana denda paling sedikit tiga rupiah tujuh puluh lima sen.
(2). Jika pidana denda tidak dibayar, ia diganti dengan pidana kurungan.
(3). Jika ada pemberatan pidana denda disebabkan karena perbarengan atau
pengulangan, atau karena ketentuan Pasal 52, maka pidana kurungan pengganti
paling lama delapan bulan.8

Karena jumlah jumlah pidana denda baik dalam KUHP maupun dalam ketentuan
ketentuan pidana lainnya yang dikeluarkan sebelum tanggal 17 Agustus 1945 adalah tidak
sesuai lagi dengan sifat tindak pidana yang dilakukan, berhubung ancaman pidana denda itu
sekarang menjadi terlalu ringan jika dibandingkan dengan nilai mata uang pada waktu kini,
sehingga jumlah jumlah itu perlu diperbesar/dipertinggi. Maka telah diundangkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 18 Tahun 1960, yang dalam Pasal 1 ayat (1)
nya menentukan bahwa :

"Tiap jumlah pidana denda yang diancamkan, baik dalam Kitab Undangundang Hukum
Pidana, sebagaimana beberapa kali telah ditambah dadiubah dan terakhir dengan
Undangundang Nomor 1 Tahun 1960 (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 1), maupun
dalam ketentuan-ketentuan pidana lainnya yang dikeluarkan sebelum tanggal 17 Agustus
1945, sebagaimana telah diubah sebelum hari berlakunya Peraturan Pengganti Undang
undang ini harus dibaca dengan mata uang rupiah dan dilipatgandakan menjadi lima belas
kali". Mengingat Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 18 Tahun 1960,
maka batas minimum yang umum denda itu sekarang menjadi : 15 x 25 sen = Rp. 3,75 (tiga
rupiah tujuh puluh lima sen).

Di samping itu dalam Pasal 9 ayat 2 KUHP Belanda ditetapkan bahwa where a
penalty of imprisonment or a penalty of detention, other than detention as substitute penalty,
is imposed, the judge may in addition impose a fine (apabila pidana penjara atau kurungan,
bukan kurungan pengganti, dijatuhkan, maka hakim dapat menambah lagi dengan
mengenakan pidana denda). Sedangkan dalam Ketentuan demikian tidak ada dalam KUHP
Indonesia.

Selanjutnya Pasal 9 (3) KUHP Belanda menyatakan bahwa in case in which the law
allows the imposition of analisa additional penalty, this penalty may be imposed either
separately or in conjunction with principal penalties and in conjunction with ather
additional penalties (dalam hal UU membolehkan penjatuhan pidana tambahan, maka
pidana tambahan ini dapat dijatuhkan secara terpisah (sebagai pidana yang berdiri sendiri)
atau bersama-sama dengan pidana pokok, dan dapat dijatuhkan bersama-sama dengan
pidana tambahan lainnya). Ketentuan ini pun tidak ada dalam KUHP Indonesia.

Pasal 9A KUHP Belanda mengatur tentang pengampunan oleh hakim


(rechterlijkpardon). Hal ini tidak dikenal juga dalam KUHP Indonesia.

8
KUHAP dan KUHP, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm. 5-6. (diakses pada tanggal 17 September 2022 pukul 10.58)

10
Pidana bersyarat diatur dalam KUHP Belanda dan KUHP Indonesia. Dalam KUHP
Belanda diatur dalam Pasal 14a-k. Pidana bersyarat atau tidak dilaksanakannya pidana
dengan syarat dapat dijatuhkan dalam hal:

1) Dalam hal ancaman pidana penjara paling lama satu tahun atau pidana
kurungan sebesar penahanan, selain penahanan sebagai hukuman pengganti,
atau denda yang dijatuhkan, hakim dapat memerintahkan agar hukuman
tersebut tidak dilaksanakan seluruhnya atau sebagian.
2) Dimana hukuman tidak kurang dari satu tahun dan tidak lebih dari tiga tahun
dijatuhkan, hakim dapat memerintahkan bagian dari pidana itu, dengan
tidak lebih dari sepertiga, tidak boleh dieksekusi.
3) Sebagai tambahan, hakim dapat memutuskan bahwa hukuman tambahan
yang dijatuhkan tidak boleh dilaksanakan seluruhnya atau sebagian.

Jika ketentuan ini dibandingkan dengan KUHP Indonesia, maka sekilas terdapat
kesamaan. Namun ternyata point ke-2 di atas tidak ada dalam KUHP Indonesia.

 Jenis tindakan
Bab khusus tentang tindakan dimasukkan ke dalam KUHP Belanda berdasar UU 22
Mei 1958, Staatblaad 296 dan diubah dengan UU 31 Maret 1983, S. 153. Pasal-pasalnya ada
yang mengalami perubahan sampai tahun 1994. Bab ini terdiri dari dua bagian.

Dalam Bab Pertama disebutkan tiga jenis tindakan, yaitu:

1. Penyitaan barang-barang tertentu (confiscation of seized objects) (Pasal 36b).


2. Kewajiban membayar sejumlah uang kepada negara untuk mencabut
keuntungan yang diperoleh secara melawan hukum (Pasal 36e).
3. Kewajiban membayar sejumlah uang kepada negara untuk kepentingan korban
(Pasal 36f).

Dalam Bab Kedua disebutkan dua jenis tindakan, yaitu:

1. Penempatan ke rumah sakit jiwa untuk orang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
dalam melakukan tindak pidana karena cacat jiwa (mental defect) atau sakit jiwa
(mental desease) yang membahayakan dirinya sendiri, orang lain atau keamanan
umum (Pasal 37).
2. Penempatan terdakwa yang pada saat delik dilakukan menderita cacat atau sakit jiwa,
ke suatu lembaga berdasarkan surat Entrustment Order (Perintah Mempercayakan)
(Pasal 37a jo. 37d)

Adapun tindakan yang diatur dalam KUHP Indonesia terbagi menjadi dua yakni
tindakan yang diberikan kepada orang yang tidak mampu bertanggung jawab dan tindakan
yang diberikan kepada orang yang mampu bertanggung jawab yang bisa dijatuhkan pidana
pokok

11
Oleh Haqqul Fatta (2002026006 ), Anisa
Kusuma Wardani (2002026026)
anni
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Terdapat perbedaan antara KUHP Indonesia dengan KUHP belanda padahal jika
ditilik dari historisnya KUHP Indonesia (WvS) mengadopsi dari KUHP Belanda(Ned. MvS)
sehingga secara otomatis harusnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara Belanda dengan
Indonesia, akan tetapi setelah dipelajari dan dikomparasikan terdapat sekali perbedaan, sebab
KUHP belanda dirubah dengan mereduksi hukum-hukum baru yang lebih update dan lebih
fleksibel terhadap keadaan dan tidak kaku, sedangkan Indonesiabelum mampu untuk merubah
hukum yang dipakai dari KUHP Belanda hingga sekarang, jadi Indonesia masih
mencerminkan hukum yang pertama kali dibuat oleh Belanda dan sama sekali tidak
beradaptasi dengan masyarakat pada umumnya. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia belum
mampu untuk menjadi negara yang independent, walaupun secara de-juro dan de-facto
Indonesia sudah dapat dinyatakan sebagai negara yang merdeka. Ketidak mampuan Indonesia
dalam mengikuti perkembangan-perkembangan hukum yang maju belum dapat dilihat, terbuti
bahwa KUHP Indonesia masih menerapkan KUHP lama Belanda yang sudah tidak sesuai
dengan perkembangan zaman dan tidak sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

1.2 Saran
KUHP Indonesia yang bersumber dari KUHP Belanda patut memperhatikan
KUHP asing ini. Beberapa perbaikan mungkin telah dilakukan dalam KUHP Indonesia.
Meski demikian, upaya perbaikan dalam KUHP tersebut masihlah layak untuk dilakukan
terus menerus mengingat perkembangan keilmuan hukum pidana di dunia serta
perkembangan kejahatan di masyarakat. Masa pembaharuan hukum pidana Indonesia harus
dijadikan pijakan untuk merombak hukum pidana Indonesia yang masih berbau kolonial.

12
Oleh Suci Ari Zulianingsih (2002026006 )

DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/315693876_Perbandingan_Jenis_Pidana_dan_Tindaka
n_dalam_KUHP_Norwegia_Belanda_Indonesia_dan_RUU_KUHP_Indonesia (Diakses
Tanggal 13 September 2022 Jam 20.22 WIB )

Andi Hamzah, 2008, Perbandingan Hukum Pidana Beberapa Negara, Sinar Grafika, Jakarta

Kansil C.S.T,1989, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta

http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/viewFile/1485/1400 ( diakses pada 16 September 2022


Pukul 18.02 )

https://media.neliti.com/media/publications/19518-ID-sistem-pidana-dan-tindakan-double-track-
system-dalam-hukum-pidana-di-indonesia.pdf ( diakses pada 16 September 2022, Pukul
19.53 )

13

Anda mungkin juga menyukai