Anda di halaman 1dari 44

JAKSAAGUNG

REPuBUK INDONESIA

PEDOMAN
NOMOR 1 TAHUN2019

TENTANG
TUNTUTAN PIDANA PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Sehubungan dengan program pemerintah yang diwujudkan dalam
Rencana Aksi Nasional dalam pemberantasan tindak pidana korupsi
sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018
ten[ang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi, Kejaksaan Agung
scbagai penanggung jawab dalam aksi perbaikan tata kelola sistem

perbaikan pidana terpadu untuk tersusunnya Pedoman tentang


Tuntutan Pidana Perkara Tindak Pidana Korupsi.
2. Surat Eclaran Jaksa Agung Nomor SE-001/|JA/04/1995 Tanggal 27
April 1995 tentang Pedoman Tuntutan Pidana dan Surat Edaran Jaksa
Agung Nomor SE`-003/A/JA/01/2010 Tanggal 13 `Januari 2010

lentang Pedoman Tuntutan Pidana Perkara Tindak Pidana Korupsi


sudah tidak relevan dan sesuai dengan perkembangan hukum yang
ada antara lain belum adanya pengaturan pedoman tuntutan pidana
tindak pidana korupsi untuk kerugian keuangan negara atau
perekonomian negara cli bawah Rpl.000.000.000.00 (satu miliar
rupiah) dan beluin diaturnya pedoman tuntulan pidana perkara
tindak pidana korupsi untuk terdakwa korporasi sehingga dipandang
pcrlu untuk mengganti Pc.doman Tuntutan Pidana Perkara Tindak
Pidana Korupsi.
8. Maksud danTujuan
1 Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pcnuntut Umum dalam
menentukan tuntutan pidana perkara Tindak Pidana Korupsi dengan
tetap memperhatikan prinsip keadilan dan kemanfaatan.
-2-

2. Pedoman ini bertujuan unt.uk mencegah atau meminimalisir disparitas


tuntulan pidana perkara Tindak Pidana Korupsi.

C. RuangLingkup
Ruang lingkup Pedoman ini meliputi pengendalian tuntutan perkara
Tindak Pidana Korupsi di Kejaksaan Republik Indonesia.

D. DasarHukum
1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
387) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4150).
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
67).

3. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata


Kerja Kejaksaan Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kejaksaan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 65).
4. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional
Pencegahan Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 108).
5. Pera.turcrin Jaksa Agun8 Nomor PER-006/A/JA/07/2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1069) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Kejaksaan Nomor 006 Tahun 2019 tentqng
Perubahan atas Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-
006/A/`JA/07/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan
Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 1094).
-3-

BAB 11

TUNTUTAN PIDANA

Dalam rangka mencegah atau meminimalisir disparitas tuntutan Tindak


Pidana Korupsi di lingkungan Kejaksaan RI, dalam pelaksanaanya perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
I. Tindak pidana korupsi melanggar Pasal 2 ayat (i) Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tcntang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberant.asan Tindak Pidana Korupsi.
1. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara lebih dari
Rp200.000.000,OO (dua ratus juta rupiah) sampai dengan
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), terdakwa dituntut:
1.1 Apabila terdapal pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 75% sampai dcngan 100°/o dan t.erdakwa telah memperkaya
diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit lebih dari 0%
sampai dengan paling banyak 25% dengan pidana penjara paling
singkat 4 (empat) lahun dan paling lama 4 (empat) tahun 6
(enam) bulan. (Lampiran I nomor 1 kolom a).
I.2 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 50% sampai dengan 750/o dan terdakwa telah memperkaya
diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit lebih dari 25%
sampai dengan paling banyak 50% dengan pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun 6 (enam) bulan dan paling lama 4
(empat) tahun 9 (sembilan) bulan. (Lampiran I nomor 1 kolom b).
1.3 Apabila terdapat pengembalian/ penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 25% sampai dengan 50% dan terdakwa telah memperkaya
diri sendiri dan hasil kejahatannya paling sedikit lebih dari 50%
sampai dengan paling banyak 75°/o dengan pidana penjara paling
singkat 4 (empat) lahun 9 (sembilan) bulan dan paling lama 5
(lima) tahun. (Lampiran I nomor 1 kolom c).
1.4 Apabila tcrdapat pcngembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara alau perekonomian negara paling sedikit lebih
-4-

dari Otyo sampai dengan 25% dan terdakwa telah memperkaya


diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit lebih dari 75%
sampai dengan paling banyak 100% dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun 6
(enam) bulan. (Lampiran I nomor 1 kolom d).
2. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara lebih dari
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan
Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), terdakwa
dituntut:
2.1 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara alau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 75% sampai dengan 100% dan terdakwa telah memperkaya
diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit lebih dari 0%
sampai dengan paling banyak 25% dengan pidana penjara
singkat 4 (empat) lahun dan paling lama 4 (empat) tahun 9
(sembilan) bulan. (Lampiran I nomor 2 kolom a).
2.2 Apabila terdapat pengembalian/ penyelamatan kerugian
keuangan negara alau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 50% sampai dengan 75% dan terdakwa telah memperkaya
diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit lebih dari 25°/o
sampai dengan paling banyak 50% dengan pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun 9 (sembilan) bulan dan paling lama 5
(lima) lahun. (Lampiran I nomor 2 kolom b).
2.3 Apabila terdapat pengembalian/ penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 25°/o sampai dengan 50% dan terdakwa telah memperkaya
diri sendiri dari basil kejahatannya paling sedikit lebih dari 50%
sampai dengan paling banyak 75°/o dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun 6 (enam)
bulan. (Lampiran I nomor 2 kolom c).
2.4 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 0% sampai dengan 250/o dan terdakwa telah memperkaya
diri sendiri dan hasil kejahatannya paling sedikit lebih dari 75%
sampai dengan paling banyak 100°/o dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan dan paling lama 6
(enam) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran I nomor 2 kolom d).
-5-

3. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara lebih dari


Rp750.000.000,00 (tujuh ralus lima puluh juta rupiah) sampai dengan
Rpl .000.000.000,00 (satu miliar rupiah), terdakwa dituntut:

3.1 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian


keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 75% sampai dengan 100°/o dan terdakwa telah memperkaya
diri scndiri dari hasil kejahatannya paling sedikil lebih dari 0%
sampai dengan paling banyak 25% dengan pidana penjara
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun.

(Lampiran I nomor 3 kolom a).


3.2 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara alau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 50% sampai dongan 75% dan terdakwa telah memperkaya
diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit lebih dari 25%
sampai dengan paling banyak 50% dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun 6 (enam)
bulan. (Lampiran I nomor 3 kolom b).
3.3 Apabila lerdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 25% sampai dcngan 50°/o dan terdakwa telah memperkaya
diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit lebih dari 50°/o
sampai dengan paling banyak 750/o dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam)
Lahun 6 (enam) bulan. (Lampiran I nomor 3 kolom c).
3.4 Apabila terdapat pengemba.Iian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 0% sampai dengan 25% dan terdakwa telah memperkaya
diri sendirl dari hasil kejahatannya paling sedikit lebih dari 75°/o
sampai dengan paling banyak 100% dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) tahun 6 (enam) bulan dan paling lama 7
(tujuh) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran I nomor 3 kolom d).
4. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara lebih dari
Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai dengan
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), terdakwa dituntut:
4.1 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 75% sampai dengan paling banyak 100% dan terdakwa
-6-

telah memperkaya diri sendiri dari hasil kejahatannya paling


sedikil 0% sampai dengan paling banyak 25°/o, dengan pidana
penjara paling singkat lebih dari 4 (empat) tahun dan paling
lama 5 (lima) tahLin 6 (enam) bulan. (Lampiran I nomor 4 kolom
a).

4.2 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian


keuangan negara atau perekonomian ncgara paling sedikit lebih
dari 50°/o sampai dengan paling banyak 75°/o dan terdakwa telah
memperkaya diri scndiri dari hasil kejahatannya paling sedikit
lebih dari 25% sampai dengan paling banyak 50%, dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan dan
paling lama 6 (enam) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran I nomor 4
kolom b).
4.3 Apabila lerdapat pengembalian/penyclamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 25% sampai dengan paling banyak 50°/a dan terdakwa telah
memperkaya diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit
lebih dari 50% sampai dengan paling banyak 75°/o, dengan

pidana penjara paling singkat 6 (enam) tahun 6 (enam) bulan


dan paling lama 7 (tujuh) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran I
nomor 4 kolom c).
4.4 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 0% sampai dengan paling banyak 25°/o dan terdakwa telah
memperkaya diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit
lebih dari 75% sampai dengan paling banyak 100%, dengan

pidana penjara paling singkat 7 (tujuh) tahun 6 (enam) bulan


dan paling lama 8 (delapan) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran I
nomor 4 kolom d).
5. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara paling
sedikit lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) sampai
dengan paling banyak Rplo.000.000.000,OO (sepuluh miliar rupiah),
terdakwa dilunt.ut:
5.1 Apabila terdapal pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 75% sampa.i dengan paling banyak 100°/o, dan terdakwa
telah mcmpc`rkaya din sendiri dari hasil kejahatannya paling
-7-

sedikil 0% sampai dengan paling banyak 250/o, dengan pidana


penjara paling singkat lebih dari 4 (empat) tahun dan paling
lama 6 (enam) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran I nomor 5 kolom

a).

5.2 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian


keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 50% sampai dengan paling banyak 75% dan tc`rdakwa telah
memperkaya diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit
lebih dari 25% sampai dengan paling banyak 50C/'o, dengan

pidana penjara paling singkat 6 (cnam) tahun 6 (enam) bulan


dan paling lama 7 (tujuh) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran I
nomor 5 kolom b).
5.3 Apabi]a terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara alau pcrekonomian negara paling sedikit lebih
dari 25% sampai dengan paling banyak 50% dan terdakwa telah
memperkaya diri scndiri dari hasil kejahatannya paling sedikit
lebih dari 50% sampai dengan paling banyak 75%, dengan

pidana penjara paling singkat 7 (tujuh) tahun 6 (enam) bulan


dan paling lama 8 (delapan) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran I
nomor 5 kolom c).
5.4 Apabila terdapal pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 0% sampai dengan paling banyak 25% dan terdakwa telah
memperkaya diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit
lebih dari 75% sampai dengan paling banyak 100%, dengan
pidana penjara paling singkat 8 (delapan) tahun 6 (enam) bulan
dan paling lama 10 (sepuluh) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran I
nomor 5 kolom d).
6. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara paling
sedikit lebih dari Rplo.000.000.000,00 (sepuluh mili&r rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah),
terdakwa dituntut:
6.1 Apabila terdapaL pengembalian/ penyelamatan kerugian
keuangan negara alau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 75% sampai dengan paling banyak 100% dan terdakwa
telah memperkaya diri sendiri dari hasil kejahatannya paling
sedikit 0% sampai dengan paling banyak 25%, dengan pidana
-8-

penjara paling singkat lebih dari 4 (empat) tahun dan paling


lama 7 (tujuh) lahun 6 (enam) bulan. (Lampiran I nomor 6 kolom
a).

6.2 Apabila terdapal pengembalian/penyelamatan kerugian


keuangan negara alau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 50% sampai dengan paling banyak 75% dan terdakwa telah
memperkaya diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit
lebih dari 25% sampai dengan paling banyak 50%, dengan
pidana penjara paling singkat 7 (tujuh) tahun 6 (enam) bulan
dan paling lama 8 (delapan) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran I
nomor 6 kolom b).
6.3 Apabila terdapal pengembalian/ penyelamatan kerugian
keuangan negara alau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 25% sampai dengan paling banyak 50%, dan terdakwa telah
memperkaya diri sendiri .dari hasil kejahatannya paling sedikit
lebih dari 50% sampai dengan paling banyak 75%, dengan

pidana penjara paling singkat 8 (delapan) tahun 6 (enam) bulan


dan pallng lama 10 (sepuluh) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran I
nomor 6 kolom c).
6.4 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 0% sampai dengan paling banyak 25%, dan terdakwa telah
memperkaya diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit
lebih dari 75% sampai dengan paling banyak 100%, dengan

pidana penjara paling singkat 10 (sepuluh) tahun 6 (enam) bulan


dan paling lama 13 (tiga belas) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran
I nomor 6 kolom d).
7. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara paling
sedikit lebih dari Rp20.000.000.000,OO (dua puluh miliar rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp35.000.000.000,00 (tiga puluh lima
miliar rupiah) , terdakwa dituntut:
7.1 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 75% sampai clengan paling banyak 100% dan terdakwa
telah memperkaya diri sendiri dari hasil kejahatannya 0°/o
sampai dengan paling banyak 25%, dengan pidana penjara
paling singkat li`bih dari 4 (empat) tahun dan paling lama 8
(delapan) tahun 6 (enam) bulan (Lampiran I nomor 7 kolom a).
7.2 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 50% sampai dengan paling banyak 75% dan terdakwa telah
memperkaya diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit
lebih dari 25% sampai dengan paling banyak 50°/o dengan

pidana penjara paling singkat 8 (delapan) tahun 6 (enam) bulan


dan paling lama 10 (sepuluh) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran I
nomor 7 k()lorn b).
7.3 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 25% sampai dengan paling banyak 50% dan terdakwa telah
memperkaya diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit
lebih dari 50% sampai dengan paling banyak 75°/o, dengan

pidana penjara paling singkat 10 (sepuluh) tahun 6 (enam) bulan


dan paling lama 13 (tiga belas) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran
I nomor 7 kolom c).
7.4 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 0% sampai dengan paling banyak 25% dan terdakwa telah
memperkaya diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit
lebih dari 750/o sampai dengan paling banyak 100%, dengan

pidana penjara paling singkat 13 (tiga belas) lahun 6 (enam)


bulan dan paling lama 16 (enam belas) tahun. (Lampiran I
nomor 7 kolom d).
8. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara paling
sedikit lebih dari Rp35.000.000.000,00 (tiga puluh lima miliar rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,OO (lima puluh miliar
rupiah), terdakwa ditunlul:
8.1 Apabila lerdapat pengembalian/ penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 75% sampai dengan paling banyak 100°/o dan terdakwa
telah memperkaya diri sendiri dari hasil kejahatannya 0%
sampai dengan paling banyak 25%, dengan pidana penjara
paling singkat lebih dari 4 (empat) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran I nomor 8 kolom a).
-10-

8.2 Apabila lerdapal pengembalian/penyelamatan kerugian


keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 50% sampai dengan paling banyak 75% dan terdakwa telah
memperkaya diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit
lebih dari 25% sampai dengan paling banyak 50%, dengan

pidana penjara paling singkat 10 (sepuluh) tahun 6 (enam) bulan


dan paling lama 13 (tiga belas) tahun 6 (enam) bulan (Lampiran I
nomor 8 kolom b).
8.3 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 25% sampai dengan paling banya.k 50%, dan terdakwa telah
memperkaya diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit
lebih dari 50% sampai dengan paling banyak 75%, dengan
pidana penjara paling singkat 13 (tiga belas) lahun 6 (enam)
bulan dan paling lama 16 (enam belas) tahun (Lampiran I nomor
8 kolom c).

8.4 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian


keuangan negara alau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 0 °/o sampai dengan paling banyak 25% dan terdakwa telah
memperkaya diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit
lebih dari 75% sampai dengan paling banyak 100%, dengan
pidana penjara paling singkat 16 (enam belas) tahun dan paling
lama 18 (delapan belas) tahun 6 (enam) bulan (Lampiran I nomor
8 kolom d).

9. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara lebih dari


Rp50.000.000.000,OO (lima puluh miliar rupiah), terdakwa dituntut:
9.1 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 75% sampai dengan paling banyak 100% dan terdakwa
telah memperkaya diri sendiri dari hasil kejahatannya 0%
sampai dengan paling banyak 25%, dengan pidana penjara
paling singkat lebih dart 4 (empat) tahun dan paling lama 13
(tiga belas) tahun 6 (enam) bulan (Lampiran I nomor 9 kolom a).
9.2 Apabila terdapal pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 50% sampai dengan paling banyak 75% dan terdakwa telah
memperkaya diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit
-11-

1ebih dari 25°/o sampai dengan paling banyak 50°/o, dengan


pidana penjara paling singkat 13 (tiga belas) tahun 6 (enam)
bulan dan paling lama 16 (enam belas) tahun. (Lampiran I
nomor 9 kolom b)
9.3 Apabila lerdapal pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih
dari 25% sampai dengan paling banyak 50°/o, dan terdakwa telah
memperkaya diri sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit
lebih dari 50% sampai dengan paling banyak 750/o, dengan

pidana pcnjara paling singkat 16 (enam belas) tahun dan paling


lama 18 (delapan belas) lahun 6 (enam) bulan. (Lampiran I
nomor 9 kolom c).
9.4 Apabila pengemba]ian/penyelamatan kerugian keuangan negara
alau perekonomian negara paling sedikit lebih dari 0% sampai
dengan paling banyak 25% dan terdakwa telah memperkaya diri
sendiri dari hasil kejahatannya paling sedikit lebih dari 75°/o
sampai dengan paling banyak 100°/o, dengan pidana penjara

paling singkat 18 (delapan belas) tahun 6 (enam) bulan dan


paling lama 20 (dua puluh) tahun (Lampiran I nomor 9 kolom d).

11. Untuk tunlulan pidana Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31


Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberanlasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
dimaksud dalam angka I, selain dituntut pidana penjara terdakwa juga
dituntut pidana denda dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara di
bawah Rp750.000.000,OO (tujuh ratus lima puluh juta rupiah)
maka tcrdakwa dituntut pidana denda paling sedikit
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah);
2. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara paling
sedikit Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) maka
terdakwa diluntut pidana denda paling sedikit Rp250.000.000,00
-12-

(dua rat.us lima puluh juta rupiah) dan paling banyak


Rp300.000.000,OO (liga ratus juta rupiah);
3. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara paling
sedikit Rpl 000 000 000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) maka terdakwa dituntut

pidana denda paling sedikit Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta


rupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah);
4. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara paling
sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak
Rp35.000.000.000,00 (tiga puluh lima miliar rupiah) maka
terdakwa dituntut pidana denda paling sedikit Rp500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp750.000.000,00


(tujuh ratus lima puluh juta rupiah);
5. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara lebih
dari Rp35.000.000.000,OO (tiga puluh lima miliar rupiah) maka
terdakwa diluntul pidana denda paling sedikit Rp750.000.000,OO

(tujuh ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak


Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Ill. Tindak pidana k()rupsi melanggar Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 lentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
1. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara
sampai dengan Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah) , lerdakwa dituntut:
1.I Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lcbih dari 75% sampai dengan 100% dan terdakwa telah
menguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya 0% sampai
dengan paling banyak 25% dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 1 (satu) tahun 3 (tiga)
bulan. (Lampiran 11 nomor 1 kolom a).
1.2 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
kcuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 50°/o sampai dengan 75% dan lerdakwa lelah
-13-

menguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya paling


sedikil lebih dari 25°/o sampai dengan paling banyak 50%
dengan pidana penjara paling singkat I (satu) tahun 3 (tiga)
bulan dan paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan.
(Lampiran 11 nomor I kolom b).
1.3 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara alau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 25% sampai dengan 50% dan terdakwa telah
menguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya paling
sedikit lebih dari 50% sampai dengan paling banyak 75%
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun 6 (enam)
bulan dan paling lama lahun 1 (salu) tahun 9 (sembilan) bulan.

(Lampiran 11 nomor 1 kolom c).


1.4 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 0% sampai dengan 25% dan terdakwa telah
menguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya paling
sedikil lebih dari 75% sampai dengan paling banyak 100%
dcngan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun 9

(sembilan) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun. (Lampiran 11


nomor 1 kolom d).

2. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara lebih


dari Rp250.000.000,OO (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai
dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), terdakwa
dituntut:
2.1 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 75°/o sampai dengan 100% dan terdakwa telah
menguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya 0% sampai
dengan paling banyak 25% dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam)
bulan. (Lampiran ]1 nomor 2 kolom a).
2.2 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 50% sampai dengan 75°/o dan terdakwa telah
menguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya paling
-14-

sedikil lcbih dari 25% sampai dengan paling banyak 50%


dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun 6 (enam)
bulan dan paling lama 1 (satu) tahun 9 (sembilan) bulan.

(Lampiran 11 nomor 2 kolom b).


2.3 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan nc`gara atau perekonomian negara paling sedikit
lcbih dari 25% sampai dengan 50% dan terdakwa telah
menguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya paling
sedikit lebih dari 50% sampai dengan paling banyak 75%
dengan pidana penjara paling singkal 1 (satu) tahun 9

(sembilan) bulan dan paling lama tahun 2 (dua) tahun.


(Lampiran 11 nomor 2 kolom c).
2.4 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 0% sampai dengan 25% dan terdakwa telah
menguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya paling
sedikit lebih dari 75% sampai dengan paling banyak 100%
dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
lama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran 11 nomor 2
kolom d).

3. Untuk kerugian keuangan Negara atau perekonomian negara lebih


dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan
Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), terdakwa
dituntut:
3.1 Apabila terdapal pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 75% sampai dengan 100% dan terdakwa telah
menguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya 0% sampai
dengan paling banyak 250/o dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 1 (satu) tahun 9

(sembilan) bulan. (Lampiran 11 nomor 3 kolom a).


3.2 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 50% sampai dengan 75% dan terdakwa telah
menguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya paling
sedikil lebih dari 25% sampai dengan paling banyak 50%
-15-

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun 9


(sembilan) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun. (Lampiran 11
nomor 3 kolom b).

3.3 Apabila tcrdapal pcngcmbalian/penyelamatan kerugian


keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 25% sampai dengan 50% dan terdakwa telah
menguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya pa.ling
sedikit lebih dart 50% sampai dengan paling banyak 75%
dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
lama tahun 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran 11 nomor 3
kolom c).

3.4 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian


keuangan ncgara atau perekonomian negara paling sedikit
lcbih dari 0% sampai dengan 25% dan terdakwa telah
menguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya paling
sedikit lebih dari 75% sampai dengan paling banyak 100%
dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun 6 (enam)
bulan dan paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran
11 nomor 3 kolom d).

4. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara lebih


dari Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) sampai
dengan Rpl .000.000.000,00 (satu miliar rupiah), terdakwa dituntut:
4.1 Apabila lerdapal pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 75% sampai dengan 100% dan terdakwa telah
menguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya 0% sampai
dengan paling banyak 25% dengan pidana penjara paling
singkat i (satu) tahun dan paling lama 2 (dua) tahun.
(Lampiran 11 nomor 4 kolom a).
4.2 Apabila terdapal pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan ncgara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 50% `sanpai dengan 750/o dan terdakwa telah
menguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya paling
sedikit lebih dari 25% sampai dengan paling banyak 50%
dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
-16-

lama 2 (dua) lahun 6 (enam) bulan. (Lampiran 11 nomor 4


kolom b).

4.3 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian


keuangan negara atali perckonomian negara paling sedikit
lebih dari 25% sampai dengan 50% dan terdakwa telah
menguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya paling
sedikit lcbih dari 50% sampai dengan paling banyak 75%
dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun 6 (enam)
bulan dan paling lama tahun 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan.
(Lampiran 11 nomor 3 kolom c).
4.4 Apabila terdapal pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara alau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 0% sampai dengan 25% dan terdakwa telah
menguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya paling
sedikit lebih dari 75% sampai dengan paling banyak 100%
dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun 6 (enam)
bulan dan paling lama 4 (empat) tahun 6 (enam) bulan.

(Lampiran 11 nomor 4 kolom d).

5. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara lebih


dari Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai dengan
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), terdakwa dituntut:
5.1 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 75% sampai dengan paling banyak 100% dan
terdakwa telah menguntungkan diri sendiri dari hasil
kejahatannya 0% sampai dengan paling banyak 25%, dengan
pidana penjara paling singkat lebih dari 1 (satu) tahun 6 (enam)
bulan dan paling lama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran
11 nomor 5 kolom a).
5.2 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 50% sampai dengan paling banyak 75% dan
terdakwa lelah menguntungkan diri sendiri dari hasil
kejahatannya paling sedikit lebih dari 25% sampai dengan

paling banyak 50°/o, dengan pidana penjara paling singkat 2


17-

(dua) t.ahun 6 (cnam) bulan dan paling lama 3 (tiga) tahun 6


(enam) bulan. (Lampiran 11 nomor 5 kolom b).
5.3 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 250/o sampai dengan paling banyak 50°/o dan
terdakwa telah menguntungkan diri sendiri dari hasil
kejahatannya paling sedikit lebih dari 50% sampai dengan
paling banyak 75°/o, dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun 6 (enam) bulan dan paling lama 4 (empat) tahun 6
(enam) bulan. (Lampiran 11 nomor 5 kolom c).
5.4 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 0% sampai dengan paling banyak 250/o dan terdakwa
lelah menguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya
paling sedikit lebih dari 75% sampai dengan paling banyak
loocyo, dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun 6

(enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun. (Lampiran 11


nomor 5 kolom d).

6. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara paling


sedikit lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) sampai
dengan paling banyak Rplo.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah),
terdakwa dituntut:
6.1 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 75% sampai dengan paling banyak 100% dan
terdakwa telah menguntungkan diri sendiri dari hasil
kejahatannya 0°/o sampai dengan paling banyak 250/o, dengan
pidana pprljara paling singkat lebih dari 1 (satu) tahun 6 (enQm)
bulan dan paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran
11 nomor 6 kolom a).

6.2 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian


keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 50% sampai dengan paling banyak 75% dan
terdakwa telah menguntungkan diri sendiri dari hasll
kejahatannya paling sedikit lebih dari 25% sampai dengan

paling banyak 50°/o, dengan pidana penjara paling singkat 3


-18-

(tiga) tahun 6 (cnam) bulan dan paling lama 4 (empat) tahun 6


(enam) bulan. (Lampiran 11 nomor 6 kolom b).
6.3 Apabila terdapal pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 25% sampai dengan paling banyak 50°/o dan
terdakwa telah menguntungkan diri sendiri dari hasil
kejahalannya paling sedikit lebih dari 50% sampai dengan

paling banyak 75%, dengan pidana penjara paling singkat 4


(empat) tahun 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun.
(Lampiran 11 nomor 6 kolom c).
6.4 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 0% sampai dengan paling banyak 25% dan terdakwa
telah menguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya
paling sedikit lebih dari 75% sampai dengan paling banyak
100%, dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) tahun
dan paling lama 8 (delapan) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran 11
nomor 6 kolom d).
7. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara paling
sedikit lebih dari Rplo.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp20.000.000.000,OO (dua puluh
miliar rupiah) , terdakwa dituntut:
7.1 Apabila terdapal pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikil
lebih dari 75% sampai dengan paling banyak 100% dan
terdakwa telah menguntungkan diri sendiri dari hasil
kejahatannya paling sedikit 0°/o sampai dengan paling banyak
25%, dengan pidana penjara paling singkat lebih dari 1 (satu)
tahun 6 (enam) bulan dan paling lama 4 (empat) tahun 6
(enam) bulan. (Lampiran 11 nomor 7 kolom a)
7.2 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 50% sampai dengan paling banyak 75% dan
terdakwa t.elah menguntungkan diri sendiri dari basil
kejahatannya paling sedikit lebih dari 25% sampal dengan
paling banyak 50%, dengan pidana penjara paling singkat 4
-19-

(cmpal) lahun 6 (L`nam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun.


(Lampiran 11 nomor 7 kolom b)
7.3 Apabila terdapal pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 25% sampai dengan paling banyak 50°/o dan
terdakwa telah menguntungkan diri sendiri dari hasil
kcjahatannya paling scdikit lebih dari 50% sampai dengan
paling banyak 75%, dengan pidana penjara paling singkat 6
(enam) tahun dan paling lama 8 (delapan) tahun 6 (enam)
bulan. (Lampiran 11 nomor 7 kolom c)
7.4 Apabila terdapal pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 0% sampai dengan paling banyak 25% dan terdakwa
telah mcnguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya

pating sedikil lebih dari 75% sampai dengan paling banyak


100%, dengan pidana penjara paling singkat 8 (delapan) tahun
6 (enam) bulan dan paling lama 12 (dua belas) tahun.

(Lampiran 11 nomor 7 kolom d)

8. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara paling


sedikit lebih dari Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp35.000.000.000,00 (tiga puluh
lima miliar rupiah), tc`rdakwa dituntut:
8.1 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 75% sampai dengan paling banyak 100% dan
terdakwa telah menguntungkan diri sendiri dari hasil
kejahatannya paling sedikit 0% sampai dengan paling banyak
25%, dengan pidana penjara paling singkat lebih dari 1 (satu)
tahun 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun.
(Lampiran 11 nomor 8 kolom a)
8.2 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikil
lebih dari 50°/o sampai dengan paling banyak 75% dan
terdakwa telah menguntungkan diri sendiri dari hasil
kejahatannya paling sedikit lebih dari 25% sampai dengan
paling banyak 50%, dengan pidana penjara paling singkal 6
-20-

(cnam) lahun dan paling lama 8 (delapan) tahun 6 (enam)


bulan. (Lampiran 11 nomor 8 kolom b)
8.3 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 25% sampai dengan paling banyak 50% dan
terdakwa telah menguntungkan diri sendiri dari hasil
kejahatannya paling sedikit lebih dari 50°/o sampai dengan
paling banyak 75%, dengan pidana penjara paling singkat 8
(delapan) tahun 6 (enam) bulan dan paling lama 12 (dua belas)
tahun. (Lampiran 11 nomor 8 kolom c)
8.4 Apabila pengembalian/penyelamatan kerugian keuangan
negara atau perekonomian negara paling sedikit lebih dari 0%
sampai dengan paling banyak 25°/o dan terdakwa telah
mengunLungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya paling
sedikit lebih dari 75% sampai dengan paling banyak 100%,
dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) tahun dan

paling lama 14 (empat belas) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran


11 nomor 8 kolom d)

9. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara paling


sedikit lebih dari Rp35.000.000.000,00 (tiga puluh lima miliar
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima

puluh miliar rupiah), terdakwa dituntut:


9.1 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 75% sampai dengan paling banyak 100%, dan
terdakwa telah menguntungkan diri sendiri dari hasil
kejahatannya 00/o sampai dengan paling banyak 25°/o, dengan
pidana penjara paling singkat lebih dari 1 (satu) tahun 6
(enam) bulan dan paling lama 8 (delapan) tahun 6 (enam)
bulan. (Lampiran 11 nomor 9 kolom a)
9.2 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 50°/o sampai dengan paling banyak 75% dan
terdakwa telah menguntungkan diri sendiri dari hasil
kejahalannya paling sedikit lebih dari 25% sampai dengan
paling banyak 50%, dengan pidana penjara paling singkat 8
-21-

(delapan) tahun 6 (cnam) bulan dan paling lama 12 (dua belas)


tahun. (Lampiran 11 nomor 9 kolom b)
9.3 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 25% sampai dergan paling banyak 50% dan
terdakwa telah menguntungkan diri sendiri dari hasil
kejahatannya paling scdikit lebih dari 50°/o sampai dengan

paling banyak 75% dengan pidana penjara paling singkat 12


(dua belas) tahun dan paling lama 14 (empat belas) tahun 6
(enam) bulan. (Lampiran 11 nomor 9 kolom c)
9.4 Apabila terdapal pengembalian/penyelamalan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 0% sampai dengan paling banyak 25% dan terdakwa
telah menguntungkan diri sendiri dari hasil kejahatannya

paling sedikit lebih dari 75% sampai dengan paling banyak


100°/o, dengan pidana penjara paling singkat 14 (empat belas)
tahun 6 (enam) bulan dan paling lama 16 (enam belas) tahun 6
(enam) bulan. (Lampiran 11 nomor 9 kolom d)

10. Untuk kerugian keuangan Negara atau perekonomian negara lebih


dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah), terdakwa
dituntut:
10.1 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 75% sampai dengan paling banyak 1000/o dan
terdakwa tela.h menguntungkan diri sendiri dari hasil
kejahatannya 0% sampai dengan paling banyak 25%, dengan
pidana penjara paling singkat lebih dari 1 (satu) tahun 6
(enam) bulan dan paling lama 12 (dua belas) tahun. (Lampiran
11 nomor 10 kol()in a).

10.2 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian


keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 50% sampai dengan paling banyak 75% dan
terdakwa lelah menguntungkan diri sendiri dari hasil
kejahatannya paling sedikit lebih dari 25% sampai dengan
paling banyak 50%, dengan pidana penjara paling singkat 12
-22-

(dua belas) tahun dan paling lama 14 (empat belas) tahun 6


(enam) bulan. (Lampiran 11 nomor 10 kolom b).
10.3 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 25% sampai dengan paling banyak 500/o dan
terdakwa telah menguntungkan diri sendiri dari hasil
kcjahatannya paling sedikit lebih dari 50% sampai dengan

paling banyak 75%, dengan pidana penjara paling singkat 14


(empat belas) tahun 6 (enam) bulan dan paling lama 16 (enam
belas) tahun 6 (enam) bulan. (Lampiran 11 nomor 10 kolom c).
10.4 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikil
lebih dari 0% sampai dengan paling banyak 25% dan
terdakwa telah menguntungkan diri sendiri dari hasil
kejahalannya paling sedikit lebih dari 75% sampai dengan

paling banyak 100%, dengan pidana penjara paling singkat 16


(enam belas) tahun 6 (enam) bulan dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun. (Lampiran 11 nomor 10 kolom d).

IV. Untuk tuntutan pidana Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun


1999 tenlang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dimaksud dalam
angka Ill, selain dituntut pidana penjara terdakwa juga dituntut
pidana denda dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Untuk kerugian keuangan negara di bawah Rpl.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) maka terdakwa dituntut pidana denda
paling sedikit Rp50.000.000,OO (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rploo.000.000,00 (seratus juta rupiah);
2. Untuk kerugian keuangan negara paling sedikit
Rpl.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) maka terdakwa
dituntut pidana denda paling sedikit Rploo.000.000,00 (seratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah);
-23-

3. Untuk kerugian keuangan negara lebih dari


Rplo.000.000.000,OO (scpuluh miliar rupiah) maka terdakwa
dituntul pidana denda paling scdikit Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rpl.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).

V. Tuntutan pidana kurungan pengganti pidana denda untuk terdakwa


orang adalah paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 6 (enam)
bulan.

VI. Tuntutan pidana penjara sebagai pengganti pidana tambahan


membayar uang pengganti untuk terdakwa orang adalah paling
singkat 1/2 (setengah) dari tuntutan pidana penjara dan paling lama
tidak melebihi ancaman maksimum pidana penjara atas pasal yang
dinyatakan lerbukti.

VII. Tindak pidana korupsi melanggar Pasal 2 ayat (I) Undang-Undang


Nomor 31 Tahun 1999 lentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tcntang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tenlang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan terda.kwa
Korporasi.
1 Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara
sampai dengan Rpl5.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah),
korporasi dituntut..
i.i Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara alau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 75% sampai dengan 100% dan korporasi tersebut
telah memperkaya korpctrasi itu sendiri dari basil kejahatannya
0% sampai dengan paling banyak 25% dengan pidana denda
paling sedikil sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp250.000.000,00 (dua ratus lima

puluh juta rupiah). (I,ampiran in baris 1 kolom a).


1.2 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 50% sampai dengan 75% dan korporasi tersebut
telah memperkaya korporasi itu sendiri dari basil kejahatannya
-24-

paling scdikil lebih dari 25% sampai dengan paling banyak 500/o
dengan pidana denda paling sedikit sebesar Rp250.000.000,00

(dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). (Lampiran in baris 1
kolom b).

1.3 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian


keuangan ncgara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 25% sampai dengan 50% dan korporasi t.ersebut
telah memperkaya korporasi itu sendiri dari hasil kejahatannya
paling sedikit lebih dari 50% sampai dengan paling banyak 75%
dengan pidana denda paling sedikit sebesar Rp300.000.000,00

(tiga rat.us juta rupiah) dan paling banyak sebesar


Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah).

(Lampiran Ill baris 1 kolom c).


1.4 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 0% sampai dengan 25% dan korporasi tersebut telah
memperkaya korporasi itu sendiri dari hasil kejahatannya
paling sedikit lebih dari 75% sampai dengan paling banyak
100% dengan pidana denda paling sedikit sebesar
Rp350.000.000,00 (liga ratus lima puluh juta rupiah) dan

paling banyak sebesar Rp400.000.000,00 (empat ratus juta


rupiah). (Lampiran Ill baris 1 kolom d).

2. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara lebih


dari Rpl5.000.000.000,OO (lima belas miliar rupiah) sampai dengan
Rp50.000.000.000,OO (lima puluh miliar rupiah), korporasi diluntut:
2.1 Apabila lerdapal pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 750/o sampai dengan 100% dan korporasi tersebut
t.elah mcmperkaya korporasi itu sendiri dari basil kejahatannya
0% sampai dengan paling banyak 25°/o dengan pidana denda

paling sedikit sebesar Rp400.000.000,00 (empat ratus juta


rupiah) dan paling banyak sebesar Rp450.000.000,00 (empat
ratus lima puluh juta rupiah). (Lampiran Ill baris 2 kolom a).
-25-

2.2 Apabila terdapal pengembalian/penyelamatan kerugian


keuangan negara at.au perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 50% sampai dengan 75% dan korporasi tersebut
telah memperkaya korporasi itu sendiri da.ri hasil kejahatannya
paling sedikit lebih dari 25% sampai dengan paling banyak 50%
dengan pidana denda paling sedikit sebesa.r Rp450.000.000,00

(empat ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak


scbesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (Lampiran
Ill baris 2 kolom b).
2.3 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan Negara atau perekonomian negara paling sedikil
lebih dari 25% sampai dengan 500/o dan korporasi tersebut
telah mempcrkaya korporasi itu sendiri dari ha.sil kejahatannya
paling sedikit lebih dari 50% sampai dengan paling banyak 75°/o
dengan pidana denda paling sedikit sebesar Rp500.000.000,00

(lima ratus juta rupiah) dan paling banyak sebesar


Rp550.000.000,00 (lima ratus lima puluh juta rupiah).

(I.,ampiran Ill baris 2 kolom c).


2.4 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan Negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 0% sampai dengan 25% dan korporasi tersebut telah
memperkaya korporasi itu sendiri dari hasil kejahalannya
paling sedikit lebih dari 75% sampai dengan paling banyak
100°/o dengan pidana denda sebesar Rp550.000.000,OO (lima
ralus lima puluh jula rupiah) dan paling banyak sebesar
Rp600.000.000,OO (enam ratus juta rupiah). (Lampiran Ill baris
2 kolom d).

3. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara lebih


dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah), korporasi
ditun[ut:
3.1 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 75% sampai dengan 100% dan korporasi tersebut
telah memperkaya korporasi itu sendiri dari hasil
kejahatanriya 0% sampai dengan paling banyak 25% dengan
pidam denda paling sedikit sebesar Rp600.000.000,00 (enam
-26-

ratus juta rupiah) dan paling banyak sebesar


Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah). (Lampiran Ill
baris 3 kolom a).
3.2 Apabila terdapal pengcmbalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 50% sampai denga.n 75% dan korporasi tersebut
telah memperkaya korporasi itu sendiri dari basil
kejahatannya paling sedikil lebih dari 25°/o sampai dengan

paling banyak 50% dengan pidana denda paling sedikit


sebesar Rp700.000.000,00 (tujuh ratus juta rupiah) dan
paling banyak sebesar Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah). (Lampiran Ill baris 3 kolom b).
3.3 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
kcuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 25% sampai dengan 50% dan korporasi tersebut
telah memperkaya korporasi itu sendiri dari hasil
kejahatannya paling sedikit lebih dari 50% sampai dengan

paling banyak 75% dengan pidana denda paling sedikit


sebesar Rp800.000.000,OO (delapan ratus juta rupiah) dan

paling ba.nyak sebesar Rp900.000.000,00 (sembilan ratus juta


rupiah). (Lampiran Ill t)aris 3 kolom c).
3.4 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomiah negara paling sedikit
lebih dari 0% sampai dengan 25% dan korporasi tersebut
telah memperkaya korporasi itu sendiri dari hasil
kejahatannya paling sedikit lebih dari 75% sampai dengan

paling banyak 1.000/o dengan pidana denda paling sedikit


sebesar Rp900.000.000,00 (sembilan ratus juLa rupiah) dan
paling banyak sebesar Rpl.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah). (Lampiran Ill baris 3 kolom d).

VIII. Tindak pidana korupsi melanggar Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31


Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan terdakwa
Korporasi.
-27-

1. Untuk kcrugian kcuangan ncgara atau perekonomian negara


sampai dengan Rpl5.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah),
korporasi dituntut:
1.1 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 75% sampai dengan 100°/o dan korporasi tersebut
telah memperkaya korporasi itu sendiri dari hasil kejahatannya
0% sampai dengan paling banyak 25% dengan pidana denda
paling sedikil sebesar Rp50.000.000,00 (lima. puluh juta
rupiah) dan paling banyak sebesar Rpl00.000.000,00 (seratus

juta rupiah). (Lampiran IV bai-is 1 kolom a).


1.2 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 50% sampai dengan 75% dan korporasi tersebut
telah memperkaya korpora§i itu sendiri dari hasil kejahatannya

paling sedikit lebih dari 25% sampai dengan paling banyak 50%
dengan pidana denda paling sedikit sebesar Rpl00.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak sebesar
Rpl50.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). (Lampiran
IV baris I kolom b).

1.3 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugiaii


keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 25% sampai dengan 50% dan korporasi tersebut
telah memperkaya korporasi itu sendiri dari hasil kejahata.nnya
paling sedikil lebih dari 50% sampai dengan paling banyak 75%
dengan pidana denda paling sedikit sebesar Rpl50.000.000,00

(seralus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar


Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). (Lampiran IV baris 1
kolom c.) .

1.4 Apabila tcrdapat pengembalian/penyelamatan kerugian


keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 0°/o sampai dengan 25% dan korporasi tersebut telah
memperkaya korporasi itu sendiri dari hasil kejahatannya
paling sedikit lebih dari 75% sampai dengan paling banyak
100% dengan pidana denda paling sedikit sebesar
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
-28-

sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).


(Lampiran IV baris 1 kolom d).

2. Untuk kerugian keuangan negara atau perekonomian negara lebih


dari Rpl5.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) sampai dengan
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah), korporasi dituntut:
2.1 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
tebih d.ari 75% sampai dengan 100% dan korporasi tersebut
telah memperkaya korporasi itu sendiri dari hasil kejahatannya
0% sampai dengan paling banyak 25% dengan pidana denda
paling scdikit sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp300.000.000,OO (tiga
ratus juta rupiah). (Lampira.n IV baris 2 kolom a).
2.2 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan Negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 50% sampai dengan 75% dan korporasi terscbut
telah memperkaya korporasi ilu sendiri dari hasil kejahatannya

paling sedikit lebih dari 25% sampai dengan paling banyak 50%
dcngan pidana denda paling sedikit sebesar Rp300.000.000,OO

(tiga ratus juta rupiah) dan paling banyak sebesar


Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah).

(Lampiran IV baris 2 kolom b).


2.3 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 25% sampai dengan 50% dan korporasi tersebut
telah memperkaya korporasi itu sendiri dari basil kejahatannya
paling sedikit lebih dari 50% sampai dengan paling banyak 75%
dengan pidana denda paling sedikit sebesar Rp350.000.000,OO

(tiga ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar
Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah). (Lampiran IV
baris 2 kolom c).
2 4 Apabila tel.dapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara alan perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 0% sampai dengan 25% dan korporasi tersebut telah
memperkaya korporasi itu sendiri dart hasil kejahatannya
paling sedikit lebih dari 750/o sampai dengan paling banyak
-29-

100% dengan pidana denda paling sedikit sebesar


Rp400.000.000,00 (empat rat.us juta rupiah) dan paling banyak
sebesar Rp450.000.000,00 (empat ratus lima puluh juta
rupiah). (Lampiran lv baris 2 kolom d).

3. Untuk kerugian kcuangan negara atau perekonomian negara lebih


dari Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah), korporasi
dituntut
3.1 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 75% sampai dengan 100°/o dan korporasi tersebut
lelah memperkaya korporasi itu sendiri dari hasil kejahatannya
0% sampai dengan paling banyak 25% dengan pidana denda
paling sedikit sebesar Rp450.000.000,00 (empat ratus lima
puluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar
Rp550.000.000,00 (lima ratus lima puluh juta rupiah).

(Lampiran IV baris 3 kolom a).


3.2 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 50°,'o sampai dengan 75°/o dan korporasi tersebut
telah memperkaya korporasi itu sendiri dari hasil kejahatannya
paling sedikit lebih dari 25% sampai dengan paling banyak 50%
dengan pidana denda paling sedikit sebesar Rp550.000.000,OO

(lima ratus lima puluh juta rupiah) dan paling ba.nyak sebesa.r
Rp650.000.000,00 (enam ratus lima puluh juta rupiah).

(Lampiran IV baris 3 kolom b).


3.3 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan Negara aLau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 25°/o sampai dengan 50°/o dan korporasi tersebut
telah mempcrkaya korporasi itu sendiri dari hasil kejahatannya
paling sedikit lebih dari 50% sampai dengan paling banyak 75°/o
dengan pidana denda paling sedikit sebesar Rp650.000.000,00

(enam ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar
Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
(Lampiran IV baris 3 kolom c).
-30-

3.4 Apabila terdapat pengembalian/penyelamatan kerugian


keuangan negara atau perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 0% sampai dengan 25°/o dan korporasi lersebut telah
memperkaya korporasi itu sendiri dari hasil kejahatannya

paling sedikit lebih dari 75% sampai dengan paling banyak


100% dengan pidana denda paling sedikit sebesar
Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh j.uta rupiah) dan

paling banyak sebesar Rpl.000.000.000,OO (satu miliar


rupiah). (Lampiran IV baris 3 kolom d).

IX. Besaran pidana denda untuk terdakwa korporasi sebagaimana


dimaksud dalam angka VII dan angka VIII dapat ditambah 1/3 (satu

pertiga) dalam hal terdapat pemberatan dengan kriteria antara lain


sebagai berikut:
a. korporasi sebelumnya pernah melakukan Tindak Pidana Korupsi
dan dijatuhi pidana.
b. korporasi digunakan hanya untuk mendapatkan proyek akan
lelapi kegiatan pengerjaannya dilakukan oleh pihak lain.
c. usaha/kegiatan korporasi tidak sesuai dengan AD/ART.
d. tindak pidana korupsi dilakukan dalam jangka waktu 2 (dua)
tahun berturut-turut.

X. Dalam hal persentase pengembalian/penyelamatan kerugian keuangan


negara atau perekonomian negara dan persentase memperkaya/
menguntungkan diri sendiri tidak terakomodasi dalam ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam angka I, angka Ill, a.ngka VII, dan angka
VIII maka berlaku ketentuan terhadap terdakwa dituntut pidana dalam
rentang tuntutan pidana minimal pada kolom faktor pengembalian
penyelamatan kerugian negara atau kolom faktor
mempcrkaya/menguntungkan diri sendiri yang memuat tuntutan
piclana yang lebih rendah dcngan tunlutan pidana maksimal pada
kolom faktor pcngembalian/penyelamatan kerugian negara ata.u kolom
faktor memperkaya/menguntungkan diri sendiri yang memuat
tuntutan pidana yang lebih tinggi sesuai Tabel Pedoman Tuntutan
Pidana untuk terdakwa orang (Lampiran I dan Lampiran 11) dan
terdakwa korporasi (Lampiran in dan Lampiran lv).
-31-

XI. Pcngembalian/penyelamatan kerugian keuangan negara atau


perckonomicln negara yang diperhilungkan dalam tunlutan pidana
adalah pengembalian/penyelamatan yang dilakukan pada tahap
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan sampai dengan sebelum
dibacakan Surat Tuntutan Pidana.

XII. Dalam hal terdakwa lebih dari satu orang/korporasi baik dalam satu
berkas perkara maupun dalam berkas perkara terpisah maka penerapan
label pedoman tuntulan pidana ini berlaku terhadap maslng-masing
Lerdakwa sesuai dengan persentase faktor pengembalian/ penyelama.tan
kerugian keuangan negara dan persentase faktor memperkaya/
menguntungkan diri sendiri atau Korporasi.

XIII. Untuk menentuka.n berat ringannya tuntutan pidana dalam batas


rentang tuntutan pidana sesuai Tabel Pedoman Tuntutan Pidana untuk
terdakwa orang (Lampiran I dan Lampiran 11) dan terdakwa korporasi

(Lampiran Ill dan Lampiran IV), didasarkan atas hal-hal yang


memberatkan dan meringankan sesuai dengan fakta hukum di
persidangan ` dengan mcmperhatikan faktor:
1. Perbuatan terdakwa:
a. menyangkut kepentingan negara; dan/atau
b. mena.rik perhatian/meresahkan masyarakat.
2. Keadaan diri terdakwa:
a. pendidika.n serta status sosial, ekonomi, dan budaya;
b. pengulangan tindak pidana (residivis);
c. motif melakukan tindak pidana; dan/atau
d. peranan terdakwa.
3. Akibat lindak pidana:
a. menimbulkan kerugian bagi negara/ masyarakat;
b. menghambat pembangunan; dan/ atau
c. mengganggu slabilitas/keamanan negara.

XIV. Dalam mengajukan tunlutan pidana, Pcnuntut Umum


mempertimbangkan faktor lidak tercapainya tujuan pembangunan
sebagai dampak tindak pidana korupsi dengan memperhatikan
kearifan lokal setempat, sebagai hal yang meringankan atau
memberatkan dalam surat tuntutan pidana.
-- 32 -

XV. Dalam hal perkara Tindak Pidana Pencucian Uang diajukan


bersamaan dengan perkara Tindak Pidana Korupsi sebagai tindak

pidana asal maka tuntutan pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari


bcsaran tunlulan pidam sesuai klasifikasi tuntutan pidana
sebagaimana diatur dalam lampiran sebagai pemberatan.
Untuk perkara Tindak Pidana Pencucian Uang yang penuntutannya
diajukan secara terpisah dengan perkara tindak pidana korupsi
sebagai lindak pidana asal maka tuntutan pidananya memperhatikan
lamanya t.untutan pidana penjara yang telah diajukan untuk tindak
pidana korupsi sebagai tindak pidana asal dengan memperhitungkan
balas maksimal pemidanaan yang lamanya tidak lebih dari 20 (dua

puluh) lahun. Ketentuan ini juga berlaku dalam hal perkara Tindak
Pidana Pencucian Uang diajukan ke persidangan mendahului perkara
tindak pidana asalnya.

XVI. Tuntutan Pidana terhadap saksi pelaku yang bekerja sama /Jz/st{ce
Collaborator)
Saksi pelaku yang bekerja sama /Uustz.ce CoZ!aborator/ yang ditetapkan
bcrdasarkan Surat Keputusan tentang Penetapan /usttce Co!Zaborcz€or
dapat diringankan tuntutan pidananya sampai dengan minimum
ancaman pidana pokok. Untuk dapat ditetapkan sebagai saksi pelaku
yang bekcrja sama /JL(stt.ce Cc)Z!ciborator/ harus memenuhi persyaratan:
a. Yang bersangkutan merupakan salah satu pelaku tindak pidana
korupsi, mengakui kejahatan yang dilakukan, dan bukan sebagai
pelaku utama kejahatan serta memberikan keterangan sebagai
saksi dalam proses penyelidikan, penyidikan dan penuntutan; dan
b. Yang bersangkutan telah memberikan keterangan dan bukti-bukti
yang sangat signifikan sehingga penyidik dan/atau penuntut
umum dapat mengungkap tindak pidana korupsi dimakstid seca.ra
efektif, mengungkap pclaku-pelaku lainnya yang memiliki peran
lebih besar dan/atau mengembalikan aset-aset/hasil suatu tindak
pidana

XVII. Pidana pcnjara sebagai pengganti pidana tambahan membayar uang


pengganli tidak dihitung sebagai pidana pokok
-33-

Kc`lcntuan pidana pokok berupa pidana penjara untuk waktu tertentu


lidak melcbihi 20 (dua puluh) tahun, sedangkan subsidair uang

pengganli tidak diperhitungkan sebagai pidana pokok.

XVIII. Pidana tambahan pencabutan hak-hak tertentu.


Tuntutan pidana tambahan pencabutan hak-hak tertentu
sebagaimana maksud da-lam Pasal 18 ayat (1) huruf d Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberanlasan Tindak Pidana Korupsi yang dapat diajukan
dalam luntutan pidana yaitu:
1. Pencabutan hak untuk jabatan tertentu, pekerjaan, fasilitas
perbankan da.n jasa profesi:
a. Pencabutan hak untuk menduduki jabatan dalam struktur
organisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN),- Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) apabila pelaku merupakan
karyawan/ pej abat BUMN / BUMD ;
b. Pencabulan hak untuk bekerja sebagai karyawan di semua
badan usaha (perusahaan) publik maupun privat (perusahaan
swasta) ;
c`. Pencabutan hak untuk memperoleh fasilitas perbankan baik
pinjaman maupun simpanan, khususnya bagi pelaku
penyedia jasa/ kontraktor;
d. Pencabutan hak unluk berpraklek sebagai Akuntan Publik,
Advokat, Dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT),
Auditor, Konsultan dan atau LJasa Profesi lainnya, jika
lerdakwa berasal dari kalangan Pelaku Jasa Profesi;
Lamanya pidana tambahan dilenlukan sebagai berikut.
1. Paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun,
apabila terdakwa telah mengembalikan sebagian kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara, dengan cara
mengumumkan putusan hakim melalui papan pengumuman
di Pengadilan, media cetak dan media elektronik.
11. Paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
apabila terdakwa tidak mengembalikan kerugian keuangan
liegara atau perekonomian negara, dengan cara
-34-

mengumumkan pulusan hakim melalui papan pengumuman


di Pengadilan, meclia celak dan media elektronik

2. Pencat)utan hak unluk mcmilih dan atau dipilih dalam Pemilu

yang dijalankan sah berdasarkan Undang-Undang, dengan


ketentuan:
a. Tuntutan pidana tambahan pencabutan hak untuk memilih
clalam Pemilu (Pemilihan Presiden, Pemilihan DPD, Pemilihan
Legislatif dan Pemilihan Kepala Daerah) selama seumur hidup
apabila terdakwa dituntut hukuman mati atau penjara
seumur hidup, dengan cara mengumumkan putusan hakim
melalui papan pengumuman di Pengadilan, media cetak dan
media elektronik;
b. Tuntutan pidana tambahan pencabutan hak untuk memilih
dan atau dipilih dalam Pemilu (Pemilihan Presiden, Pemilihan
DPD, Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Kepala Daerah)
selama 2 (dua) sampai dengan 3 (tiga) tahun apabila terdakwa
lelah mengembalikan sebagian kerugian keuangan negara,
dengan cara mengumumkan putusan hakim melalui papan
pengumuman di Pengadilan, media cetak dan media
elektronik;
c. Tuntutan pidana tambahan pencabutan hak untuk memilih
dan atau dipilih dalam Pemilu (Pemilihan Presiden, Pemilihan
DPD, Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Kepala Daerah)
selama 4 (empat) sampai dengan 5 (lima) tahun apabila
terdakwa tidak mengembalikan kerugian keuangan negara,
dengan cara mengumumkan putusan hakim melalui papan
pengumuman di Pengadilan, media cctak dan media
elektronik;
d. Bila terdakwa pengurus parlai politik rnaka dapat dituntut
pidana tambahan pencabutan hak politiknya sebagai
pengurus Parpol atau pencabutan jabatan politik yang
diperoleh melalui Pemilu (seperti Presiden, anggota/ketua
Dewan, Gubernur dan Bupati/Walikota) dengan mengikuti
kriteria pada huruf a, huruf b dan huruf c di atas.
-35-

XIX. Apabila sctelah tuntutan pidana dibacakan tcrdakwa mengcmbalikan


kcrugian keuangan negara alau perekonomian negara, sedangkan
puLusan telah memenuhi 2/3 dari batas maksimum rentaiig tabel
.yang bergescr/berubah set-elah dilakukan pengembalian kerugian
keuangan negara maka Peiiuntul Umum tidak harus mengajukan
upaya hukum.

XX. Kepala Kejaksaan Negeri dan Kepala Kejaksaan Tinggi yang akan
menuntut di luar pedoman tuntutan pidana untuk terdakwa orang
(Lampiran I dan Lampiran 11) dan terdakwa korporasi (Lampiran in dan
Lampiran IV) harus mendapat persetujuan dari Jaksa Agung Republik
Indonesia melalui Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus
sebagairr`ana diatur dalam Surat Edaran Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor SE-001/A/JA/02/2019 tanggal 21 F`ebruari 2019
tentang Pengendalian Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi.

XXI. Untuk Tindak Pidana Korupsi selain Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan
Tind€ik Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, pengendalian perkaranya sebagaimana diatur dalam Surat
Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor SE-
001/A/JA/02/2019 tanggal 21 F`ebruari 2019 tenlang Pengendalian
Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi.

XXII. Upaya Hukum


1. Penuntut Umum mengajukan upaya hukum banding dalam hal:
a. Terdakwa mengajukan banding maka Penuntut Umum wajib
mengajukan banding. Pengajuan banding oleh Penuntut
Umum juga sebagai dasar mengajukan upaya hukum Kasasi;
b. Putusan Hakim lebih rendah 2/3 (dua pertiga) dari tuntutan
pidana Penuntut Umum; atau
c Ilakim mcnjatuhkan putusan pidana penjara selama atau
k`ilrang dari 20 (dua puluh) lahun, sedangkan Pcnunlul
Umum menuntut pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup.
BAB Ill

PENUTUP

1. D€ngan ditetapkannya pedoman ini maka:


a.Surat Bdaran Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor SE-
00l/LJA/04/1995 tanggal 27 April 1995 tentang Pedoman Tuntutan
Pidana; dan
b.Surat Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor SE-
003/A/JA/2010 tanggal 25 Februari 2010 tentang Pedoman Tuntutan
Pidana Perkara Tinda.k Pidana Korupsi.
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
2. Pedoman ini agar dilaksanakan dengan rasa tanggungjawab.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 19 November 2019

LJAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA,


vlXvlC,aC31®C\CN

IjliI vl

fl8
vl

:1g
vl

:'s
oO|ACV olr)aCr) ot`
a10

IJ aI IJ aC=J=
aI£a ac=€C®
I ac=J=+1®vlX
:aIJ=
C:If2S.g

lJ,CNvl
avlX r`v'X
JJ
COvlX
vlXf=
vl:i
tJ
Xvl VIJ2I:
vl vl

i
vl

a vl
iJ3aF: iIa 1=JJai: a J3
c:E C:J=Lr) ®IJ= ®I=

€u? J=a J=r- arl


JC\

aa ®I:£ aI€ ai€ aiEa


f=i !LO :a
aii; a|nvlXV vlXvlE c=5|r)Vl
avl:+aE t\vl:,f,aaE COvl:i
!±C03 vl*c=vl3
IC,a
u
C,Id i IcO JJ0\E XvlI:J= IJ3ac=
1®CV
E=E
JJaE

i.aCV£i 'foi£EE
t +u?
uul
a
+r- €00

=J30\C:€tJ i:J aI€ I,aa EJJa


C:J= C:J ac=
0.I0\0\ EIaJ
J!a,?
Lr)r-
+2S!
'J,vl

avlX
I:J=

r`vlX
i
COvlX
0\I1a
£-i vlX vlXvlI XvlI €|rlvlX

j] .S!
VCJ

iI I vlI VlI vlC=

£

ajJJiaJ |r)
J3®
CnI: VlI
JJ
a
.a
a
Ia
€ J=+

0
cOI
E ij=st
t 10
c=J=
I c:J=

aiI a-
aJ
u? a r`
I)

ac: I: I C=
.5
iIi: .a
a,i£ E
.a
aE€
a
®IJ=
JJ
ai:€
C)0 E€ €1®
g
C,i3
a3
vlX aji +vl
vlX
u,vl ®Vl r-vl
an&
VL® :iV XV
VI
XV XV XV
r` C:j I5 J=tt

L +
iJ= IJ=
I IJ=

tr t tt` t
D:?
vl vl |r) aI aCN

= *o *c) vl vl
aLL 8:§
`.`e VIA
Xo X
vl

XV
X
OLJ?C) or`C) V V
CN Ln 68
Lr) ,if`VI Le C)

iii&g !!i&F
E i i i i i- a £ £ £ 2i
r\a LOC1
|r\ |e |r\
LO

ln
vl
a 1 CX) - -
'vl
vl vl vl

i:iI
Vl

X X X X X X
tt
vl
tvl

+
vl

t vl

ivl vl
tr

aZ
C\ C. tr LJ7 a
vlXv`aa
v'
Xo
!Eig vl=
C)
|n
:==`
a!®vlXv'iIac=:± ®c:€tvlXv'iJ=aE==ceE
I +it:'gOEc=I C:£CqvlXvlI CnI:€
=aI,CVvlXvlc=€CV !av'Xv'£J2a!t

ai0Zc:i£5'foac=£Ei£-.iIEa £
0\I€vlXv'=Iai€=-I ai€Cr)vlXvl:aC=:: a!+vlXvl:a€C®
C:Ii 2±aJiE I€CNv'XVlc:I0\c=€
£ac:€CNV'Xvli:€CV
a|r)vlXVL®CN

Ia C|EfaCq=i.0\a I ®=i®a

a!Ivl*vlEJ=C¢IE: a!rlv'Xvlc=J=®!: ®I:€CevlXvlJ: Ja!CN


c=iJ=€i!Ic=E EiaC:£CNvlXvlE€CN
!C\vlXvlC:J=a,c:€
ulr-vlXVC)LO

aJ

Ii 215EE CeC:€vlXv'E:: aI€vlXVI€£-J= 0\c=J=+vlXVC:£=-J= CVvlXVaai


a0vlXVlr)r- =J=CVvlXVI€

0<aa Q:aEz= a8vlXVaL®r`


C>a|r\Vl*VC)|nCV a1®r`VlXVC,aU?

|r)vlXV

C)10CNvl

i i i Eg ice®aJ

a a £ £ 2S

LJ?CNvl 10C9vl |r)ivl avlXvl|r)


CVvl

I:fI Xvl *vl Xvl Xvl

0Z
CN C® ¢ 10
'Ea i3
vl

Xo
:i£
aaLO
vl8
a- 8g!
C,
|r)
E&!i
aI •1i
i i
J=a J= J=
C:
a.a3

:aI €
CV
i€
a a
CNv' aC)
cct3
Eii
vlXvl
vl
€E
I:CO trvl Xvl Xv'c= VlX a8£
V1®r`
fg
vlX IJ= Xvl £® Ia
a EE Eg
Vl

i i i
J=
I
J=
i
J=
+a3
€cL
J= J= ES
a cO -
CN .tE
-JJ -
®
€E!iEg
a3cO

I E
c]
J=
E
J2
I:.c:
sS
iE
J=avl J3a=J= aEI:~ avlX g`E€I
CNvl
10r`

Xvl± Xvlc:3 tvlX


vl±
vlXVC)L®
®U\:ij rEig i.i
COvlX

i^i
a vl
a vlc: aE: PE
I I !
C: J= J=c:
JJ- J£
cO
aE Ei
i:
J3 t +
a CX3
CN tJJ
-® IiIaI •gE
='5i81
a i i
J2 ®

E
C:


F: c=

a
J=
® I .Eico5co
i:.I
tt a a C1
IJ= a|r\ •E!
vl

X
vl i
J=
vl
t vl
ii
X
vl vl CX)vl
X
vl vl
XV iii!* E?®

®
EJJ

a
IJ3
X
vl a
c:I Xvl

I
u?CV
i:
d
icL

I = c:
J=
c=
J=
J=
J=
E ±J]
a I
C\
E:E!QJ

J2 c®J= tr CX3
tE

Cr) t a cO
ev :ij
Vl vl vl vl vl

X X X X X CV
V V V V V vl EL
I I: I X
i: 3£
J2
EJ:
c:
J=
a
c:
==
+`f:
Ia a
vl EE
a ®J3
c:®
®J=
=® I:
==
c:a E I:
£E 8!t
C:
J=+
€c:
1€ .E _.i :! i3c:
1€
8:i
5'!giEj3
0CV 1®C1 a10
a- vl vl vl
vl X X X X
X V V V V
V
lJ` -
C) a
CN
|J1

a|r\ c¢
cOcO

Eii= a:!
gF&:
iiii f
CNvl C)C1vl

vl vl vl
X X X X X
V' vl Vllo VILo VI

loth LO un. t^ Lr). ®^ LO


-cO r+-
•:i::
® r` cO Cr,
a :`i:
I 10C\vltxVa
Iai,ET:u

;:;:;,I
ia5 cOaJZa J )*a`6biU*!t5i`10 -i ]aIE

cOic=U'agia o£:=tEj

C)1®C®v'XVlaC3C9 CJ|r)10VlXvla 1® CJC)C»V*VlaC)cO


a10VlXVlr)CN lr\r`vlXVa|r)

+rc'J
u 'dl +
09

j
X
5-+EIE aIae1Ec !a JQ<E

05roIaJaa3_

C>aCt)vlXvlC)10CY C>a|r)vlXvlC)10¢ C>aCOvlXvlaC)r`


|r\r-vl*Va|r) a10vlXV'J,C\1
co aJ

Q Ii
+Ji;C:0a,¥cGiaJ2EaJ .I1 ,cOIcC¢ LEdI:®J£ro£Ci.cdicO I81L-£
iE+Eai

c85!i:=E
a10CVvl*vla C\ C>10tVl*VC)C,tr aC)P`Vl*VC)a®
a -vlXV|r:r`
10C\vl*vlC)

<

a: C>|r)V*V10 0±a=a\D:?±
a+
*
aL Q: |r)vl
C>10^'X

a'6b5&0Z!EF

aI
* a)i
aJaJ
Ll- m*2S

a
Z r+ cl CY)
Z:

ca

!
J=
a3
U
a3
I
iij

E!
\1
E
cO

i
aJ
aji!a,aigSEIE
C)a r+vlXvla|r)r`
I Lr)C\vlrokVa C)|r)OuvlXvla C\ au7tvlXvlC)CJd

£a3dsqJZ5cO5i£5cOiI£C=Sa3id91IaJ01-I.S!i;J Ea

\alr)-v*10®
coii!g=EI
CjaCNv'*vlC)|r)r+ C)Cjtrvl*vlC)LOCY)
C)10vlXV10CN

cOrdc:0:,I: F

C>10r+vlXvla I alr)cY)vl aLr)avl

in XVC)10 ':iHEIE- XvlC)C)Cr) Xvla10Lr)

c:a)01

cb .`-5ii3IE
C)C)r+vlXVLr)r- aC)vlXvla|r) C)C)CY)vlXValr\C\ a|r)Lr)v!XVaLOtr

Q< vlXc,VLOLO-
a+ |r)r+vl
C)Lr)^1X

*
<
LL a:

iiiii a
aL
±
a
LL
lfi £ £ £ '±
llr+ev co
a
a
I

i
aJ
CO

xp

£
a
E

CN

Anda mungkin juga menyukai