REPuBUK INDONESIA
PEDOMAN
NOMOR 1 TAHUN2019
TENTANG
TUNTUTAN PIDANA PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Sehubungan dengan program pemerintah yang diwujudkan dalam
Rencana Aksi Nasional dalam pemberantasan tindak pidana korupsi
sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2018
ten[ang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi, Kejaksaan Agung
scbagai penanggung jawab dalam aksi perbaikan tata kelola sistem
C. RuangLingkup
Ruang lingkup Pedoman ini meliputi pengendalian tuntutan perkara
Tindak Pidana Korupsi di Kejaksaan Republik Indonesia.
D. DasarHukum
1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
387) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4150).
2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
67).
BAB 11
TUNTUTAN PIDANA
a).
paling scdikil lebih dari 25% sampai dengan paling banyak 500/o
dengan pidana denda paling sedikit sebesar Rp250.000.000,00
(dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). (Lampiran in baris 1
kolom b).
paling sedikit lebih dari 25% sampai dengan paling banyak 50%
dengan pidana denda paling sedikit sebesar Rpl00.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak sebesar
Rpl50.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah). (Lampiran
IV baris I kolom b).
paling sedikit lebih dari 25% sampai dengan paling banyak 50%
dcngan pidana denda paling sedikit sebesar Rp300.000.000,OO
(tiga ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar
Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah). (Lampiran IV
baris 2 kolom c).
2 4 Apabila tel.dapat pengembalian/penyelamatan kerugian
keuangan negara alan perekonomian negara paling sedikit
lebih dari 0% sampai dengan 25% dan korporasi tersebut telah
memperkaya korporasi itu sendiri dart hasil kejahatannya
paling sedikit lebih dari 750/o sampai dengan paling banyak
-29-
(lima ratus lima puluh juta rupiah) dan paling ba.nyak sebesa.r
Rp650.000.000,00 (enam ratus lima puluh juta rupiah).
(enam ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar
Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
(Lampiran IV baris 3 kolom c).
-30-
XII. Dalam hal terdakwa lebih dari satu orang/korporasi baik dalam satu
berkas perkara maupun dalam berkas perkara terpisah maka penerapan
label pedoman tuntulan pidana ini berlaku terhadap maslng-masing
Lerdakwa sesuai dengan persentase faktor pengembalian/ penyelama.tan
kerugian keuangan negara dan persentase faktor memperkaya/
menguntungkan diri sendiri atau Korporasi.
puluh) lahun. Ketentuan ini juga berlaku dalam hal perkara Tindak
Pidana Pencucian Uang diajukan ke persidangan mendahului perkara
tindak pidana asalnya.
XVI. Tuntutan Pidana terhadap saksi pelaku yang bekerja sama /Jz/st{ce
Collaborator)
Saksi pelaku yang bekerja sama /Uustz.ce CoZ!aborator/ yang ditetapkan
bcrdasarkan Surat Keputusan tentang Penetapan /usttce Co!Zaborcz€or
dapat diringankan tuntutan pidananya sampai dengan minimum
ancaman pidana pokok. Untuk dapat ditetapkan sebagai saksi pelaku
yang bekcrja sama /JL(stt.ce Cc)Z!ciborator/ harus memenuhi persyaratan:
a. Yang bersangkutan merupakan salah satu pelaku tindak pidana
korupsi, mengakui kejahatan yang dilakukan, dan bukan sebagai
pelaku utama kejahatan serta memberikan keterangan sebagai
saksi dalam proses penyelidikan, penyidikan dan penuntutan; dan
b. Yang bersangkutan telah memberikan keterangan dan bukti-bukti
yang sangat signifikan sehingga penyidik dan/atau penuntut
umum dapat mengungkap tindak pidana korupsi dimakstid seca.ra
efektif, mengungkap pclaku-pelaku lainnya yang memiliki peran
lebih besar dan/atau mengembalikan aset-aset/hasil suatu tindak
pidana
XX. Kepala Kejaksaan Negeri dan Kepala Kejaksaan Tinggi yang akan
menuntut di luar pedoman tuntutan pidana untuk terdakwa orang
(Lampiran I dan Lampiran 11) dan terdakwa korporasi (Lampiran in dan
Lampiran IV) harus mendapat persetujuan dari Jaksa Agung Republik
Indonesia melalui Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus
sebagairr`ana diatur dalam Surat Edaran Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor SE-001/A/JA/02/2019 tanggal 21 F`ebruari 2019
tentang Pengendalian Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi.
XXI. Untuk Tindak Pidana Korupsi selain Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan
Tind€ik Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, pengendalian perkaranya sebagaimana diatur dalam Surat
Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor SE-
001/A/JA/02/2019 tanggal 21 F`ebruari 2019 tenlang Pengendalian
Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi.
PENUTUP
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 19 November 2019
IjliI vl
fl8
vl
:1g
vl
:'s
oO|ACV olr)aCr) ot`
a10
IJ aI IJ aC=J=
aI£a ac=€C®
I ac=J=+1®vlX
:aIJ=
C:If2S.g
lJ,CNvl
avlX r`v'X
JJ
COvlX
vlXf=
vl:i
tJ
Xvl VIJ2I:
vl vl
i
vl
a vl
iJ3aF: iIa 1=JJai: a J3
c:E C:J=Lr) ®IJ= ®I=
i.aCV£i 'foi£EE
t +u?
uul
a
+r- €00
avlX
I:J=
r`vlX
i
COvlX
0\I1a
£-i vlX vlXvlI XvlI €|rlvlX
j] .S!
VCJ
£
I®
ajJJiaJ |r)
J3®
CnI: VlI
JJ
a
.a
a
Ia
€ J=+
0
cOI
E ij=st
t 10
c=J=
I c:J=
aiI a-
aJ
u? a r`
I)
ac: I: I C=
.5
iIi: .a
a,i£ E
.a
aE€
a
®IJ=
JJ
ai:€
C)0 E€ €1®
g
C,i3
a3
vlX aji +vl
vlX
u,vl ®Vl r-vl
an&
VL® :iV XV
VI
XV XV XV
r` C:j I5 J=tt
L +
iJ= IJ=
I IJ=
tr t tt` t
D:?
vl vl |r) aI aCN
= *o *c) vl vl
aLL 8:§
`.`e VIA
Xo X
vl
XV
X
OLJ?C) or`C) V V
CN Ln 68
Lr) ,if`VI Le C)
iii&g !!i&F
E i i i i i- a £ £ £ 2i
r\a LOC1
|r\ |e |r\
LO
ln
vl
a 1 CX) - -
'vl
vl vl vl
i:iI
Vl
X X X X X X
tt
vl
tvl
+
vl
t vl
ivl vl
tr
aZ
C\ C. tr LJ7 a
vlXv`aa
v'
Xo
!Eig vl=
C)
|n
:==`
a!®vlXv'iIac=:± ®c:€tvlXv'iJ=aE==ceE
I +it:'gOEc=I C:£CqvlXvlI CnI:€
=aI,CVvlXvlc=€CV !av'Xv'£J2a!t
ai0Zc:i£5'foac=£Ei£-.iIEa £
0\I€vlXv'=Iai€=-I ai€Cr)vlXvl:aC=:: a!+vlXvl:a€C®
C:Ii 2±aJiE I€CNv'XVlc:I0\c=€
£ac:€CNV'Xvli:€CV
a|r)vlXVL®CN
Ia C|EfaCq=i.0\a I ®=i®a
aJ
|r)vlXV
C)10CNvl
i i i Eg ice®aJ
a a £ £ 2S
0Z
CN C® ¢ 10
'Ea i3
vl
Xo
:i£
aaLO
vl8
a- 8g!
C,
|r)
E&!i
aI •1i
i i
J=a J= J=
C:
a.a3
:aI €
CV
i€
a a
CNv' aC)
cct3
Eii
vlXvl
vl
€E
I:CO trvl Xvl Xv'c= VlX a8£
V1®r`
fg
vlX IJ= Xvl £® Ia
a EE Eg
Vl
i i i
J=
I
J=
i
J=
+a3
€cL
J= J= ES
a cO -
CN .tE
-JJ -
®
€E!iEg
a3cO
I E
c]
J=
E
J2
I:.c:
sS
iE
J=avl J3a=J= aEI:~ avlX g`E€I
CNvl
10r`
i^i
a vl
a vlc: aE: PE
I I !
C: J= J=c:
JJ- J£
cO
aE Ei
i:
J3 t +
a CX3
CN tJJ
-® IiIaI •gE
='5i81
a i i
J2 ®
E
C:
€
F: c=
a
J=
® I .Eico5co
i:.I
tt a a C1
IJ= a|r\ •E!
vl
X
vl i
J=
vl
t vl
ii
X
vl vl CX)vl
X
vl vl
XV iii!* E?®
®
EJJ
a
IJ3
X
vl a
c:I Xvl
I
u?CV
i:
d
icL
I = c:
J=
c=
J=
J=
J=
E ±J]
a I
C\
E:E!QJ
F±
J2 c®J= tr CX3
tE
Cr) t a cO
ev :ij
Vl vl vl vl vl
L®
X X X X X CV
V V V V V vl EL
I I: I X
i: 3£
J2
EJ:
c:
J=
a
c:
==
+`f:
Ia a
vl EE
a ®J3
c:®
®J=
=® I:
==
c:a E I:
£E 8!t
C:
J=+
€c:
1€ .E _.i :! i3c:
1€
8:i
5'!giEj3
0CV 1®C1 a10
a- vl vl vl
vl X X X X
X V V V V
V
lJ` -
C) a
CN
|J1
C®
a|r\ c¢
cOcO
Eii= a:!
gF&:
iiii f
CNvl C)C1vl
vl vl vl
X X X X X
V' vl Vllo VILo VI
;:;:;,I
ia5 cOaJZa J )*a`6biU*!t5i`10 -i ]aIE
cOic=U'agia o£:=tEj
+rc'J
u 'dl +
09
j
X
5-+EIE aIae1Ec !a JQ<E
05roIaJaa3_
Q Ii
+Ji;C:0a,¥cGiaJ2EaJ .I1 ,cOIcC¢ LEdI:®J£ro£Ci.cdicO I81L-£
iE+Eai
c85!i:=E
a10CVvl*vla C\ C>10tVl*VC)C,tr aC)P`Vl*VC)a®
a -vlXV|r:r`
10C\vl*vlC)
<
a: C>|r)V*V10 0±a=a\D:?±
a+
*
aL Q: |r)vl
C>10^'X
a'6b5&0Z!EF
aI
* a)i
aJaJ
Ll- m*2S
a
Z r+ cl CY)
Z:
ca
!
J=
a3
U
a3
I
iij
E!
\1
E
cO
i
aJ
aji!a,aigSEIE
C)a r+vlXvla|r)r`
I Lr)C\vlrokVa C)|r)OuvlXvla C\ au7tvlXvlC)CJd
£a3dsqJZ5cO5i£5cOiI£C=Sa3id91IaJ01-I.S!i;J Ea
\alr)-v*10®
coii!g=EI
CjaCNv'*vlC)|r)r+ C)Cjtrvl*vlC)LOCY)
C)10vlXV10CN
cOrdc:0:,I: F
c:a)01
cb .`-5ii3IE
C)C)r+vlXVLr)r- aC)vlXvla|r) C)C)CY)vlXValr\C\ a|r)Lr)v!XVaLOtr
Q< vlXc,VLOLO-
a+ |r)r+vl
C)Lr)^1X
*
<
LL a:
iiiii a
aL
±
a
LL
lfi £ £ £ '±
llr+ev co
a
a
I
i
aJ
CO
xp
£
a
E
CN