Anda di halaman 1dari 27

KULIAH KE-12 SISPRO

PEMUNGUTAN PAJAK II
KETENTUAN PIDANA
Materi kuliah berdasarkan Buku Asas dan Dasar Perpajakan 3 oleh
Prof.DR.H. Rochmat Soemitro, 1991; UUKUP/UUHPP
POKOK PEMBAHASAN
I. Pengertian tindak pidana
II. Perumusan tindak pidana pajak
1. Perumusan tindak pidana dalam UU KUP
2. Perumusan tindak pidana pajak dalam UU KUHP
III. Pelanggaran dan Kejahatan
IV. Ancaman sanksi atas pelanggaran dan kejahatan
V. Tindak pidana yang dilakukan oleh Wajib Pajak
VI. Daluwarsa tindak pidana pajak
VII. Tindak pidana dalam hukum pajak yang dapat menghidupkan Kembali hutang pajak
yang sudah daluwarsa
POKOK PEMBAHASAN (2)
VIII.Delik aduan
IX. Ancaman pidana berlaku sama terhadap wakil, kuasa dan pegawai
Wajib Pajak
X. Sanksi pidana tidak meniadakan hutang pajak
XI. Kumulasi sanksi pidana dan sanksi administrasi
PEMBAHASAN
I. Pengertian tindak pidana :
1. Perbuatan pidana
Dalam bukunya Asas dan Dasar Perpajakan 3, Prof Dr.H.
Rochmat Soemitro, SH. bahwa berdasarkan literatur, tindak pidana
ialah perbuatan yang memenuhi perumusan yang diberikan dalam
ketentuan pidana. Agar suatu perbuatan dapat dinyatakan sebagai
tindak pidana, perbuatan itu harus sesuai dengan perumusan yang
diberikan dalam ketentuan undang- undang.
2. Sanksi pidana yang dapat dijatuhkan :
Sanksi pidana hanya dapat dijatuhkan kalau sebelumnya dalam UU
sudah terdapat perumusan tentang tindak pidana yang sekalian
mengancamkan maksimum sanksi pidananya yang harus dijatuhkan.
Adagiumnya berbunyi Nulla poena sine privelegea lege (Soemitro,
1991)
II. Perumusan tindak pidana pajak
Setiap perbuatan yang dianggap sebagai tindak pidana fiscal
dirumuskan dalam UU.
Perumusan tindak pidana pajak terdapat dalam undang-undang
yang mengatur hukum pajak formal yaitu Pasal 38, 39, 39A, 40, 41, 41A,
41B, 41C, 43, 43A. Selanjutnya perumusan tindak pidana fiscal, juga yang
mengatur ketentuan hukum pajak material. Soemitro, 1991 menyebut
sumber ketiga perumusan tindak pidana seperti pemerasan, penyuapan,
penggelapan jika tindak pidana tersebut dilakukan dalam bidang
perpajakan, maka perbuatan itu merupakan tindak pidana perpajakan
walaupun perumusannya tidak dalam perundang-undangan pajak.
1. Perumusan pidana yang terdapat dalam UU KUP :
Pasal 38 :
Setiap orang yang karena kealpaannya :
a. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. Menyampaikan surat pemberitahuan tetapi isinya tidak benar, atau tidak lengkap,
atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut
merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling
singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.
Penjelasan Pasal 38 :
Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh WP,
sepanjang menyangkut Tindakan administrasi perpajakan dikenai sanksi
administrative dengan menerbitkan SKP atau STP, sedangkan yang
menyangkut tindak pidana di bidang perpajakan dikenai sanksi pidana.
Perbuatan atau Tindakan sebagaimana dimaksud pasal ini bukan
merupakan pelanggaran administrative melainkan tindak pidana
perpajakan. Kealpaan yang dimaksud dalam Pasal ini berarti tidak
sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan kewajibannya,
sehingga perbuatan tersebut dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara.
Pasal 39 :
(1) Setiap orang dengan sengaja :
a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan nomor pokok Wajib Pajak
(NPWP) atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP) ;
b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau
Pengukuhan PKP;
c. Tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
d. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya
tidak benar atau tidak lengkap;
e. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29;
f. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan
seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;
g. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatat di Indonesia, tidak memperlihatkan atau
tidak meminjamkan buku catatan atau dokkumen lain;
h. Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dan pembukuan yang dikelola
secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on line di Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (11); atau
i. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam)
bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar.
(2) Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) ditambahkan 1 (satu) kali
menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi
tindak pidana dibidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun,
terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan;
(3) Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak
pidana menyalahgunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, atau menyampaikan
Surat pemberitahuan dan/atau keterangan yang tidak benar atau tidak
lengkap, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dalam rangka
mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak,
atau pengkreditan pajak,
dipidana dengan pidana paling singkat 6 (enam) bulan dan paling
lama 2 (dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi
yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang
dilakukan dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang
dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang
dilakukan.
Pasal 39A
Setiap orang dengan sengaja :
a. Menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau…..
bukti setoran pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang
sebenarnya, atau
b. Menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai PKP
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti
pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan paling banyak 6
(enam) kali jumlah pajak dalam faktur pajak , bukti pemungutan
pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak.
Pasal 40
Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah
lampau waktu sepuluh tahun sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya
masa pajak, berakhirnya Bagian tahun pajak atau berakhirnya Tahun
pajak yang bersangkutan
Pasal 41
(1) Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban
merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp.25.000.000 (dua puluh lima ribu rupiah)
(2) Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau
seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp.50.000.000 (lima
puluh juta rupiah);
(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang
kerahasiannya dilanggar.
Pasal 41A
Setiap orang yang wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta
sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 tetapi dengan sengaja tidak memberi
keterangan atau bukti, atau memberi keterangan atau bukti yang tidak benar
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp.25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah);
Pasal 41B
Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan
tindak pidana dibidang perpajakan dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.75.000.000 (tujuh puluh lima
juta rupiah)
Pasal 41C
(1) Setiap orang yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling
banyak Rp.1.000.000.000 (satu miliar rupiah);
(2) Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan tidak terpenuhinya
kewajiban pejabat dan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 10
(sepuluh) bulan atau denda paling banyak Rp.800.000.000 (delapan
ratus juta rupiah)
(3) Setiap orang yang dengan sengaja tidak memberikan data dan
informasi yang diminta oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35A ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 10 (sepuluh) bulan atau denda paling banyak
Rp.800.000.000 (delapan ratus juta rupiah);
(4) Setiap orang yang dengan sengaja menyalahgunakan data dan
informasi perpajakan sehingga menimbulkan kerugian kepada negara
dipidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah)
Pasal 43
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal 39A
berlaku juga bagi wakil, kuasa, pegawai Wajib Pajak, atau pihak lain
yang menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, yang
menganjurkan, atau yang membantu melakukan tindak pidana
dibidang perpajakan;
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41A dan Pasal 41B
berlaku juga bagi yang menyuruh melakukan, yang menganjurkan
atau yang membantu melakukan tindak pidana dibidang perpajakan
2. Perumusan tindak pidana pajak dalam KUHP al.
Dikutip dari bukunya Asas-asas dan Dasar Perpajakan-3 Prof.
DR.Soemitro, Tindak pidana yang dilakukan di bidang perpajakan yang
merupakan tindak pidana umum yang perumusannya sudah diatur
dalam KUHP tidak lagi dimasukkan dalam ketentuan khusus seperti 1)
Pemerasan. 2) Penyuapan, 3) Penggelapan, kekerasan 4) Penipuan, 5)
Paksaan,Kekerasan
III. PELANGGARAN DAN KEJAHATAN :
Tindak pidana lazim dikelompokkan dalam a) Pelanggaran, b) Kejahatan
Pelanggaran adalah tindak pidana yang dilakukan karena kealpaan atau tidak
dengan sengaja, kurang memperhatikan keadaan atau khilaf (Pasal 38 UUKUP)
Tindak pidana yang disebut kejahatan adalah perbuatan yang dilakukan
dengan sengaja dan dilakukan dengan sadar dengan maksud tertentu untuk
menguntungkan diri sendiri atau masyarakat. Contoh : WP yang secara sadar
dan dengan sengaja tidak memasukkan Surat Pemberitahuan atau dengan
sengaja memasukkan SPT dengan angka-angka yang palsu atau dipalsukan
atau tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Atau menyembunyikan data yang diperlukan oleh DJP dengan maksud
untuk membayar pajak yang lebih ringan (menguntungkan diri sendiri)
yang merugikan negara telah melakukan tindak pidana yang
digolongkan dalam kejahatan.
IV. Ancaman sanksi atas pelanggaran dan kejahatan
Sanksi pidana yang berupa hukuman pokok diancamkan untuk tindak pidana
dapat berupa :
a. Hukuman kurungan
b. Hukuman penjara
c. Hukuman denda, dan disamping itu dapat dijatuhkan
d. Hukuman tambahan (Ps.10,Ps.35 dst KUHP)
Sanksi pidana untuk tindak pidana dibidang perpajakan tak ada yang berupa
hukuman mati atau hukuman seumur hidup, tapi hanya hukuman penjara
yang tidak lebih dari 7 tahun (soemitro,1991)
Sanksi pidana untuk pelanggaran lazimnya lebih ringan dari sanksi
kejahatan. Contoh : Pasal 38 UUKUP, sanksi jika WP karena kealpaannya
tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT yang isinya tidak
benar atau tidak lengkap, dipidana dengan pidana kurungan paling
lama satu tahun atau denda paling tinggi 2x pajak yang terutang. Jika
denda tidak dibayar maka hal ini diganti dengan hukuman kurungan
sekurang-kurangnya satu hari dan selama-lamanya 6 (enam) bulan (Ps
30 ayat 2 dan 3 KUHP). Pasal 44c UUHPP (1) Pidana denda sebagaimana
dimaksud Pasal 39A tidak dapat digantikan dengan pidana kurungan
dan wajib dibayar oleh terpidana.
Sanksi untuk kejahatan Contoh : Pasal 39 UUKUP, WP dengan sengaja :
a. Tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan atau menggunakan
tanpa hak NPWP
b. Tidak menyampaikan SPT
c. Dst (lihat pasal 39)
Sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 tahun, dan atau paling tinggi 4x
jumlah pajak yang kurang atau tidak dibayar
V. Daluwarsa tindak pidana paja :
UUKUP Pasal 40 berbunyi bahwa tindak pidana dibidang perpajakan tidak dapat
dituntut setelah lampau waktu sepuluh tahun sejak saat terutangnya pajak,
berakhirnya masa pajak, berakhirnya bagian tahun pajak atau berakhirnya tahun pajak;
VI. Tindak pidana dalam hukum pajak yang dapat menghidupkan Kembali hutang
pajak yang sudah daluwarsa :
Sesuai ketentuan Pasal 22 ayat (2) huruf b dan c UU KUP bahwa terdapat SKPKB
atau SKPKBT yang diterbitkan karena WP melakukan tindak pidana dibidang
perpajakan dan tindak pidana lainnya, dan terhadap WP dilakukan penyidikan pajak
yang daluwarsanya dihitung sejak tanggal penerbitan surat perintah penyidikan
VII. Delik Aduan
Dalam hukum pidana ada tindak pidana yang secara otomatis
langsung akan diusut, tetapi ada juga tindak pidana yang baru akan
diusut jika ada pengaduan dari orang yang berkepentingan yang merasa
dirinya dirugikan oleh tindak pidana tersebut. Contoh delik aduan
adalah rahasia jabatan (Pasal 34 UU KUP)

Anda mungkin juga menyukai