Anda di halaman 1dari 20

- 1 -

Vol. VI, No. 09/I/P3DI/Mei/2014 H U K U M


Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini
DUGAAN KORUPSI PAJAK
HADI POERNOMO
Puteri Hikmawati*)
Abstrak
KPK menetapkan Hadi Poernomo, mantan Ketua BPK, sebagai tersangka kasus
dugaan korupsi di bidang perpajakan. Hadi Poernomo selaku Dirjen Pajak pada
tahun 2002-2004 yang mengabulkan keberatan pajak yang dilakukan oleh BCA,
diduga telah menyalahgunakan wewenangnya dan menyalahi prosedur. Meskipun
demikian, sampai saat ini KPK belum menemukan bukti soal dugaan adanya
kickback dari perbuatan yang dilakukan Hadi dengan menerima keberatan pajak
yang diajukan BCA. Selanjutnya KPK harus memeriksa pelaku dari pihak BCA yang
mengajukan keberatan. Pemerintah hendaknya menjadikan peristiwa ini sebagai
momentum untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap program
antikorupsi dan reformasi birokrasi khususnya di lingkungan Ditjen Pajak.
Pendahuluan
Tindak pidana di bidang perpajakan
tidak berhenti-berhenti. Upaya wajib pajak
menghindar dari kewajiban terus saja terjadi.
Pejabat negara yang semestinya memaksa
wajib pajak memenuhi kewajibannya justru
membantu mereka untuk mengemplang
pajak. Penetapan mantan Direktur
Jenderal Pajak Hadi Poernomo oleh Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(KPK) sebagai tersangka pada kasus
keberatan pajak PT Bank Central Asia (BCA)
menambah fakta empiris atas asumsi bahwa
patgulipat antara wajib pajak dan aparat
pajak masih banyak dipraktikkan.
KPK menetapkan Hadi Poernomo,
yang juga mantan Ketua Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), sebagai tersangka kasus
dugaan korupsi terkait pajak PT BCA tahun
1999. Hadi ditetapkan sebagai tersangka
dalam kapasitasnya sebagai Direktur
Jenderal Pajak tahun 2002-2004, dan akan
dikenakan Pasal 2 ayat (1) dan atau ayat (3)
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Hadi
diduga melakukan perbuatan melawan
hukum, yaitu menyalahgunakan wewenang
dalam menerima seluruh permohonan wajib
*) Peneliti Madya Hukum Pidana, bidang Hukum pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (p3DI) Setjen DPR RI.
E-mail: puterihw@yahoo.com
- 2 -
pajak atas Surat Keterangan Pajak Nihil
(SKPN) Pajak PT BCA tahun pajak 1999,
dan menyalahi prosedur dengan menerima
surat permohonan keberatan pajak BCA.
Atas perbuatan tersebut, negara diduga
mengalami kerugian sebesar 375 miliar
rupiah, yaitu pajak yang seharusnya wajib
dibayarkan PT BCA kepada negara.
Jika perbuatan melawan hukum Hadi
Poernomo terbukti, akan menjadi ironis
karena upaya Direktorat Jenderal Pajak
(Ditjen Pajak) melakukan pembenahan dan
percepatan reformasi birokrasi dilakukan
pada masa Hadi Poernomo sebagai Dirjen
Pajak, yaitu sejak tahun 2002 meskipun
secara nasional baru diresmikan pada tahun
2007.
Korupsi di Bidang Perpajakan
Pajak berkaitan erat dengan
penghasilan seseorang atau korporasi,
termasuk penghasilan hasil korupsi.
Tindak pidana di bidang perpajakan
termasuk kategori tindak pidana di bidang
hukum administrasi, yaitu wajib pajak
tidak membayar pajak sesuai dengan
kewajibannya. Kepatuhan wajib pajak
berkaitan dengan penerimaan pajak, yang
dapat meningkatkan penerimaan negara.
Secara flosofs, pidana di bidang perpajakan
tidak ditujukan untuk pemiskinan pelakunya
namun dapat berefek pada pemiskinan
pelakunya. Pidana di bidang perpajakan
pada dasarnya merupakan upaya terakhir
meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Korupsi di bidang perpajakan identik
dengan praktik suap-menyuap, perbuatan
melawan hukum, dan penyalahgunaan
wewenang. Pihak yang berperan adalah
pegawai atau pejabat Ditjen Pajak, hakim
dan pegawai pengadilan pajak, advokat,
konsultan pajak, perantara, serta wajib
pajak.
Praktik korupsi di bidang perpajakan
terjadi di dua wilayah, yaitu internal dan
eksternal. Korupsi yang terjadi di internal
terkait dengan praktik suap, kolusi, atau
nepotisme dalam pengadaan barang dan jasa
ataupun penempatan pegawai dan pejabat
di lingkungan pajak. Sementara korupsi
eksternal terkait dengan praktik korupsi
dalam pembayaran pajak kepada negara.
Dalam wilayah ini muncul banyak pola
atau modus korupsi yang muncul di bidang
perpajakan, tetapi setidaknya terdapat tiga
pola yang biasanya sering ditemukan.
Pola pertama adalah negosiasi
pembayaran pajak. Jika terjadi proses
negosiasi, wajib pajak yang umumnya
pengusaha atau perusahaan besar hanya
perlu membayar pajak lebih kecil dari yang
semestinya dibayar kepada negara. Adapun
oknum pegawai pajak selaku pemeriksa pajak
mendapatkan imbalan yang besar dari wajib
pajak yang dibantunya. Pola kedua, petugas
pajak menjadi konsultan pajak bayangan
atau bekerja sama dengan konsultan pajak.
Dengan model ini, oknum petugas pajak akan
menerima imbalan atau bahkan gaji bulanan
dari wajib pajak atau konsultan pajak yang
merasa dibantu pekerjaannya. Pegawai
pajak akan memanipulasi laporan keuangan
perusahaan atau wajib pajak, sehingga beban
kewajiban pajak yang dibayarkan dapat
ditekan seminimal mungkin. Pola ketiga
adalah kolusi dengan hakim pengadilan pajak
atau pejabat di lingkungan Ditjen Pajak agar
perkara keberatan pajaknya dimenangkan.
Praktik ini memperbesar peluang bagi wajib
pajak untuk memenangi sengketa pajak.
Pejabat di Ditjen Pajak sangat
mungkin mengabulkan keberatan pajak
atau mengurangi beban wajib pajak dengan
atau tanpa pertimbangan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Berdasarkan
pola-pola tersebut, Hadi Poernomo selaku
Direktur Jenderal Pajak diduga melakukan
pola ketiga, yaitu mengabulkan keberatan
pajak yang dilakukan oleh BCA. Meskipun
demikian, sampai saat ini KPK belum
menemukan bukti soal dugaan adanya
kickback dari perbuatan yang dilakukan
Hadi dengan menerima keberatan pajak
yang diajukan BCA.
Proses Pidana di Bidang
Perpajakan
Secara umum, proses pidana di bidang
perpajakan berawal dari pemeriksaan bukti
permulaan (bukper) yang dilakukan oleh
Penyidik Pengawai Negeri Sipil (PPNS)
di Ditjen Pajak terhadap orang yang
terindikasi melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan. Pemeriksaan bukper
pada dasarnya merupakan pengembangan
dan analisis informasi, data, laporan dan
pengaduan (IDLP) yang dimiliki Ditjen
Pajak. Bentuk tindak pidana di bidang
perpajakan dan hukumannya di antaranya
diatur dalam Pasal 38, Pasal 39 dan Pasal
- 3 -
39A Undang-Undang No. 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah mengalami
empat kali perubahan, terakhir diubah
dengan UU No. 16 Tahun 2009 (UU KUP).
Pemeriksaan bukper akan berlanjut pada
tahap penyidikan, dan penuntutan oleh
Kejaksaan, lalu disidangkan di pengadilan
hingga jatuhnya vonis.
Dalam UU KUP terdapat beberapa
ketentuan yang mengatur kemungkinan
wajib pajak yang terindikasi melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan
menyelesaikan perkaranya sebelum tahap
penuntutan, sehingga tidak sampai ke
pengadilan. Tujuan dari ketentuan ini
agar wajib pajak membayar pajak sesuai
kewajibannya, sehingga tidak diperlukan
upaya terakhir berupa sanksi pidana
perpajakan. Ketentuan yang mengatur
tindak pidana di bidang perpajakan namun
tidak sampai dihukum dengan sanksi pidana
perpajakan di antaranya diatur dalam Pasal
13A, Pasal 8 ayat (3) dan Pasal 44B UU KUP.
Penerapan Pasal 38, Pasal 39 dan Pasal
39A UU KUP akan berakhir pada putusan
pengadilan berupa hukuman kurungan dan
pidana denda dalam jumlah tertentu. Proses
pidana di bidang perpajakan sampai dengan
putusan pengadilan melibatkan pihak Ditjen
Pajak, Kejaksaan, dan Pengadilan. Pidana
denda yang dikenakan kepada pelaku juga
terbilang tinggi, misalnya pidana denda
Pasal 38 UU KUP berupa denda paling
sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar dan paling
banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar. Denda
tersebut akan masuk sebagai Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP).
Penerapan Pasal 13A, Pasal 8 ayat
(3) dan Pasal 44B UU KUP memberikan
kemungkinan kepada pelaku tindak pidana
di bidang perpajakan untuk melunasi
kekurangan pembayaran jumlah pajak
yang sebenarnya terutang beserta sanksi
administrasinya dan tidak sampai divonis
pengadilan, artinya pelaku terhindar
dari hukuman pidana perpajakan berupa
kurungan dan denda. Pelaku cukup melunasi
kekurangan pembayaran pajak beserta
sanksi administrasinya sebelum penyidikan
atau penuntutan. Proses penerapan Pasal
13A dan Pasal 8 ayat (3) UU KUP terjadi
di Ditjen Pajak, dan proses Pasal 44B UU
KUP selain melibatkan Ditjen Pajak juga
melibatkan Kejaksaan. Proses penuntutan
dan pengadilan tidak perlu dilakukan dalam
penerapan pasal-pasal ini. Dalam proses yang
terjadi di Ditjen Pajak itulah, kemungkinan
adanya permainan antara aparat pajak
dengan wajib pajak dapat terjadi.
Reformasi Pajak
Sejak munculnya kasus pajak
yang melibatkan Gayus Tambunan pada
tahun 2012, Ditjen Pajak sudah berupaya
melakukan sejumlah pembenahan dan
percepatan reformasi birokrasi, yaitu sejak
tahun 2002. Langkah-langkah reformasi
birokrasi yang ditempuh, antara lain
penataan organisasi, perbaikan proses
bisnis, dan peningkatan manajemen sumber
daya manusia, termasuk juga program
remunerasi. Gaji atau remunerasi untuk
pegawai pajak bahkan sudah dinaikkan
untuk mendorong perbaikan kinerja dan
mengurangi keinginan untuk melakukan
korupsi. Setelah pembenahan dilakukan,
masih saja ditemukan pegawai pajak yang
nekat melakukan penyimpangan.
Di samping itu, Direktur Penyuluhan
dan Humas Ditjen Pajak, Kismantoro Petrus,
menegaskan bahwa tekad reformasi pajak
juga dilakukan dengan adanya pemberi
informasi dari para pegawai hingga pejabat
di kalangan Ditjen Pajak jika terjadi
penyalahgunaan pajak, sehingga diharapkan
memberi dampak positif bagi upaya
pemerintah mengurangi kejahatan pajak.
Diakuinya, dalam tiga tahun terakhir banyak
orang dari kalangan Ditjen Pajak tertangkap
tangan oleh KPK sedang melakukan upaya
suap terhadap wajib pajak. Oleh sebab itu,
keberadaan pemberi informasi dari kalangan
Ditjen Pajak dapat mencegah lebih dini
kemungkinan terjadinya niat seseorang
menyalahgunakan pajak. Masyarakat di
sekitar Ditjen Pajak juga boleh menjadi
informan untuk memberitahu adanya
penyimpangan, dan akan mempunyai saluran
yang rahasia, langsung bisa melaporkan
kepada unit Penyuluhan dan Humas, dan
akan menindaklanjuti laporan tersebut.
Pengamat pajak dari Universitas
Nasional, Jakarta, Tubagus Yanuar, menilai
upaya reformasi pajak dengan adanya
pemberi informasi dari kalangan Ditjen
Pajak, merupakan upaya positif. Namun,
ia menegaskan, yang harus dibentuk saat
- 4 -
ini justru hubungan antara pejabat-pejabat
Ditjen Pajak dengan para pegawainya. Dari
langkah tersebut ke depannya dapat terjalin
kerja sama yang baik untuk memberantas
penyalahgunaan pajak. Kalau misalkan
kedekatan pimpinan dengan pegawainya
kurang, mereka dapat bermain karena ada
peluang dan kesempatan. Tubagus Yanuar
juga mengingatkan, efek jera jangan hanya
diberikan kepada kalangan orang dalam
Ditjen Pajak, melainkan juga terhadap para
wajib pajak.
Penutup
Penetapan status tersangka terhadap
Hadi Poernomo tentu sangat mengejutkan.
Mengejutkan tidak hanya dari saat
penetapannya yang bertepatan dengan
berakhirnya masa tugas Hadi sebagai Ketua
BPK tetapi juga karena bobot keterlibatan
orang dalam dengan jabatan tertinggi di
bidang perpajakan.
Dengan adanya kasus dugaan
korupsi pajak ini, langkah-langkah taktis
dan strategis KPK diperlukan untuk dapat
mengungkap siapa pelaku dari pihak BCA
yang mengajukan keberatan. Di samping itu,
pemerintah hendaknya menjadikan peristiwa
ini sebagai momentum melakukan evaluasi
secara menyeluruh program antikorupsi dan
reformasi birokrasi di Ditjen Pajak. Hal ini
penting agar institusi pajak tidak lagi terjebak
dalam lingkaran korupsi dan sekaligus
mengembalikan citranya di mata masyarakat.
DPR juga dapat berperan dengan meninjau
kembali ketentuan perpajakan yang dapat
menjadi celah terjadinya korupsi di bidang
perpajakan.
Rujukan
1. Dua Pegawai Pajak Jadi Saksi Hadi
Poernomo, Suara Pembaruan, 29 April
2014.
2. Peran Kubu Mantan Menteri, Suara
Pembaruan, 22 April 2014.
3. KPK Selisik Harta Hadi Poernomo,
Media Indonesia, 24 April 2014.
4. Reformasi Pajak: Belajar dari
Kasus Korupsi Gayus Tambunan,
http://infokorupsi.com/id/korupsi.
php?ac=5676&l =ref ormasi -paj ak-
bel aj ar-dari -kasus-korupsi -gayus-
tambunan, diakses tanggal 6 Mei 2014.
5. Ditjen Pajak: Reformasi Pajak
Diharapkan Tekan Kejahatan Pajak,
http://www.voaindonesia.com/content/
pemerintah-ri-bertekad-laksanakan-
reformasi-pajak/1645559.html, diakses
tanggal 6 Mei 2014.
6. Belajar Pemberantasan Korupsi dari
Direktorat Jenderal Pajak, http://
pujohari.wordpress.com/2014/04/25/
belajar-pemberantasan-korupsi-dari-
direktorat-jenderal-pajak/, diakses
tanggal 6 Mei 2014.
7. Emerson Yuntho, Menyelesaikan
Korupsi Pajak, http://nasional. kompas.
com/r ead/2014/04/29/0913011/
Menyelesaikan.Korupsi.Pajak, diakses
tanggal 6 Mei 2014.
8. KPK Selisik Harta Hadi Poernomo,
Media Indonesia, 24 April 2014.
9. KPK Duga Hadi Terima Uang, Kompas,
23 April 2014.
10. Mantan Dirjen Pajak Tersangka
Penggelapan Pajak, Media Indonesia,
22 April 2014.
11. Jerat Pajak Usai Menjabat, Gatra No.
25 Tahun XX 24-30 April 2014.
12. Undang-Undang No. 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah
mengalami empat kali perubahan,
terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2009.
- 5 -
Vol. VI, No. 09/I/P3DI/Mei/2014 HUBUNGAN INTERNASIONAL
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini
KERJASAMA INTERNASIONAL
DALAM MERESPON
KECELAKAAN PELAYARAN KAWASAN
Poltak Partogi Nainggolan*)
Abstrak
Kondisi perairan kawasan semakin menyita perhatian internasional dewasa ini,
tidak hanya karena meningkatnya eskalasi ketegangan akibat klaim teritorial
yang tumpang tindih tetapi juga akibat keamanan pelayaran yang semakin rawan
yang menjadi penyebab kecelakaan kapal ataupun sebagai lokasi kecelakaan
belaka. Globalisasi, semakin terbuka dan terkoneksinya negara-negara di kawasan
satu dengan lainnya, dan meningkatnya lalu-lintas dan hubungan antarmanusia
membuat kasus-kasus kecelakaan mudah menjadi isu politis dan berimplikasi
internasional. Karenanya, salah satu agenda penting masa depan adalah menyusun
Kode Berperilaku, selain memperbaiki kondisi keamanan perairan, melalui kerja
sama internasional yang lebih baik, antarnegara di dan antarkawasan.
Pendahuluan
Dalam tempo dua bulan terakhir,
hubungan internasional di kawasan Asia
Pasifk telah ditandai oleh terjadinya
kecelakaan pesawat udara dan kapal laut
besar dan kecil, dengan jumlah korban
yang beragam. Kasus-kasus terjadi dengan
penyebab dan di mandala yang berbeda
namun melintasi, berujung, atau berakhir
sama, di perairan laut dalam. Proses dan
akhir kejadian menjelaskan betapa faktor
keselamatan navigasi di perairan di kawasan
perlu memperoleh perhatian serius.
Masalah ini patut diungkap mengingat
kecelakaan yang melintasi perairan kawasan
akan melibatkan banyak negara untuk
mengatasinya dan juga mencegah lebih
banyak lagi kecelakaan serupa di masa
depan. Hal ini juga semakin mendesak
untuk dibahas karena potensi jumlah
korban manusia dan kerugian material yang
diakibatkannya sangat besar, selain juga
implikasi lebih jauh terhadap keamanan
angkutan logistik dunia. Terutama di jalur
perairan kawasan yang merupakan pusat
lalu-lintas dan transit transportasi dunia.
Sebagai contoh, kasus kecelakaan
pesawat udara milik maskapai penerbangan
Malaysia, MH-370 dalam perjalanan
*) Penulis adalah Peneliti Utama Masalah-Masalah Hubungan Internasional, Bidang Hubungan Internasional pada Pusat Pengkajian
Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI. E-mail: pptogin@yahoo.com.
- 6 -
dari Kuala Lumpur, Malaysia menuju
Beijing, RRT, yang hilang pada 8 Maret
2014. Pencarian, termasuk yang berfokus
di laut dalam, sudah berlangsung lebih
dari satu bulan, dengan hasil yang masih
sangat minim. Jumlah korban dalam
pesawat yang hilang, 239 orang, yang
keseluruhannya diduga tidak dapat
diselamatkan, sampai penemuan bukti-bukti
kecelakaan pesawat berhasil ditemukan.
Kasus musibah penerbangan ini, tanpa
mengenyampingkan kemungkinan adanya
ledakan yang disebabkan oleh aksi terorisme
dan pembajakan, telah melibatkan banyak
negara untuk segera turun tangan membantu
pencarian bangkai pesawat dan korban.
Operasi pencarian ini melibatkan tim
gabungan 26 negara dan puluhan pesawat
dan kapal militer dan sipil, termasuk kapal
selam dan khususnya kapal-kapal SAR,
besar dan kecil, dan berbagai wahana bawah
laut, seperti kapal selam tanpa awak atau
robot berteknologi canggih, yang disebut
sebagai Bluefn-21. Upaya pencarian telah
dilakukan hingga kedalaman 4.500 meter,
di wilayah seluas 133 kilometer persegi di
dua samudera, yakni, Samudera Pasifk dan
Samudera Hindia. Upaya pencarian juga
telah melibatkan petinggi beberapa negara,
seperti PM Australia (Tony Abbott) dan PM
Malaysia (Najib Razak), dan menghabiskan
biaya operasi besar, namun belum berhasil
menemukan jejak-jejak pesawat Boeing
777-200ER. Pertanyaan atas nasib MH-
370 menggambarkan lemahnya kerja sama
internasional masalah pelayaran di kawasan.
Kasus kedua adalah terbaliknya kapal
penumpang feri Korea Selatan, MS Sewol,
di perairan dekat Pulau Byungpoong, lepas
pantai barat daya negeri itu, yang dalam
dan berarus kuat dan dingin, pada 16 April
2014, dalam perjalanan dari pelabuhan barat
Incheon menuju pulau wisata Jeju. Kapal
mengangkut 476 orang penumpang, dengan
penumpang terbanyak adalah 323 siswa SMA
yang akan berlibur. Korban yang berhasil
diselamatkan, ketika kajian ini dibuat, baru
mencapai 173 orang, sedangkan 56 tewas,
dan sisanya, 246 dilaporkan masih hilang,
belum berhasil ditemukan. Perkembangan
terakhir melaporkan, korban tewas
mencapai 203 orang, dan 99 lainnya masih
belum ditemukan. Penyebab utama, adalah
jurumudi tidak berpengalaman, keteledoran
kapten dan awak kapal, kelebihan muatan
kargo. Informasi terakhir juga mengatakan,
kelebihan kargo yang kelewat batas adalah
penyebab tenggelamnya kapal, setelah
terganggu stabilitasnya. Namun apapun
alasannya, kasus-kasus kecelakaan pesawat
dan kapal tersebut telah mengungkapkan
perlunya keselamatan navigasi di perairan
ditingkatkan mengingat perairan laut dalam
di kawasan Asia Pasifk tempat terjadinya
kasus-kasus kecelakaan itu semakin rawan
dari bencana kecelakaan akibat keteledoran
ataupun berbagai faktor penyebab lainnya
yang semakin potensial. Perkembangan ini
sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan
transportasi perairan atas permintaan publik
dan negara-negara yang membutuhkannya,
sebagai konsekuensi dari meningkatnya lalu-
lintas manusia dan hubungan antarnegara di
kawasan.
Kasus ketiga yang melibatkan
penumpang yang besar adalah kecelakaan
kapal nelayan Bhakti 74, yang berpenumpang
diperkirakan sampai 90 orang, walapun
kapasitas sesungguhnya hanya untuk 15-
20 orang, dengan jumlah tepatnya tidak
diketahui, karena tidak adanya manifes,
dalam prosesi laut Semana Santa di Selat
Gonsalu, Larantuka, Kabupaten Flores
Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada
20 April 2014. Walaupun jumlah korban
jauh lebih sedikit, kejadiannya terjadi di
kapal penumpang umum, yang kejadiannya
juga mengandung unsur keteledoran,
karena muatan yang berlebihan, kondisi
dan kemampuan navigasi kapal yang buruk,
serta buruknya cuaca dan kondisi laut yang
tengah dilayari. Kasus ini, dilihat dari jumlah
korban, yang hanya terbilang beberapa
orang, yakni 10 orang tewas, dengan puluhan
orang telah dirawat akibat kondisi yang
serius, dan 2 orang masih belum ditemukan
tidak masuk hitungan, mengingat masih
banyak kasus yang sering terjadi di perairan
di kawasan.
Implikasi Internasional
Mengapa masalah ini mudah
memperoleh perhatian internasional?
Pertama, hal ini dilatarbelakangi
(banyaknya) warga negara mereka yang
turut menjadi korban. Kedua, begitu
kuat keinginan negara-negara untuk
memperlihatkan dan membuktikan
kehadirannya sebagai (salah satu) negara
menengah dan besar di kawasan, terutama di
perairan, yang diperhitungkan kekuatannya
di dunia internasional. Ketiga, semakin
banyak negara di kawasan yang dilandasi
oleh semangat altruisme dan humanisme
- 7 -
global, merasa turut bertanggung jawab
secara langsung, maupun tidak langsung,
atas terjadinya bencana dan kecelakaan di
perairan, yang selama ini telah menyebabkan
korban dan dampak yang tidak kecil.
Keempat, kasus-kasus kecelakaan di laut,
yang menimpa kapal penumpang mudah
memancing perhatian negara-negara
tetangga terdekat, bahkan negara di luar
kawasan, terutama mereka yang negaranya
banyak mengirimkan turis. Jika kasus-kasus
serupa lebih banyak lagi terjadi di masa
depan, tanpa respons pencegahan dan upaya
penanganan keselamatan pelayaran di laut
secara lebih baik, maka dapat diperkirakan
hal ini akan mengundang perhatian
internasional yang lebih besar. Bukan tidak
mungkin, akan ada respons yang jauh lebih
buruk dari mancanegara, untuk mencegah
korban warga negaranya, dengan melarang
para turis mereka memanfaatkan jasa
angkutan laut, dan bahkan melarang mereka
bepergian ke Indonesia, dengan alasan
keamanan publik yang tidak terjamin, terkait
transportasi umum.
Dampak internasional atau
internasionalisasi kecelakaan pelayaran
akibat ketidakamanan navigasi dan
fasilitas transportasi laut mudah menyebar,
karena semakin terbukanya kawasan dan
meningkatnya lalu-lintas manusia sejagad.
Hal ini mudah terpublikasikan secara luas,
karena bantuan perkembangan teknologi
canggih, khususnya melalui media daring.
Kompetisi yang ketat di pasar pariwisata
dunia dalam menjaring turis mancanegara,
rawan menyebabkan isu-isu kecelakaan
kapal transportasi umum, mudah direkayasa
menjadi kampanye negatif menyudutkan
negara perairan lokasi kasus terjadi.
Rendahnya fasilitas transportasi laut untuk
publik dan mutu pelayanannya serta tingkat
keamanan dan kenyamanan konsumennya,
tanpa respons perbaikan, akan merugikan
secara langsung negara tempat kecelakaan
kapal, bukan semata perusahaan, maskapai,
dan pemilik kapal, yang mengalaminya,
ataupun perusahaan asuransi internasional,
yang harus menanggungnya.
Laporan media cetak telah
mengungkap, dunia pariwisata Asia
Tenggara terpengaruh oleh kasus kecelakaan
MH-370. Bisnis pariwisata memprediksikan
berkurangnya sebanyak 400-800 ribu turis
RRT ke Malaysia. The Malaysia Inbound
Tourism Association mengatakan, hampir
30% turis asal RRT telah membatalkan
booking mereka untuk melakukan
kunjungan ke Malaysia pada tahun 2014 ini.
Ini kerugian besar, sebab tahun lalu, terdapat
1,79 juta turis RRT ke Malaysia, meningkat
dari 950 ribu di tahun 2008. Singapura
juga sebagai salah satu Daerah Tujuan
Wisata para turis RRT di Asia Tenggara,
bersama dengan Malaysia dan Thailand,
terimplikasi ancaman penurunan angka turis
RRT sebesar 50%. Padahal, bagi Singapura
turis asal RRT menempati posisi terbanyak
kedua, dengan jumlah 1,24 juta turis asal
RRT pada semester pertama tahun 2013.
Konsekuensinya, tanpa upaya pencarian
tuntas dalam kasus kecelakaan pesawat
MH-370, khususnya penemuan black box
untuk mengetahui penyebab kecelakaan,
dan koreksi dalam pelayanan transportasi
(udara) internasional, (besarnya) angka
penurunan itu akan menjadi nyata.
Lebih jauh lagi, meningkatnya lalu-
lintas kapal-kapal asing di perairan, baik
untuk kebutuhan komersial maupun militer,
terutama di kawasan Asia Tenggara, yang
dilintasi dua samudera, yakni Samudera
Pasifk dan Hindia, membuat posisi kawasan
semakin penting, strategis, atau mudah
memperoleh perhatian internasional
atas setiap perkembangan kejadian di
kawasan ini. Hal ini logis, melihat tingginya
frekuensi dan volume lalu-lintas kapal-
kapal internasional yang menggunakan
jalur pelayaran di perairan ini. Juga, ini
sebagai konsekuensi semakin banyaknya
investasi asing di berbagai pulau, atau negara
Indonesia, yang merupakan negara maritim
dan kepulauan.
Internasionalisasi masalah keamanan
maritim semakin tinggi karena miningkatnya
arus imigran gelap dari kawasan lain,
yakni Timur Tengah dan Afrika Utara, dan
negara Asia Tenggara yang bergolak dan
terus mengalami keterbelakangan, seperti
Myanmar dan Bangladesh, ke beberapa
negara Asia Tenggara. Imigran gelap yang
masuk ke kawasan perairan ini dengan
kapal-kapal nelayan tradisional yang minim
fasilitas, dan berakibat kecelakaan, membuat
kian berisiko pelayaran di perairan. Sebagai
implikasinya, kecelakaan kapal-kapal yang
digunakan para imigran gelap membawa
masalah humanitarinisme baru.
Keamanan di perairan pada akhirnya
menciptakan dampak politik di tingkat
atas. Kasus tenggelamnya kapal fery Sewol
telah membuat mundurnya PM Korea
Selatan, Chung Hong-won, akibat tekanan
- 8 -
politik domestik terkait dengan pertanyaan
atas kinerja dan akuntabilitas aparatnya.
Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye,
pun harus meminta maaf, karena sangat
menyesal tidak mampu memperbaiki
kebobrokan yang telah berlangsung lama
dalam institusi transportasi perhubungan
lautnya, termasuk soal kegagalan sistemik
dan regulasi, sehingga seolah-olah telah
membiarkan kecelakaan itu terjadi. Kasus
tenggelamnya Kapal feri Sewol ini telah lebih
jauh menimbulkan keraguan orang atas
sukses cepat ekonomi Korea Selatan.
Penutup
Apa langkah yang harus diambil untuk
merespons perkembangan meningkatnya
ancaman keamanan maritim di kawasan
dewasa ini? Pertama, meningkatkan
kampanye keselamatan di perairan,
terutama di kawasan Asia Pasifk yang
padat, dan sekaligus rawan kecelakaan.
Kedua, kampanye peningkatan keselamatan
di setiap negara dan di tingkat multilateral
atau antarnegara bagi para pengguna jasa
maritim dan moda transportasi publik harus
dilakukan. Ketiga, langkah lebih maju perlu
dijalankan, dengan mendorong peningkatan
kerja sama antarnegara di sektor ini dan
pemangku kepentingan, seperti maskapai
pelayaran, otoritas pelabuhan, dan institusi
SAR (Search and Rescue). Keempat,
secara simultan, Kode Berperilaku (Code
of Conduct) di perairan, khususnya terkait
navigasi dan keselamatan di perairan, harus
segera dibuat, di wilayah yang memang
belum ada. Sedangkan di tempat yang sudah
ada, perlu disempurnakan, agar kelemahan
sistemik dan regulasi, dapat diperbaiki, dan
tidak dibiarkan sampai kecelakaan baru
terjadi.
Di tingkat ASEAN, pembuatan COC
ini, walaupun tidak mudah, harus terus
didorong, terutama oleh Indonesia sebagai
negara besar di kawasan dan merupakan
salah satu pendiri ASEAN. Kesamaan
pandang harus dapat diciptakan, dengan
mengenyampingkan perbedaaan pendapat
akibat konfik kepentingan dan rebutan
klaim atas kedaulatan teritorial, antara lain
di Laut China Selatan.
Selanjutnya, di tingkat operasional
lapangan, perbaikan sistem navigasi dan
keselamatan serta pelayanan di pelabuhan
harus dilakukan. Begitu pula, program-
program yang lebih spesifk, dalam bentuk
pelatihan. Yang paling mendesak, tentunya,
melakukan latihan bersama di bidang
Pencarian dan Penyelamatan (Joint Search
and Rescue).
Rujukan
1. AS Tetap Komit Cari MH 370, Republika,
27 April 2014: 4.
2. Fackler, Martin.Korean city left with 250
holes in its heart, International New York
Times, Mei 2, 2014: 1 & 4.
3. Tragedi Fery Sewol: Cuaca Buruk Hentikan
Pencarian Korban, Kompas, 27 April 2014:
2.
4. Korea Selatan Tahan 15 Awak Kapal Sewol,
Koran Tempo, 27 April 2014: 4.
5. Kelebihan Kargo Sebabkan Kapal Sewol
Tenggelam, Suara Pembaruan, 7 Mei 2014:
A 9.
6. Paddock, Richard C. Hours of Confusion
After Plane Vanished, The Wall Street
Journal, May 2-4, 2104: 4.
7. Presiden Korea Selatan Minta Maaf, Koran
Tempo, 30 April 2014: 2.
8. Suyono, R.P. Shipping, Pengakutan
Intermoda Ekspor Impor melalui Laut,
Jakarta: LPPM, 2007.
9. Teo, Esther and Lester Kong, Southeast
Asian tourism affected by MH370 saga, the
Jakarta Post, April 22, 2014: 14.
10. Umar, Husseyn. Hukum Maritim dan
Masalah-masalah Pelayaran di Indonesia
(Volume 1,2,3), Jakarta: Sinar Harapan,
2001.
11. United Nations Convention on the Law of
the Sea, Jakarta: Dewan Kelautan Indonesia,
2010.
- 9 -
Vol. VI, No. 09/I/P3DI/Mei/2014 KESEJAHTERAAN SOSIAL
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini
BUDAYA KEKERASAN ANTAR ANAK
DI SEKOLAH DASAR
Elga Andina*)
Abstrak
Meningkatnya kekerasan sesama anak menunjukkan belum tumbuhnya rasa solidaritas,
kasih sayang dan kebersamaan. Perilaku bullying yang bahkan sampai menghilangkan
nyawa menumbuhkan bibit gangguan kejiwaan kepada anak, baik korban maupun pelaku.
Sulitnya menghentikan bullying karena korban biasanya pernah terlibat atau menjadi
pelaku bullying terhadap orang lain. Oleh karena itu peran orang tua sebagai pendidik
terdekat anak menjadi semakin penting dalam mengarahkan perilaku anak. Sekolah dan
lingkungan juga dituntut menjadi pembatas perilaku menyimpang ini. Pemerintah harus
bersikap tegas untuk memutus mata rantai budaya kekerasan dengan memberikan sanksi
yang tegas kepada sekolah sebagai institusi pendidikan. Kasus ini perlu menjadi dorongan
untuk mempercepat penyelesaian revisi Undang-Undang Perlindungan Anak.
Pendahuluan
Pada awal bulan Mei tahun ini sudah dua
korban kekerasan di sekolah dasar diberitakan
di media massa. Pada tanggal 3 Mei 2014,
seorang siswa SD berusia 11 tahun di SDN 09
Pagi-Makasar Jakarta dihajar kakak kelasnya
karena menyenggol gelas es milik sang senior.
Dua hari setelah itu seorang siswi kelas 4 SD di
Muara Enim meninggal dengan luka lebam di
tubuhnya. Kekerasan di sekolah dasar bukan
akhir-akhir ini saja terjadi. Pada 27 Maret
2014, seorang murid kelas 1 SD, Ahmad Syukur
dikeroyok 3 temannya di Makasar. Ia meninggal
di Rumah Sakit Ibnu Sina beberapa hari setelah
itu.
Menurut Sekretaris Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI), Erlinda, selama Januari
hingga April sudah tercatat 8 laporan kekerasan
serupa, yaitu 2 kasus di Sekolah Dasar (SD), 2
kasus di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
sisanya di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Tabel Kasus kekerasan yang diterima
Komisi Nasional Perlindungan Anak
2010 2011 2012 2013 2014*
Laporan
kekerasan
2.413 2.508 2.637 2.792 3.339
keterangan :* Dari Januari sampai Mei 2014
Sumber:Data Komisi Nasional Perlindungan Anak dari
tahun 2010-2014
Kasus terbunuhnya anak di sekolah
selama 5 tahun terakhir yang diindikasikan
meningkat setiap tahunnya disajikan dalam
tabel berikut ini. Laporan kekerasan terhadap
*) Peneliti Muda Psikologi di Bidang Kesejahteraan Sosial pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR
RI. E-mail:elga.andina@dpr.go.id
- 10 -
anak yang diterima oleh KPAI tersebut terjadi
di sekolah, keluarga dan lingkungan sosial.
Dari hasil penelitian KPAI ternyata
sebanyak 17% kekerasan terhadap anak terjadi
di sekolah. Bahkan pada 2013, tercatat 181
kasus yang berujung pada tewasnya korban,
141 kasus korban menderita luka berat,
dan 97 kasus korban luka ringan. Tindakan
kekerasan di sekolah bisa dilakukan oleh
guru, kepala sekolah, bahkan sesama peserta
didik. Namun, bullying sesama peserta didik
memiliki karakteristik berbeda dari kekerasan
yang dilakukan oleh orang dewasa. Kekerasan
yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap
anak biasanya dilakukan oleh pelaku tunggal
sedangkan bullying oleh sesama murid
biasanya berlangsung secara berkelompok.
Bahkan menurut penelitian lintas negara yang
dilakukan Craig dkk., anak yang menjadi korban
bullying cenderung terlibat dalam penggencetan
anak lain. Ini berarti sebuah lingkaran tanpa
akhir ketika korban berubah menjadi pelaku.
Dengan begitu, praktek kekerasan menjadi
budaya di kalangan anak-anak.
Agresivitas di Usia Belia
Tidak semua kekerasan berujung
kematian namun data statistik di atas cukup
menggambarkan betapa perilaku kekerasan
telah menjadi keseharian anak-anak Indonesia.
Kekerasan di sekolah yang paling sering terjadi
adalah dengan Bullying (dikenal juga dengan
istilah penggencetan) yang semakin marak
dan tercium khalayak luas beberapa tahun ini.
Pada tahun 2005-2006, The Health Behavior
in School-Aged Children (HBSC) melakukan
survei terhadap sekitar 200.000 anak usia
sekolah di 40 negara. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan peningkatan jumlah bullying
di Indonesia. Penelitian lain oleh Craig dkk.
pada tahun 2009 menemukan bahwa tingkat
bullying terlihat lebih tinggi pada anak
laki-laki daripada anak perempuan. Hal ini
menyebabkan data bullying pada anak lelaki
lebih mudah didapat karena mereka cenderung
melaporkan penindasan terhadapnya.
School Bullying menurut Riauskina,
Djuwita, dan Soesetio (2005) adalah perilaku
agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh
seorang/sekelompok siswa yang memiliki
kekuasaan terhadap siswa/siswi lain yang lebih
lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut.
Di Amerika saja diketahui bahwa 1 dari 4 siswa
menjadi korban penggencetan setiap harinya.
School Bullying Statistics juga menemukan
bahwa dalam 85 persen kasus bullying tidak
dihentikan oleh tenaga pendidik dan tenaga
pendidikan.
Menurut berbagai penelitian yang
dirangkum Riasukina, Djuwita, dan Soesetio
(misalnya Simmons, 2002; Ma, Stewin,
Mah, 2001; Sullivan, 2000, dan Olweus,
1993), perilaku bullying di sekolah ini dapat
berupa: (1) kontak fsik langsung seperti
memukul, mendorong, menggigit, menjambak,
menendang, mengunci seseorang dalam
ruangan, mencubit, mencakar, serta berbagai
serangan fsik lainnya, termasuk merusak
barang-barang yang dimiliki oleh orang lain;
(2) kontak verbal langsung seperti mengancam,
mempermalukan, merendahkan, menggangu,
memberi panggilan nama (name-calling),
sarkasme, merendahkan (put-downs), mencela/
mengejek, mengintimidasi seseorang, memaki,
dan juga menyebarkan gossip; (3) perilaku
nonverbal langsung seperti melihat dengan
sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi
muka yang merendahkan, mengejak, atau
mengancam (biasanya disertai oleh bullying
fsik atau verbal); (4) perilaku nonverbal tidak
langsung, seperti mendiamkan seseorang,
memanipulasi persahabatan sehingga hubungan
tersebut menjadi retak, dengan sengaja
mengucilkan seseorang atau tidak mengabaikan
orang tersebut, atau mengirimkan surat
kaleng; (5) pelecehan seksual, kadang-kadang
dikategorikan sebagai perilaku agresi fsik dan
bisa juga verbal.
Darmawan mengutip pendapat Roland
dan Inse dalam tesisnya yang berjudul
Bullying in School: A Studey of Forms and
Motives of Aggression in Two Secondary
Schools in the city of Palu, Indonesia, yang
menyatakan penggencetan sebagai aspek agresi.
Perilaku agresif biasanya ditunjukkan untuk
menyerang, menyakiti, atau melawan orang lain,
baik secara fsik maupun verbal. Hal itu bisa
berbentuk pukulan, tendangan, dan perilaku
fsik lainnya, atau berbentuk cercaan, makian
ejekan, bantahan, dan semacamnya.
Selanjutnya Darmawan menulis bahwa
perilaku agresif disebabkan karena rendahnya
pengendalian diri, pengaruh lingkungan yang
tidak baik (delinquent), tekanan dalam diri
pelaku, dan viktimisasi grup (konstruksi sosial
dimana kelompok terbagi menjadi kelompok
korban dan kelompok pelaku). Craig dkk. juga
menekankan adanya pola strategi dominasi
pada usaha penindasan terhadap anak laki-
laki oleh rekannya. Dengan begitu, agresi anak
terhadap anak lain merupakan upaya untuk
membuktikan dirinya kepada sesama.
Lalu, dari mana seorang anak mengetahui
tindakan kekerasan yang dapat dilakukannya?
Pertama, anak meniru orang lain. Anak tidak
mendapatkan perilakunya sendiri, melainkan
meniru dari lingkungan, terutama orang
- 11 -
dewasa. Perilaku orang dewasa yang buruk
menjadi teladan bagi anak. Kedua, anak tidak
dibekali pengetahuan mengenai nilai-nilai
positif. Hal ini menyebabkan anak tidak tahu
bahwa perilakunya tersebut tidak baik. Ketiga,
anak ingin tahu dampak perilaku negatif yang
ditirunya.
Kekerasan Cerminan Menjadi
Gangguan Jiwa
Studi menemukan bahwa efek bullying
tidak selalu langsung terlihat setelah
pengalaman terjadi. Namun, efek ini dapat
terakumulasi beberapa tahun mendatang
dengan menunjukkan gejala memburuknya
kesehatan mental anak. Pelaku dan korban
bullying sama-sama akan mendapatkan
dampak negatif dari tindakan ini. Para korban
cenderung menampilkan respon negatif bahkan
setelah beberapa tahun kemudian, yang berupa:
rendahnya harga diri, sulit mempercayai orang
lain, kurang asertif, agresi, sulit mengontrol
amarah dan isolasi. Sedangkan pelaku akan
menumbuhkan perasaan arogan dan merasa
kuat. Akhirnya ia menjadi pribadi yang tidak
mengenal tenggang rasa dan belas asih.
Padahal, kedua hal tersebut sangat dibutuhkan
dalam interaksi berkelompok.
Mencegah Bullying pada Anak
Lambatnya penanganan gejala kekerasan
oleh anak terhadap anak disebabkan karena:
pertama, anak tidak menceritakan kejadian di
sekolah kepada orang tua; kedua, meskipun
anak sudah menunjukkan gejala negatif,
orang dewasa tidak menangkap sinyelemen
tersebut, sehingga terjadi pembiaran. Baik
korban maupun pelaku perlu dideteksi sebelum
melakukan atau menerima penggencetan lebih
lanjut.
Pencegahan bullying harus dilakukan
di semua aspek kehidupan anak karena dalam
masa pertumbuhan anak menyerap informasi
dari berbagai pihak. Ia belum mampu menyaring
secara efektif informasi yang dibutuhkan
sehingga setiap orang yang berinteraksi dengan
anak memiliki tanggung jawab membentuk pola
perilaku yang positif.
1. Keluarga, merupakan irisan paling inti
dalam sistem interaksi anak. Orang yang
dibesarkan dengan kekerasan cenderung
mudah memperlihatkan perilaku agresi.
Bentuk-bentuk pola asuh orang tua sangat
erat hubungannya dengan kepribadian
anak setelah ia menjadi dewasa. Dalam 20
tahun terakhir terjadi pergeseran paradigma
pengasuhan anak. Jika dulu orang tua
memegang kendali anak, maka seiring
bergantinya jaman anak semakin pintar
dan banyak orang tua yang memilih peran
sebagai teman. Dalam aliran psikologi juga
banyak diwacanakan pengelolaan rumah
tangga yang melunak, di mana para ahli
behavioristik mengusulkan penghargaan
lebih baik daripada hukuman ketika ingin
membentuk perilaku anak. Yang lebih
parah lagi adalah ketika anak dihargai
berdasarkan prestasi akademiknya. Jika
pencapaian di sekolah bagus, maka anak
itu dianggap baik. Padahal, dalam beberapa
kasus pelaku penggencetan adalah murid-
murid teladan yang dapat menampilkan
perilaku tanpa cela di depan orang tua.
2. Sekolah, merupakan rumah kedua bagi
anak. Oleh karena itu tenaga pendidik dan
tenaga pendidikan memiliki tanggung jawab
untuk membentuk mental positif anak,
termasuk budi pekertinya. Mengabaikan
anak yang menggencet dan rentan digencet
menunjukkan buruknya keterampilan guru
dalam mendidik karena pendidikan tidak
hanya berlangsung di ruang kelas tetapi
juga dalam interaksi sehari-hari.
3. Masyarakat, sebagai pagar sosial
perilaku anak memiliki arti penting bagi
pembentukan perilaku anak. Setiap orang
dewasa hendaknya berperilaku positif
yang dapat ditiru oleh anak. Orang dewasa
yang buruk bukan hanya mereka yang
berperilaku menyimpang, tapi juga mereka
yang tidak meluruskan perilaku buruk
anak-anak. Orang tua berhak penuh untuk
mendisiplinkan anak namun masyarakat
juga perlu mencontohkan perilaku positif.
Menegur perbuatan negatif anak juga
menunjukkan nilai positif yang dapat
ditanamkan kepada anak.
Penutup
Kekerasan sesama anak di sekolah
merupakan praktek perilaku agresi yang tidak
semestinya terjadi. Dalam usianya yang belia,
anak semestinya dihadapkan pada kehidupan
yang tenang, bersahabat dan penuh kreativitas.
Tumbuhnya perilaku agresif dan penggencetan
menunjukkan lemahnya peranan pendidikan
dalam membentuk pribadi yang sehat jasmani
dan rohani. Hal ini berlaku di rumah, sekolah
dan masyarakat. Pentingnya peran guru dan
orang tua dalam memberikan rambu-rambu
yang jelas bagi anak memberi arahan perilaku
yang positif.
Meningkatnya kasus kekerasan sesama
anak yang bahkan berujung pada kematian
mengharuskan pemerintah mengambil tindakan
tegas. Dimulai dari perbaikan kurikulum yang
- 12 -
berbasis empati, kreativitas, kerja sama dan
kompetensi, pengawasan oleh pihak sekolah,
dan aktivitas sosial, termasuk konseling
kelompok. Peningkatan kualitas guru untuk
menyelenggarakan proses belajar mengajar yang
menarik menjadi penting untuk menumbuhkan
rasa ingin tahu siswa sehingga mereka lebih
tertarik belajar daripada melakukan kekerasan.
Kompetensi guru dalam mengelola kelas dan
mengembangkan karakter positif peserta
didik seharusnya menjadi poin penting dalam
indikator sertifkasinya.
Perlunya penegakan hukum yang keras
terhadap pelaku kekerasan anak, terutama jika
menyebabkan kematian. Konsep pelindungan
anak seharusnya tidak melindungi dirinya dari
menebus kesalahan yang diperbuat. Terlepas dari
usianya yang masih belia, perilaku membunuh
tetap mengubah dinamika kepribadian seorang
anak. Maka ia perlu mendapatkan hukuman
yang membuat jera dengan prinsip sesuai yang
dimasukkan dalam Undang Undang No. 11 Tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Lebih jauh lagi, sekolah harus diberikan sanksi
tegas untuk memutuskan mata rantai bullying di
dunia pendidikan.
Untuk itu Komisi X DPR RI perlu
mendorong Kementerian terkait agar segera
menyelesaikan kasus-kasus kekerasan sesama
anak dengan resolusi terbaik. Selanjutnya revisi
Undang-undang perlindungan anak yang telah
lama tertunda harus segera dikaji kembali dan
memasukan materi-materi pelindungan korban
dan pelaku kekerasan sesama anak.
Rujukan
1. Empat Bulan, Delapan Siswa SD-SMA Alami
Kekerasan, "http://www.tempo.co/read/
news/2014/05/05/064575391/Empat-Bulan-8-
Siswa-SD-SMA-Alami-Kekerasan"http://www.
tempo.co/read/news/2014/05/05/064575391/
Empat - Bul an- 8- Si swa- SD- SMA- Al ami -
Kekerasan, diakses tanggal 7 Mei 2014
2. Rentannya Anak-anak dari Aksi Kekerasan,
http://news.liputan6.com/read/2037799/
rentannya-anak-anak-dari-aksi-kekerasan,
diakses tanggal 8 Mei 2014
3. School Bullying Statistics , http://www.
bullyingstatistics.org/content/school-bullying-
statistics.html, diakses tanggal 29 April 2014.
4. Riauskina, Intan Indira, Djuwita, Ratna, &
Soesetio, Sri Rochani. Gencet-gencetanDi
mata siswa/siswi kelas 1 SMA: Naskah Kognitif
tentang arti, scenario, dan dampak gencet-
gencetan, Jurnal Psikologi Sosial, September
2005. Tahun 12, No.1, hal:1-14.
5. Baumrind, D. 1978. "Parental disciplinary
Patterns And Social Competence In Children".
Youth and Society, 9, 239-276.
6. Darmawan.2010. Bullying in School: A
Studey of Forms and Motives of Aggression
in Two Secondary Schools in the city of
Palu, Indonesia, tesis. "http://munin.
ui t. no/bi tstream/handl e/10037/2670/
thesis.pdf?sequence=2"http://munin.uit.
no/bitstream/handle/10037/2670/thesis.
pdf?sequence=2, diakses tanggal 8 Mei 2014.
7. Sepanjang 2012, Ada 2.637 Kasus Kekerasan
Anak , http://nasional.news.viva.co.id/
news/read/381738-sepanjang-2012--ada-2-
637-kasus-kekerasan-anak, diakses tanggal 10
Mei 2014
8. Ridwan, Samsul.Hari Anak Universal
2013: Kasus Kekerasan Anak Indonesia
Melonjak, http://komnaspa.wordpress.
com/2013/11/20/hari-anak-universal-2013-
kasus-kekerasan-anak-indonesia-melonjak/,
diakses tanggal 10 Mei 2014
9. Komnas PA Terima Laporan 3.339 Kasus
Kekerasan Anak, http://news.okezone.com/
read/2014/05/06/337/980928/komnas-pa-
terima-laporan-3-339-kasus-kekerasan-anak,
diakses tanggal 10 Mei 2014.
10. "Mengakhiri Kekerasan di Sekolah Lewat
Disiplin Positif", http://indonesiaunicef.
bl ogs pot . c om/ 201 3/ 1 2/ me ngakhi r i -
kekerasan-di-sekolah-lewat.html, diakses
tanggal 11 Mei 2014
11. Ditendang Teman-teman Sekelasnya,
Siswi SD Meninggal , http://regional.
kompas.com/read/2014/05/08/1713353/
Ditendang.Teman-teman.Sekelasnya.Siswi.
SD.Meninggal, diakses tanggal 12 Mei 2014
12. Craig, Wendy, dkk. A Cross-National
Profle of Bullying and Victimization among
Adolescents in 40 countries, Int J Public
Health.2009:54(Suppl 2):216-224.
- 13 -
Vol. VI, No. 09/I/P3DI/Mei/2014 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini
KEBIJAKAN SUBSIDI BBM DAN
EFISIENSI PEREKONOMIAN
Edmira Rivani*)
Abstrak
Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) tampaknya selalu menjadi persoalan yang tidak
pernah terselesaikan di Indonesia. Saat ini persoalan tersebut merupakan agenda
terbesar yang dianggap membebani fskal, terlebih produksi minyak bumi Indonesia
semakin merosot dan masuk menjadi negara pengimpor minyak. Resiko domestik berupa
pembengkakan subsidi BBM akan mendorong pelebaran defsit fskal sehingga dapat
mengganggu perekonomian nasional. Besarnya porsi subsidi BBM dalam APBN juga
mempersempit porsi belanja produktif seperti, misalnya infrastruktur. Meskipun ada
beberapa dampak negatif dari pengurangan subsidi BBM seperti naiknya harga komoditas
pokok, pengurangan tersebut sudah seharusnya dilakukan pemerintah.
Pendahuluan
BBM merupakan komoditas yang
sangat vital. BBM punya peran penting
untuk menggerakkan perekonomian.
BBM mengambil peran di hampir semua
aktivitas ekonomi di Indonesia. Kebutuhan
BBM membumbung tinggi seiring dengan
pertumbuhan industri, transportasi, dan
kenaikan jumlah kendaraan bermotor
yang beredar. Bahkan pada tahun 2008,
Indonesia keluar dari OPEC, organisasi
eksportir minyak dunia karena Indonesia
harus mengimpor minyak untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri yang semakin
meningkat.
Pemerintah memberi subsidi untuk
setiap liter BBM jenis premium dan solar
yang beredar di pasaran. Pada awalnya, tidak
ada masalah dengan keuangan pemerintah
karena masih mampu membiayai subsidi
BBM. Namun demikian, harga minyak dunia
terus berfuktuasi dan cenderung mengalami
kenaikan sehingga keuangan pemerintah
pun tidak mampu untuk mencukupi
kebutuhan subsidi BBM ini. Pemerintah
pun mulai melakukan sejumlah program
yang dinilai bisa menghemat penggunaan
BBM bersubsidi. Langkah yang diambil
adalah program gerakan pembatasan BBM
bersubsidi dengan mengalihkan konsumsi
*) Peneliti Muda Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR
RI, E-mail: rif_green@yahoo.com
- 14 -
BBM bersubsidi ke BBM nonsubsidi
(pertamax dan pertamax plus). Gerakan ini
kurang berjalan dengan sukses, mengingat
disparitas harga antara BBM bersubsidi dan
nonsubsidi yang tinggi.
Subsidi BBM tampaknya selalu menjadi
persoalan yang tidak pernah terselesaikan
di Indonesia. Oleh karena itu, isu ini harus
menjadi salah satu program utama yang
harus diselesaikan oleh pemerintahan
mendatang. Jika sebelum dekade 2000-an,
subsidi BBM bukan menjadi masalah utama
dalam wacana pembangunan namun pada
dekade ini ia merupakan agenda terbesar
yang dianggap membebani fskal. Apalagi
produksi minyak bumi Indonesia semakin
merosot dan Indonesia masuk menjadi
negara pengimpor minyak. Kalangan analis
memperkirakan 22 tahun lagi sumber BBM
akan habis kecuali ditemukan sumur baru.
Badan Keuangan Fiskal menganalisis bahwa
mayoritas konsumen BBM adalah golongan
masyarakat menengah ke atas. Konsumsi
premium bersubsidi selama tiga tahun
terakhir rata-rata meningkat sebesar 10
persen dan solar 9 persen.
tidak ada kenaikan harga, BBM bersubsidi
akan melebihi kuota yang telah ditetapkan
pemerintah.
Risiko Pembengkakan Subsidi
BBM
Resiko domestik berupa pembengkakan
subsidi BBM akan mendorong pelebaran
defsit fskal sehingga dapat mengganggu
perekonomian nasional. Saat ini,
perekonomian Indonesia terus bergerak
menuju ke arah yang seharusnya di mana
tekanan infasi terus menurun, disertai
dengan pergeseran struktur perekonomian
ke arah yang lebih sehat. Namun, Indonesia
harus tetap waspada karena tahun 2014
masih terdapat beberapa risiko yang perlu
menjadi perhatian, baik yang bersumber dari
sisi eksternal maupun domestik.
Dari sisi eksternal terdapat risiko
bahwa berbagai permasalahan ekonomi
global yang terjadi di tahun 2013 masih
akan berlanjut. Risiko eksternal ini dapat
kembali mengancam kestabilan nilai tukar
Rupiah. Hal tersebut diperkirakan akan
membuat anggaran subsidi BBM tahun
Besarnya subsidi BBM akan selalu
menjadi masalah bagi pemerintah yang akan
datang. Realisasi penyaluran BBM bersubsidi
hingga 28 Februari 2014 mencapai 7,26 juta
kl atau sekitar 15 persen dari kuota tahun
2014 sebanyak 47,36 juta kl. Realisasi itu
terdiri atas 4,6 juta kl premium dan 2,48
juta kl solar. Konsumsi premium naik 0,6
persen dibandingkan realisasi pada periode
yang sama tahun lalu, sementara konsumsi
solar naik 2,24 persen. Konsumsi BBM per
akhir Februari tercatat sebesar 15 persen
dari total kuota sehingga dikhawatirkan jika
Gambar 1. Kuota dan Realisasi Subsidi BBM (Juta Kilo Liter (kl))
2014 akan membengkak sekitar Rp30 triliun
menjadi Rp240 triliun dari pagu anggaran
yang ditetapkan sebesar 210,7 triliun rupiah.
Perkiraan tersebut disebabkan karena
anggaran subsidi BBM 2014 sebesar 210,7
triliun rupiah dibuat dengan asumsi kurs
Rp10.500 per dolar AS.
Para pembuat kebijakan bisa belajar
dari kejadian tahun lalu di mana data
realisasi subsidi BBM tahun 2013 yang
tercantum dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) 2009-2014 untuk
tahun 2013 hanya 51,1 triliun rupiah. Adapun
- 15 -
realisasi subsidi BBM tahun 2013 sekitar
210 triliun rupiah. Jika ditambah dengan
subsidi BBM yang belum dibayar pemerintah
sebesar 40 triliun, berarti pelonjakannya
sudah hampir lima kali lipat. Jika subsidi
BBM melonjak, subsidi listrik otomatis
membengkak.
Dalam laporan terbarunya, Bank Dunia
memperkirakan realisasi subsidi BBM akan
mencapai 267 triliun rupiah. Akibatnya,
subsidi listrik pun diperkirakan membengkak
dari semula 71 triliun rupiah menjadi 103
triliun rupiah. Dengan demikian, subsidi
keduanya menjadi 370 triliun rupiahatau 30
persen dari penerimaan pajak. Sementara
itu, pemerintah pusat wajib mengalokasikan
sekitar 586 triliun rupiahuntuk daerah (48
persen dari penerimaan pajak). Gaji dan
belanja barang 445 triliun rupiah(37 persen).
Jadi, untuk subsidi BBM dan listrik, transfer
ke daerah, serta gaji dan belanja barang
sudah tersedot 1.401 triliun rupiah, padahal
penerimaan pajak hanya 1.216 triliun rupiah.
Kenaikan subsidi BBM otomatis
menaikkan pos belanja lainnya sehingga
memperbesar volume APBN. Oleh karena
itu, pemerintah perlu merombak total
cara penyusunan APBN, dimulai dengan
meminimalkan faktor-faktor yang paling
sensitif terhadap perubahan besaran APBN
seperti subsidi BBM.
Opsi Untuk Subsidi BBM
Besarnya porsi subsidi BBM dalam
APBN mempersempit porsi belanja produktif
seperti infrastruktur. Apabila tidak ada
roadmap restrukturisasi subsidi BBM, APBN
akan terbebani dan rentan terhadap gejolak
nilai tukar, harga minyak mentah dunia, dan
pembengkakan konsumsi BBM bersubsidi.
Dorongan untuk merestrukturisasi skema
subsidi BBM juga muncul dari kajian
eratnya hubungan antara subsidi BBM yang
tidak tepat sasaran dengan meningkatnya
kesenjangan pendapatan di Indonesia.
Dalam rangka mencegah
pembengkakan konsumsi BBM, pemerintah
berencana untuk melakukan pengurangan
subsidi BBM. Rencana tersebut tentunya
banyak memberikan dampak positif, di
antaranya penghematan terhadap keuangan
pemerintah sehingga bisa dialihkan untuk
mendanai program lain yang lebih tepat
guna dan tepat sasaran. Penghematan ini
juga bermanfaat dalam mengurangi defsit
anggaran, kontrol terhadap konsumsi BBM,
penghematan sumber daya alam tidak
terbarukan. Di atas itu semua, langkah ini
juga menjadi wahana dalam pengembangan
energi alternatif yang lebih murah,
kelestarian lingkungan yang berdampak
pada berkurangnya biaya kesehatan yang
dikeluarkan oleh udara yang tercemar
residu pembakaran BBM, mengurangi
penyelundupan BBM bersubsidi dan
menekan permintaan kendaraan bermotor.
Rencana pengurangan subsidi
BBM, bagaimana pun juga berpotensi
menimbulkan beberapa dampak negatif
seperti naiknya harga BBM bersubsidi,
naiknya harga komoditas yang
diperdagangkan dan komoditas-komoditas
yang tergolong kebutuhan pokok, turunnya
daya beli masyarakat, potensi kerugian
karena penurunan penjualan dan naiknya
biaya operasional pada produsen-produsen
komoditas yang bukan merupakan prioritas
masyarakat. Dalam kondisi seperti ini,
potensi terjadinya pemutusan hubungan
kerja akibat kerugian perusahaan pun tidak
terelakkan. Usaha Kecil Menengah pun
terancam kerugian karena turunnya daya
beli masyarakat dan kemungkinan tidak
tercapainya target infasi yang ditetapkan
pemerintah.
Untuk menjalankan rencana
pengurangan subsidi BBM, Badan Perencana
Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
memberikan dua opsi, pertama,
memberikan subsidi tetap (fx subsidy)
dalam tiap liter BBM bersubsidi. Jadi, harga
BBM bersubsidi akan bergerak mengikuti
pergerakan harga keekonomian. Tetapi, opsi
ini masih kurang tepat diaplikasikan ketika
volatilitas harga minyak tinggi. Pemerintah
misalnya, mematok subsidi Rp3.000 per
liter, jika harga keekonomian premium
Rp 10.000, maka harga yang dijual ke
masyarakat Rp7.000 per liter. Namun jika
harga keekonomian naik jadi Rp 11.000 per
liter, harga jual premium bersubsidi menjadi
Rp8.000 per liter. Demikian pula jika harga
keekonomian turun menjadi Rp9.000
per liter, harga jual premium bersubsidi
menjadi Rp6.000. Kedua adalah menaikkan
harga BBM subsidi secara berkala setiap 6
bulan sekali sehingga pada akhirnya harga
BBM bersubsidi akan mencapai harga
keekonomian.
Kedua opsi tersebut juga mempunyai
kelebihan masing-masing. Opsi pertama
akan membuat APBN terbebas dari fuktuasi
Indonesian Crude Price (ICP) dan nilai
tukar rupiah sehingga cukup memastikan
- 16 -
konsumsi BBM dikendalikan sesuai kuota.
Sementara untuk opsi kedua, jika kondisi
harga naik secara gradual, ekspektasi
kenaikan harga BBM bersubsidi sudah bisa
diantisipasi.
Dengan adanya opsi-opsi ini tentu akan
ada penghematan yang bisa dimanfaatkan
untuk penggunaan pembiayaan lain,
misalnya Program Percepatan dan
Perluasan Perlindungan Sosial (P4S), yang
meliputi peningkatan kuantitas beras yang
dapat dibeli oleh rumah tangga miskin
melalui Program Beras Miskin (Raskin),
peningkatan cakupan dan nilai manfaat
bantuan tunai bersyarat Program Keluarga
Harapan (PKH) dan perluasan cakupan dan
manfaat program Bantuan Siswa Miskin
(BSM). Untuk memperbaiki mekanisme
penetapan sasaran agar P4S diterima oleh
Rumah Tangga yang berhak, maka perlu
diterapkan Kartu Perlindungan Sosial
(KPS) yang dapat dipergunakan oleh
Rumah Tangga Sasaran berdasarkan Basis
Data Terpadu. Sementara, dalam upaya
mempertahankan daya beli kelompok rumah
tangga miskin dan rentan maka diperlukan
inisiatif kebijakan seperti Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat (BLSM). Melalui
program ini, pemerintah akan memberikan
dana tunai secara langsung kepada rumah
tangga miskin dan rentan dengan besaran
bantuan senilai Rp150.000/bulan untuk
jangka waktu 4 bulan. Relokasi anggaran
dari pengurangan subsidi BBM juga bisa
digunakan untuk Program Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Infrastruktur (P4I),
yang mencakup Infrastruktur Permukiman
(P4-IP), Sistem Penyediaan Air Minum (P4-
SPAM) dan Infrastruktur Sumber Daya Air
(P4-ISDA).
Penutup
Meskipun ada beberapa dampak
negatif dari pengurangan subsidi BBM,
pengurangan tersebut sudah seharusnya
dilakukan pemerintah. Subsidi BBM sudah
membebani keuangan dan berpotensi terus
memberi beban yang lebih berat terhadap
keuangan negara di masa-masa mendatang
jika pemerintah tidak mampu mengambil
keputusan berani untuk mengurangi subsidi
BBM. Apalagi, subsidi BBM sekarang
ini dinilai tidak efektif khususnya bagi
masyarakat yang tergolong miskin. Melihat
dari kondisi perminyakan di Indonesia dan
dunia, pengurangan subsidi BBM menjadi
pilihan yang harus dilakukan dalam rangka
mengurangi beban anggaran yang tidak
semestinya seiring dengan besaran anggaran
untuk subsidi BBM yang terus naik akibat
harga minyak dunia yang cenderung naik.
Pemerintah dan DPR perlu
mempertimbangkan dua opsi yang sudah
direncanakan dalam rangka misi ini.
Namun demikian, beberapa hal tetap
harus diperhatikan agar dampak positif
pengurangan subsidi BBM bisa lebih
dirasakan daripada dampak sebaliknya.
Rujukan
1. Tinjauan Subsidi Energi di Indonesia,
2014, Edisi 1.Vol 1. Maret 2014.
2. Faisal Basri, Subsidi BBM Ancaman
Utama Bagi Perekonomian, Kompas, 21
April 2014.
3. Kemenkeu: Kenaikan Harga BBM Perlu
Bertahap, dalam http://www.katadata.
co.id/1/1/news/kemenkeu-kenaikan-
harga-bbm-perlu-bertahap/1351, diakses
pada 3 Mei 2014.
4. Ini 2 Opsi Mengurangi Subsidi BBM
Untuk Presiden Baru, dalam http://
finance.detik.com/read/2014/04/30
/145534/2569917/1034/ini-2-opsi-
mengur angi - subsi di - bbm- unt uk-
presiden-baru, diakses pada 2 Mei 2014.
5. BI Ingatkan Pembengkakan
Subsidi BBM Sumber Defsit Fiskal
, dalam http://www.antaranews.
com/beri t a/432028/bi - i ngat kan-
pembengkakan-subsidi-bbm-sumber-
defsit-fskal, diakses pada 2 Mei 2014.
6. Dampak Pengurangan Subsidi BBM
Bagi Perekonomian Indonesia, dalam
http://www.academia.edu/4814943/
Dampak_pengurangan_subsidi_BBM_
bagi_perekonomian_Indonesia, diakses
pada 3 Mei 2014.
- 17 -
Vol. VI, No. 09/I/P3DI/Mei/2014 PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
Info Singkat
2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI)
Sekretariat Jenderal DPR RI
www.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini
HASIL PEMILU ANGGOTA DPR RI TAHUN 2014
DAN PENERAPAN PARLIAMENTARY THRESHOLD
Indra Pahlevi*)
Abstrak
KPU baru saja menyelesaikan proses rekapitulasi hasil perolehan suara pemilu
anggota DPR, DPD, dan DPRD tahun 2014 tepat satu bulan setelah pemungutan
suara tanggal 9 april 2014 lalu. Hasilnya seperti sudah diduga berdasarkan hitung
cepat beberapa lembaga survei menempatkan PDI Perjuangan sebagai pemenang
dengan 18,95% suara sah nasional dan menempatkan 10 partai politik yang
memenuhi parliamentary threshold 3,5%. Dengan hasil tersebut, parpol yang berhasil
mendudukkan wakilnya bertambah dari sebelumnya 9 parpol menjadi 10 parpol
padahal angka ambang batas parlemen meningkat menjadi 3,5% dari sebelumnya
2,5%. Lalu apakah tujuan penyederhanaan parpol berhasil melalui instrumen
ambang batas tersebut?
Pendahuluan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012
tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan
DPRD merupakan UU perubahan dari UU
Pemilu sebelumnya, yaitu UU No. 10 Tahun
2008 yang salah satu perubahan utamanya
adalah merubah angka ambang batas atau
parliamentary threshold (PT) dari semula
2,5% menjadi 3,5% suara sah nasional agar
partai politik tersebut dapat ikut dalam
proses penghitungan perolehan kursi di DPR.
Jika pada Pemilu 2009 lalu dengan angka PT
2,5% berhasil menempatkan 9 partai politik
peserta pemilu duduk di DPR, maka pada
Pemilu 2014 ini dengan angka PT 3,5% justru
menempatkan 10 partai politik peserta
pemilu untuk dapat duduk di DPR. Padahal
tujuan utama penerapan PT ini adalah untuk
menyederhanakan partai politik yang duduk
di DPR.
Berdasarkan uraian di atas terlihat
adanya ketidaksesuaian antara tujuan
dengan hasil yang dicapai. Melalui instrumen
UU tentang Pemilu legislatif, sebenarnya
diarahkan akan terbentuknya sebuah
sistem kepartaian multi-partai sederhana
dan bukan multi-partai akstrem. Tetapi
*) Peneliti Madya bidang Politik dan Pemerintahan Indonesia pada Tim Politik Dalam Negeri, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data
dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI. E-mail: indralevi@yahoo.com
- 18 -
kenyataannya adalah pemberlakuan angka
ambang batas tersebut tidak serta merta
menghasilkan sistem multi-partai sederhana
sebagai diharapkan. Lalu apa dan bagaimana
sebaiknya penerapan PT disikapi dan
evaluasi untuk perbaikan ke depan?
Parliamentary Threshold dan
Penyederhanaan Partai Politik
Secara konsep, parliamentary
threshold dijelaskan salah satunya oleh
Arend Lijphart dengan konsep threshold
atau electoral threshold yang bermakna the
legal minimum required for representation.
Selanjutnya dinyatakan bahwa in party-
list proportional representation system, an
election threshold is a clause that stipulates
that a party must receive a minimum
percentage of votes, either nationally or
within a particular district, to get any
seats in the parliament. Secara sederhana
dapat dinyatakan bahwa threshold atau di
Indonesia sekarang disebut PT memasuki
parlemen bagi partai politik dan koalisi yang
ikut dalam pemilu.
Menurut Afan Gaffar, salah satu yang
harus diperhatikan dalam penyelenggaraan
pemilu adalah menyangkut apa yang disebut
kalangan ilmuwan politik sebagai electoral
threshold, yaitu minimum dukungan
yang harus diperoleh oleh sebuah partai
politik untuk memperoleh kursi di lembaga
perwakilan. Yang dimaksud dengan
jumlah minimum dukungan adalah jumlah
minimum suara yang diperoleh oleh partai
politik.
Berdasarkan konsep threshold di
atas, sesungguhnya threshold atau ambang
batas yang bermakna parliamentary
threshold merupakan suatu instrumen
untuk menyederhanakan partai politik yang
dapat duduk di parlemen. Seperti yang
dikemukakan dalam teori klasik kepartaian
yang dikemukakan Giovani Sartori dan
Maurice Duverger bahwa terdapat sebuah
upaya untuk melakukan penyederhanaan
partai politik apakah akan menggunakan
sistem satu partai, sistem dua partai, atau
sistem multipartai. Itu semua merupakan
sebuah pilihan bagi suatu negara. Secara
teoritis, dalam sistem multipartai sederhana
akan lebih mudah dilakukan kerja sama,
dalam rangka menuju sinergi nasional.
Sistem tersebut selain tidak cenderung
menimbulkan monolitisme, juga akan
menumbuhkan suasana demokratis yang
memungkinkan partai politik sebagai aset
nasional berperan secara optimal.
Pemilu 2014
KPU mengumumkan hasil rekapitulasi
berdasarkan Surat Keputusan No. 411/Kpts/
KPU/2014 yang menghasilkan perolehan
suara pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Pileg 2014
No.
Partai
Politik
Perolehan
Suara
Persentase
1. Nasdem 8.402.812 6,72 %
2. PKB 11.298.957 9.04 %
3. PKS 8.480.204 6,79 %
4. PDI P 23 681.471 18,95 %
5. Golkar 18.432.312 14,75 %
6. Gerindra 14.760.371 11,81 %
7. Demokrat 12.728.913 10,19 %
8. PAN 9.481.621 7,59 %
9. PPP 8.157.488 6,53 %
10. Hanura 6.579.498 5,26 %
14. PBB 1.825.750 1,46 %
15. PKPI 1.143.094 0,91 %
Sumber: www.kompas.com
Berdasarkan perolehan suara di atas,
maka hanya 10 partai politik peserta pemilu
yang mencapai angka ambang batas 3,5%
suara sah nasional. Sedangkan 2 partai
politik, yaitu Partai Bulan Bintang dan
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
tidak mencapai angka 3,5% suara sah secara
nasional, sehingga tidak dapat menempatkan
wakilnya di DPR. Sebagai gambaran, pemilu
2009 diikuti oleh 34 partai politik dan hanya
menghasilkan 9 partai politik yang mencapai
angka PT 2,5%. Tahun 2014 hasilnya sama
hanya ditambah Partai Nasdem sehingga
jumlahnya menjadi 10 partai politik.
Sebagai perbandingan, hasil pemilu
2009 lalu yang menerapkan angka PT
sebesar 2,5% disajikan pada tabel 2 berikut
ini. Secara umum dapat dikatakan bahwa
upaya menyederhanakan partai politik
melalui instrumen PT gagal memenuhi
- 19 -
tujuan dasarnya di Indonesia. Menurut
penulis, instrumen PT hanyalah upaya
pragmatis tetapi tidak cukup signifkan
dalam sebuah sistem pemilu yang belum jelas
apakah menggunakan sistem proporsional
terbuka atau sistem plurality-majority.
Faktanya, partai politik tetap banyak yang
bisa ikut pemilu dan instrumen PT tidak
berhasil mengurangi jumlah partai.
Tabel 2 Rekapitulasi Perolehan Kursi
DPR RI Pileg 2009
Partai Suara % Suara Kursi % Kursi
Demokrat 21.703.137 20,85 150 26,8
Golkar 15.037.757 14,45 107 19,11
PDIP 14.600.091 14,03 95 16,96
PKS 8.206.955 7,88 57 10,18
PAN 6.254.580 6,01 43 7,68
PPP 5.533.214 5,32 37 6,61
PKB 5.146.122 4,94 27 4,82
Gerindra 4.646.406 4,46 26 4,64
Hanura 3.922.870 3,77 18 3,21
Sumber: Didik Supriyanto (2014)
Menurut Didik Supriyanto, terdapat
cara lain guna menghindari ketidakefektivan
penerapan PT yang ternyata gagal memenuhi
tujuannya. Cara lain yang bisa digunakan
untuk menyederhanakan sistem kepartaian
adalah:
1. Menggunakan Formula Divisor dalam
menghitung jumlah perolehan kursi
partai .
2. Memperkecil Besaran Daerah Pemilihan
menjadi 3-6 per daerah pemilihan.
3. Menyerentakkan penyelenggaraan
pemilu DPR dan pemilu presiden.
Ke depan seharusnya yang dilakukan
adalah penataan model kepartaian yang
diatur dalam UU Partai Politik serta
pengetatan persyaratan bagi partai politik
yang hendak ikut pemilu. Artinya, partai
politik dipaksa melakukan institusionalisasi
secara lebih sistematis dan melakukan
berbagai fungsi partai politik guna menuju
terbentuknya partai politik modern yang
tidak sekadar mengandalkan fgur serta
menciptakan sistem kepartaian multipartai
sederhana dan sistem pemilu yang
sederhana, akuntabel, dan sesuai dengan
karakteristik Indonesia.
Salah satu cara yang bisa dilakukan
saat ini dalam rangka mengefektifkan
kerja DPR adalah melalui pembenahan
mekanisme dan struktur kerja DPR dengan
pengaturan keanggota di dalam komisi atau
alat kelengkapan. Seperti gagasan Didik
Supriyanto yang patut dipertimbangkan
dengan mengajukan rumus sebagai berikut:

keterangan:
Dengan rumus tersebut, maka tidak
diharuskan atau diwajibkan semua komisi
atau alat kelengkapan DPR dterwakili dari
setiap fraksi atau partai politik. Dengan
demikian efsiensi dan efektivitas kerjja DPR
dapat dioptimalkan.
Penutup
Kesimpulannya bahwa instrumen
PT tidak berhasil atau dapat dikatakan
gagal mencapai tujuan menciptakan sistem
kepartaian multipartai sederhana. Yang
terjadi hanyalah upaya yang pragmatis
tanpa masih mengandalkan fgur-fgur
tertentu, jika salah satu partai berkonfik
dan pihak yang kalah hampir selalu
membentuk partai politik baru, sehingga
upaya menyederhanakan partai politik
melalui instrumen apapun akan tetapi tidak
maksimal.
Ke depan melalui pengaturan dalam
undang-undang baik UU tentang Partai
Politik maupun UU tentang Pemilu harus
dilakukan perubahan dan penataan yang
dimulai dengan pembuatan grand design
sistem politiknya. Termasuk di dalamnya
sistem pemerintahan daerah dan pola
pemilihan kepala daerahnya. Dengan
demikian, akan terbentuk sebuah pola baku
dalam menata sistem politik Indonesia ke
depan berdasarkan cita-cita terwujudnya
kesejahteraan bagi rakyat.
- 20 -
Rujukan
1. Afan Gaffar, Politik Indonesia, Transisi
Menuju Demokrasi, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2000.
2. Ichlasul Amal (Editor), Teori-Teori
Mutakhir Partai Politik, Tiara Wacana,
Yogyakarta, 1988.
3. Richard S. Katz and William Crotty,
Handbook of Party Politics, Sage
Publication, London, Thousand Oaks,
and New Delhi, 2006.
4. Arend Lijphart, The South African
Electoral System: Unusual Features
and Prospects for Reform, dalam
Pipit Kartawidjaja, PT: Premanisme
Threshold, Makalah yang disampaikan
kepada Pansus RUU Pemilu tahun 2008.
5. Didik Supriyanto, Proyeksi Peta Politik
DPR Hasil Pemilu 2014, makalah
disampaikan dalam Workshop di Tim
Politik Dalam negeri, P3DI, Setjen DPR
RI, tanggal 7 Mei 2014.
6. Disahkan KPU, Ini Perolehan
Suara Pemilu Legislatif 2014,
h t t p : / / n a s i o n a l . k o mp a s . c o m/
read/2014/05/09/2357075/Disahkan.
KPU. Ini . Perol ehan. Suara. Pemi l u.
Legislatif.2014, diakses tanggal 14 Mei
2014

Anda mungkin juga menyukai