Anda di halaman 1dari 4

RESUME PEMIDANAAN TERKAIT DENGAN

HUKUM PAJAK Di KUHP NASIONAL

Oleh:

Christine Taffy Lidya Septiana (20220610002)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2023
Hukum Pajak adalah bagian dari sistem hukum yang mengatur kewajiban
pembayaran pajak oleh individu, bisnis, atau entitas hukum kepada negara. Hal ini
mencakup peraturan yang mengatur perhitungan, pemungutan, dan penggunaan
pajak.
Pemidanaan terkait dengan hukum pajak di KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana) memiliki ketentuan lex specialis, yang berarti ketentuan yang khusus yang
mengesampingkan ketentuan umum. Tindak pidana perpajakan merupakan
perbuatan yang melawan hukum perpajakan dan diancamkan pidana. Dalam
undang-undang perpajakan, kesalahan terbagi berdasarkan mens rea atau niat dari
pelaku, yang terbagi atas kesalahan sederhana dan kesalahan yang diancamkan
pidana.
Pada bidang perpajakan, ketentuan hukum yang diatur dalam KUHP berbeda
dengan ketentuan hukum pada umumnya. Misalnya, pemeriksaan bukti permulaan
tindak pidana di bidang perpajakan memiliki tujuan yang sama dengan
penyelidikan, tetapi tidak seharusnya dijadikan objek penyelidikan. Direktur
Jenderal Pajak berdasarkan informasi, data, laporan, dan pengaduan berwenang
melakukan pemeriksaan bukti permulaan sebelum dilakukan penyidikan.
Tindak pidana perpajakan merupakan salah satu aspek penting dalam hukum
perpajakan, yang memiliki dampak langsung terhadap wajib pajak dan pemerintah.
Pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan sangat penting
untuk memastikan kesadaran hukum wajib pajak dan memantau kepatuhan wajib
pajak.
PeIanggaran terkait dengan pajak dapat dikenakan sanksi hukum sesuai dengan
ketentuan yang berIaku dalam KUHP nasional. DidaIam nya terdapat pelanggaran
terkait dengan pajak yang diklasifikasikan dalam beberapa jenis tindak pidana yaitu
Pemalsuan Dokumen Pajak meliputi tindakan pemalsuan dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan pembayaran pajak, seperti surat-surat keterangan, faktur, atau
laporan keuangan.
Kemudian Penyembunyian Pendapatan, Pelaku menghindari atau mengurangi
kewajiban pajak dengan cara menyembunyikan atau tidak melaporkan pendapatan
yang seharusnya dikenai pajak kepada otoritas pajak. Yang ketiga Penggelapan
Pajak, Tindakan memungut pajak dari pihak lain namun tidak menyetorkannya ke
kas negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Lalu manipulasi Laporan
Keuangan, mengubah atau memanipulasi laporan keuangan untuk mengurangi
kewajiban pajak. Selanjutnya pemalsuan Informasi, memberikan informasi palsu
kepada otoritas pajak dalam rangka mengurangi kewajiban pajak. Yang terakhir
penghindaran pajak, penggunaan strategi atau skema keuangan yang sah untuk
mengurangi kewajiban pajak, namun dengan cara yang tidak etis atau meragukan.

Konsekuensi hukum bagi pelanggaran terkait dengan pajak dalam KUHP dapat
bervariasi tergantung pada tingkat kesalahan, nilai pajak yang dihindari, serta faktor-
faktor lainnya. Beberapa konsekuensi hukum yang mungkin dihadapi oleh pelaku
yaitu denda, sanksi administratif, pemulihan pajak, penahanan, dan pembekuan aset.

Pasal-Pasal Terkait Pidana Pajak


KUHP Nasional 2023 memuat beberapa pasal yang mengatur tentang tindak pidana di
bidang perpajakan, antara lain:
 Pasal 395: Penggelapan pajak dengan ancaman pidana penjara paling lama 6 tahun
dan denda paling banyak 4 kali lipat pajak yang terutang.
 Pasal 396: Menyampaikan SPT yang tidak benar atau tidak lengkap dengan ancaman
pidana penjara paling lama 4 tahun dan denda paling banyak 2 kali lipat pajak yang
terutang.
 Pasal 397: Memalsukan atau menggunakan meterai palsu dengan ancaman pidana
penjara paling lama 7 tahun dan denda paling banyak Rp500 juta.
 Pasal 398: Menggagalkan upaya penagihan pajak dengan ancaman pidana penjara
paling lama 5 tahun dan denda paling banyak 2 kali lipat pajak yang terutang.

Perubahan Dibanding KUHP Lama


Dibanding KUHP lama, terdapat beberapa perubahan dalam aturan pemidanaan pajak di
KUHP Nasional 2023, antara lain:
 Pengembangan tipologi tindak pidana pajak: KUHP Nasional 2023 memuat lebih
banyak jenis tindak pidana pajak dibandingkan KUHP lama.
 Peningkatan denda: Denda untuk tindak pidana pajak di KUHP Nasional 2023
umumnya lebih tinggi dibandingkan KUHP lama.
 Penerapan pidana alternatif: KUHP Nasional 2023 membuka peluang penerapan
pidana alternatif seperti denda dan pidana kerja sosial selain pidana penjara.
Perubahan aturan pemidanaan pajak di KUHP Nasional 2023 diharapkan dapat
meningkatkan efektivitas penegakan hukum pajak di Indonesia. Hal ini dapat mendorong
kepatuhan wajib pajak dan meningkatkan penerimaan negara.
Hukum pajak dalam KUHP Nasional 2023 mengalami beberapa perubahan yang diharapkan
dapat meningkatkan efektivitas penegakan hukum pajak di Indonesia. Implementasi aturan
baru ini perlu dikaji dan disosialisasikan secara masif agar dapat berjalan efektif dan adil.
Perbedaan antara sanksi pidana formal dan informal di bidang perpajakan di KUHP (Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana) terletak pada cara penyelenggaraannya dan efektifitasnya
dalam mencegah tindak pidana perpajakan. Sanksi pidana formal meliputi kurungan dan
denda, yang diberikan oleh pihak hukum. Sanksi pidana informal, kedua kategori utama,
meliputi tindakan-tindakan yang diberikan oleh Direktur Jenderal Pajak atas wajib pajak
yang melanggar peraturan perpajakan, seperti pemberitahuan atas hutang pajak yang belum
dibayar.
Perbedaan antara sanksi pidana formal dan informal di bidang perpajakan:

 Sanksi pidana formal diberikan oleh pihak hukum, seperti penyidikan, penyetujuan
kasus, dan penyelesaian kasus[4]. Sanksi pidana informal, kedua kategori utama,
diberikan oleh Direktur Jenderal Pajak.
 Sanksi pidana formal, seperti kurungan dan denda, dapat mempengaruhi wajib pajak
yang melanggar peraturan perpajakan secara langsung[4]. Sanksi pidana informal,
seperti pemberitahuan atas hutang pajak yang belum dibayar, dapat mempengaruhi
wajib pajak secara tidak langsung.
 Sanksi pidana formal dan informal memiliki dampak langsung terhadap kesadaran
hukum wajib pajak[4]. Sanksi pidana formal dapat mempengaruhi kesadaran hukum
wajib pajak secara langsung, sementara sanksi pidana informal dapat mempengaruhi
kesadaran hukum wajib pajak secara tidak langsung
 Sanksi pidana formal dan informal memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mencegah
tindak pidana perpajakan dan mengembalikan keadaan seperti sediakala[4]. Tetapi,
sanksi pidana formal dapat mempengaruhi wajib pajak secara langsung, sementara
sanksi pidana informal dapat mempengaruhi wajib pajak secara tidak langsung.

Anda mungkin juga menyukai