Anda di halaman 1dari 2

UJIAN AKHIR SEMESTER

HUKUM PAJAK
Dosen : Dr. Khalimi, SH, MH
Nama : CAROLINA
N.I.M : 2021330050064

1. Bagaimana kedudukan hukum pajak dalam sistem hukum di indonesia menurut saudara
dan jelaskan!
Jawab :
Hukum Pajak merupakan suatu kumpulan peraturan-peraturan resmi dan tertulis yang
mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai
pembayar pajak. Pemerintah dalam hal ini diwakilkan oleh Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia, yang berwenang mengambil kekayaan
seseorang dalam bentuk pembayaran pajak, dikelola, dan diserahkan kembali kepada
masyarakat. Penyerahan tersebut secara tidak langsung melalui pelayanan publik yang
diambil dari kas negara.
Hukum pajak merupakan satu produk hukum dan menjadi bagian dari ilmu hukum yang
mengatur hak dan kewajiban perpajakan baik dari sisi pemerintah maupun wajib pajak
yang harus dipatuhi dan dijalankan. Dengan demikian, hukum pajak tidak terlepas dari
sanksi hukum sebagai konsekuensi agar pemerintah (fiskus) maupun wajib pajak menaati
peraturan pajak tersebut. Konsekuensi yang dimaksud yaitu sanksi hukum berupa sanksi
administrasi dan sanksi pidana.
Hukum pajak bagian dari hukum publik. Hukum pajak di Indonesia menganut paham
imperative. Artinya, pelaksanaan pemungutan pajak tidak dapat ditunda.
Ketika terjadi pengajuan keberatan terhadap Pajak oleh wajib pajak yang telah ditetapkan
pemerintah, sebelum ada keputusan dari DJP tentang keberatan diterima, maka WP
terlebih dahulu harus membayar pajak sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Berikut ini penjelasan kedudukan hukum pajak:
-Hukum Perdata: Mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya.
-Hukum Publik: Mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya. Antara lain
terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha Negara (Hukum Administrasi
Negara), Hukum Pajak, dan Hukum Pidana.

Berdasarkan dua poin di atas, dapat diketahui bahwa kedudukan hukum pajak merupakan
bagian dari hukum publik. Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah selaku
pemungut pajak dan rakyat sebagai wajib pajak.

2. Apa sajalah analisis yang di lakukan oleh Direktorat Jendral Pajak dalam menentukan
wajib pajak yang akan di periksa dan jelaskan!
Jawab :
Analisis yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam menentukan Wajib Pajak
yang akan diperiksa adalah analisis mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib
Pajak selama tahun pajak yang akan dilakukan pemeriksaan.
3. Jelaskan perbedaan pembukuan dan pencatatan!
Jelaskan mengapa pencatatan masih di perkenankan dalam ketentuan UU Perpajakan dan
apa kriteria wajib pajak yang boleh melakukan pencatatan!
Jawab :
Yang membedakan antara pembukan dan pencatatan pajak adalah berdasarkan subjek
pajak. Pembukuan lebih menekankan pada wajib pajak badan atau pengusaha sedangkan
pencatatan dilakukan oleh wajib pajak pribadi.
Di dalam Pasal 1 angka 26 UU KUP, disebutkan bahwa pembukuan adalah suatu proses
pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan. Informasi keuangan yang dimaksud adalah yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau
jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa laporan neraca keuangan,
serta laporan laba-rugi untuk periode tahun pajak tersebut. Berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 197/PMK.03/2017 tentang Bentuk Dan Tata Cara Pencatatan Bagi
Wajib Pajak Orang Pribadi, syarat-syarat penyelenggaraan pencatatan pajak adalah
sebagai berikut:
1) Pencatatan harus dilakukan secara teratur dan mencerminkan keadaan yang
sebenarnya dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah,
serta harus disusun menggunakan bahasa Indonesia.
2) Pencatatan dalam satu tahun harus dilakukan secara kronologis.
3) Dalam pencatatan pajak, harus menggambarkan peredaran atau penerimaan bruto
dan/atau jumlah penghasilan bruto yang diterima dan/atau diperoleh. Selain itu juga
harus menggambarkan penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan
yang pengenaan pajaknya bersifat final.

4. Wajib pajak berhak untuk melakukan pembetulan SPT. Jelaskan apa yang di maksud
dengan pembetulan?
Jelaskan konsekuensi bagi perusahaan jika hasil pembetulan menyebabkan pajak yang
telah di lepaskan lebih tinggi?
Jawab :
SPT Pembetulan adalah SPT yang disampaikan Wajib Pajak dalam rangka membetulkan
SPT yang telah disampaikan sebelumnya. Satu hal yang perlu diperhatikan sebelum
melakukan berbagai aktivitas perpajakan secara elektronik adalah menyiapkan NPWP
Badan.
Dan jika Wajib Pajak melakukan pembetulan SPT Tahunan sendiri yang mengakibatkan
utang pajak menjadi lebih besar, maka akan dikenakan sanksi administrasi yang berupa
bunga sebesar 2% per bulan dari jumlah pajak yang kurang dibayar.

5. Bagaimana penerapan pajak yang ada di indonesia menurut anda dan manfaat apa saja
yang anda rasakan selama ini atas berlakunya pungutan pajak?
Jawab :
Melalui pajak, pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi. Dengan fungsi
mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya, untuk
melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk
produk luar negeri. Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara. Pajak digunakan untuk menjalankan tugas-tugas rutin
negara dan melaksanakan pembangunan. Contoh fungsi pajak ini adalah menyediakan
fasilitas kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan pelayanan publik lainnya.

Anda mungkin juga menyukai