Disusun oleh :
Kelompok 1
Jurusan : S1 Akuntansi – 2A
UNIVERSITAS TERBUKA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan cara meningkatkan pelayanan publik.
Dalam undang-undang tentang ketentuan umum perpajakan, diatur secara garis
besar bagaimana pencatatan dan pembukuan harus dilaksanakan, dan bagaimana
pelaporan keuangan harus disajikan. Dalam undang-undang tidak diatur secara
mendetil, namun cukup mendasar yang pada intinya pembukuan dan laporan
harus dapat menunjukkan objek pajak. Keterkaitan profesi akuntan melakukan
pencatatan pada saat terjadinya transaksi yaitu melakukan jurnal entry-nya.
Dalam pencatatan harus diperhatikan dasar-dasar dalam akuntansi dan
pemeriksaan pajak.
Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh dunia,
baik negara maju maupun negara berkembang. Pelaksanaan Pemungutan pajak
suatu negara memerlukan suatu sistem yang telah disetujui masyarakat melalui
perwakilannya didewan perwakilan, dengan menghasilkan suatu peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan perpajakan bagi fiskus
maupun maupum bagi wajib pajak. Sistem pemungutan pajak yang berlaku di
Indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan menuntut
wajib pajak untuk turut aktif dalam pemenuhan kewajiban pepajakannya. Pajak
yang ditetapkan dalam bentuk undang-undang memiliki sifat memaksa karena
memuat sanksi hukum berupa sanksi administrasi maupun sanksi pidana dan
tidak dapat diganggu gugat apabila menyimpang maka akan terkena sanksi.
Sistem perpajakan merupakan mekanisme yang mengatur bagaimana hak
dan kewajiban perpajakan suatu wajib pajak dilaksanakan. Sejak perubahan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan pada tahun 1983
(reformasi perpajakan Indonesia) menggantikan peraturan perpajakan yang
dibuat oleh kolonial Belanda (ordonansi PPs 1925 dan ordonansi PPd 1944),
Indonesia telah mengganti sistem pemungutan pajaknya pula dari sistem Official
Assessment menjadi sistem Self Assessment. Kepercayaan diberikan kepada wajib
pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri
jumlah pajak yang seharusnya terutang berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pentingnya aspek akuntansi dalam perpajakan?
2. Bagaimana pentingnya aspek hukum dalam perpajakan?
3. Bagaimana sistem perpajakan di Indonesia saat ini?
C. Tujuan
1. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang pentingnya aspek
akuntansi dalam perpajakan.
2. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang pentingnya aspek hukum
dalam perpajakan.
3. Memberikan pemahaman tentang perpajakan di Indonesia saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Pajak
Klasifikasi pajak menurut bagaimana cara pemungutannya, yaitu pajak
langsung dan pajak tidak langsung.
Pajak langsung merupakan pajak yang dikenakan berdasarkan jumlah
penghasilan dan kekayaan yang dimiliki. Untuk besarnya pajak sudah diatur dalam
Undang-Undang Perpajakan. Dimana pajak ini harus dibayarkan oleh wajib pajak
secara langsung, dan tidak boleh diwakilkan atau dibebankan kepada orang lain.
Pajak tidak langsung merupakan pajak yang dibayarkan ketika terjadi sebuah
transaksi keuangan. Dimana pajak jenis ini bisa dibebankan atau dipindahkan
kepada orang lain. Contohnya saja ketika membeli suatu produk di mall, biasanya
harga sudah termasuk dengan pajaknya.
Contoh soal:
2. Hukum pajak material adalah hukum pajak yang memuat tentang ketentuan-
ketentuan terhadap siapa yang dikenakan pajak dan siapa yang dikecualikan
dengan pajak serta berapa harus dibayar.
Selain itu, hukum pajak juga merupakan bagian dari hukum publik. Hal ini
disebabkan karena hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah
dengan wajib pajak atau warga negara. Meski demikian, walaupun hukum pajak
merupakan bagian dari hukum publik, tetapi hukum pajak juga banyak berkaitan
dengan hukum privat, yakni hukum perdata. Hal ini dikarenakan hukum pajak
banyak berkaitan dengan materi-materi perdata seperti kekayaan seseorang atau
badan hukum yang diatur dalam hukum perdata namun menjadi salah satu objek
dalam hukum pajak.
• Dalam arah pembangunan jangka panjang kedua, dalam butir (9) . Dana untuk
pembiayaan pembangunan terutama digali dari sumber kemampuan sendiri.
Tabungan pemerintah ditingkatkan melalui peaingkaian penerimaan negara,
terutama yang berasal dari sumber migas, diiringi dengan upaya untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemantapan dana tersebut untuk mencapai
sasaran pembangunan.
Keberadaan pajak dapat dikaji dari berbagai disiplin ilmu, termasuk ilmu
hukum. Pendekatan pajak dari segi hukum disebut dengan hukum pajak.
Rochmat Sumitro, menegaskan bahwa pajak dari segi hukum lebih
menitikberatkan kepada "perikatan" dan pada "hak dan kewajiban". Pajak adalah
perikatan yang timbul karena undang-undang. Jelaslah bahwa disatu sisi
menurut pandangan hukum perdata, pajak merupakan suatu perikatan,
sebagaimana diatur dalam buku III KUHPerdata. Dengan memperhatikan
pengaturan perikatan dalam KUHPerdata, menurut pasal 1233 perikatan dapat
lahir dari perjanjian dan undang-undang. Dan selanjutnya perikatan yang lahir
dari undang-undang masih dapat dibagi menjadi perikatan yang lahir dari
undang-undang semata-mata dan perikatan yang lahir dari undang-undang
sebagai akibat perbuatan orang.
Sedangkan perikatan yang lahir dari undang-undang sebagai akibat
perbuatan orang masih dibedakan antara perbuatan yang halal dan perbuatan
melawan hukum. Dengan memperhatikan perikatan pajak, maka perikatan pajak
merupakan perikatan yang timbul karena undang-undang. Di lain pihak,
berdasarkan ajaran timbulnya hutang pajak, pajak juga termasuk perikatan yang
lahir baik dari undang-undang maupun sebagai akibat perbuatan orang. Menurut
ajaran materil, hutang pajak timbul semata-mata didasarkan kepada undang-
undang, tidak didasarkan kepada ada tidaknya ketetapan fiskus. Berarti pajak
merupakan perikatan yang lahir dari undang-undang semata-mata.
Hal ini secara jelas dapat dilihat melalui pasal 12 UU No. 9 tahun 1994
tentang Perubahan dan Tambahan UU No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tatacara Perpajakan yang mengemukakan bahwa setiap wajib pajak
wajib membayar pajak yang terhutang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya
Surat Ketetapan Pajak. Penganut ajaran formal berpendapat bahwa timbulnya
hutang pajak diakibatkan oleh adanya keadaan-keadaan formal yaitu dengan
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak/Surat Pemberitahuan Tahunan oleh
Direktorat Jenderal Pajak.
Hal ini menunjukkan bahwa pajak merupakan perikatan yang lahir dari
undang-undang sebagai akibat perbuatan orang. Perbuatan yang dimaksud
adalah tindakan Dirjen Pajak untuk mengeluarkan SKP/SPT sebagai sarana
pembayaran pajak. Dalam hal lain, aspek hukum perdata dari penarikan pajak
dapat diuraikan berdasarkan istilah "hutang pajak". Dengan "hutang”
mengingatkan kita kepada perjanjian hutang piutang yang menurut hukum
perdata disebut dengan perjanjian pinjam meminjam. Pinjam meminjam adalah
perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain
suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian dengan
syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang
sama dari macam dan keadaan yang sama pula.
1. Pembayaran
3. Pembaharuan hutang
4. Kompensasi hutang
5. Percampuran hutang
6. Pembebasan hutang
10. Daluarsa
Untuk menghindari suatu perikatan pajak apa yang diatur dalam pasal 1381
KUHPerdata ternyata tidak sepenuhnya berlaku. Misalnya huruf (b) perihal
penawaran pembayaran diikuti dengan penitipan (konsinyasi). Ketentuan ini
tidak berlaku terhadap pajak-pajak. Oleh karena kas negara (dan Kantor Pos dan
Giro serta bank-bank pemerintah yang ditunjuk) tidak dapat menolak
pembayaran pajak, betapapun kecilnya pembayaran tersebut. Demikian juga
dengan pembaharuan hutang (schuld vernieuwings) dengan alasan sebagaimana
dikemukakan diatas. Juga dengan cara percampuran hutang (schuld vermeging).
Juga hapusnya perikatan karena dipenuhinya syarat batal, tidak mungkin
mengakhiri suatu perikatan pajak, oleh karena hutang pajak timbul karena
undang-undang tanpa syarat.
a. Official Assessment
b. Self Assessment
Menurut sistem perpajakan ini, besarnya pajak yang terutang ditetapkan oleh
wajib pajak. Dalam hal ini, kegiatan menghitung, memperhitungkan, menyetorkan
dan melaporkan pajak yang terutang dilakukan oleh wajib pajak. Peran institusi
pemungut pajak hanyalah mengawasi melalui serangkaian tindakan pengawasan
maupun penegakan hukum (pemeriksaan dan penyidikan pajak).
Saat ini seiring bertumbuh pesatnya teknologi dan informasi, warga Indonesia
dapat hitung, setor, dan lapor pajak menggunakan aplikasi OnlinePajak yang
merupakan mitra resmi DJP. Mulai dari PPN, PPh 21, PPh 23, dan jenis pajak lainnya.
Tidak hanya itu, dapat mengelola transaksi bisnis, menerbitkan dan mengirimkan
faktur pajak, membuat bukti potong, mengelola payroll karyawan, membayar BPJS,
semua dalam satu aplikasi terpadu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Tubagus Chairul Amachi – Irma – Amin Darra. 2019. Buku Materi Pokok EKSI4202
Hukum Pajak. Edisi ketiga. Banten : Universitas Terbuka
Artikel bacaan
20 Agustus 2020
https://ajaib.co.id/akuntansi-perpajakan-jenis-sifat-dan-contoh-
perhitungannya/
Sistem Perpajakan
2021
https://www.pajak.go.id/id/sistem-perpajakan
28 September 2018
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/sistem-pemungutan-
pajak