Anda di halaman 1dari 13

HUKUM PAJAK

PENGANTAR PERPAJAKAN &

ASPEK AKUNTANSI DAN HUKUM DALAM PERPAJAKAN DI INDONESIA

Disusun oleh :

Kelompok 1

Nama : Affandika Hermawan Santoso (042677798)

Fakhay Yina Ridha (042677196)

Nunik Indra Lestari (042677458)

Syifa’ul Lifanah (042678048)

Jurusan : S1 Akuntansi – 2A

UNIVERSITAS TERBUKA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan cara meningkatkan pelayanan publik.
Dalam undang-undang tentang ketentuan umum perpajakan, diatur secara garis
besar bagaimana pencatatan dan pembukuan harus dilaksanakan, dan bagaimana
pelaporan keuangan harus disajikan. Dalam undang-undang tidak diatur secara
mendetil, namun cukup mendasar yang pada intinya pembukuan dan laporan
harus dapat menunjukkan objek pajak. Keterkaitan profesi akuntan melakukan
pencatatan pada saat terjadinya transaksi yaitu melakukan jurnal entry-nya.
Dalam pencatatan harus diperhatikan dasar-dasar dalam akuntansi dan
pemeriksaan pajak.
Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh dunia,
baik negara maju maupun negara berkembang. Pelaksanaan Pemungutan pajak
suatu negara memerlukan suatu sistem yang telah disetujui masyarakat melalui
perwakilannya didewan perwakilan, dengan menghasilkan suatu peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan perpajakan bagi fiskus
maupun maupum bagi wajib pajak. Sistem pemungutan pajak yang berlaku di
Indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan menuntut
wajib pajak untuk turut aktif dalam pemenuhan kewajiban pepajakannya. Pajak
yang ditetapkan dalam bentuk undang-undang memiliki sifat memaksa karena
memuat sanksi hukum berupa sanksi administrasi maupun sanksi pidana dan
tidak dapat diganggu gugat apabila menyimpang maka akan terkena sanksi.
Sistem perpajakan merupakan mekanisme yang mengatur bagaimana hak
dan kewajiban perpajakan suatu wajib pajak dilaksanakan. Sejak perubahan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan pada tahun 1983
(reformasi perpajakan Indonesia) menggantikan peraturan perpajakan yang
dibuat oleh kolonial Belanda (ordonansi PPs 1925 dan ordonansi PPd 1944),
Indonesia telah mengganti sistem pemungutan pajaknya pula dari sistem Official
Assessment menjadi sistem Self Assessment. Kepercayaan diberikan kepada wajib
pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri
jumlah pajak yang seharusnya terutang berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pentingnya aspek akuntansi dalam perpajakan?
2. Bagaimana pentingnya aspek hukum dalam perpajakan?
3. Bagaimana sistem perpajakan di Indonesia saat ini?

C. Tujuan
1. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang pentingnya aspek
akuntansi dalam perpajakan.
2. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang pentingnya aspek hukum
dalam perpajakan.
3. Memberikan pemahaman tentang perpajakan di Indonesia saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Aspek Akuntansi dalam Perpajakan


Perusahaan berskala kecil hingga besar telah memiliki kesadaran akan
pentingnya sebuah akuntansi perpajakan. Akuntansi perpajakan juga telah
diterapkan secara serius. Akuntansi perpajakan diperlukan untuk mendapatkan
perhitungan pajak yang akurat. Akuntansi perpajakan adalah sebuah aktivitas
pencatatan keuangan pada sebuah badan usaha atau lembaga untuk mengetahui
jumlah pajak yang harus dibayarkan. Pada dasarnya, baik akuntansi biasa maupun
perpajakan memiliki cara kerja yang hampir sama. Di mana, akuntansi biasa
menghasilkan laporan keuangan, sedangkan akuntansi perpajakan menghasilkan
laporan pajak.
Keterkaitan profesi akuntan melakukan pencatatan pada saat terjadinya
transaksi gaji yaitu melakukan jurnal entry. Transaksi gaji pada umumnya setiap
bulan diawali dengan pencatatan biaya gaji, dan hutang gaji setelah menghitung
berapa pajak yang harus dipotong dari gaji. Kemudian disusul dengan pembayaran
gaji, yang mungkin akhir bulan, atau mungkin setiap tanggal 25, pada tanggal
pembayaran pajak yang harus dilakukan sebelum tanggal 10 bulan berikutnya.
Dalam pencatatan harus diperhatikan dasar-dasar dalam akuntansi dan
pemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak antara lain mengharuskan adanya bukti
transaksi. Akuntansi juga mengharuskan adanya bukti transaksi secara hukum yang
memadai, adapun yang harus diperhatikan yaitu hasil pencatatan yang dilaporkan
dalam akun gaji harus sama dengan jumlah gaji dalam pembayaran dan laporan
bulanan pajak atas gaji dan pembayaran imbalan lainnya kepada perorangan.
Jumlah biaya gaji dalam “Laporan Laba Rugi” tahun berjalan perlu
dibandingkan dengan laporan kepajak tentang pemotongan PPh 21 yaitu formulir
1721. Kedua nilai harus dicocokkan, sangat mungkin dalam laporan pajak akan
disebutkan jumlah gaji yang tidak kena pajak,, yaitu penjumlahan seluruh imbalan
kekaryawanan yang jumlahnya dibawah minimum kena pajak. Demikian juga,
kemungkinan ada pembayaran imbalan yang tidak dibayarkan kepada karyawan
tapi dibayarkan kepada tenaga ahli perorangan , yang pencatatannya tidak masuk
kedalam akun gaji melainkan akun lainnya. Demikian pula halnya dengan kewajiban
potongan dan pemungutan pajak penghasilan lainnya, seperti pemotongan pajak
PPh 23.
Akuntansi dibutuhkan untuk menyajikan dalam laporan keuangan objek
pajak yang bersangkutan, yang mungkin juga dalam praktiknya terkait dimensi
daerah. Sementara itu, untuk kewajiban pajak penghasilan sendiri, dimana entitas
usaha sebagai wajib pajak dan juga subjek pajak, laporan keuangan dibutuhkan
untuk memberikan informasi dalam menghitung objek pajak penghasilan untuk
entitas usaha yang bersangkutan.
Perhitungan sangat tergantung dari keadaan wajib pajak, apakah perusahaan
yang berdomisili di Indonesia atau kedudukan di luar negeri, dan cara pembayaran
secara menyicil (PPh 25, potongan pajak oleh pihak lain PPh 21, 22, dan 23, atau,
dikenakan secara final). Hal yang tidak dikenakan cara final akan ada potongan 2
pajak tersebut yang dapat dikreditkan termasuk pajak yang dibayar di luar negeri
boleh dikreditkan perhitungannya sesuai Pasal 24. Sisa hutang psjsk diselesaikan
pada saat memasukkan SPT Tahunan yang diatur dalam Pasal 28 dan 29 undang-
undang tentang pajak penghasilan.
Untuk menghitung laba kena pajak, ditentukan pendapatan atau peredaran
bruto perusahaan. Yang caranya mendasarkan pada undang-undang Pajak
Penghasilan (PPh) demikian juga biayanya, pasal-pasal yang disebutkan adalah
pasal-pasal dalam undang-undang PPh. Perhitungan tersebut diatur dalam undang-
undang, sedangkan akuntansi menyusun laporan keuangan mendasarkan prinsip
akuntansi. Selain itu perhitungan objek pajak terdapat perbedaan perhitungannya
tergantung jenis usaha. Karena ada jenis usaha tertentu yang dikenakan pajak final
dan ada yang normal dan menghitung laba kena pajak.
Untuk perhitungan objek pajak penghasilan, pendapatan bruto dari kegiatan
aktivitas yang dikenakan pajak final maupun yang tidak. Final harus dihitung sesuai
prinsip Akuntansi yaitu matching cost against revenue atau prinsip 3M dalam
undang- undang Pajak Penghasilan, yaitu biaya yang boleh dikurangkan terbatas
pada biaya mendapatkan, menagih, dan memelihara pendapatan. Sehingga untuk
menghitung pajaknya tidak ada biaya yang harus diperhitungkan. Hal yang perlu
diperhatikan, biaya usaha dari aktivitas usaha final tidak dimasukkan sebagai biaya
dari usaha non final. Sehingga biaya untuk yang nonfinal menjadi lebih besar, yang
pada akhirnya menyebabkan laba usaha kena pajak menjadi lebih kecil.
Adapun direct cost akan mudah ditentukan, aktivitas mana yang harus
dibebankan. Sementara itu, untuk direct cost yang mungkin dikeluarkan untuk
keperluan usaha bersama. Seperti jasa cleaning services dapat dilakukan dengan
melakukan alokasi biaya dengan basis tertentu, seperti luas tempat dan demikian
juga untuk biaya lainnya. Demikian juga dengan Indirect cost atau biaya tidak
langsung dialokasikan kepada setiap usaha, mendasarkan pada dasar alokasi wajar
untuk digunakan.

A. Klasifikasi Pajak
Klasifikasi pajak menurut bagaimana cara pemungutannya, yaitu pajak
langsung dan pajak tidak langsung.
Pajak langsung merupakan pajak yang dikenakan berdasarkan jumlah
penghasilan dan kekayaan yang dimiliki. Untuk besarnya pajak sudah diatur dalam
Undang-Undang Perpajakan. Dimana pajak ini harus dibayarkan oleh wajib pajak
secara langsung, dan tidak boleh diwakilkan atau dibebankan kepada orang lain.
Pajak tidak langsung merupakan pajak yang dibayarkan ketika terjadi sebuah
transaksi keuangan. Dimana pajak jenis ini bisa dibebankan atau dipindahkan
kepada orang lain. Contohnya saja ketika membeli suatu produk di mall, biasanya
harga sudah termasuk dengan pajaknya.

B. Sifat Akuntansi Perpajakan

Akuntansi perpajakan memiliki berbagai sifat, yaitu :


a. Pajak memiliki sifat wajib atau dipaksakan kepada semua wajib pajak.
b. Pajak yang telah dibayarkan kepada pemerintah manfaatnya sebenarnya
akan kembali ke masyarakat.
c. Kewajiban semua wajib pajak adalah membayar piutang pajak sebelum jatuh
tempo kepada kantor-kantor pajak setempat.
d. Fungsi dari penggunaan hasil pajak tidak hanya digunakan pada aspek
ekonomi saja, tetapi pada aspek sosial dan budaya pada suatu negara.

C. Fungsi Akuntansi Perpajakan

Akuntanasi perpajakan memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu :


a. Sebagai dokumentasi perpajakan tahunan yang bisa dipakai untuk
perbandingan dan mengetahui riwayat keuangan perusahaan.
b. Sebagai laporan keuangan resmi yang bisa kita paparkan saat ingin
mendapatkan investor atau kegiatan publikasi lainnya.
c. Sebagai bahan analisis untuk mengetahui besar pajak yang harus dibayar
perusahaan atau lembaga keuangan di masa yang akan datang.
d. Sebagai strategi menganalisa pajak dan perencanaannya di masa yang akan
datang.

D. Prinsip Akuntansi Perpajakan

Prinsip-prinsip penting dalam akuntansi perpajakan, seperti:


a. Kesatuan
Prinsip ini menyatakan bahwa sebuah perusahaan merupakan satu kesatuan
ekonomi yang tidak dapat disatukan dengan entitas ekonomi lain yaitu pemilik
perusahaan atau lembaga lain yang secara hukum tidak memiliki hak.
b. Historis
Prinsip historis mengharuskan pencatatan keuangan secara real terhadap
pembiayaan sebuah barang atau aset. Misalnya, apabila perusahaan membeli
sebuah bangunan seharga Rp250.000.000 tetapi dalam proses negosiasi
akhirnya didapatkan harga Rp200.000.000 maka pencatatan yang harus
dibukukan adalah senilai Rp200.000.000 sesuai kesepakatan akhir yang
dibayarkan.
c. Pengungkapan Penuh
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, setiap pencatatan aktivitas keuangan
harus disajikan secara informatif dan detail. Bahkan kalau perlu, tambahkan
catatan kaki atau lampiran penting sebagai referensi.
E. Contoh Perhitungan Akuntansi Perpajakan

Banyak variabel yang harus dilengkapi sebelum menghitung besaran pajak


yang harus dibayarkan. Misalnya, untuk menghitung pajak terutang, maka harus
diketahui dulu berapa jumlah setoran pajak penghasilan (PPh) karyawan, berapa
penghasilan kena pajak (PKP), dan berapa jumlah wajib pajaknya.

Untuk menghitung pajak terutang, berikut rumus yang dapat digunakan:

25% x PKP = PPh badan

PPh Badan – PPh – PPh Pasal 23 = utang pajak

Contoh soal:

PT. Akuntansi UT memiliki penghasilan kotor sekitar 70 miliar, dengan PPh


sekitar 2 miliar, PPh Pasal 23 sebesar 1 miliar, dan pengeluaran sebanyak 42 miliar.
Untuk mengetahui berapa PKP perusahaan, kurangi penghasilan kotor dengan
pengeluaran.

Berdasarkan rumus tersebut berarti PKP PT Akuntansi UT : 70 miliar – 42


miliar = 28 miliar.  

Jadi pajak terutang PT Akuntansi UT adalah:

25% x 28 miliar = 7 miliar

7 miliar –2 miliar – 1 miliar = 4 miliar.

2. Aspek Hukum dalam Perpajakan

Mempelajari pajak adalah mempelajari hokum yang mengatur tentang


pemungutan pajak yang dilakukan berdasarkan undang-undang. Lawbased artinya
bukan sekedar pedoman seperti halnya mempelajari akuntansi dengan pernyataan-
pernyataan standar akuntansi. Law based, berarti undang-undang harus ditaati dan
tidak dapat diganggu gugat, bila menyimpang akan terkena sanksi.

Hukum pajak adalah hukum yang bersifat public dalam mengatur


hubungan negara dan orang/badan hukum yang wajib untuk membayar pajak.
Selain itu, hukum pajak diartikan sebagai keseluruhan dari peraturan-peraturan
yang mencakup tentang kewenangan pemerintah untuk mengambil kekayaan
seseorang dan menyerahkan kembali kepada masyarakat melalui uang/kas negara.

Hukum pajak dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:


1. Hukum pajak formal adalah hukum pajak yang memuat adanya ketentuan-
ketentuan dalam mewujudkan hukum pajak material menjadi kenyataan.

2. Hukum pajak material adalah hukum pajak yang memuat tentang ketentuan-
ketentuan terhadap siapa yang dikenakan pajak dan siapa yang dikecualikan
dengan pajak serta berapa harus dibayar.

Selain itu, hukum pajak juga merupakan bagian dari hukum publik. Hal ini
disebabkan karena hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah
dengan wajib pajak atau warga negara. Meski demikian, walaupun hukum pajak
merupakan bagian dari hukum publik, tetapi hukum pajak juga banyak berkaitan
dengan hukum privat, yakni hukum perdata. Hal ini dikarenakan hukum pajak
banyak berkaitan dengan materi-materi perdata seperti kekayaan seseorang atau
badan hukum yang diatur dalam hukum perdata namun menjadi salah satu objek
dalam hukum pajak.

TAP MPR No. II/MPR/1998 tentang GBKN sebagai landasan operational


konseptual dari pemungutan pajak ditetapkan :

• Dalam arah pembangunan jangka panjang kedua, dalam butir (9) . Dana untuk
pembiayaan pembangunan terutama digali dari sumber kemampuan sendiri.
Tabungan pemerintah ditingkatkan melalui peaingkaian penerimaan negara,
terutama yang berasal dari sumber migas, diiringi dengan upaya untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemantapan dana tersebut untuk mencapai
sasaran pembangunan.

• Kebijaksanaan Pembangunan LimaTahun Ketujuh, bidang keuangan, huruf (c) :

Penggalian dan pengerahan sumber penerimaan negara dalam negeri terutama


dari pajak ditingkatkan untuk pembiayaan pembangunan dengan tetap
memperhatikan peningkatan kemampuan pembiayaan oleh masyarakat dan dunia
usaha.

A. Aspek Hukum Perdata

Keberadaan pajak dapat dikaji dari berbagai disiplin ilmu, termasuk ilmu
hukum. Pendekatan pajak dari segi hukum disebut dengan hukum pajak.
Rochmat Sumitro, menegaskan bahwa pajak dari segi hukum lebih
menitikberatkan kepada "perikatan" dan pada "hak dan kewajiban". Pajak adalah
perikatan yang timbul karena undang-undang. Jelaslah bahwa disatu sisi
menurut pandangan hukum perdata, pajak merupakan suatu perikatan,
sebagaimana diatur dalam buku III KUHPerdata. Dengan memperhatikan
pengaturan perikatan dalam KUHPerdata, menurut pasal 1233 perikatan dapat
lahir dari perjanjian dan undang-undang. Dan selanjutnya perikatan yang lahir
dari undang-undang masih dapat dibagi menjadi perikatan yang lahir dari
undang-undang semata-mata dan perikatan yang lahir dari undang-undang
sebagai akibat perbuatan orang.
Sedangkan perikatan yang lahir dari undang-undang sebagai akibat
perbuatan orang masih dibedakan antara perbuatan yang halal dan perbuatan
melawan hukum. Dengan memperhatikan perikatan pajak, maka perikatan pajak
merupakan perikatan yang timbul karena undang-undang. Di lain pihak,
berdasarkan ajaran timbulnya hutang pajak, pajak juga termasuk perikatan yang
lahir baik dari undang-undang maupun sebagai akibat perbuatan orang. Menurut
ajaran materil, hutang pajak timbul semata-mata didasarkan kepada undang-
undang, tidak didasarkan kepada ada tidaknya ketetapan fiskus. Berarti pajak
merupakan perikatan yang lahir dari undang-undang semata-mata.

Hal ini secara jelas dapat dilihat melalui pasal 12 UU No. 9 tahun 1994
tentang Perubahan dan Tambahan UU No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tatacara Perpajakan yang mengemukakan bahwa setiap wajib pajak
wajib membayar pajak yang terhutang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya
Surat Ketetapan Pajak. Penganut ajaran formal berpendapat bahwa timbulnya
hutang pajak diakibatkan oleh adanya keadaan-keadaan formal yaitu dengan
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak/Surat Pemberitahuan Tahunan oleh
Direktorat Jenderal Pajak.

Hal ini menunjukkan bahwa pajak merupakan perikatan yang lahir dari
undang-undang sebagai akibat perbuatan orang. Perbuatan yang dimaksud
adalah tindakan Dirjen Pajak untuk mengeluarkan SKP/SPT sebagai sarana
pembayaran pajak. Dalam hal lain, aspek hukum perdata dari penarikan pajak
dapat diuraikan berdasarkan istilah "hutang pajak". Dengan "hutang”
mengingatkan kita kepada perjanjian hutang piutang yang menurut hukum
perdata disebut dengan perjanjian pinjam meminjam. Pinjam meminjam adalah
perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain
suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian dengan
syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang
sama dari macam dan keadaan yang sama pula.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dibedakan antara perikatan yang terdapat


dalam KUH Perdata dan perikatan pajak. Perjanjian yang terdapat dalam KUH
Perdata pada umumnya adalah bersegi dua atau timbal balik, dan mengatur
hubungan antara orang perorangan secara privat. Pada umumnya dalam
KUHPerdata para pihak dalam suatu perjanjian masing-masing mempunyai hak
dan kewajiban secara timbal balik yang sifatnya langsung dan individual.
Kelalaian salah satu pihak dalam memenuhi kewajibannya menimbulkan hak
bagi pihak lainnya untuk menuntut secara hukum. Tidak demikian halnya
dengan perikatan pajak. Dapat dikatakan bahwa perikatan pajak adalah
perikatan sepihak (bersegi satu). Sudan merupakan ciri pajak bahwa kontra
prestasi yang diberikan pemerintah sebagai kreditur atas imbalan pembayaran
pajak yang dilakukan warganya adalah berupa pelayanan umum atau public
service.

Kewajiban perpajakan merupakan kewajiban kenegaraan dan merupakan


sarana peran serta rakyat dalam pembiayaan Negara dan pembangunan
nasional. Dengan public service yang dimaksudkan, dalam wujudnya diberikan
pemerintah secara umum, bersifat kolektif dan tidak mengenal adanya
diskriminasi. Tidak dapat disebutkan adanya kelalaian di pihak pemerintah.
Dalam perikatan pajak, masyarakat sebagai wajib pajak berhadapan dengan
negara/pemerintah sebagai badan hukum publik, sehingga perikatan pajak
adalah perikatan dalam lapangan hukum publik. Aspek hukum perdata lain dari
pajak berhubungan dengan berakhirnya hutang pajak.

Menurut pasal 1381 KUHPerdata, terdapat 10 cara untuk mengakhiri suatu


perjanjian, yaitu :

1. Pembayaran

2. Penawaran pembayaran diikuti dengan penitipan (konsinyasi)

3. Pembaharuan hutang

4. Kompensasi hutang

5. Percampuran hutang

6. Pembebasan hutang

7. Musnahnya barang yang terhutang

8. Pembatalan, atau batal demi hukum

9. Dipenuhinya syarat batal

10. Daluarsa

Untuk menghindari suatu perikatan pajak apa yang diatur dalam pasal 1381
KUHPerdata ternyata tidak sepenuhnya berlaku. Misalnya huruf (b) perihal
penawaran pembayaran diikuti dengan penitipan (konsinyasi). Ketentuan ini
tidak berlaku terhadap pajak-pajak. Oleh karena kas negara (dan Kantor Pos dan
Giro serta bank-bank pemerintah yang ditunjuk) tidak dapat menolak
pembayaran pajak, betapapun kecilnya pembayaran tersebut. Demikian juga
dengan pembaharuan hutang (schuld vernieuwings) dengan alasan sebagaimana
dikemukakan diatas. Juga dengan cara percampuran hutang (schuld vermeging).
Juga hapusnya perikatan karena dipenuhinya syarat batal, tidak mungkin
mengakhiri suatu perikatan pajak, oleh karena hutang pajak timbul karena
undang-undang tanpa syarat.

3. Sistem Perpajakan di Indonesia Saat Ini


Sistem perpajakan adalah mekanisme yang mengatur bagaimana hak dan
kewajiban perpajakan suatu wajib pajak dilaksanakan. Pada uraian di bawah ini
disajikan berbagai sistem perpajakan.

a. Official Assessment

Menurut sistem perpajakan ini, besarnya pajak yang terutang ditetapkan


sepenuhnya oleh institusi pemungut pajak. Wajib pajak dalam hal ini bersifat pasif
dan menunggu penyampaian utang pajak yang ditetapkan oleh institusi pemungut
pajak.

b. Self Assessment

Menurut sistem perpajakan ini, besarnya pajak yang terutang ditetapkan oleh
wajib pajak. Dalam hal ini, kegiatan menghitung, memperhitungkan, menyetorkan
dan melaporkan pajak yang terutang dilakukan oleh wajib pajak. Peran institusi
pemungut pajak hanyalah mengawasi melalui serangkaian tindakan pengawasan
maupun penegakan hukum (pemeriksaan dan penyidikan pajak).

c. Sistem Perpajakan Indonesia

Sejak perubahan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan pada


tahun 1983 (reformasi perpajakan Indonesia) menggantikan peraturan perpajakan
yang dibuat oleh kolonial Belanda (ordonansi PPs 1925 dan ordonansi PPd 1944),
Indonesia telah mengganti sistem pemungutan pajaknya pula dari sistem Official
Assessment menjadi sistem Self Assessment. Kepercayaan diberikan kepada wajib
pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri
jumlah pajak yang seharusnya terutang berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

Saat ini seiring bertumbuh pesatnya teknologi dan informasi, warga Indonesia
dapat hitung, setor, dan lapor pajak menggunakan aplikasi OnlinePajak yang
merupakan mitra resmi DJP. Mulai dari PPN, PPh 21, PPh 23, dan jenis pajak lainnya.
Tidak hanya itu, dapat mengelola transaksi bisnis, menerbitkan dan mengirimkan
faktur pajak, membuat bukti potong, mengelola payroll karyawan, membayar BPJS,
semua dalam satu aplikasi terpadu. 

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Akuntansi dibutuhkan untuk menyajikan dalam laporan keuangan objek


pajak yang bersangkutan, yang mungkin juga dalam praktiknya terkait dimensi
daerah. Sementara itu, untuk kewajiban pajak penghasilan sendiri, dimana entitas
usaha sebagai wajib pajak dan juga subjek pajak, laporan keuangan dibutuhkan
untuk memberikan informasi dalam menghitung objek pajak penghasilan untuk
entitas usaha yang bersangkutan. Hukum pajak adalah hukum yang
bersifat public dalam mengatur hubungan negara dan orang/badan hukum yang
wajib untuk membayar pajak. Selain itu, hukum pajak diartikan sebagai keseluruhan
dari peraturan-peraturan yang mencakup tentang kewenangan pemerintah untuk
mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali kepada masyarakat
melalui uang/kas negara. Saat ini seiring bertumbuh pesatnya teknologi dan
informasi, warga Indonesia dapat hitung, setor, dan lapor pajak menggunakan
aplikasi OnlinePajak yang merupakan mitra resmi DJP. Mulai dari PPN, PPh 21, PPh
23, dan jenis pajak lainnya. Tidak hanya itu, dapat mengelola transaksi bisnis,
menerbitkan dan mengirimkan faktur pajak, membuat bukti potong, mengelola
payroll karyawan, membayar BPJS, semua dalam satu aplikasi terpadu. 

Saran

Diberlakukan penambahan jumlah akuntan didalam kantor-kantor perpajakan,


agar pajak Indonesia semakin teratur dan terawasi jumlahnya. Dengan adanya
hukum yang mengatur perpajakan di Indonesia, warga Indonesia yang tak taat pajak
seharusnya diberi sanksi tegas. Dijerat dengan hukum dan denda yang berar. Agar
tidak ada lagi warga dan perusahaan nakal yang wajib pajak, lebih memilih mangkir
dan menghindari membayar pajak.
DAFTAR PUSTAKA

Tubagus Chairul Amachi – Irma – Amin Darra. 2019. Buku Materi Pokok EKSI4202
Hukum Pajak. Edisi ketiga. Banten : Universitas Terbuka

Artikel bacaan

Akuntansi Perpajakan : Jenis hingga Contoh Perhitungannya

20 Agustus 2020

https://ajaib.co.id/akuntansi-perpajakan-jenis-sifat-dan-contoh-
perhitungannya/

Sistem Perpajakan

2021

https://www.pajak.go.id/id/sistem-perpajakan

Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia

28 September 2018

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak-pribadi/sistem-pemungutan-
pajak

Anda mungkin juga menyukai