Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AKUNTANSI PAJAK
“Kewajiban Pembukuan dan Prinsip Akuntansi Perpajakan”

ANGGOTA KELOMPOK 2
1. NI WAYAN NURIYANDINI (2102022715)
2. NI KADEK ARI PRATIWI (2102022728)
3. NI KADEK MAYUNI (2102022729)
4. NI KADEK YUDIANI (2102022762)
5. PUTU CAHYA NADYAWATI (2102022772)
6. KETUT ANIK SETIAWATI (2102022779)

KELAS V B AKUNTANSI PAGI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN PARIWISATA
UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
TAHUN AJARAN 2023/2024
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi
Wasa atas limpahan, berkat, dan rahmat, serta karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Kewajiban Pembukuan dan Prinsip Akuntansi Perpajakan” sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan dan terselesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dan proses pembelajaran mata kuliah
Akuntansi Pajak yang diberikan kepada kelompok kami. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan mengenai mata kuliah Akuntansi Pajak khususnya pada
materi Kewajiban Pembukuan dan Prinsip Akuntansi Perpajakan bagi para pembaca dan
tentunya juga bagi kami sebagai penulis.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Rai Dwi Andayani W, S.E., M.Si
selaku dosen mata kuliah Akuntansi Pajak. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 13 September 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bagi pemerintah, pajak mempunyai fungsi sebagai sumber penerimaan negara.
Berdasarkan fungsi ini, pajak adalah bagian laba perusahaan yang seharusnya diberikan
ke pemerintah untuk mendukung pembangunan nasional. Hal ini mengakibatkan semakin
besar pajak yang disetorkan oleh perusahaan maka akan semakin baik bagi pemerintah.
Di sisi yang lain, bagi perusahaan pajak lebih sering dianggap sebagai pos pengurang laba
bersih yang seharusnya bisa diminimalkan oleh perusahaan. Pajak diakui sebagai elemen
utama dalam kebijakan pengeluaran perusahaan (Modigliani dan Miller, 1958; dalam
Wibisono, 2009). Bagi perusahaan, pajak penghasilan adalah bagian laba bersih yang
dibagikan ke pihak lain (pemerintah), sehingga pajak akan mengurangi bagian laba yang
seharusnya dapat dibagikan ke pihak manajemen, pemilik modal atau dimanfaatkan untuk
peningkatan investasi perusahaan (Guenther,1994; dalam Wibisono, 2009).
Kewajiban pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau
jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba
rugi untuk periode tahun pajak tersebut.
Kewajiban pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah
pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai
pajak yang bersifat final.
Pada prinsipnya, setiap wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas, dan wajib pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan
pembukuan. Namun, ada beberapa pengecualian bagi wajib pajak yang diperbolehkan
menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan
neto (NPPN) atau wajib pajak yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Mereka hanya wajib melakukan pencatatan.
Pembukuan dan pencatatan harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik
dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya. Pembukuan dan
pencatatan juga harus diselenggarakan di Indonesia dan menggunakan huruf Latin, angka
Arab, satuan mata uang rupiah serta disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa
asing yang telah diizinkan oleh Menteri Keuangan. Pembukuan dan pencatatan harus
diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat persetujuan
dari Direktur Jenderal Pajak.
Pembukuan dan pencatatan memiliki fungsi sebagai pedoman pemenuhan kewajiban
perpajakan seperti laporan SPT, perhitungan pajak penghasilan, PPN, dan PPnBM
(barang mewah). Pembukuan dan pencatatan juga berfungsi untuk mengetahui posisi
keuangan dari hasil kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

1.2. Rumusan Masalah


- Bagaimana Kewajiban Pencatatan dan Pembukuan?
- Apa Saja Prinsip Akuntansi Perpajakan?
- Bagaimana Karakteristik Akuntansi Pajak?

1.3. Tujuan
- Untuk mengetahui bagaimana kewajiban pencatatan dan pembukuan pada
akuntansi pajak
- Untuk mengetahui apa saja prinsip dari akuntansi pajak
- Untuk mengetahui bagaimana karakteristik akuntansi pajak
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kewajiban Pencatatan dan Pembukuan
Kewajiban pembukuan dan pencatatan perpajakan. Kewajiban pembukuan terhadap
setiap perusahaan tidak terbatas pada aturan yang ada pada Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang (KUHD), namun juga pada aturan yang dimuat dalam undang-undang
perpajakan yang mempunyai dasar sama yaitu kepada setiap orang yang menjalankan
perusahaan untuk menyelenggarakan pembukuan.
Pembukuan yang baik memudahkan pengusaha menghitung laba rugi dan
menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Begitu pula pembukuan yang
diselenggarakan dengan baik akan memungkinkan investor melakukan penilaian keadaan
perusahaan apakah sehat atau tidak.

 Pembukuan
Menurut akuntansi, Pembukuan adalah ”kegiatan mengumpulkan, mencatat,
meringkas data transaksi keuangan ke dalam buku atau catatan yang telah disediakan
serta pengendalian proses akuntansi melalui prinsip pengendalian internal,
pengukuran nilai transaksi ke dalam nilai moneter berdasarkan standar akuntansi yang
berlaku dan penyajian hasil transaksi keuangan menjadi suatu informasi keuangan
yang berguna bagi pengambil keputusan.
Menurut Pasal 1 angka 29 UU KUP (Menurut Perpajakan): "Pembukuan adalah
suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan
informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya,
serta harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode
Tahun Pajak tersebut”.
Dengan demikian pengertian pembukuan dalam peraturan perpajakan lebih luas
cakupannya, karena di samping tujuannya untuk memperoleh angka Penghasilan
Kena Pajak juga untuk menghitung kewajiban pemungutan PPN dan PPnBM serta
untuk menghitung kewajiban pemotongan dan pemungutan pajak yang menjadi
kewajiban Wajib Pajak.
 Pembukuan wajib diselenggarakan oleh:
- Wajib Pajak (WP) Badan
- WP Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
Kriteria kesiapan wajib pajak dalam melakukan pembukuan diukur dari jumlah
peredaran usahanya. Karena peredaran usaha ini menunjukkan skala aktivitas
perusahaan yang dianggap merupakan ukuran yang paling dapat diterima untuk
menentukan kesiapan Wajib pajak tersebut dalam melakukan pembukuan.
Khusus untuk Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha yang
memenuhi syarat tertentu dikecualikan dari kewajiban pembukuan. Wajib Pajak ini
adalah Wajib Pajak orang pribadi yang omsetnya dalam satu tahun kurang dari Rp 4,8
Milyar sesuai Pasal 14 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan. Sedangkan Wajib
Pajak badan tidak diberikan pengecualian. Artinya seluruh Wajib Pajak badan (dalam
negeri dan BUT) wajib untuk menyelenggarakan pembukuan.
 Persyaratan Pembukuan/ Prinsip-Prinsip Pembukuan Menurut Ketentuan Pajak
Berikut ini adalah syarat-syarat atau ketentuan tentang pembukuan yang harus
dipenuhi oleh Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan perpajakan:
1. Harus dilandasi itikad baik
Pembukuan harus diselenggarakan oleh Wajib Pajak dengan memperhatikan
itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
Perhatikan bahwa pembukuan harus dibuat berdasarkan prinsip kejujuran dan
tidak diniatkan untuk memanipulasi data atau merekayasa pembukuan untuk
menghindari pajak atau bahkan untuk menggelapkan pajak. Tidak ada data
yang disembunyikan dan juga tidak ada pencatatan yang tanpa didukung fakta.
2. Konten Pembukuan
Isi atau kandungan dari pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan
mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang. Pengaturan
ini dimaksudkan agar berdasarkan pembukuan tersebut dapat dihitung
besarnya pajak yang terutang.
3. Tempat, Huruf, Angka, Mata Uang, Bahasa
Pembukuan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf
Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
4. Waktu dan Tempat Penyimpanan Dokumen
Pembukuan harus diselenggarakan di Indonesia. Buku, catatan, dan dokumen
yang menjadi dasar pembukuan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan
data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program
aplikasi on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu
di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di
tempat kedudukan Wajib Pajak badan.
5. Prinsip Taat Asas
Pembukuan harus diselenggarakan dengan prinsip taat asas. Prinsip taat asas
adalah prinsip yang sama digunakan dalam metode pembukuan dengan tahun-
tahun sebelumnya untuk mencegah penggeseran laba atau rugi. Prinsip taat
asas dalam metode pembukuan misalnya dalam penerapan stelsel pengakuan
penghasilan, tahun buku, metode penilaian persediaan, atau metode
penyusutan dan amortisasi.
Pada prinsipnya pembukuan pajak mengikuti akuntansi yang lazim dan berlaku umum.
Akuntansi menganut stelsel kas dan akrual, sedangkan pajak membolehkan Wajib Pajak
melakukan pembukuan berdasarkan stelsel akrual atau stelsel kas yang telah
dimodifikasi (modified cash basis) yang dilakukan secara taat asas. Dalam rangka
penghitungan Penghasilan Kena Pajak, maka pembukuan harus dilaksanakan dengan
modified cash basis yang dapat diterangkan sebagai berikut:
- Penghitungan jumlah penjualan dalam satu periode harus meliputi seluruh
penjualan baik tunai maupun kredit, konsekuensinya penghitungan harga
pokok juga harus menyertakan seluruh pembelian dan persediaan;
- Dalam hal memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak yang dapat
diamortisasi, biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan hanya
dapat dilakukan melalui penyusutan dan amortisasi.
Seperti yang telah diuraikan di atas, orang atau badan hukum yang melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas di Indonesia yang menurut undang-undang perpajakan
diwajibkan untuk mengadakan pembukuan, harus menyelenggarakan pembukuan
dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
 Pembukuan harus meliputi seluruh kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
dilakukannya;
 Pembukuan harus dilakukan secara teratur, tepat waktu, terinci dan taat azas;
 Pembukuan harus didukung dengan bukti-bukti transaksi yang dapat
dipertanggung-jawabkan kebenaran dan keabsahannya;
 Pembukuan harus ditutup dengan membuat laporan neraca dan perhitungan
laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut.

b. Pencatatan
Pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur tentang peredaran bruto dan
atau penerimaan Penghasilan sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan
pajak yang bersifat final. Wajib pajak yang dikecualikan dari kewajiban
menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib melakukan pencatatan, adalah wajib pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang diperbolehkan
menghitung penghasilan neto dan wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
 Tujuan Pencatatan
a. Mempermudah pengisian SPT
b. Mempermudah penghitungan Penghasilan Kena Pajak
c. Mempermudah penghitungan PPN dan PPn BM
 Pencatatan wajib dilakukan oleh:
1. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan
norma penghitungan penghasilan neto berdasarkan pasal 14 ayat (2) undang-
undang pajak penghasilan
2. Wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas harus mencatat penghasilan bruto dan penghasilan yang
bukan objek pajak dan/ atau penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat
final, dengan bentuk dan tata cara sebagaimana yang ditetapkan dalam
keputusan direktur jenderal pajak
 Syarat-Syarat Pencatatan
- Pencatatan harus dibuat secara lengkap dan benar, serta didukung dengan
dokumen yang dijadikan dasar penghitungan peredaran atau penerimaan bruto
dan/ penghasilan bruto, serta penghasilan yang bukan objek pajak dan atau
penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final.
- Pencatatan dalam suatu tahun pajak meliputi jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
- Pencatatan dalam 1 tahun harus diselenggarakan secara kronologis
- Pencatatan dan dokumen yang menjadi dasar pencatatan harus disimpan di tempat
tinggal wajib pajak atau tempat kegiatan usaha dilakukan selama 10 tahun
terhitung sejak saat terutangya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun
pajak, atau tahun pajak
- Pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran
atau penerimaan bruto dan/ atau penghasilan buto sebagai dasar untuk menghitung
pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/ atau yang
dikenakan pajak yang bersifat final
- Bagi wajib pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan atau tempat
usaha, pencatatan harus dapat menggambarkan secara jelas jumlah peredaran atau
penerimaan bruto dari masing-masing jenis usaha dan atau tempat usaha yang
bersangkutan
 Tata Cara Pencatatan
- Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan harus
mencatat peredaran atau penerimaan bruto, dan penghasilan yang bukan objek
pajak dan/ atau penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final, dengan
bentuk dan tata cara sebagaimana yang ditetapkan dalam keputusan direktur
jenderal pajak.
- Wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas harus mencatat penghasilan bruto dan penghasilan yang bukan objek pajak
dan/ atau penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final, dengan bentuk
dan tata cara sebagaimana yang ditetapkan dalam keputusan direktur jenderal
pajak.

2.2. Prinsip Akuntansi Perpajakan


Ketentuan pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (4) Undang-Undang KUP
menyatakan bahwa pengisian SPT Tahunan Pajak Penghasilan oleh Wajib Pajak
diwajibkan melakukan pembukuan harus dilengkapi dengan laporan keuangan berupa
neraca dan laporan laba rugi serta keterangan-keterangan lain yang diperlukan untuk
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP).
Prinsip-prinsip dasar akuntansi komersial telah banyak dikemukakan para ahli, tetapi
umumnya mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan, yaitu dasar akrual (accrual basic)
dan kelangsungan usaha (going concern). APB Statement No. 4 menyatakan terdapat
Sembilan prinsip dasar akuntansi:

1. Cost Participle
Prinsip biaya atau biaya historis yiatu dasar pencatatan perolehan barang, jasa
harga pokok, biaya maupun ekuitas sehingga paling pokok adalah penilaian yang
didasarkan harga pertukaran pada saat perolehan.
2. Revenue Principle
Prinsip pendapatn lebih menjelaskan tentang sifat dan komponen, pengukuran,
dan pengakuan bahwa pendapatan sebagai komponen penyusunan laba rugi.
3. Matching Principle
Prinsip pemadanan menjelaskan mengenai masalah pembebanan biaya pada
periode yang sama dengan periode pengakuan hasil sehingga pengakuan hasil diakui
pada saat periode pengakuan hasil sedangkan pembebanan biaya diakui pada periode
tersebut.
4. Objectivity Principle
Masalah objektivitas memiliki penafsiran berbeda. Objektivitas dapat dianggap
sebagai hasil konsesus kelompok yang mengukur atau objektivitas diukur dengan
batasan tertentu.
5. Consistency Principle
Prosedur dan prinsip akuntansi yang sama dilaporkan pada periode yang
bersangkutan sehingga peristiwa yang sama dicatat dan dilaporkan secara komsisten.
6. Disclosure Principle
Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure) mengharusakn laporan akuntansi
dibentuk dan disajikan berdasarkan peristiwa yang mempengaruhi perusahaan dalam
periode tersebut. Laporan keuangan diharapkan jujur (fair), lengkap (full), dan
memadai (adequate) agar piahk internal maupun ekternal dapat mengambil manfaat
dari informasi yang disajikan oleh laporan keuangan.
7. Conservatism Principle
Prinsip konservatisme atau pengecualian umumnya digunakan untuk hal yang
tidak menentu atau dalam kondisi ketidakpastian. Prinsip konservatisme kurang
penekanannya karena semakin banyak pihak yang mengutamakan jujur (fair) dan
dapat diandalkan (reliable) pada setiap laporan keuangan yang disajikan.
8. Materiality Principle
Menurut APB StatementNo 4, prinsip materialitas mengandung arti bahwa
laporan keuangan hanyan menyangkut informasi yang dianggap penting (material)
dalam mempengaruhi penilaian.
9. Uniformity and Comparability Principle
Prinsip ini menekankan pada keseragaman dan dapat dibandingkan, yang
merupakan salah satu tujuan yang akan dicapai dalam penyusunan prinsip akuntansi.

2.3. Karakteristik Akuntansi Pajak


Karakteristik akuntansi pajak adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang membedakan
akuntansi pajak dengan akuntansi lainnya. Akuntansi pajak adalah akuntansi yang
diterapkan dengan tujuan untuk menetapkan besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.
Akuntansi pajak harus mengikuti peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku di Indonesia.
Beberapa karakteristik kualitatif akuntansi pajak yaitu:
- Relevan: informasi akuntansi pajak harus memiliki umpan balik, manfaat
prediktif, tepat waktu, dan lengkap.
- Andal: informasi akuntansi pajak harus disajikan secara jujur, dapat diverifikasi
dan netral.
- Dapat dibandingkan: informasi akuntansi pajak harus dapat dibandingkan antara
periode atau entitas yang berbeda.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

3.2. Saran
Tentunya kami sebagai penyususn dari makalah ini menyadari bahwa makalah ini
masih banyak ada kesalahan maupun kekurangan, dan jauh dari kata sempurna. Tetapi kami
sudah membuat makalah ini semampu dan sesuai dengan pemahaman kami. Maka dari itu,
jika ada pembahasan yang yang tidak sesuai kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Adapun nantinya kami akan segera melakukan perbaikan susunan makalah dengan
menggunakan pedaman dari beberapa sumber lainnya dan drai berbagai kritik yang
membangun dari para pembaca. Terima Kasih.
DAFTAR PUSTAKA
https://aksaragama.com/akuntansi-perpajakan-dan-akuntansi-finansial/

Materi 1 Kewajiban Pembukuan & Prinsip Dasar Akuntansi Pajak | PDF (scribd.com)

Anda mungkin juga menyukai