Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEWAJIBAN PEMBUKUAN DAN PENCATATAN, PENGGUNAAN NORMA

PERHITUNGAN PENGHASILAN, PENYELENGARAAN PEMBUKUAN DENGAN


BAHASA DAN MATA UANG ASING, PENYELENGGARAAN DAN PENCATATAN

MATA KULIAH AKUNTANSI PAJAK

Disusun Oleh:
Putri Kartika Yulianti (992020007)
Marwah Atikah (992020020)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI PERPAJAKAN


JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGRI BALIKPAPAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Akuntansi Sumber Daya Mineral, dengan judul
“Pembukuan dan Pencatatan”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukkan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.

Balikpapan, 27 September 2022


Daftar Isi

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................4
B. TUJUAN....................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
A. Definisi Kewajiban Pembukuan dan Pencatatan........................................................................5
B. Syarat Pembukuan dan Pencatatan.............................................................................................6
C. Penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan.........................................................................7
D. Penyelengaraan Pembukuan Dengan Bahasa Dan Mata Uang Asing........................................8
BAB III................................................................................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................................................11
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembukuan pencatatan pajak di pergunakan sebagai dasar perhitungan pajak terutang


pada suatu tahun pajak, selain itu informasi yang benar dan lengkap. Penghasilan wajib pajak
sangat penting untuk dapat mengenakan pajak yang adil dan wajar senilai dengan kemampuan
ekonomis wajib pajak. Untuk dapat menyajikan informasi yang di maksud, wajib pajak harus
menyelenggarakan pembukuan. Dimana dengan pembukuan tersebut wajib pajak dapat
mengetahui sendiri berapa besarnya pajak terutang, menyetor dan melapor pajak.

Laporan keuangan yang disusun perusahaan biasanya harus disesuaikan dengan


peraturan fiskal ketika laporan keuangan tersebut sebagai dasar pada SPT PPh yang
disampaikan ke kantor pajak. Hal ini disebabkan laporan keuangan perusahaan mengacu pada
standar akuntansi komersial. Untuk memenuhi kebutuhan pelaporan pajak maka perusahaan
melakukan penyesuaian fiskal (koreksi fiskal). Dengan adanya perbedaan antara laba (rugi)
menurut perhitungan akuntansi komersial dengan akuntansi fiskal, maka sebelum menghitung
Pajak Penghasilan yang terutang, terlebih dahulu laba/rugi komersial tersebut harus dilakukan
koreksi-koreksi fiskal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.

B. TUJUAN
1. Menambah pengetahuan mengenai pencatatan pajak.
2. Menambah pengetahuan mengenai pembukuan pajak
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kewajiban Pembukuan dan Pencatatan

Pengertian pembukuan sendiri sesuai dengan Pasal 1 angka 29 Undang-Undang KUP


menyatakan bahwa pembukuan adalah suatu proses pencatatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi aset, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa,
yang ditutup dengan menyususn laporan keuanagan berupa nerava dan laporan laba rugi
untuk periode tahun pajak tersebut.

Undang-undang menggunakan istilah pembukuan, tetapi dalam akuntansi komersial


seperti dalam SAK tidak menggunakan istilah pembukuan. Beberapa buku teks akuntansi
mendefinisikan pembukuan adalah kegiatan mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis data
transaksi keuangan ke dalam buku atau catatan yang telah disiapkan, serta pengendalian
proses akuntansi melalui prinsip pengendalian internal, pengukuran nilai transaksi ke dalam
nilai moneter berdasarkan standar akuntasi yang berlaku, dan penyajian hasil transaksi
keuangan menjadi informasi keuangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
Bentuk dari informasi keuangan itulah yang disebut dengan laporan keuangan.

Apabila dibandingkan dengan pengertian akuntansi, maka pengertian pembukuan


lebih sempit tetapi bermakna sama, yaitu menghasilkan laporan keuangan dan lebih mengacu
pada kebutuhan informasi keuangan sebagai pertanggungjawaban Wajib Pajak yang
dituangkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT). Laporan keuangan yang dihasilkan dari
pembukuan harus mampu mendukung atau membuktikan kebenaran angka-angka yang
dilaporkan daim SPT pada saat dilakukan pemeriksaan atau penyidikan yang sering disebut
sebagai akuntabilitas pajak.

Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan menyatakan bahwa jumlah


peredaran usaha yang menjadi batas kewajiban penyelenggaraan pembukuan adalah Rp
600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) setahun, yang selanjutnya diubah dengan peraturan
Menteri Keuangan No. 01/PMK 03/2007 Tanggal 16 Januari 2007 yang memberi batas
peredaran bruto Wajib Pajak orang pribadi dalam satu tahun kurang dari Rp 1.800.000.000,00
(satu miliar delapan ratus juta rupiah). Ketentuan ini hanya berlaku untuk Wajib Pajak Orang
Pribadi. Setiap Wajib Pajak yang memiliki peredaran usaha melebihi batas tersebut wajib
menyelenggarakan pembukuan. Sedangkan bagi Wajib Pajak yang peredaran usahanya belum
mencapai batas tersebut tidak wajib menyelenggarakan pembukuan, tetapi diwajibkan
menyelenggarakan pencatatan secara teratur terhadap seluruh penghasilan bruto yang diterima
atau diperolehnya selama satu tahun pajak.

Ketentuan pembukuan yang diatur dalam Pasal 28 Undang-Undang KUP mengatur


masalah pembukuan secara umum dan pembukuan untuk keperluan menghitung pajak
penghasilan. Untuk kepentingan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM), Wajib Pajak ternyata juga diwajibkan menyelenggarakan
pembukuan atau pencatatan. Pasal 6 Undang-Undang PPN dan PPnBM menentukan bahwa
setiap Wajib Pajak yang menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) berkewajiban memungut
PPN, menghitung PPN Masukan, menyetor PPN yang terutang, dan melaporkannya dalam
SPT Masa PPN ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terkait, serta mencatat semua jumlah harga
perolehan dan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dalam
pembukuannya. Secara umum, setiap Wajib Pajak yang memilih menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto tidak diwajibkan menyelenggarakan pembukuan, melainkan
cukup mencatat nilai peredaran bruto secara teratur yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak
(DPP). Berbeda dengan pembukuan, pengertian pencatatan dimaksudkan sebagai kegiatan
pengumpulan data secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau
penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak terutang. termasuk
penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenakan pajak yang bersifat final.

B. Syarat Pembukuan dan Pencatatan

1. Syarat Pembukuan

Adapun syarat-syarat untuk penyelenggaraan pembukuan adalah sebagai berikut:


 Diselenggarakan dengan memeperhatikan itikad baik yang mencerminkan
keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
 Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab
satuan mata uang rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa
asing yang diizinka oleh Menteri Keuangan.
 Diselenggarakan dengan prinsip taat azas dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
 Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah,
dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri
Keuangan.
 Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus mendapat
persetujuan dari Direktur Jendral Pajak.
 Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harga, kewajiban
modal, penghasilan dan biaya serta penjualan dan pembelian sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang.
 Dokumen-dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan pencatatan serta
dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan atau usaha pekerjaan bebas
Wajib Pajak wajib disimpan selama 10 tahun.

2. Syarat Pencatatan

Syarat-syarat penyelenggaraan pencatatan adalah:

 Pencatatan harus diselenggarakan secara teratur dan mencerminkan keadaan yang


sebenarnya dengan menggunakan huruf latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah,
dan disusun dalam bahasa Indonesia.
 Pencatatan dalam suatu tahun harus diselenggarakan secara kronologis
 Catatan dan dokumen yang menjadi dasar pencatatan harus disimpan di tempat
tinggal Wajib Pajak atau tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dilakukan
selama 10 (sepuluh) tahun.
 Pencatatan harus dapat menggambarkan anatara lain:
 Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto yang
diterima dan/atau diperoleh.
 Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan
pajaknya bersifat final.

C. Penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan

Bagi Wajib Pajak, menyelenggarakan pencatatan memang lebih sederhana


dibandingkan menyelenggarakan pembukuan. Penghitungan besarnya penghasilan neto untuk
setiap jenis penghasilan bruto yang diperolch Wajib Pajak ditetapkan dengan persentase yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sedangkan sebagai pengawasannya bahwa setiap
Wajib Pajak yang menyelenggarakan pencatatan wajib menyampaikan pemberitahuan kepada
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang
bersangkutan. Dari pengertian pembukuan tersebut,

sasaran terakhir yang hendak dicapai adalah menyusun laporan keuangan, tetapi tidak
diberikan dasar yang digunakan sebagimana dalam undang-undang lainnya seperti SAK yang
ditetapkan oleh IAI. Apabila kita lihat penjelasan Pasal 28 ayat (7) Undang-Undang KUP,
dikatakan bahwa pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim
dipakai di Indonesia, misalnya berdasarkan SAL kecuali peraturan perundang-undangan
perpajakan menentukan lain.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka menyelenggarakan pembukuan menjadi suatu


kewajiban bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan usaha atau pekerjaan bebas dan
Wajib Pajak Badan di Indonesia.

Kewajiban menyelenggarakan pembukuan ini dikecualikan bagi Wajib Pajak Orang


Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang menurut ketentuan
perundang-undangan perpajakan diperbolehkan untuk menghitung penghasilan neto
menggunakan norma penghitungan penghasilan neto dan Wajib Pajak Orang Pribadi yang
tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. Namun, Wajib Pajak Orang Pribadi
tersebut wajib melakukan pencatatan. Bagi Wajib Pajak yang tidak wajib melakukan
pembukuan maupun pencatatan tidak diwajibkan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT) Pajak Penghasilan.

Dalam rangka penyelenggaraan pembukuan ini, setiap Wajib Pajak wajib memenuhi
ketentuan Pasal 28 Undang-Undang KUP, yaitu:

1. Pembukuan atau pencatatan haruslah diselenggarakan dengan memerhatikan itikad baik


dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
2. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan
huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia
atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
3. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan stelsel akrual atau stelsel kas.
Prinsip taat asas mengharuskan Wajib Pajak menggunakan prinsip yang sama dalam
metode pembukuan yang konsisten dengan tahun-tahun sebelumnya. Tujuannya adalah
mencegah penggeseran laba atau rugi. Prinsip taat asas dapat diterapkan dalam hal:
a. Pengakuan penghasilan
b. Tahun buku
c. Metode perubahan persediaan
d. Metode penyusutan dan amortisasi

Stelsel akrual adalah metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti
penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang, sehingga
tidak bergantung pada kapan penghasilan diterima dan kapan biaya dibayar secara tunai.

Stelsel kas, adalah metode yang penghitungannya berdasarkan pada penghasilan yang
diterima dan biaya yang dibayarkan secara tunai, sehingga penghasilan baru dianggap
sebagai penghasilan apabila benar-benar telah diterima secara tunai dalam periode
tertentu dan biaya baru dianggap sebagai biaya apabila benar benar telah dibayar secara
tunai dalam periode tertentu.

4. Perubahan yang terjadi terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat
persetujuan Direktur Jenderal Pajak.
Perubahan mungkin dapat terjadi dalam hal metode pembukuan atau tahun pajak, tetapi
prinsip dasar yang harus dianut adalah taat asas, yaitu konsisten dengan tahun-tahun
sebelumnya. Contohnya adalah dalam pemilihan metode pengakuan penghasilan dan
biaya, apakah dengan metode kas atau metode. akrual; pemilihan metode penilaian:
pemilihan metode penyusutan aset tetap.

5. Pembukuan yang diselenggarakan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai aset,


kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang. Pajak yang terutang tidak terbatas pada Pajak
Penghasilan, tetapi juga pajak lainnya. Sebagai contoh, agar PPN dan PPnBM dapat
dihitung dengan benar, maka pembukuannya haruslah mencatat juga jumlah harga
perolehan atau nilai impor, jumlah harga jual atau nilai ekspor, jumlah harga jual dari
barang yang dikenakan PPnBM. jumlah pembayaran atas pemanfaatan Barang Kena
Pajak (BKP) tidak berwujud dari luar maupun di dalam daerah pabean dan/atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar maupun di dalam daerah pabean, serta
jumlah pajak masukan yang dapat dikreditkan dan yang tidak dapat dikreditkan.

D. Penyelengaraan Pembukuan Dengan Bahasa Dan Mata Uang Asing


Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah
dapatdiselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat persetujuan Menteri
Keuangandalam rangka:
 Penanaman Modal Asing.
 Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan kontrak dengan Pemerintah
RepublikIndonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan pertambangan selain pertambangan minyak dan gas bumi.
 Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan pertambangan minyak dan gas bumi.
 Bentuk Usaha Tetap sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran PajakBerganda
(P3B) terkait.
 Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnyadi
bursa efek luar negeri;
 Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam denominasatuan
mata uang Dolar Amerika Serikat dan telah memperoleh SuratPemberitahuan Efektif
Pernyataan Pendaftaran dan Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pasarmodal; atau
 Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk luar negeri yaitu
perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh perusahaan
induk (parent company) di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa.

Izin tertulis dari Menteri Keuangan untuk menggunakan bahasa Inggris dan satuanmata
uang Dolar Amerika Serikat dapat diperoleh Wajib Pajak dengan mengajukan surat
permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah, paling lambat 3 (tiga) bulan:

a) Sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggrisdan


satuan mata uang Dolar Amerika Serikat tersebut dimulai;atau
b) Sejak tanggal pendirian bagi Wajib Pajak baru untuk Bagian Tahun Pajak atauTahun
Pajak pertama.

Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan atas
permohonan Wajib Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan dari Wajib
Pajakditerima secara lengkap.

Apabila jangka waktu telah lewat dan Kepala Kantor Wilayah belum
memberikankeputusan maka permohonan dianggap diterima dan Kepala Kantor Wilayah atas
namaMenteri Keuangan menerbitkan keputusan pemberian izin untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika
Serikat.

Bagi Wajib Pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan


denganmenggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat,
berlakuketentuan konversi ke satuan mata uang Dolar Amerika Serikat sebagai berikut:

1. Pada awal tahun buku

Pertama kali dilakukan dengan bertitik tolak dari Nearca akhir tahun bukusebelumnya
(dalam satuan mata uang Rupiah) yang dikonversikan ke satuan matauang Dolar Amerika
Serikat dengan menggunakan kurs:

a) Untuk harga perolehan harta berwujud dan/atau harta tidak berwujud


yangmempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun meenggunakan kurs
yangsebenarnya berlaku pada saat perolehan harta tersebut;
b) Untuk akumulasi penyusutan dan/atau amortisasi harta sebagaimana dimaksud pada
huruf a) menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat perolehanharta
tersebut;
c) Untuk harta ainnya dan kewajiban menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada
akhir tahun buku sebelumnya, berdasarkan sistem pembukuan yang dianutyang
dilakukan secara taat azas;
d) Jika terjadi revaluasi aktiva tetap, di samping menggunakan nilai historis, atasnilai
selisih lebih dikonversi ke dalam satuan mata uang Dolar Amerika Serikatdengan
menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saaat dilakukannyarevaluasi;
e) Untuk laba ditahan atau sisa kerugian dalamsatuan mata uang Rupiah daritahun-tahun
sebelumnya, dikonversi ke dalam satuan mata uang Dolar AmerikaSerikat dengan
menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun bukku sebelumnya,
yakni kurs tengah Bank Indonesia, berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang
dilakukan secara taat azas;
f) Untuk modal saham dan ekuitas lainnya menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku
pada saat terjadinya transaksi;
g) Dalam hal terdapat selisih laba atau rugi sebagai akibat konversi dari satuanmata
uang Rupiah ke satuan mata uang Dolar Amerika Serikat sebagaimanadimaksud pada
huruf a) sampai dengan huruf e) maka selisih laba atau rugitersebut dibebankan pada
rekening laba ditahan.

2. Dalam tahun berjalan

a) Untuk transaksi yang dilakukan dengan satuan mata uang Dolar AmerikaSerikat,
pembukuannya dicatat sesuai dengan dokumen transaksi yang bersangkutan;
b) Untuk transaksi baik dalam negeri maupun luar negeri, yang menggunakansatuan
mata uang selain Dolar Amerika Serikat, dikonversikan ke satuan matauang Dolar
Amerika Serikat dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat
terjadinya transaksi, yaitu sebagai berikut:

 Apabila dari dokumen transaksi diketahui kurs yang berlaku, maka kurs
yangdipakai adalah kurs yng diketahui dari transaksi tersebut;
 Apabila dari dokumen transaksi tidak diketahui kurs yang berlaku, maka
kursyang dipakai adalah kurs tengah Bank Indonesia yang berlaku,
berdasarkansistem pembukuan yang dianut yang dilakukan secara taat
azas.

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pencabutan atas izin


untukmenyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan
satuanmata uang Dolar Amerika Serikat dengan syarat:

a) Disampaikan secara tertulis kepada Direktur Jendral Pajak paling lama 3 (tiga)
bulan sebelum tahun buku berakhir;
b) Mengemukakan alasan pencabutan sesuai dengan kondisi sebenarnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap akhir tahun, ada kegiatan yang menarik untuk diperhatikan pada perusahaan-
perusahaan khususnya perusahaan yang mempunyai kesadaran akan pentingnya
pembukuandan pencatatan pajak. Pembukuan yaitu suatu proses pencatatan yang dilakukan
secara teraturuntuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yangditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan
laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut. Pencatatan yaitu pengumpulan data secara
teratur tentang peredaran bruto dan atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung
jumlah pajakyang terutang termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang
dikenakan pajakyang bersifat final.
Daftar Pustaka

Waluyo. 2009. Akuntansi Pajak. Penerbit: Selemba Empat

Anda mungkin juga menyukai