Anda di halaman 1dari 18

Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal

Makalah Mata Kuliah Perencanaan dan Akuntansi Pajak

Kelas : D

Disusun oleh :
Benedictus Adriel P 6081901237

Dosen Mata Kuliah: Justina Maria S., Dra., S.E., M.Ak., Ak., CA.

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG
2022
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
karunianya sehingga makalah yang berjudul “Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal” dapat
kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu.Kami berharap dengan penulisan makalah ini dapat
menambah pengetahuan kepada para pembaca tentang pembuatan laporan keuangan komersial
dan fiskal.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Perencanaan dan Akuntansi Perpajakan,oleh
karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Justina Maria S., Dra., S.E., M.Ak., Ak.,
CA. selaku dosen mata kuliah Perencanaan dan Akuntansi Perpajakan yang memandu kami dan
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,kami
sangat mengharapkan serta menerima kritik dan saran demi memperbaiki serta menyempurnakan
makalah ini.

Bandung, 28 September 2022

Tim Pembahas

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1

DAFTAR ISI 2

BAB I 3
Pendahuluan 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4

BAB II 5
Pembahasan 5
2.1 Prinsip Dasar Akuntansi Pajak 5
2.2 Penyusunan Laporan Keuangan 7
2.3 Laporan Keuangan Komersial 7
2.4 Laporan Keuangan Fiskal 8
2.5 Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal 10

BAB III 16
Penutup 16

DAFTAR PUSTAKA 17

2
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara
Perpajakan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.Dengan adanya ketentuan dan kebijakan pajak yang ada maka
perhitungan pajak harus dilakukan, perhitungan pajak bisa dilakukan sesuai dengan SAK
(Standar Akuntansi Keuangan).Teori Akuntansi bertujuan untuk memberikan kerangka umum
dan pedoman untuk mengembangkan praktik perhitungan akuntansi. Dengan demikian, teori
akuntansi dapat menjelaskan praktik perhitungan pajak yang berlaku saat ini, memberikan
laporan keuangan yang jelas dan relevan dapat memudahkan perhitungan yang
dibutuhkan.Tujuan laporan keuangan sendiri untuk mempermudah pengguna laporan untuk
digunakan dalam proses pengambilan keputusan, dengan beberapa cara yang ada untuk
menghitung akuntansi.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tatacara Perpajakan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan,setiap wajib pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan
atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia, wajib menyelenggarakan pembukuan.
Ketentuan penyelenggaraan pembukuan dalam Undang – Undang Perpajakan hanya memberikan
pembatasan untuk hal – hal tertentu, baik dalam pengakuan penghasilan maupun beban sehingga
menyebabkan terjadinya perbedaan pengakuan pendapatan dan beban antara Standar Akuntansi
Keuangan dan Ketentuan Perpajakan yang berlaku.
Menurut Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara
Perpajakan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan,pembukuan merupakan suatu proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur dengan pengumpulan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan, biaya, serta total perolehan dan penyerahan atas barang/jasa.
Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan,laporan keuangan komersial yang biasa dibuat oleh wajib pajak Orang Pribadi yang
melakukan kegiatan atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia memiliki
perbedaan dengan UU peraturan perpajakan yang diakibatkan adanya perbedaan pengakuan
terhadap pendapatan dan biaya menurut wajib pajak.yang menerapkan Prinsip Akuntansi
Berlaku Umum dengan Dirjen Pajak sesuai dengan Undang – Undang Perpajakan, dimana ada

3
pendapatan atau biaya yang diakui sebagai pendapatan atau biaya perusahaan tetapi tidak diakui
oleh Dirjen Pajak dari perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan perhitungan laba (rugi)
suatu entitas (Wajib Pajak). Dalam hal ini perlu dilakukan Rekonsiliasi antara laporan keuangan
komersial dengan laporan keuangan fiskal sebagai pembenaran atas tiap item pendapatan dan
biaya sehingga sesuai dengan ketentuan perpajakan. Rekonsiliasi Fiskal ini tentu akan
berpengaruh terhadap jumlah laba usaha fiskal dan besarnya pajak penghasilan kena pajak (PKP)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana prinsip dasar akuntansi pajak?


2. Bagaimana penyusunan laporan keuangan?
3. Apa itu laporan keuangan komersial?
4. Apa itu laporan keuangan fiskal?
5. Bagaimana memahami rekonsiliasi laporan keuangan fiskal?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk memahami materi laporan keuangan komersial dan fiskal
2. Untuk memahami maksud dari rekonsiliasi laporan keuangan fiskal beserta ketentuannya
3. Dapat mengimplementasikan laporan keuangan fiskal dan komersial ke dalam
pembukuan

4
BAB II

Pembahasan

2.1 Prinsip Dasar Akuntansi Pajak


Tujuan Laporan Keuangan yaitu untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan
keadaan keuangan perusahaan kepada para pengguna laporan yang berguna untuk membantu
dalam proses pengambilan keputusan.Menurut SAK Indonesia laporan keuangan bertujuan untuk
“menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi”
Menurut Pasal 4 ayat (4) Undang-Undang KUP yaitu pengisian SPT Tahunan Pajak
Penghasilan bagi wajib pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan atau pekerjaan bebas dan
Wajib Pajak badan yang diwajibkan membuat pembukuan harus dilengkapi dengan laporan
keuangan yang meliputi neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lainnya yang diperlukan
untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP).

2.1.1 Ruang Lingkup Akuntansi


1. Akuntansi Keuangan (Financial Accounting)
Akuntansi ini berhubungan dengan unit ekonomi secara keseluruhan dalam bentuk
laporan keuangan yang dimanfaatkan oleh berbagai pihak dalam pengambilan keputusan
yang didasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku.
2. Pemeriksaan/Audit (Auditing)
Akuntansi ini berkaitan dengan pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang dihasilkan
oleh akuntansi keuangan dengan tujuan agar informasi akuntansi dapat dipercaya,menguji
ketaatan terhadap kebijakan,prosedur,peraturan yang berlaku serta memiliki daya guna
dan hasil guna suatu aktivitas bisnis.
3. Akuntansi Manajemen (Management Accounting)
Akuntansi ini ruang lingkupnya berfokus pada informasi untuk manajemen perusahaan
yang bertujuan mengendalikan kegiatan perusahaan dan menilai alternatif dalam
pengambilan keputusan.Salah satu contoh,manfaat akuntansi manajemen dalam
pengambilan keputusan adalah penetapan harga jual produk
4. Akuntansi Biaya (Cost Accounting)
Akuntansi ini berfokus pada penetapan dan pengendalian biaya,sebagai fungsi utama
akuntansi biaya yaitu mengumpulkan data biaya,menganalisis data biaya,baik yang telah
terjadi maupun yang akan terjadi,yang digunakan oleh pihak manajemen sebagai alat
pengendalian kegiatan dan menyusun rencana di masa mendatang
5. Akuntansi Pemerintahan (Governmental Accounting)/Akuntansi Sektor Publik

5
Akuntansi ini berfokus pada pencatatan dan pelaporan atas transaksi-transaksi yang
terjadi dalam ruang lingkup pemerintah dan mencakup aspek pengendalian atas
pengeluaran dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).
6. Akuntansi Pajak (Tax Accounting)
Dalam menetapkan besarnya pajak terutang tetap mendasarkan laporan keuangan yang
disusun oleh perusahaan,mengingat dalam ketentuan perundang-undangan perpajakan
terdapat aturan khusus,yaitu masalah konsep transaksi dan peristiwa keuangan,metode
pengukuran serta pelaporan yang ditetapkan dengan undang-undang
7. Sistem Informasi Akuntansi
Akuntansi menyediakan informasi keuangan yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan secara berdaya guna dan berhasil guna.

2.2.2 Teori Akuntansi

Teori akuntansi didefinisikan sebagai alasan logis dalam


bentuk susunan set prinsip yang luas:
1.Memberikan kerangka umum dari rujukan dimana prinsip
akuntansi dapat dinilai.
2.Menjadi pedoman pengembangan praktik dan prosedur
baru.
Tujuan utama: memberikan susunan prinsip yang logis dan
saling terkait dalam membentuk kerangka umum sebagai
rujukan untuk menilai dan mengembangkan praktik akuntansi
yang baik.

6
2.2.3 Prinsip Dasar Akuntansi
1. Cost Principle
Dengan kata lain, itu adalah dasar untuk mencatat perolehan barang, jasa, harga pokok
penjualan, biaya, dan modal, sehingga penilaian yang paling penting didasarkan pada
harga pertukaran pada tanggal perolehan.
2. Revenue Principle
Prinsip pendapatan (revenue principle) in lebih menjelaskan tentang sifat dan komponen,
pengukuran, maupun pengakuan pendapatan sebagai salah satu komponen penyusunan
laporan laba rugi.
3. Matching Principle
Prinsip dasar pemadanan atau penandingan (matching) menjelaskan masalah
pengaturan pembebanan biaya pada periode yang sama dengan periode pengakuan
hasil, sehingga hasil akan diakui pada periode menurut prinsip dasar pengakuan
hasil, sedangkan biayanya dibebankan sesuai periode tersebut.
4. Objectivity Principle
Masalah objektivitas (objectivity) mempunyai penafsiran yang berbeda. Sebagai
contoh objektivitas sebagai realitas yang disampaikan pihak ketiga yang independen
(misalnya laporan rekening koran dari bank), objektivitas dianggap sebagai hasil
konsensus kelompok yang mengukur ataupun objektivitas diukur dengan penentuan
batas atau limit tertentu.
5. Consistency Principle
Pada prinsip konsistensi (consistency principle) ini, prosedur dan prinsip akuntansi
yang sama harus diterapkan dalam periode yang bersangkutan, sehingga peristiwa
ekonomis yang sejenis akan dicatat dan dilaporkan secara konsisten. Oleh karena
itulah, laporan keuangan akan dapat diperbandingkan.

6. Disclosure Principle
Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure) mengharuskan laporan keuangan
dibentuk dan disajikan dari peristiwa ekonomi yang mempengaruhi perusahaan
dalam suatu periode. Laporan keuangan diharapkan cukup informatif sehingga
para pengguna laporan keuangan dapat memperoleh manfaat dari informasi

7
keuangan tersebut. Penyajian laporan keuangan tersebut haruslah lengkap full),
jujur (fair), dan memadai (adequate; mencakup informasi minimal yang memang
harus disajikan).
7. Conservatism Principle
Prinsip ini merupakan prinsip pengecualian umumnya digunakan untuk hal yang sifatnya
tidak menentu atau ditengah kondisi ketidakpastian.Tetapi dengan semakin banyaknya
pihak yang mengutamakan penyajian jujur (fair) dan dapat diandalkan (reliable), prinsip
konservatisme semakin berkurang penekanannya. Salah satu contoh penerapan prinsip
konservatisme adalah penyajian persediaan pada nilai terendah antara harga perolehan
dan harga pasar (lower of cost or market- LOCOM) yang bertentangan dengan konsep
biaya historis.
8. Materiality Principle
Seperti prinsip konservatisme, prinsip materialitas (materiality) juga termasuk dalam
pengecualian. Accountants International Study Group memberikan pengertian
materialitas sebagai “Persoalan pertimbangan profesional penting. Pos-pos tertentu harus
dianggap material apabila pengetahuan tertentu dianggap secara wajar menimbulkan
pengaruh bagi pengguna laporan keuangan." Menurut APB Statement No. 4, prinsip
materialitas mengandung arti bahwa laporan keuangan hanya menyangkut informasi yang
dianggap penting (material) dalam mempengaruhi penilaian.
9. Uniformity and Comparability Principle
Prinsip ini menekankan pada keseragaman dan dapat diperbandingkan, yang merupakan
salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan prinsip akuntansi.

2.2.4 Hubungan Akuntansi Komersial Dengan Akuntansi Pajak


1. Tujuan akuntansi komersial yaitu menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi
2. Self Assessment System di Indonesia harus didukung oleh unsur kejujuran dan
keterbukaan Wajib Pajak yang tercermin dalam itikad baik Wajib Pajak untuk
menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan sebagaimana persyaratan yang diperlukan
dalam penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan yang dikemukakan sebelumnya.

8
2.2 Penyusunan Laporan Keuangan

Sedangkan proses penyusunan laporan keuangan fiskal akan seperti berikut ini:

2.3 Laporan Keuangan Komersial


Setiap pertanggungjawaban diidentifikasikan sebagai laporan kegiatan apapun yang
dilakukan dalam periode tertentu. Kewajiban menyampaikan pertanggungjawaban mengutang,
memperutangkan, dan menyetor pajak yang terutang pada periode tertentu inilah yang

9
dituangkan dalam SPT untuk periode “Masa Pajak” dan “Tahun Pajak” sehingga terdapat SPT
Masa dan SPT Tahunan. Pengisian SPT yang dilakukan Wajib Pajak ini harus benar, lengkap,
dan jelas. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya pemahaman fungsi, kegiatan usaha
yang dalam bidang akuntansi disebut sebagai konsep dasar entitas.(Waluyo,2020)
Tujuan laporan keuangan komersial adalah untuk menyajikan informasi yang
menyangkut posisi keuangan,kinerja ,serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan
ekonomi.

2.4 Laporan Keuangan Fiskal


Laporan Keuangan Fiskal adalah laporan keuangan yang berdasarkan ketentuan
perpajakan,ketentuan perpajakan memiliki kriteria sendiri tentang pengukuran dan pengakuan
komponen yang terdapat dalam laporan keuangan.Pengukuran tersebut berbeda dengan laporan
keuangan komersial,laporan fiskal dapat memperkecil atau memperbesar pengenaan pajak
perusahaan.
Tujuan Laporan Keuangan Fiskal adalah untuk menyajikan informasi yang akan
digunakan sebagai bahan perhitungan dasar menghitung pajak terutang wajib pajak orang pribadi
yang memiliki wajib pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan atau pekerjaan bebas dan
Wajib Pajak badan

Pendekatan Yang Digunakan Di Laporan Keuangan Fiskal


1. Perpajakan memiliki dampak yang signifikan terhadap praktik akuntansi. dalam
pendekatan Pertama, laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi sangat
dipengaruhi oleh perpajakan. Wajib Pajak perlu mengatur Akuntansi di bawah aturan
pajak tanpa pemotongan.Perbedaan antara prinsip akuntansi dan undang-undang
perpajakan dengan pendekatan ini terlihat adanya dua perangkat pembukuan, yaitu untuk
kepentingan komersial dan untuk kepentingan fiskal. Dengan melihat sisi-sisi
kepentingannya, pembukuan ganda (arti terbatas) bukanlah bentuk kecurangan, karena
keduanya telah disusun berdasarkan standar atau norma yang berlaku pada masing-
masing akuntansi.
2. Pada pendekatan kedua ini, Wajib Pajak bebas menyelenggarakan pembukuannya dengan
dasar prinsip dan metode akuntansinya. Laporan keuangan fiskal disusun terpisah di luar
proses pembukuan, sering disebut sebagai extra comptable. Laporan keuangan fiskal in
disusun melalui proses rekonsiliasi antara akuntansi komersial dengan akuntansi fiskal,
sehingga laporan yang dihasilkan dari extra comptable tersebut fungsinya hanya sebagai
tambahan laporan keuangan komersial. Pendekatan kedua ini lebih banyak digunakan
sebagai pilihan, yaitu dengan menyusun laporan keuangan fiskal melalui rekonsiliasi.
Umumnya praktik pembukuan di Indonesia menyusun laporan keuangan fiskal yang
disertai dengan rekonsiliasi. Namun ada juga Wajib Pajak yang hanya menyelenggarakan

10
pembukuan berdasarkan standar akuntansi komersial tapa menyusun laporan keuangan
berbasis ketentuan perpajakan. Ada juga yang berbeda sama sekali karena bergantung
pada berbagai kondisi, terutama perusahaan multinasional (dengan memperhatikan aspek
akuntansi internasional).
3. Pendekatan ketiga menyatakan ketentuan perpajakan sebagai sisipan Standar Akuntansi
Keuangan atau pendekatan dengan prinsip common basis. Dalam dasarin laporan
keuangan disusun mengikuti Standar Akuntansi Keuangan, tetapi apabila terdapat aturan
lain dalam akuntansi komersial, maka preferensi diberikan pada ketentuan perpajakan.

Koreksi Fiskal:

A. Positif (biaya yang tidak diperkenankan oleh pajak sebagaimana diatur dalam pasal 9 UU
Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan)
1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi

2. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang


saham, sekutu, atau anggota
3. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
- cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
konsumen, dan perusahaan anjak piutang yang dihitung berdasarkan standar
akuntansi keuangan yang berlaku dengan batasan tertentu setelah berkoordinasi
dengan Otoritas Jasa Keuangan;
- cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
- cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
- cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
- cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
- cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri untuk usaha pengolahan limbah industri,yang memenuhi persyaratan
tertentu
4. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika
dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi
Wajib Pajak yang bersangkutan.

11
5. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan.
6. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m
serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
7. Pajak Penghasilan
8. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak
atau orang yang menjadi tanggungannya
9. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.
10. sanksi administratif berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.

B. Negatif
Sebaliknya, koreksi negatif akan menyebabkan laba kena pajak berkurang atau
pengurangan PPh terutang. Hal ini disebabkan oleh pendapatan komersial yang lebih tinggi
daripada pendapatan fiskal dan biaya-biaya komersial yang lebih kecil daripada biaya-biaya
fiskal. Penyebab dari adanya koreksi negatif sendiri di antaranya adalah penghasilan yang
dikenakan PPh final dan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak tetapi termasuk dalam
peredaran usaha, selisih penyusutan/amortisasi komersial komersial dibawah
penyusutan/amortisasi fiskal, dan penyesuaian fiskal negatif lain.

2.5 Beda Permanen dan Beda Sementara


1. Beda Sementara ( Time Difference)
Perbedaan terhadap jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan komersial dan fiskal
dapat terjadi akibat perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban. Hal ini dapat
mengakibatkan adanya penundaan pengakuan.

12
Contoh:Penyusutan
2. Beda Permanen (Permanent Difference)
Perbedaan antara laporan keuangan komersial dan fiskal ini juga menyangkut masalah
pendapatan atau beban tetapi tidak berhubungan dengan periode, tetapi jumlah itulah
yang dipersoalkan.
Contoh:Pendapatan yang diperoleh dari bunga deposito,Perbedaan antara SAK dengan
Undang-Undang perpajakan

2.6 Rekonsiliasi Laporan Keuangan


● Rekonsiliasi Laporan Keuangan merupakan proses penyesuaian atas laba komersial yang
berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto/laba yang sesuai
dengan ketentuan UU pajak
● Proses rekonsiliasi fiskal untuk Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan:

● Penyusunan rekonsiliasi fiskal ini sebagai kertas kerja perusahaan dalam rangka
pengisian SPT Tahunan PPh orang pribadi atau PPh badan yang memiliki kewajiban
dalam pembukuan. Rekonsiliasi fiskal ini dilihat dari laporan laba rugi wajib pajak

13
Contoh Rekonsiliasi Laporan
Keuangan Fiskal

Dapat dilihat dari laporan


keuangan diatas bahwa beban
sumbangan tidak diakui,beban
penyusutan hanya diakui
sebesar Rp 15.000.000 dan
beban penyisihan piutang serta
pendapatan dividen tidak diakui
sehingga dikenakan koreksi
fiskal positif.Hal ini
menyebabkan laba bersih
menurut laporan keuangan
fiskal lebih besar dibandingkan
laba bersih menurut laporan
keuangan komersial sehingga
menyebabkan Penghasilan Kena
Pajak (PKP) lebih besar
dibandingkan laba bersihnya
menurut laporan keuangan
komersial

Format laporan keuangan fiskal :

14
15
BAB III

Penutup

Laporan keuangan yang memberikan kejelasan untuk sebuah pengambilan keputusan


Memiliki peran penting bagi sebuah perusahaan.Setelah adanya pengetahuan mengenai laporan
keuangan fiskal maka kita semakin tahu mengenai pajak yang harus kita bayar.Kewajiban
sebagai wajib pajak adalah menghitung, menyetor dan melaporkan, sehingga tidak hanya
pendapatan dan beban yang harus kita hitung tetapi harus ada perhitungan pajak yang kita harus
hitung.Pengertian pajak dan laporan keuangan fiskal sudah dibahas disini sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan, Dengan begitu kita bisa menyimpulkan bahwa perhitungan pajak selama
kita hidup harus selalu ada dan melekat dengan semua aktivitas yang kita lakukan, aktivitas yang
terkena pajak dan juga sesuatu usaha yang kita laksanakan akan terhitung pemotongan pajak
sesuai dengan ketentuan pajak.Ada juga beberapa perbedaan cara perhitungan didalam laporan
keuangan fiskal dan komersial seperti yang sudah dibahas didalam makalah ini, Laporan
Keuangan Komersial memberikan ketentuan perhitungan yang tidak termasuk pajak sehingga
tidak bisa dilaporkan dalam SPT.Bagi kita semua sebagai pelaku pajak harus memberikan SPT

16
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. (2019). Perpajakan (2019th ed.). Andi.

Waluyo. (2020). Akuntansi Pajak (7th ed.). Salemba Empat.

Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan Ketiga atas

Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan

Perpajakan.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

17

Anda mungkin juga menyukai