Kelas : D
Disusun oleh :
Benedictus Adriel P 6081901237
Dosen Mata Kuliah: Justina Maria S., Dra., S.E., M.Ak., Ak., CA.
Tim Pembahas
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
Pendahuluan 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
BAB II 5
Pembahasan 5
2.1 Prinsip Dasar Akuntansi Pajak 5
2.2 Penyusunan Laporan Keuangan 7
2.3 Laporan Keuangan Komersial 7
2.4 Laporan Keuangan Fiskal 8
2.5 Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal 10
BAB III 16
Penutup 16
DAFTAR PUSTAKA 17
2
BAB I
Pendahuluan
3
pendapatan atau biaya yang diakui sebagai pendapatan atau biaya perusahaan tetapi tidak diakui
oleh Dirjen Pajak dari perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan perhitungan laba (rugi)
suatu entitas (Wajib Pajak). Dalam hal ini perlu dilakukan Rekonsiliasi antara laporan keuangan
komersial dengan laporan keuangan fiskal sebagai pembenaran atas tiap item pendapatan dan
biaya sehingga sesuai dengan ketentuan perpajakan. Rekonsiliasi Fiskal ini tentu akan
berpengaruh terhadap jumlah laba usaha fiskal dan besarnya pajak penghasilan kena pajak (PKP)
4
BAB II
Pembahasan
5
Akuntansi ini berfokus pada pencatatan dan pelaporan atas transaksi-transaksi yang
terjadi dalam ruang lingkup pemerintah dan mencakup aspek pengendalian atas
pengeluaran dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).
6. Akuntansi Pajak (Tax Accounting)
Dalam menetapkan besarnya pajak terutang tetap mendasarkan laporan keuangan yang
disusun oleh perusahaan,mengingat dalam ketentuan perundang-undangan perpajakan
terdapat aturan khusus,yaitu masalah konsep transaksi dan peristiwa keuangan,metode
pengukuran serta pelaporan yang ditetapkan dengan undang-undang
7. Sistem Informasi Akuntansi
Akuntansi menyediakan informasi keuangan yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan secara berdaya guna dan berhasil guna.
6
2.2.3 Prinsip Dasar Akuntansi
1. Cost Principle
Dengan kata lain, itu adalah dasar untuk mencatat perolehan barang, jasa, harga pokok
penjualan, biaya, dan modal, sehingga penilaian yang paling penting didasarkan pada
harga pertukaran pada tanggal perolehan.
2. Revenue Principle
Prinsip pendapatan (revenue principle) in lebih menjelaskan tentang sifat dan komponen,
pengukuran, maupun pengakuan pendapatan sebagai salah satu komponen penyusunan
laporan laba rugi.
3. Matching Principle
Prinsip dasar pemadanan atau penandingan (matching) menjelaskan masalah
pengaturan pembebanan biaya pada periode yang sama dengan periode pengakuan
hasil, sehingga hasil akan diakui pada periode menurut prinsip dasar pengakuan
hasil, sedangkan biayanya dibebankan sesuai periode tersebut.
4. Objectivity Principle
Masalah objektivitas (objectivity) mempunyai penafsiran yang berbeda. Sebagai
contoh objektivitas sebagai realitas yang disampaikan pihak ketiga yang independen
(misalnya laporan rekening koran dari bank), objektivitas dianggap sebagai hasil
konsensus kelompok yang mengukur ataupun objektivitas diukur dengan penentuan
batas atau limit tertentu.
5. Consistency Principle
Pada prinsip konsistensi (consistency principle) ini, prosedur dan prinsip akuntansi
yang sama harus diterapkan dalam periode yang bersangkutan, sehingga peristiwa
ekonomis yang sejenis akan dicatat dan dilaporkan secara konsisten. Oleh karena
itulah, laporan keuangan akan dapat diperbandingkan.
6. Disclosure Principle
Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure) mengharuskan laporan keuangan
dibentuk dan disajikan dari peristiwa ekonomi yang mempengaruhi perusahaan
dalam suatu periode. Laporan keuangan diharapkan cukup informatif sehingga
para pengguna laporan keuangan dapat memperoleh manfaat dari informasi
7
keuangan tersebut. Penyajian laporan keuangan tersebut haruslah lengkap full),
jujur (fair), dan memadai (adequate; mencakup informasi minimal yang memang
harus disajikan).
7. Conservatism Principle
Prinsip ini merupakan prinsip pengecualian umumnya digunakan untuk hal yang sifatnya
tidak menentu atau ditengah kondisi ketidakpastian.Tetapi dengan semakin banyaknya
pihak yang mengutamakan penyajian jujur (fair) dan dapat diandalkan (reliable), prinsip
konservatisme semakin berkurang penekanannya. Salah satu contoh penerapan prinsip
konservatisme adalah penyajian persediaan pada nilai terendah antara harga perolehan
dan harga pasar (lower of cost or market- LOCOM) yang bertentangan dengan konsep
biaya historis.
8. Materiality Principle
Seperti prinsip konservatisme, prinsip materialitas (materiality) juga termasuk dalam
pengecualian. Accountants International Study Group memberikan pengertian
materialitas sebagai “Persoalan pertimbangan profesional penting. Pos-pos tertentu harus
dianggap material apabila pengetahuan tertentu dianggap secara wajar menimbulkan
pengaruh bagi pengguna laporan keuangan." Menurut APB Statement No. 4, prinsip
materialitas mengandung arti bahwa laporan keuangan hanya menyangkut informasi yang
dianggap penting (material) dalam mempengaruhi penilaian.
9. Uniformity and Comparability Principle
Prinsip ini menekankan pada keseragaman dan dapat diperbandingkan, yang merupakan
salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan prinsip akuntansi.
8
2.2 Penyusunan Laporan Keuangan
Sedangkan proses penyusunan laporan keuangan fiskal akan seperti berikut ini:
9
dituangkan dalam SPT untuk periode “Masa Pajak” dan “Tahun Pajak” sehingga terdapat SPT
Masa dan SPT Tahunan. Pengisian SPT yang dilakukan Wajib Pajak ini harus benar, lengkap,
dan jelas. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya pemahaman fungsi, kegiatan usaha
yang dalam bidang akuntansi disebut sebagai konsep dasar entitas.(Waluyo,2020)
Tujuan laporan keuangan komersial adalah untuk menyajikan informasi yang
menyangkut posisi keuangan,kinerja ,serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
10
pembukuan berdasarkan standar akuntansi komersial tapa menyusun laporan keuangan
berbasis ketentuan perpajakan. Ada juga yang berbeda sama sekali karena bergantung
pada berbagai kondisi, terutama perusahaan multinasional (dengan memperhatikan aspek
akuntansi internasional).
3. Pendekatan ketiga menyatakan ketentuan perpajakan sebagai sisipan Standar Akuntansi
Keuangan atau pendekatan dengan prinsip common basis. Dalam dasarin laporan
keuangan disusun mengikuti Standar Akuntansi Keuangan, tetapi apabila terdapat aturan
lain dalam akuntansi komersial, maka preferensi diberikan pada ketentuan perpajakan.
Koreksi Fiskal:
A. Positif (biaya yang tidak diperkenankan oleh pajak sebagaimana diatur dalam pasal 9 UU
Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan)
1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi
11
5. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan.
6. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m
serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
7. Pajak Penghasilan
8. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak
atau orang yang menjadi tanggungannya
9. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.
10. sanksi administratif berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
B. Negatif
Sebaliknya, koreksi negatif akan menyebabkan laba kena pajak berkurang atau
pengurangan PPh terutang. Hal ini disebabkan oleh pendapatan komersial yang lebih tinggi
daripada pendapatan fiskal dan biaya-biaya komersial yang lebih kecil daripada biaya-biaya
fiskal. Penyebab dari adanya koreksi negatif sendiri di antaranya adalah penghasilan yang
dikenakan PPh final dan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak tetapi termasuk dalam
peredaran usaha, selisih penyusutan/amortisasi komersial komersial dibawah
penyusutan/amortisasi fiskal, dan penyesuaian fiskal negatif lain.
12
Contoh:Penyusutan
2. Beda Permanen (Permanent Difference)
Perbedaan antara laporan keuangan komersial dan fiskal ini juga menyangkut masalah
pendapatan atau beban tetapi tidak berhubungan dengan periode, tetapi jumlah itulah
yang dipersoalkan.
Contoh:Pendapatan yang diperoleh dari bunga deposito,Perbedaan antara SAK dengan
Undang-Undang perpajakan
● Penyusunan rekonsiliasi fiskal ini sebagai kertas kerja perusahaan dalam rangka
pengisian SPT Tahunan PPh orang pribadi atau PPh badan yang memiliki kewajiban
dalam pembukuan. Rekonsiliasi fiskal ini dilihat dari laporan laba rugi wajib pajak
13
Contoh Rekonsiliasi Laporan
Keuangan Fiskal
14
15
BAB III
Penutup
16
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan Ketiga atas
Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Perpajakan.
17