Anda di halaman 1dari 36

Pertemuan 1

Akuntansi Perpajakan (RSA 314)

Able to understand the concepts


of
tax accounting and commercial accounting

Lady Karlinah S.E., Ak., M.Ak. BKP., ACPA.,CTC


REQUIRED TEXTS:
• Akuntansi Pajak Edisi 6. Waluyo, Salemba Empat
• Akuntansi Perpajakan Edisi 3. Sukrisno Agus dan Estralita, Salemba
Empat
• Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia
• Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana terakhir telah diubah dengan
Undang-Undang No. 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan;
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Definisi Sistem Informasi yang menghasilkan
Akuntansi laporan kepada pihak-pihak yang
bekepentingan mengenai aktivitas
ekonomi dan kondisi perusahaan

Akuntansi komersial menyajikan informasi tentang keadaan yang terjadi


selama periode tertentu bagi manajemen atau pihak-pihak lain yang
bekepentingan dengan tujuan untuk menilai kondisi dan kinerja
perusahaan.
Pendahuluan
Definisi Definisi Akuntansi
Akuntansi Perpajakan
(Niswonger and Fees)
(Accounting Principles, 2007)

Akuntansi perpajakan dirumuskan sebagai bagian dari


akuntansi yang menekankan kepada penyusunan Surat
Pemberitahuan Pajak (SPT) dan pertimbangan
konsekuensi perpajakan terhadap transaksi atau kegiatan
perusahaan dalam rangka memenuhi kewajiban
perpajakan (tax compliance)
Pendahuluan

Hasil Akhir dari Proses Akuntansi adalah menghasilkan Laporan


Keuangan,

Laporan Keuangan Perusahaan berupa:


1.Laporan Laba Rugi
2.Laporan Neraca
3.Laporan Arus Kas
4.Laporan Perubahan Modal
5.Catatan atas Laporan Keuangan
Dasar Hukum
Dasar Hukum

• Pasal 1 Angka 29 UU KUP ( Baca)


• Pasal 28 UU KUP (Baca)
• PP 74 tahun 2011 jo. PP 80 Tahun 2007 – Tata Cara
Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
• PMK No.123 /PMK.03/2019 Tata Cara Penyelenggaraan
Pembukuan dengan menggunakan Bahasa Asing dan
Satuan Rupiah serta Kewajiban Penyampaian SPT PPh
WP Badan
• PMK No.197/PMK.03/2007 Bentuk dan Tata Cara
Pencatatan WP OP
Standar Akuntansi
1. SAK - IFRS
2. SAK - ET AP
3. SAK - EMKM
4. SAS - Syariah
5. SAP – Pemerintah
SAK-IFRS

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan Standar


Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi
Keuangan (ISAK) yang diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK IAI).
Efektif 1 Januari 2015 yang berlaku di Indonesia secara garis besar akan
konvergen dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) yang
berlaku efektif 1 Januari 2014. DSAK IAI telah berhasil meminimalkan
perbedaan antara kedua standar, dari tiga tahun di 1 januari 2012 menjadi satu
tahun di 1 Januari 2015. Ini merupakan suatu bentuk komitmen Indonesia
melalui DSAK IAI dalam memainkan perannya selaku satu- satunya anggota G20
di kawasan Asia Tenggara.
SAK-IFRS

Diharapkan dengan semakin sedikitnya perbedaan antara SAK dan IFRS dapat memberikan
manfaat bagi pemangku kepentingan di Indonesia. Perusahaan yang memiliki akuntabilitas
publik, regulator yang berusaha menciptakan infrastruktur pengaturan yang dibutuhkan,
khususnya dalam transaksi pasar modal, serta pengguna informasi laporan keuangan dapat
menggunakan SAK sebagai suatu panduan dalam meningkatkan kualitas informasi yang dihasilkan
dalam laporan keuangan.
SAK-IFRS

Penyusunan dan pencabutan SAK wajib mengikuti due process procedure yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Organisasi Ikatan Akuntan Indonesia. Proses tersebut meliputi:
a. identifikasi isu;
b. konsultasi isu dengan Dewan Konsultatif SAK (DKSAK) (jika diperlukan);
c. melakukan riset terbatas;
d. pembahasan materi SAK;
e. pengesahan dan publikasi exposure draft;
f.pelaksanaan public hearing;
g. pelaksanaan limited hearing (jika diperlukan);
h. pembahasan masukan publik; dan
i. pengesahan SAK.
Sedangkan penyusunan buletin teknis dan annual improvements tidak wajib
mengikuti keseluruhan tahapan due process procedure.
SAK-ETAP

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa


Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk
digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(ETAP), yaitu entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas publik signifikan; dan menerbitkan
laporan keuangan untuk tujuan umum (general
purpose financial statement) bagi pengguna
eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah
pemilik yang tidak terlibat langsung dalam
pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga
pemeringkat kredit.
SAK-ETAP

S A K ETAP bertujuan u n t u k menciptakan fleksibilitas dalam penerapannya dan


diharapkan memberi k emu dah an akses ETAP kepada pendanaan dari perbankan.

S A K ETAP merupakan S A K yang berdiri sendiri dan tidak mengacu pada S A K


U m u m , sebagian besar menggunakan konsep biaya historis; mengatur transaksi
yang dilakukan oleh ETAP; bentuk pengaturan yang lebih sederhana dalam
hal perlakuan akuntansi da n relatif tidak berubah selama beberapa t a h u n .

SAK EP merupakan hasil adopsi dari IFRS for


SMEs dengan mempertimbangkan kondisi
Indonesia. SAK EP akan menggantikan SAK
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) dan
berlaku efektif 1 Januari 2025. Penerapan dini
diperkenankan untuk periode tahun buku yang
dimulai pada atau setelah 1 Januari 2022
SAK-EMKM

SAK EMKM disusun untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan entitas


mikro, kecil, dan menengah. Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dapat digunakan sebagai acuan dalam
mendefinisikan dan memberikan rentang kuantitatif EMKM.

SAK ditujukan untuk digunakan oleh entitas yang tidak atau belum mampu
memenuhi persyaratan akuntansi yang diatur dalam SAK ETAP.

SAK EMKM berlaku efektif tanggal 1 Januari 2018.


SAK-SYARIAH

Standar Akuntansi Syariah (SAS) adalah Pernyataan Standar Akuntansi


Keuangan (PSAK) Syariah yang ditujukan untuk entitas yang melakukan
transaksi syariah baik entitas lembaga syariah maupun lembaga non syariah.
Pengembangan SAS dilakukan dengan mengikuti model SAK umum namun
berbasis syariah dengan mengacu kepada fatwa MUI.

SAS ini terdiri dari PSAK 100 sampai dengan PSAK 107
yang mencakup kerangka konseptual; penyajian laporan
keuangan syariah; akuntansi murabahah; musyarakah;
mudharabah; salam; istishna, ijarah.
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH - SAP

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) ditetapkan dengan Peraturan


Pemerintah No. 71 Tahun 2010 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No.
24 Tahun 2005.

SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan


(PSAP), dilengkapi dengan Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan dan
disusun mengacu kepada Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH - SAP

SAP harus digunakan sebagai acuan dalam menyusun laporan keuangan


pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah. Peraturan
Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan selengkapnya adalah
sebagai berikut:
• Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010
• Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) 2016
• Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) 2019
• Government Accounting Standards Republic of Indonesia
Tujuan dan Fungsi
Akuntansi Pajak
Tujuan dan Fungsi Akuntansi Pajak

Tujuan akuntansi pajak:


• Untuk menetapkan besarnya pajak terutang sesuai
dengan ketentuan perpajakan.

Fungsi akuntansi pajak:


• Mencatat asset, utang, modal, pendapatan, beban,
penghasilan dan biaya berdasarkan ketentuan perpajakan.
Kerangka Dasar Akuntansi Pajak

• Laporan Keuangan disusun dan disajikan kepada otoritas


pajak untuk kepentingan perpajakan.
• Laporan Keuangan meliputi neraca dan laba rugi, ditambah
informasi lain yang diwajibkan UU Perpajakan
• Laporan Utama adalah Laporan Laba Rugi Fiskal
• Tanggung jawab menyusun Laporan Keuangan Fiskal terletak
pada Wajib Pajak atau pengurus atau kuasanya
• Posisi Keuangan tergambar pada Neraca, penting untuk
mengetahui potensi pajak jangka Panjang.
Laporan Keuangan Fiskal

Laporan Keuangan Fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan
perpajakan dan digunakan untuk kepentingan perhitungan pajak.

UU Pajak tidak mengatur secara khusus bentuk dari laporan keuangan , hanya memberikan
pembatasan hal-hal tertentu , baik dalam pengakuan penghasilan maupun biaya.

Akibat dari pengakuan perbedaan ini menyebabkan laba akuntansi dan laba fiskal dapat
berbeda.

Perusahaan dapat menyusun laporan keuangan akuntansi (komersial) dan laporan keuangan
fiskal secara terpisah atau melakukan koreksi fiskal terhadap laporan keuangan komersial.

Laporan keuangan komersial yang direkonsiliasi dengan koreksi fiskal akan menghasilkan
laporan keuangan fiskal.
Laporan Keuangan Komersial
Penyusunan Laporan Keuangan didasarkan pada Asumsi Asumsi

Terjadi Perbedaan
Ketentuan Perpajakan mempunyai kriteria tentang pengukuran dan
pengakuan komponen yang tedapat dalam Laporan Keuangan

Laporan Keuangan Fiskal


Laporan Keuangan Fiskal merupakan solusi antara ketentuan akuntansi dan
Ketentuan perpajakan
Solusi: Ketentuan Akuntansi vs Ketentuan Pajak
• WP harus menyelenggarakan pembukuan
Ketentuan Pajak
Secara DOMINAN
sesuai dengan ketentuan perpajakan tanpa
Mewarnai Praktik Akuntansi kelonggaran terhadap ketidaksamaan prinsip
akuntansi dan ketentuan perpajakan

Wajib Pajak bebas


• Laporan Keuangan disusun terpisah dari di luar
menyelenggarakan proses pembukuan (extra comptable) melalui
pembukuannya dengan dasar
prinsip dan metode proses rekonsiliasi antara akuntansi komersial
akuntansinya dan akuntansi fiskal.

• Laporan Keungan disusun mengikuti SAK


Ketentuan perpajakan sebagai
sisipan Standar Akuntansi tetapi apabila terdapat aturan lain dalam
Keuangan atau pendekatan
dengan prinsip Common Basis
akuntansi komersial , maka preferensi
diberikan pada ketentuan perpajakan.
Proses Laporan Keuangan Fiskal
Prinsip Akuntansi
1. Stesel Ak rua l vs K a s
2. Prinsip Taat Azas
3. Historical cost vs Fair value
4. Substansi Mengalahkan Ben tuk
5. Going Concern
ST ES E L KAS VS AKRUAL
Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan
dan biaya dalam arti penghasilan diakui pada waktu
diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi tidak
tergantung pada kapan penghasilan itu diterima dan kapan
biaya itu dibayar tunai.

Termasuk dalam pengertian stelsel akrual adalah pengakuan


penghasilan berdasarkan metode persentase tingkat
penyelesaian pekerjaan yang umumnya dipakai daiam bidang
konstruksi dan metode lain yang dipakai dalam bidang usaha
tertentu seperti build operate and transfer (BOT) dan real
estat.
ST ES E L KAS VS AKRUAL
Dengan cara ini, pemakaian stelsel kas dapat mengakibatkan penghitungan yang mengaburkan
terhadap penghasilan, yaitu besarnya penghasilan dari tahun ke tahun dapat disesuaikan
dengan mengatur penerimaan kas dan pengeluaran kas.

Oleh karena itu, untuk penghitungan Pajak Penghasilan dalam memakai stelsel kas harus
memperhatikan hal-hal antara lain sebagai berikut:
1) Penghitungan jumlah penjualan dalam suatu periode harus meliputi seluruh penjualan,
baik yang tunai maupun yang bukan. Dalam menghitung harga pokok penjualan harus
diperhitungkan seluruh pembelian dan persediaan.
2) Dalam memperoleh harta yang dapat disusutkan dan hak-hak yang dapat diamortisasi,
biaya-biaya yang dikurangkan dari penghasilan hanya dapat dilakukan melalui penyusutan
dan amortisasi.
3) Pemakaian stelsel kas harus dilakukan secara taat asas (konsisten). Dengan
demikian penggunaan stelsel kas untuk tujuan perpajakan dapat juga dinamakan stelsel
campuran.
ST ES E L KAS VS AKRUAL
Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas
penghasilan yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai.
Penghasilan baru dianggap sebagai penghasilan bila benar-benar telah
diterima tunai dalam suatu periode tertentu. Biaya dianggap sebagai
biaya, bila benar- benar telah dibayar tunai dalam suatu periode
tertentu.
Stelsel kas biasanya digunakan oleh perusahaan kecil orang pribadi atau
perusahaan jasa, misalnya transportasi, hiburan, dan restoran yang
tenggang waktu antara penyerahan jasa dan penerimaan pembayarannya
tidak berlangsung lama. Dalam stelsel kas murni, penghasilan dari
penyerahan barang atau jasa ditetapkan pada saat pembayaran dari
pelanggan diterima dan biaya-biaya ditetapkan pada saat barang, jasa, dan
biaya operasi lain dibayar.
P RIN S IP TA AT AS AS
Prinsip taat asas adalah prinsip yang sama yang digunakan dengan
tahun- tahun sebelumnya.

Contoh Prinsip taat asas:


1. Tahun buku yang digunakan.
Tahun buku = Januari sd Desember tidak dirubah menjadi
Maret sd April.
2. Metode penyusutan yang digunakan.
Atas asset yang sama pada tahun 2018 menggunakan metode
penyusutan garis lurus, tahun 2019 menggunakan metode
penyusutan saldo menurun
3. Metode penilaian persediaan.
4. Metode pengakuan penghasilan dan biaya (akrual dan kas)
HISTORICAL CO S T V S FAIR VALUE

Historical Cost mencatat sebesar harga perolehan untuk mencatat


aset, hutang, modal, dan biaya.

Pengertian dari harga perolehan adalah harga pertukaran yang disetujui


oleh kedua belah pihak yang terlibat dalam suatu transaksi. Harga
perolehan ini harus terjadi dalam transaksi di antara dua belah pihak
yang bebas (arm's-length transaction).
HISTORICAL CO S T V S FAIR VALUE

Fair Value merupakan harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset
atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam
transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.
HIRARKI NILAI WAJAR
PSAK 68 menetapkan hirarki nilai wajar yang mengelompokkan input untuk teknik
penilaian yang digunakan dalam pengukuran nilai wajar menjadi tiga level input
yaitu:
Input Level 1 - harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk
aset atau liabilitas yang identik yang dapat diakses entitas pada tanggal
pengukuran.
Input Level 2 - input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Level 1 yang
dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau tidak
langsung.
Input Level 3 - input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas.
SUBSTANCE OV E R FO R M

Substance (substansi) mencerminkan realitas dari transaksi atau


peristiwa yang sesungguhnya terjadi.

Form (bentuk) bentuk menunjukkan keadaan nya ditinjau dari


sudut hukum.

Dalam prinsip akuntansi Substansi ekonomis lebih diutamakan


daripada bentuk hukumnya atau makna yuridisnya.

Contoh: Membeli tanah dengan akta jual beli namun belum


beralih hak kepemilikan tanahnya.
G OING CONCERN

Going Concern merupakan suatu asumsi yang menganggap


bahwa suatu entitas akan mampu beroperasi dalam jangka
panjang.

Asumsi Going Concern digunakan dalam proses penyusunan


Laporan Keuangan oleh manajemen entitas yang terlihat
dalam proses pengalokasian yang dilakukan di beberapa akun
ke dalam beberapa periode sesuai dengan masa manfaat yang
dirasakan dan atau diestimasikan akan diperoleh entitas.

Anda mungkin juga menyukai