Anda di halaman 1dari 8

Translate Chapter 5 Measurement Theory

IMPORTANT OF MEASUREMENT
Campbell mendefiniskan pengukuran adalah ‘the assignment of numerals to represent
properties of material systems other than numbers, in virtue of the laws governing these
properties.’ Sedangkan menurut Stevens, pengukuran adalah ‘assignment of numerals to
objects or events according to rules.’
Dalam pengertian Campbell, ‘systems’ sama dengan ‘object or events’ dalam pengertian
Steven. Dalam hal ini contohnya adalah meja, manusia, asset, atau jarak perjalanan.
‘Properties’ yaitu spesifikasi atau karakteristik dari ‘system’ dalam pengertian Campbell.
Dalam hal ini maka Teori Pengukuran menurut Campbell lebih tepat.
Ketika kita melihat hubungan antara pernyataan secara matematika yang berkolerasi dengan
hubungan dari objek atau kejadian, maka pengukuran atas objek atau kejadian tersebut telah
terjadi. Dalam akuntansi, kita mengukur laba dengan langkah pertama yaitu
menghitung/menilai modal dan kemudian mengkalkulasikan laba sebagai pertukaran dalam
modal selama periode akuntansi untuk semua kejadian ekonomi yang mempengaruhi
perusahaan.
Pengukuran adalah proses pemberian angka -angka atau label kepada unit analisis untuk
merepresentasikan atribut – atribut. konsep atribut adalah sesuatu yang melekat pada suatu
objek yang menggambarkan sifat atau ciri yang dikandung objek tersebut.
Dalam setiap aktivitas manusia, pengukuran senantiasa terjadi. Dapat berupa penilaian
subyektif, seperti persepsi seseorang tentang orang lain, yang dapat menentukan bentuk
hubungan antar keduanya pada masa mendatang, dapat pula berupa pengukuran yang lebih
obyektif ataupun data statistik. Saat transaksi jual -beli, merupakan situasi yang tepat sebagai
contoh tentang pengukuran. Sekantung gula yang kita beli, mungkin berukuran satu kilogram,
atau setengah kilogram, itulah pengukuran yang nyata sehari - hari. Sedangkan dalam
akuntansi contoh pengukuran yang dilakukan adalah ketika kita mengukur keuntungan
dengan terlebih dahulu menetapkan nilai terhadap modal dan kemudian menghitung
keuntungan sebagai perubahan modal selama periode setelah memperhitungkan semua
peristiwa ekonomi yang mempengaruhi kekayaan perusahaan.
Seluruh pengukuran dalam kehidupan itu memiliki tujuan -tujuan khusus untuk menentukan
langkah berikutnya. Pengukuran sangat penting dilakukan karena dengan mengukur suatu
objek, maka kita dapat mengetahui nilai suatu objek sehingga dapat menjadi acuan untuk
dapat menentukan kebijakan yang berkaitan dengan objek tersebut. Untuk memudahkan kita
melakukan suatu pengukuran sehingga memperoleh suatu hasil yang akurat dan dapat
diandalkan maka kita dapat menggunakan skala dan memilih tipe pengukuran yang sesuai
dengan karakteristik objek yang kita ukur.
SCALES
Setiap pengukuran dibuat berdasarkan sebuah skala. Sebuah skala dibuat ketika aturan
semantik digunakan untuk menghubungkan pernyataan matematika kepada objek atau
kejadian. Skala menunjukkan informasi apa yang diwakili oleh angka, sehingga memberikan
arti kepada angka tersebut. jenis skala yang dibuat tergantung kepada aturan semantik yang
digunakan. Menurut Steven, skala dapat dibagi menjadi nominal, ordinal, interval atau rasio.
Nominal Scale
Dalam skala nominal, nomor hanya diigunakan sebagai sebuah label. Contohnya adalah
penomoran pemain sepak bola. Banyak teori yang tidak sependapat dengan skala nominal.
Torgerson menyatakan, “Dalam pengukuran, nomor yang digunakan menunjuk kepada
jumlah atau tingkat kepemilikan dari suatu objek, dan bukan menunjukkan kepada objek itu
sendiri, Sedangkan dalam skala nominal, nomor menunjukkan kepada objek atau kelompok
dari objek”
Ordinal Scale
Skala ordinal dibuat ketika suatu operasi memeringkat objeknya sehubungan dengan properti
yang diberikan. Contohnya, investor melihat satu kemungkinan jenis investasi untuk
uangnya. Investasi tersebut diperingkat 1,2,3 berdasarkan nilai bersihnya saat ini. Kelemahan
skala ordinal adalah interval antar nomor tidak memberitahukan apa -apa tentang perbedaan
kuantitas kepemilikan yang diwakilinya.
Interval Scale
Skala interval memberikan informasi yang lebih daripada skala orginal. Tidak hanya
memberi peringkat kepada objeknya, tetapi juga jarak antara interval skalanya diketahui dan
sama. Contohnya adalah pengukuran suhu ruangan dengan menggunakan thermometer
Celsius. Jika kita mengukur suhu dua buah ruangan, misal ruangan A dan B, dimana suhu
ruangan A 22 derajat celsius dan ruangan B 30 derajat celsius, maka selain kita dapat
mengatakan bahwa suhu di ruangan B lebih panas, kita juga mengetahui bahwa ruangan B
lebih panas 3 derajat daripada ruangan A. Kelemahan skala interval adalah titik nolnya dibuat
dengan bebas.
Ratio Scale
Skala rasio adalah skala yang :
 memberikan peringkat kepada objek atau kejadian
 interval antar objek diketahui dan sama
 Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya dengan objek terakhir
diketahui.
Varian dalam skala berarti bahwa apapun metode pengukuran yang digunakan, maka sistem
pengukuran akan menghasilkan format yang sama dari variabel -variabel yang digunakan dan
pengambil keputusan akan membuat keputusan yang sama juga. Tapi hal ini tidak berlaku
dalam akuntansi, setiap sistem yang berbeda akan berbeda juga variabel -variabelnya.
Pengukuran pendapatan dengan cara yang berbeda akan menghasilkan keputusan yang
berbeda juga. Metode -metode pengukuran yang berbeda tersebut tidak memberikan
informasi yang sama.
PERMISSIBLE OPERATIONS OF SCLAES
Salah satu alasan untuk mendiskusikan pengukuran adalah penerapan ilmu matematika
tertentu hanya dapat menggunakan pengukuran tertentu. Skala rasio dapat digunakan untuk
semua operasi aritmatik yang fundamental, yaitu penjumlahan, pengurangan, pengkalian, dan
pembagian. Begitu juga dengan algebra, analisis geometri, kalkulus, dan metode – metode
statistikal. Skala rasio akan tetap bagaimanapun transformasi penggunaannya.
Kestabilan dari pengukuran membuat kita paham sampai dimana teori atau peraturan pada
dasarnya akan tetap sama, walaupun pengukuran digunakan pada ukuran berbeda, seperti
sentimeter ke meter.
Tanpa kestabilan, bisa saja X dua kali lebih panjang daripada Y apabila diukur dalam
sentimeter, namun tiga kali lebih panjang apabila diukur dalam meter. Dalam akuntansi,
pengukuran dari current cost adalah varian dari historical cost. Karena atribut dari yang
dihitung berbeda, bisa saja mesin A yang dihitung berdasarkan historical cost seharga
$90.000, namun menjadi seharga $110.000 apabila dihitung berdasarkan current cost.
Tidak semua operasi aritmatik dapat digunakan dengan skala interval. Penjumlahan dan
pengurangan masih bisa digunakan dengan skala interval, namun pengkalian dan pembagian
tidak.
Tidak ada operasi aritmatik yang dapat digunakan dengan menggunakan skala ordinal. Kita
tidak dapat menjumlah, mengurangi, mengkali, dan membagi nomor atau interval dengan
mengunakan skala ini. Oleh karena itu, skala ordinal hanya dapat memberikan informasi yang
terbatas.
TYPES OF MEASUREMENT
Proses pengukuran sama dengan pendekatan ilmiah pada teori konstruksi dan pengujian.
Pertanyaan tentang pengujian teori berhubungan dengan pertanyaan tentang perbedaan jenis -
jenis pengukuran. Campbell membaginya kedalam dua jenis yaitu fundamental dan turunan.
Menurut Campbell, pengukuran bisa diakui hanya ketika ada konfirmasi teori -teori empiris
(hukum) untuk mendukung pengukuran. Tipe pengukuran yang lebih jauh, pengukuran fiat,
yang diungkapkan oleh Togerson, menjadi tambahan atas pengukuran fundamental dan
turunan yang didiskusikan Campbell.
Fundamental Measurements
Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka -angka bisa diterapkan pada
benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak bergantung pada pengukuran variabel
apapun. Hal -hal seperti panjang, hambatan listrik, nomor, dan volume merupakan hal -hal
yang bisa diukur. Sebuah skala rasio bisa diformulasikan pada tiap -tiap benda sebagai
hukum dasar yang dihubungkan dengan pengukuran yang berbeda (jumlah) pada benda -
benda yang sudah ada.
Derived Measurements
Menurut Campbell, sebuah pengukuran turunan merupakan pengukuran yang bergantung dari
pengukuran dua atau lebih benda lain. contohnya adalah pengukuran kepadatan, yang
bergantung pada pengukuran massa dan volume. Dalam akuntansi, contoh pengukuran
turunan adalah keuntungan, yang diturunkan dari penambahan dan pengurangan pendapatan
dengan beban.
Fiat Measurements
Ini adalah tipe pengukuran dalam ilmu sosial dan akuntansi, menggunakan definisi yang
dibangun secara acak untuk dihubungkan dengan hal -hal yang bisa diamati dengan pasti
(variabel) pada konsep yang telah ada, tanpa perlu teori konfirmasi untuk mendukung
hubungan tersebut. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita tidak tahu bagaimana cara untuk
mengukur konsep keuntungan secara langsung. Kita mengasumsikan variabel pendapatan,
laba, beban, dan kerugian dihubungkan dengan konsep keuntungan dan bagaimanapun bisa
digunakan untuk mengukur keuntungan secara tidak langsung. Untuk mengukur validitas
pengukurannya, ilmuwan sosial berusaha menghubungkan hal -hal yang dipelajari dengan
variabel lain untuk melihat manfaatnya. Contohnya, jika kita ingin mengukur kemampuan
aritmatik orang, kita mungkin memilih untuk menguji mereka dalam suatu tes aritmatik.
Bagaimanapun, tidak ada teori empiris yang konfirmasi untuk menilai tes yang kita lakukan,
dan kita membuat asumsi ketika kita membangun skala pengukuran. Kita bisa
memprediksikan bahwa pada kebanyakan orang, yang mempunyai nilai tes yang tinggi juga
akan berprestasi dalam kuliah matematika.
REABILITY AND ACCURACY
Apa yang dimaksud dengan keandalan dari sebuah pengukuran atau akurasi dari sebuah
pengukuran? Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama kita perlu menekankan bahwa
tidak ada pengukuran yang bebas dari kesalahan kecuali perhitungan.
Sources of Error
Sumber-sumber Kesalahan.
 1. Operasi pengukuran ditetapkan dengan kurang tepat.
Aturan untuk menetapkan angka untuk suatu properti biasanya terdiri dari `seperangkat
operasi`. Seperangkat operasi mungkin tidak dinyatakan dengan tepat dan karena itu mungkin
dapat ditafsirkan dengan kurang tepat oleh orang yang mengukur.
 2. Pengukur.
Pengukur mungkin saja salah mengartikan aturan, berat sebelah, atau menerapkan atau
membaca instrumennya secara tidak benar.
 3. Instrumen.
Banyak operasi yang membutuhkan digunakannya instrumen fisik, seperti penggaris atau
termometer atau barometer, yang mungkin saja rusak.
 4. Lingkungan.
Tempat dilaksanakannya operasi pengukuran dapat mempengaruhi hasilnya.
 5. Atribut tidak jelas.
Apa yang akan diukur mungkin tidak jelas, terutama apabila pengukurannya melibatkan
sebuah konsep yang tidak dapat diukur secara langsung.
Apabila semua pengukuran kecuali perhitungan sudah pasti memiliki kesalahan, lalu
bagaimana bisa suatu laporan yang mengandung pengukuran tersebut dapat dianggap benar?
Masalahnya adalah kebanyakan orang mengharapkan kesempurnaan sementara hal itu tidak
mungkin. Apa yang perlu kita lakukan adalah membuat batasan dari kesalahan yang dapat
diterima. Apabila suatu pengukuran masih dalam batasan ini maka pengukuran tersebut dapat
dianggap benar.
Reliable Measurement
Seringkali diharuskan untuk unsur-unsur seperti aset, kewajiban, pendapatan dan beban
diakui di laporan keuangan, unsur tersebut seharusnya dapat diukur secara handal. Apa yang
dimaksud dengan pengukuran yang dapat diandalkan? Keandalan merujuk pada konsistensi
yang terbukti dari baik suatu operasi untuk menghasilkan hasil yang membanggakan maupun
dari hasil itu sendiri dalam penggunaan tertentu. Dalam statistik, keandalan menghendaki
pengukuran yang dapat berulang atau dapat dihasilkan kembali, dengan demikian
menunjukkan konsistensinya.
Gagasan keandalan mencakup dua aspek: akurasi dan kepastian dari suatu pengukuran dan
kepercayaan perwakilan akan pernyataan dengan hubungannya dengan transaksi ekonomi
dan peristiwa yang terjadi. Aspek pengukurannya fokus pada presisi dari pengukuran.
Dari hal-hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa kehandalan dari suatu pengukuran terkait
dengan presisi akan suatu properti yang diukur secara spesifik dengan menggunakan
seperangkat operasi.
Accurate Measurement
Meskipun suatu prosedur pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil yang sangat
akurat, pengukuran tersebut bisa jadi tidak menghasilkan hasil yang akurat. Konsistensi dari
hasil, presisi dan kehandalan belum tentu menghasilkan akurasi. Alasannya adalah akurasi
berhubungan dengan seberapa dekat suatu pengukuran dengan nilai sebenarnya (true value)
dari atribut yang diukur.
Hal-hal fundamental seperti panjang suatu objek dapat ditentukan secara akurat dengan
membandingkan objek tersebut dengan standar yang mewakili “true value” dari objek
tersebut, kita dapat menggunakan penggaris misalnya sebagai standar tersebut.
Masalahnya adalah bagi banyak pengukuran true valuenya tidak diketahui. Untuk
menentukan akurasi dalam akuntansi, kita perlu mengetahui atribut apa yang harus kita ukur
untuk mencapai tujuan dari pengukuran tersebut. Tujuan dari akuntansi menyebutkan
kegunaan dari suatu informasi, karena itu akurasi dari suatu pengukuran berhubungan dengan
“gagasan pragmatis” dari kegunaan itu sendiri, akan tetapi akuntan tidak memiliki
kesepakatan mengenai standar yang spesifik dan kuantitatif yang tersirat.
Kita dapat menghitung biaya inventory menggunakan FIFO dan mengulang perhitungannya
sampai beratus kali dan mendapat jawaban yang sama, tapi itu bukan berarti jawabannya
akurat, kecuali dalam hal pengecekan kesalahan aritmatika. Alih-alih menggunakan istilah
‘akurat’ yang sangat sering dipahami sebagai ketepatan aritmatis, mungkin lebih bijaksana
untuk menggunakan istilah dari ilmuwan sosial yaitu ‘validitas’.
MEASUREMENT IN ACCOUNTING
Pengukuran pada akuntansi termasuk pada kategori pengukuran turunan untuk kapital dan
profit. Profit pada akuntansi termasuk turunan, menurut standar akuntansi internasional dari
perubahan pada kapital dengan fair-value dari aset bersih. Nilai kapital diturunkan dari nilai
bersih pengukuran fair value aset dan kewajiban sehingga kita harus mengukur nilai awal
kapital, nilai pendapatan yang diterima, penggunaan kapital, perubahan pada fair value pada
aset bersih. Penambahan kapital selama periode tersebut akan mengukur laba pada periode
tersebut, yang datang dari berbagai sumber, seperti operasi dan pengukuran-kembali.
Bandingkan pendekatan pengukuran ini dengan pendekatan yang diambil sebelum
pengenalan standar akuntansi internasional. Pendapatan yang diterima dibandingkan dengan
penggunaan aset bersih dalam suatu periode dan jika pemasukan lebih besar dari penggunaan
kapital bersih, kita memiliki tambahan pada kapital.
Pada tahun-tahun pertama masehi, tujuan akuntansi adalah menghitung dan mengamankan
aset dengan menggunakan akuntansi satu-entri. Dengan sistem ini kapital diukur dengan
melihat luas tanah, ternak, produk agrikultur. Kapital dihitung bukan dengan alasan finansial,
melainkan hanya dihitung dan dirinci.
Setelah perang salib, pada abad kesebelas, pembukaan rute perdagangan Timur Tengah dan
Asia menciptakan permintaan barang jual beli (sutra, rempah, karpet, dan sebagainya). Kota
perdagangan di Italia memainkan peran penting dalam transportasi krusader ke Tanah Suci
dan kembali dengan barang-barang. Aktivitas ini mensyaratkan adanya laba usaha. Laba
didasarkan pada kembalinya dari (biasanya) perjalanan satu tujuan pulang. yang biasanya
dibiayai rekanan-rekanan dan diperhitungkan setelah memperhitungkan kapital awal.
Sehingga kapital akhir diukur sebagai akumulasi kekayaan dari perdagangan individual
ditambah kapital awal. Dari sisi pemangku kepentingan usaha, laba disajikan sebagai
pertambahan kekayaan. Lebih lanjut lagi, penggunaan sistem angka Arab bersamaan dengan
konsep kapital yang dikembalikan membawa kita kepada evolusi akuntansi dobel-entri.
Sistem ini digunakan secara luas oleh pedagang Italia dari abad ke-12 sampai ke-16 dan
pertama kali didokumentasikan oleh Luca Pacioli sebagai “Sistem Venice” pada 1494.
Pada abad ke-18 di Inggris terjadi perkembangan dalam bentuk perusahaan joint stock
dengan kewajiban terbatas, kelas manajemen yang terpisah, dan saham yang dapat ditransfer.
Banyak perusahaan jenis ini bankrut, mengakibatkan kerugian besar bagi kreditor, yang
membawa kepada Undang-undang Pendaftaran dan Pengaturan Perusahaan Joint Stock.
Undang-undang ini menekankan pada perlindungan terhadap kreditor dan penilaian akuntansi
yang konservatif. Sehingga definisi kapital turunan bergerak menuju “kapital kreditor” dan
menghasilkan penerimaan nilai yang lebih rendah dari biaya dan harga pasar sebagai prinsip
pengukuran. Pada abad ke-19, konsep kapital lain muncul, mengikuti ekspansi kereta api di
US. Konsep kapital ini berkisar pada mempertahankan keutuhan dari aset yang ada lebih dari
satu periode (going concern) seperti mesin dan jalur kereta api agar melanjutkan kemampuan
persahaan kereta untuk menyediakan jasa transportasi dengan level yang sama. Hal ini
menghasilkan konsep depresiasi sebagai metode untuk memelihara dana (kapital) untuk
mengganti aset, dan konsep going concern dari pemeliharaan kapital.
Hingga titik ini di sejarah, teori kapital dan pemeliharaan kapital masih sedikit
dikembangkan, hanya kumpulan konsep yang kabur. Tetapi, pada 1940 Paton dan Littleton
memproduksi pernyataan definitif pertama tentang konsep kapital dan laba. Mereka
mendefinisikan laba sebagai turunan dari penyandingan dan alokasi biaya historis dengan
pendapatan yang dihasilkan. Konsep dan prinsip Paton dan Littleton membentuk dasar sistem
akuntansi biaya historis konvensional yang adalah sistem dominan sebelum perkenalan
standar akuntansi internasional pada 2005.
Pada periode normatif pada 1960-an muncul banyak tantangan pada prinsip penilaian biaya
historis dan pemeliharaan kapital. Kritikus secara deduktif berargumen bahwa penilaian
perusahaan berdasarkan biaya historis yang usang tidak berguna bagi pengambilan keputusan
ekonomis dan laba urunan tidak mengukur penggunaan kontemporer sumber daya. Laba
diturunkan dari menggunakan nilai kapital “berharga pasar” dan melihat penambahan
sebenarnya dari daya beli atau kemampuan untuk mempertahankan suplai barang dan jasa.
Konsekuensinya, kita memiliki beberapa sistem pengukuran akuntansi. Perbedaan perspektif
ini merefleksikan bermacam-macam batas pada akuntansi dan kurangnya kesamaan pendapat
tentang prinsip pengukuran, tetapi dengan sistem alokasi biaya historis sebagai sistem yang
konvensional dan dominan. Belakangan ini IASB (International Accounting Standard Board)
telah memberikan pandangan bahwa globalisasi bisnis memberikan dukungan yang
meningkat terhadap kebutuhan untuk adanya satu standar akuntansi yang digunakan di
seluruh dunia untuk menghasilkan informasi keuangan yang dapat dibandingkan.
Hal ini menghasilkan dua perkembangan yang penting untuk dicatat pada pengaturan standar
akuntansi internasional oleh IASB yang disinyalir melalui standar akuntansi seperti IAS
39/AASB 139 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran dan Agenda Proyek IASB:
Melaporkan Pendapatkan Komprehensif (Pelaporan Performa)—(1) bahwa pengukuran laba
dan pengakuan pendapatan harus terhubung dengan pengakuan tepat waktu, dan (2) bahwa
pendekatan “fair vale” harus diadopsi sebagai prinsip pengukuran kerja. Sehingga, pada 2005
kita memiliki prinsip pengukuran yang fokus pada perubahan pada nilai aset dan kewajiban
daripada pelengkapan proses penghasilan. Singkatnya, ini berarti bahwa perubahan pada fair
value aset dan kewajiban dapat diakui sesegera mungkin setelah mereka muncul dan
dilaporkan sebagai komponen pendapatan. Lebih jauh lagi, fokus telah berpindah menuju
konsep penilaian dengan neraca sebagai gudang utama dari informasi terkait nilai dan
pengguna utama informasi akuntansi adalah pemegang saham dan investor. Meskipun, tentu
saja, konsep ini tidak berjalan tanpa kontroversi.
Beberapa perusahaan berargumen bahwa akuntansi fair value dari IASB secara fundamental
mengubah fokus manajemen risiko. Perusahaan akan menurunkan aktivitas hedging mereka
karena mereka khawatir dengan akibat akuntansi dengan IAS 39/AASB 139. Salah satu
konsekuensinya adalah dana pensiun perusahaan akan muncul sebagai kewajiban pada neraca
(IAS 19/AASB 119 Benefit Pegawai) dan ini perlu untuk dilindungi nilainya.
Rangkuman Agenda Proyek IASB: Pelaporan Pendapatan Komprehensif (Pelaporan
Performa) menyoroti pemikiran IASB tentang pengukuran pendapatan dan aset khususnya
aplikasi pengukuran fair value. IASB belakangan ini telah memulai kembali proyek
pelaporan performa, tetapi beberapa isu yang baru-baru ini dibahas adalah:
 1. Informasi akuntasi semestinya mengarah kepada pengambil keputusan yang membuat
keputusan ekonomi sebuah entitas.
 2. Entitas harus menyajikan pernyataan tunggal tentang semua item pendapatan dan beban
yang diakui sebagai kumpulan lengkap pernyataan finansial.
 3. Pernyataan tersebut harus sepenuhnya inklusif:
 a) Pernyataan itu harus juga berisi efek dari semua perubahan pada aset dan kewajiban
bersih pada suatu periode, selain transaksi dengan pemilik.
 b) Aset dan kewajiban harus dinilai dengan fair value yang mengira-ngira harga pasar
tetapi pengganti-pengganti seperti arus kas masa depan discounted. harga pasar terdepresiasi,
atau model kalkulasi harga aset yang dapat digunakan pada ketiadaan pasar likuid.
 c) Penentuan pendapatan seharusnya dibagi antara profit sebelum pengukuran kembali dan
efek pengukuran kembali.
 4. Semua pendapatan dan beban harus dikategorikan dan ditampilkan dengan cara yang
dapat :
 a) meningkatakan pemahaman pengguna tentang performa yang dicapai.
 b) mendukung pembuatan ekspektasi performa masa depan.
 5. Laba seharusnya tidak berdasarkan gagasan realisasi.
 6. Fokus semestinya pada:
 a) transparansi yang lebih besar
 b) informasi yang berguna untuk investor dan relevansi data untuk pengambilan keputusan
 c) konsep keandalan yang telah digantikan keterpercayaan yang representatif.
Dengan sistem ini laporan laba rugi akan menjadi sisa antara aset bersih awal dengan aset
bersih akhir, ketimbang neraca menjadi sisa antara biaya yang belum dialokasikan setelah
proses penyandingan, yang adalah kasus pada pengukuran biaya historis. Meskipun isu ini
tidak lagi disepakati, mereka menggambarkan pemikiran lama IASB adalah indikator dari
arah yang mungkin di masa depan.
MEASUREMENTS ISSUE FOR AUDITORS

Anda mungkin juga menyukai