disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Akuntansi
Dr. H. Memed Sueb, S.E.,MS.,Ak, CA.
120110130001
120110130009
120110130015
120110130086
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT. karena atas izinnya. makalah ini dapat diselesaikan
oleh penyusun. Makalah yang berjudul Teori Akuntansi : Measurement Theory ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Padjadjaran dengan dosen pembina mata kuliah Bapak Dr. H. Memed Sueb, S.E.,MS.,Ak,
CA.
Makalah ini disajikan semaksimal mungkin agar penyajian makalah sesuai dengan apa yang
diharapkan sebagai hasil pembelajaran kami mengenai teori akuntansi. Penyusunan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan dan karangan dari berbagai pihak dan kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu. kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah kami
harapkan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi kami. dan umumnya bagi pembaca semua.
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Kasus......................................................................................................4
1.2
Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3
Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1
Pentingnya pengukuran...............................................................................................3
2.2
Skala............................................................................................................................3
2.3
2.4
Jenis Pengukuran.........................................................................................................5
2.5
2.5.1
2.5.2
2.6
2.7
Simpulan....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kasus
Pengukuran (measurement) merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu
penyelidikan ilmiah. Tujuan pengukuran tersebut adalah untuk menjadikan data yang
dihasilkan lebih informative dan menjadi lebih bermanfaat. Pengukuran dipakai dalam
berbagai disiplin pengetahuan ataupun bidang pekerjaan dan profesi termasuk bidang
akuntansi. Sebagai penyedia informasi akuntansi memerlukan pengukuran karena data
kuantitatif merupakan bagian dominan dari informasi akuntansi.
Dalam beberapa kasus data kuantitatif mempunyai dampak yang lebih besar
disbanding data kualitatif. Oleh karena pengukuran atribut yang disajikan dalam laporan
akuntansi (misalnya aktiva, laba dan utang) merupakan fungsi penting dalam akuntansi di
bagian ini dibahas mengenai konsep-konsep pengukuran.
Dalam akuntansi pengukuran pada umumnya dikaitkan dengan satuan pengukur
berupa unit moneter. Maksudnya agar pengukuran tersebut menunjukkan makna
ekonomik dan karenanya pengukuran yang demikian disebut penilaian (valuation).
Penilaian adalah prses penentuan jumlah rupiah suatu obyek untuk menentukan makna
ekonomik obyek tersebut di masa lalu, sekarang atau yang akan datang.
Dari uraian tersebut maka pengukuran berarti proses penetapan jumlah uang untuk
mengakui dan memasukkan setiap unsure laporan keuangan dalam neraca dan laporan
laba rugi. Di dalam akuntansi pembeedaan penerapan pengukuran dan penelitian
umumnya dilakukan. Pengukuran biasanya untuk menunjuk proses penentuan jumlah
rupiah yang harus dicatat pada saat obyek atau transaksi terjadi. Sedangkan penilaian
biasanya digunakan untk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus
diletakkan pada tiap elemen atau pos laporan keuangan pada saat penyajian laporan
keuangan. Jadi secara aplikatif dalam praktek pengukuran terjadi pada saat pencatatan
(jurnal) sedang penilaian pada saat penyajian.
1.2Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.3Tujuan Penulisan
1
2
3
4
5
6
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pentingnya pengukuran
Campbell mendefiniskan pengukuran adalah :
the assignment of numerals to represent properties of material systems other than
numbers, in virtue of the laws governing these properties
Sedangkan menurut Stevens:
assignment of numerals to objects or events according to the rules
Dalam pengertian Campbell, The System sama dengan object or events dalam
pengertian Steven. Dalam hal ini contohnya adalah : meja, manusia, aset, atau jarak
perjalanan.
Properties yaitu spesifikasi atau karakteristik dari The System dalam perngertian
Campbell. Dalam hal ini maka Teori Pengukuran menurut Campbell lebih tepat.
Ketika kita melihat hubungan antara pernyataan secara matematika yang berkolerasi
dengan hubungan dari objek atau kejadian, maka pengukuran atas objek atau kejadian
tersebut telah terjadi. Dalam Akuntansi, kita mengukur laba dengan langkah pertama
yaitu menghitung /menilai modal dan kemudian mengkalkulasikan laba sebagai
pertukaran dalam modal selama periode akuntansi untuk semua kejadian ekonomi yang
mempengaruhi perusahaan.
2.2 Skala
Setiap pengukuran dibuat berdasarkan sebuah skala. Sebuah skala dibuat ketika aturan
semantic digunakan untuk menghubungkan pernyataan matematika kepada objek atau
kejadian.
Skala menunjukkan informasi apa yang diwakili oleh angka, sehingga memberikan arti
kepada angka tersebut. Jenis skala yang dibuat tergantung kepada aturan sematik yang
digunakan. Menurut Steven, skala dapat digambarkan secara umum menjadi nominal,
ordinal, interval atau rasio.
6
1. Skala Nominal
Dalam skala nominal, nomor hanya diigunakan sebagai sebuauh label. Contohnya
adalah penomoran pemain sepak bola.
Banyak teori yang tidak sependapat dengan skala nominal. Torgerson menyatakan:
Dalam pengukuran, nomor yang digunakan menunjuk kepada jumlah atau tingkat
kepemilikan dari suatu objek, dan bukan menunjukkan kepada objek itu sendiri.
Sedangkan dalam skala nominal, nomor menunjukkan kepada objek atau
kelompok dari objek.
2. Skala Ordinal
Skala ordinal dibuat ketika suatu operasi memeringkat objeknya sehubungan
dengan property yang diberikan. Contohnya, investor melihat 3 kemungkinan
jenis investasi untuk uangnya. Investasi tersebut diperingkat 1,2,3 berdasarkan
nilai bersihnya saat ini.
Kelemahan skala ordinal adalah interval antar nomor tidak memberitahukan apaapa tentang perbedaan kuantitas kepemilikan yang diwakilinya.
3. Skala Interval
Skala interval memberikan informasi yang lebih daripada skala orginal. Tidak
hanya member peringkat kepada objeknya, tetapi juga jarak antara interval
skalanya diketahui dan sama. Contohnya adalah pengukuran suhu ruangan dengan
menggunakan thermometer celcius. Jika kita mengukur suhu dua buah ruangan,
missal ruangan A dan B, dimana suhu ruangan A 22 derajat celcius dan ruangan B
30 derajat celcius, maka selain kita dapat mengataka bahwa suhu di ruanagn B
lebih panas, kita juga mengetahui bahwa ruangan B lebih panas 8 derajat daripada
ruangan A.. Kelemahan skala interval adalah titik nol-nya dibuat dengan bebas.
4. Skala Rasio
Skala rasio adalah skala yang:
a.
b.
c.
Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya dengan objek terakhir
diketahui.
Skala interval tidak berubah dalam setiap transformasi linear dalam bentuk :
X = Cx + b
Kondisi invariannya menunjukkan bahwa kita dapat mengalikan dan membagi mengenai
interval, tapi operasi aritmatika ini tidak dapat digunakan untuk nomor tertentu pada skala.
Pengukuran ini merupakan tipe dalam ilmu-ilmu sosial dan akuntansi, menggunakan
definisi yang dibuat semaunya untuk menghubungkan variabel pengamatan tertentu
untuk suatu konsep tertentu, tanpa mengkonfirmasi dengan teori untuk hubungan
tersebut. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita tidak perlu tahu bagaimana mengukur
konsep keuntungan secara langsung. Sebaliknya, kita mengasumsikan bahwa variable
pendapatan, keuntungan,biaya dan kerugian yang berhubungan dengan konsep
keuntungan dan karenanya dapat digunakan untuk memberikan kita ukuran tidak
langsung dari keuntungan.
Keandalan menggabungkan dua aspek yaitu akurasi dan kepastian dari pengukuran, dan
kejujuran pengungkapan terhadap transaksi dan peristiwa ekonomi. Dalam SAC 3 paragraf
16 dinyatakan bahwa keandalan dalam informasi finansial dapat ditentukan berdasarkan
tingkat hubungan antara informasi apa yang melibatkan pengguna dan penetapan transaksi
serta kejadian-kejadian yang timbul, diukur dan dipaparkan. Informasi yang dianggap andal
adalah informasi yang tanpa bias dan dapat menggambarkan transaksi dan kejadian-kejadian.
Keandalan dari pengukuran berkaitan dengan ketepatan di mana suatu properti tertentu
diukur dengan menggunakan satu perangkat operasi. Keandalan erat kaitannya dengan
konsistensi yang telah terbukti pada setiap operasi untuk memperoleh hasil-hasil yang
memuaskan atau hasil-hasil (jumlahnya) sendiri dalam pemakaian tertentu. Dalam PSAK pun
disebutkan bahwa pembuatan laporan keuangan harus memenuhi empat kriteria yaitu dapat
dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. Informasi yang disajikan harus
bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan yang material, dan dapat diandalkan
sebagai perjanjian yang jujur dari keharusannya disajikan (realiable). Laporan keuangan
tersebut disajikan untuk para stakeholder dan Investor merupakan salah satunya. Investor
memerlukan informasi yang dapat diandalkan dan tepat waktu dalam rangka mengambil
keputusan yang benar, dan audit adalah proses yang menjamin pengguna keandalan informasi
keuangan yang mereka butuhkan.
10
2.5.2
Meskipun prosedur pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil yang sangat tepat,
namun tidak mungkin menghasilkan hasil yang akurat. Alasannya adalah akurasi
berhubungan dengan seberapa dekat pengukuran menuju nilai sejati ' dari atribut
pengukuran. Sifat fundamental, seperti panjang dari suatu objek, dapat ditentukan secara
akurat dengan membandingkan objek dengan standar yang mewakili nilai sebenarnya.
Permasalahan dalam banyak pengukuran, nilai sesungguhnya (true value) tidaklah diketahui.
Untuk menentukan akurasi dalam akuntansi, kita perlu tahu atribut yang harus diukur untuk
mencapai tujuan dari pengukuran. Tujuan akuntansi adalah mendapat informasi yang
berguna, sehingga akurasi dalam akuntansi berhubungan dengan hubungan pragmatis dalam
hal ini adalah kegunaan. Namun para akuntan masih belum satu suara dalam hal standar yang
spesifik dan kuantitatif mengenai kegunaan suatu informasi. Akurasi pengukuran berkaitan
dengan gagasan pragmatis dari kegunaan, tetapi akuntan tidak sama dalam menentukan
spesifikasi dan standar kuantitatif yang harus diterapkan.
Dari perubahan modal selama periode dari semua kegiatan termasuk kenaikan dan penurunan
fair value aktiva bersih tidak termasuk transaksi dengan pemilik.
Modal berasal dari 'net fair value' aktiva dan kewajiban. .Berarti kita harus mengukur
nilai modal awal, pada jumlah penghasilan yang diterima, jumlah modal yang digunakan, dan
perubahan nilai fair value aktiva bersih. Peningkatan modal selama periode akan dating akan
mengukur jumlah laba dari berbagai macam sumber, termasuk dari operasional dan penilaian
kembali aktiva (setelah disesuaikan dengan pemasukan modal baru atau pembayaran
deviden). Nilai wajar aktiva bersih disajikan kembali maka akan merupakan modal awal pada
periode berikutnya. (Godfrey, dkk. 2010).
Sebaliknya, pendekatan pengukuran dengan pendekatan yang dilakukan sebelum
pengenalan standar akuntansi internasional, pendapatan yang diterima disesuaikan terhadap
aset bersih yang digunakan dalam suatu periode, dan jika pendapatan lebih besar dari
penggunaan modal bersih (atau biaya), maka kita mengalami peningkatan modal.
Keuntungan tidak diperoleh sampai modal awal dari biaya historis dipertahankan dan
laba direalisasikan. Sehingga, modal selalu dinyatakan sebesar harga perolehan dan
perubahan dalam aktiva bersih tidak dianggap sebagai keuntungan. Maka, kita dapat melihat
bahwa laba turunan sangat tergantung pada bagaimana kita mengukur modal awal dan
bagaimana kita mengukur biaya dan alokasi modal. Kita juga dapat melihat bahwa konsep
penilaian modal dalam akuntansi telah berkembang dari waktu ke waktu dengan hasil bahwa
kita miliki pengukuran atas modal secara umum dan konsep laba.
Perspektif yang berbeda ini mencerminkan batas-batas berbagai akuntansi dan
kurangnya sebagai model konvensional dan dominan. Ditambahkan dalam hal ini adalah
sejumlah akademis secara signifikan menurun dari waktu ke waktu, tetapi item neraca dan
aktiva tidak berwujud menjadi lebih penting. Baru-baru ini, Akuntansi internasional Standar
Board (IASB) telah mengambil pandangan bahwa globalisasi bisnis mendukung kebutuhan
untuk suatu standar akuntansi yang akan digunakan di seluruh dunia untuk menghasilkan
informasi keuangan yang sebanding.
Hal ini menyebabkan dua perkembangan penting dalam standar akuntansi
internasional sebagai sinyal melalui standar akuntansi seperti IAS 39/AASB139 instrumen
keuangan: Pengakuan dan Pengukuran dan IASB / FASB proyek bersama mengenai
pelaporan keuangan kinerja-(1) bahwa pengukuran laba dan pengakuan pendapatan harus
dihubungkan dengan pengakuan tepat waktu, dan (2) bahwa pendekatan 'nilai wajar' harus
diadopsi sebagai prinsip pengukuran kerja. Jadi, dari tahun 2005 kami melihat penggunaan
(sebagian) dari suatu prinsip pengukuran yang berfokus pada perubahan nilai aktiva dan
12
kewajiban bukan penyelesaian proses pendapatan. Singkatnya, ini berarti bahwa perubahan
nilai wajar aktiva dan kewajiban diakui secara langsung mereka terjadi dan dilaporkan
sebagai komponen income. Lebih lanjut, fokus telah bergeser ke arah konsep penilaian,
dengan neraca repositori utama dari nilai yang relevan sebagai informasi, dan pengguna
utama informasi akuntansi adalah pemegang saham dan investor.
harus menilai apakah nilai aktiva atau kewajiban dengan benar ditentukan dari asumsi
signifikan manajemen, model penilaian dan data yang mendasari relevan. Data tersebut akan
mencakup suku bunga yang digunakan untuk mendiskontokan arus kas, nilai pasar digunakan
oleh perusahaan perbandingan, data royalti, dan sebagainya.
Secara keseluruhan, mengingat adanya berbagai metode penilaian yang wajar dan
asumsi mungkin, adalah mungkin untuk jumlah diferent tapi masuk akal beberapa untuk
diakui oleh manajemen kerugian penurunan nilai. Jumlah ini berbeda karena itu akan dapat
diterima oleh auditor jika bukti audit menunjukkan bahwa manajemen telah menerapkan
model penilaian benar dan menggunakan data yang sesuai. Dalam situasi ini, adalah mungkin
bahwa auditor menghadapi tekanan dari manajer setuju dengan pilihan penilaian mereka atau
kehilangan audit agar auditor yang lain lebih menyenangkan.
Adanya berbagai alternatif metode penilaian atas aset yang menimbulkan masalah
tersendiri bagi auditor. Terdapat banyak cara penilaian aset yang dapat diterima oleh auditor
jika memenuhi persyaratan :
a. Metode penilaian diaplikasikan secara tepat dan konsisten,
b. Menggunakan asumsi yang beralasan,
c. Data yang digunakan untuk penilaian tersebut valid.
Pada prakteknya, Auditor kadang menerima tekanan dari manager perusahaan auditee
untuk menerima metode penilaian atas aset perusahaan tersebut jika tidak maka auditee akan
mencari auditor yang lain. Masalah lain yang muncul adalah audit atas biaya historical seperti
standar biaya persediaan. Seharusnya biaya atas persediaan ditetapkan secara tepat, tapi biaya
itu didasarkan atas asumsi proses produksi yang dipengaruhi oleh kondisi yang berubah-ubah.
2.7.1 Kendala Dalam Pengukuran
Kendala pengukuran yang utama timbul karena data ekonomi disajikan berdasarkan
asumsi bahwa data itu relevan untuk meramalkan masa datang. Karena hubungan antara masa
kini dan masa datang umumnya tidak pasti, maka sulit menetapkan pengukuran yang relevan
untuk tujuan ini. Tetapi ketidak mampuan untuk membuat pengukuran yang terandal atas
attribut khusus yang dianggap relevan disebabkan oleh kurangnya teknik pengukuran yang
terandal dan ketidak mampuan untuk menemukan prosedur pegukuran yang menjelaskan
secara layak attribut yang sedang diukur. Jadi kendala disebabkan oleh ketidak pastian,
kurangnnya objeksitfitas dan vearibilitas dalam pengukuran, kurangnya unit moneter yang
stabil. Kenservatisme bertindak sebagai kendala pada pengukuran akuntansi karena hal ini
sudah
sedemikian
tertanam
didalam
pemikiran
manajemen
dan
para
akuntan,
14
tetapikonservatisme ini sebagai kendala yang harus dibuang melalui metode pendidikan yang
semestnya.
1. Ketidakpastian (Uncertainty)
Ketidak pastian dalam akuntasi timbul dari dua sumber utama
a. Informasi akuntansi umumnya berhubungan dengan kesatuan yang diharapkan
akan tetapi hidup pada masa yang akan datang karena alokasi sering dilakukan
antara periode masa lalu dan masa datang maka asumsi harud dibuat mengenai
logika alokasi ini dan berdasarkan harapan mengenai masa datang
b. b. Pengukuran akuntansi sering diasumsikan menggambarkan ungkapan kekayaan
dalam nilai uang yang membutuhkan estimasi jumlah mendatang yang tidak pasti
Jadi pengukuran manapun yang didasarkan pada estimasihanya dapat bersifat
sementara akan tetapi in tidak berarti bahwa estimasi dan ramalan tidak harus dibuat
seteliti mungkin jikga ternyata relevan
2. Objektifitas dan verifiabilitas
Agar pengukuran akuntansi dapat sehandal mungkin dalam menyajikan informasi
yang relevan untuk peramalan dan pengambilan keputusan oleh para investor dan para
pemakai laporan keuagan lainnya, maka para akutan harus menetapkan attribut apa
yang sedang diukur dan kemudian memilih prosedur pengukuran yang dapat
menjelaskan attribut itu secara akurat. Objektivitas mengandung beberapa arti
diantaranya :
a. Pengukuran yang bersifat impersonal atau berada diluar pikiran orang yang
melakukan pengukuran maksudnya adalah pengukuran terpisah dari orang yang
melakukan pengukuran jadi diasumsikan bahwa tidak terdapat penilaian sujektif
dan bias pribadi
b. Pengukuran yang didasarkan pada bukti yang dapat diperiksa atau verifiable
maksudnya adalah penekanannya terletak pada bukti pendukung bukan pada
pengukuran itu sendiri.
c. Pengukuran yang didasarkan pada kesepakatan para pakar yang kompeten hal ini
mengandung makna bahwa pengukuran dapat dikatakan objektif jika dapat
dibuktikan dengan kesepakatan pribadi dari pakar. d. Lebar sempitnya
dispersistatistik dari pengukuran attribut bila dilakukan oleh pengukur yang
berbeda. Jika beberapa penyidik menggunakan metode pengukuran yang sama
atau serupa atas attribut yang didasarkan pada bukti yang serupa maka beberapa
pengukuran yang dihasilkan sangat mengkin akan menghasilkan kisaran nilai
3. Keterbatasan dari unit moneter
Walaupun data akuntansi tidak dibatasi untuk diukur dalam unit moneter,
namun laporan akuntansi secara tradisional mencakup terutama informasi keuangan
15
dan dalam banyak kasus unit moneter merupakan unit pengukuran yang paling baik
khususnya bila penggabungan diinginkan atau diperlukan. Akan tetapi unit moneter
mempunya keterbatasan sebagai metode pengkomunikasian informasi. Batasan atau
kendala yangpaling serius disebabkan oleh kenyataan bahawa nilai unit omeneter
tidak stabil dengan berjalannya waktu. karena banyak ramalan dan keputusan harus
menggandalkan perbandingan data akuntasi secara sahih sepanjang waktu maka
ketidakstabilan unit moneter menyebabkan data akuntasnsi yang didasarkan pada
harga tukar masa lalu harus disajikan kembali agar dapat diperbandingkan dengan
harga tukar berlaku dan yang akan datang agar relevan dan teredah untuk pengabilam
keputusan dan ramalan secara layak. Denga kata lain, kendala pengukuran yang
berupa ketidak stabilan unit pengukur menuntut modifikasi dalam penggunaan harga
tukar dari beberapa periode waktu yang dinyatakan dalam nilai uang.
4. Konservatisme
Istilah konservatisme umumya digunakan untuk mengartikan bahwa para
akuntan harus melaporkan nilai yang terendah dari beberapa nilai yang mungkin
untuk aktiva dan pendapatan serta nilai yang tertinggi dari beberapa nilai yang
mungkin untuk kewajiban dan beban. Hal ini juga menyiratkan bahwa beban harus
diakui sedini mungkin dan pendapatan diakui selambat mungkin. oleh karena itu
aktiva bersih atau net asset lebih mungin dinilai dibawah harga tukar berlaku dari
pada diatasnya dan perhitungan laba mungkin akan menghasilkan yang terendah
diantara beberapa jumlah alternatif yang ada. Jadi, pesimisme dianggap lebih baik
dibanding optimisme dalam pelaporan keuangan. Terdapat tiga argumen untuk
konservatisme.
Argumen yang pertama bahwa kecendrungan terhadap pesimisme dianggap
perlu untuk mengimbangi optimisme yang berlebihan dari para manajer atau pemilik.
Argumen yang kedua bahwa laba dan penilaian yang dinyatakan terlalu tinggi lebih
berbahaya bagi perusahaan dan pemiliknya dari pada penyajian yang terlalu
rendah(under statement). Argumen yang ketiga bahwa akuntan lebih mampu
memperuleh informasi lebih banyak dari pada yang dapat dikomunikasikan kepada
para investor dan kreditor dan bahwa akuntan dihadapkan pada dua jenis resiko yaitu
resiko bahwa apa yang dilaporkan itu ternyata tidak benar dan resiko bahwa apa yang
tidak dilaporkan ternyata benar.
Sebaik-baiknya konservatisme dia merupakan metode yang sangat buruk
dalam memperlakukan adanya ketidakpastian dalam penilaian dan laba. Dan seburukburuknya dia sama sekali mengakibatkan distorsi atas data akuntansi. Bahaya
16
BAB III
17
KESIMPULAN
3.1Simpulan
Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa setiap pengukuran dibuat
berdasarkan sebuah skala dimana sebuah skala dibuat ketika aturan semantik digunakan
untuk menghubungkan pernyataan matematika kepada objek atau kejadian. Setiap
pengukuran akan dibuat berdasarkan skala yang hasilnya harus dapat diandalkan dan akurat.
Keandalan menggabungkan dua aspek yaitu akurasi dan kepastian dari pengukuran, dan
kejujuran pengungkapan terhadap transaksi dan peristiwa ekonomi.
Dalam SAC 3 paragraf 16 dinyatakan bahwa keandalan dalam informasi finansial dapat
ditentukan berdasarkan tingkat hubungan antara informasi apa yang melibatkan pengguna
dan penetapan transaksi serta kejadian-kejadian yang timbul, diukur dan dipaparkan. Dalam
PSAK pun disebutkan bahwa pembuatan laporan keuangan harus memenuhi empat kriteria
yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. informasi yang
disajikan harus bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan yang material, dan dapat
diandalkan sebagai perjanjian yang jujur dari keharusannya disajikan (realiable).
Beberapa isu diciptakan untuk auditor oleh pergeseran fokus untuk pengukuran
keuntungan dari pendapatan dan beban yang cocok untuk menilai perubahan atas nilai wajar
aktiva bersih. Auditor diharuskan untuk mengumpulkan bukti untuk menilai jika manajemen
telah mengikuti standar akuntansi yang tepat dan jika jumlah yang diakui sebagai kerugian
penurunan nilai wajar. Untuk melakukan hal ini auditor harus menentukan apakah
manajemen telah memilih metode penilaian yang sesuai dan masuk akal dan asumsi. Jika
standar akuntansi tidak meresepkan metode penilaian untuk aset tertentu dan kewajiban yang
consedered, auditor dapat menerima metode penilaian yang wajar. Ini berarti bahwa sulit bagi
auditor untuk tidak setuju dengan pemilihan manajemen terhadap metode penilaian tertentu
yangsedang digunakan oleh entitas lain.
18
DAFTAR PUSTAKA
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, Scott Holmes (2010),
Accounting Theory, 7th ed., John Wiley & Sons, Inc.
19