Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KONSEP DAN KARAKTER CITRA DIRI (KEPRIBADIAN) INTELEKTUAL


MUSLIM

Untuk Memenuhi Tugas


Agama Islam II

Disusun oleh:
Kelompok 5
Mei Astrid 041911535004
Isrina Sarikunanti 041911535005
Servia Wijayatri 041911535025

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
PSDKU BANYUWANGI
2021/2022
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kepribadian menurut Witherington, adalah seluruh tingkah laku atau sifat
seseorang yang diintegrasikan, sebagaimana yang tampak pada orang lain. Kepribadian
ini bukan hanya melekat pada diri seseorang, tetapi lebih merupakan hasil dari suatu
pertumbuhan yang dalam suatu lingkungan budaya. Sedangkan muslim secara bahasa
mempunyai arti luas dan sempit. Jika diartikan secara luas, muslim adalah orang yang
memeluk agama-agama yang diturunkan kepada seluruh Nabi. Sedangkan dalam arti
sempitnya, muslim adalah orang yang memeluk agama yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad.
Kepribadian Muslim dapat dilihat secara individu dan juga secara kelompok atau
ummah. Kepribadian individu.meliputi ciri khas seseorang dalam tingkah laku serta
kemampuan intelektual yang dimilikinya. Adanya unsur dalam kepribadian yang dimiliki
masing-masing individu, maka sebagai seorang muslim akan menampilkan ciri khasnya
masing-masing. Dengan demikian, akan ada perbedaan kepribadian antara seorang
muslim dengan muslim lainnya. Perbedaan itu terbatas pada seluruh potensi yang mereka
miliki berdasarkan faktor pembawaan masing-masing yaitu meliputi aspek jasmaniah dan
aspek rohaniah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian dari citra diri (kepribadian) intelektual muslim?
2. Bagaimana citra diri (kepribadian) intelektual muslim dalam tinjauan Al Quran?
3. Bagaimana karakteristik citra diri intelektual muslim?

1.3 Tujuan Masalah


1. Memahami konsep teoritis pengertian dari citra diri (kepribadian) intelektual muslim.
2. Memahami konsep citra diri (kepribadian) intelektual muslim dalam tinjauan
Al-Quran.
3. Mengetahui karakteristik citra diri seorang intelektual muslim.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari Citra diri (kepribadian) intelektual muslim


Kepribadian menurut Witherington, ialah seluruh tingkah laku atau sifat
seseorang yang diintegrasikan, sebagaimana yang tampak pada orang lain. Kepribadian
ini bukan hanya melekat pada diri seseorang, tetapi lebih merupakan hasil dari. suatu
pertumbuhan yang dalam suatu lingkungan budaya.
Kepribadian Muslim dapat dilihat secara individu dan juga secara kelompok atau
ummah. Kepribadian individu meliputi ciri khas seseorang dalam tingkah laku serta
kemampuan intelektual yang dimilikinya. Adanya unsur dalam kepribadian yang dimiliki
masing-masing individu, maka sebagai seorang muslim akan menampilkan ciri khasnya
masing-masing. Dengan demikian, akan ada perbedaan kepribadian antara seorang
muslim dengan muslim lainnya.
Citra diri (self image) adalah persepsi tentang diri kita sendiri, dan seringkali
tidak kita sadari, karena memiliki bentuk yang sangat halus atau abstrak. Citra diri lebih
bersifat global dan bersifat sebagai payung besar yang menaungi seluruh kecenderungan
tindakan kita dalam berpikir atau bertindak. Citra diri juga sering dianalogikan sebagai
kartu identitas diri yang kita perkenalkan kepada semesta alam (Salmaini, 2011).
Berkaitan dengan citra diri, sesungguhnya manusia merupakan citra terbaik yang telah
diciptakan oleh Allah SWT. Berserta Al Quran Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh
Allah SWT di dalam Al-Qur‟an pada Surah Fussilat: 53:
‫ك اَنَّهٗ ع َٰلى ُكلِّ َش ْي ٍء َش ِه ْي ٌد‬ ُّ ۗ ‫اق َوفِ ْٓي اَ ْنفُ ِس ِه ْم َح ٰتّى يَتَبَيَّنَ لَهُ ْم اَنَّهُ ْال َح‬
ِ ‫ق اَ َولَ ْم يَ ْك‬
َ ِّ‫ف بِ َرب‬ ِ َ‫َسنُ ِر ْي ِه ْم ٰا ٰيتِنَا فِى ااْل ٰ ف‬
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di
segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al
Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi
atas segala sesuatu?”. (Fussilat: 53).
Dalam Tafsir at Thobari: ‫ ”ىفومھسفنا‬Dan pada diri mereka sendiri” berupa
penciptaan yang sempurna dan detail pada diri setiap manusia hingga hikmah hikmah
yang tidak terbayangkan, seperti penciptaan saluran air kencing dan lubang pembuangan
kotoran. Setiap kita makan dan minum dari satu lubang yang sama, tetapi keluar dari dua
jalan yang berbeda. Allah SWT menciptakan kedua mata bagi manusia yang bagaikan
dua titik air bening yang mampu melihat kejauhan hingga jarak 500 tahun perjalanan.
Allah SWT menciptakan bagi manusia kedua telinga yang dengannya mampu
membedakan berbagai macam suara. Masih menurut at Thobari ada juga yang
mengatakan ‫ ”مھسفنا ىفو‬Dan pada diri mereka sendiri” yakni berupa wujud manusia yang
semula setetes air mani dan kemudian mengalami perubahan dari satu bentuk kebentuk
yang lainnya. (Tafsir At Thobari).
Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan: Kami akan memperlihatkan
kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada sisi mereka
sendiri. Akan tampak bagi mereka bukti-bukti dan dalil dalil yang menunjukkan bahwa
Al-Qur'an itu benar diturunkan dari sisi Allah kepada rasul-Nya, melalui bukti bukti yang
di luar itu yang terdapat di segenap ufuk, seperti kemenangan-kemenangan yang
diperoleh Islam sehingga Islam muncul dan syiar di seluruh belahan bumi dan berada di
atas agama lainnya. Mujahid, Al-Hasan, dan As-Suddi mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada pada diri mereka sendiri ialah
kejadian Perang Badar, jatuhnya kota Mekah ke tangan kaum muslim, dan
kejadian-kejadian lainnya yang menimpa mereka (orang-orang kafir) membuktikan
pertolongan Allah kepada Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam dan para
sahabatnya, dan terhinanya kebatilan bersama bala tentaranya pada kejadian kejadian
tersebut. Dapat pula ditakwilkan bahwa makna yang dimaksud ialah tanda-tanda
kekuasaan Allah yang ada di dalam diri manusia, misalnya bentuk tubuhnya, organ-organ
tubuhnya, dan segala sesuatu yang ada dalam diri manusia seperti yang dijelaskan dalam
ilmu anatomi. (Tafsir Ibnu Katsir).
“Akan Kami perlihatkan kepada mereka tandatanda Kami di segala penjuru dan
di diri-diri mereka sendiri, sehingga nyata bagi mereka bahwa dia itu memang benar. Dan
apakah tidak cukup (bagi mereka) dengan Tuhan engkau bahwa sesungguhnya Dia, atas
tiap-tiap sesuatu adalah menyaksikan?" Bukankah penilaian atas sesuatu ditentukan oleh
nilai dalam atau dangkalnya kita berpikir? Meskipun semua orang mengatakan langit
biru, laut dalam, bunga mawar merah, namun pengertian atau perkataan yang sama
bunyinya itu, tidaklah sama di antara tiap-tiap orang."Memang sesungguhnya dia, atas
tiap-tiap sesuatu adalah menyaksikan." (Tafsir Al-Azhar).
Dari ketiga tafsir ini dapat disimpulkan bahwa manusia diciptakan makhluk yang
paling sempurna dan detail, adapun juga makna yang dimaksud ialah tanda tanda
kekuasaan Allah yang ada di dalam diri manusia, misalnya bentuk tubuhnya, organ-organ
tubuhnya, dan segala sesuatu yang ada dalam diri manusia seperti yang dijelaskan dalam
ilmu anatomi. Meskipun semua orang mengatakan langit biru, laut dalam, bunga mawar
merah, namun pengertian atau perkataan yang sama bunyinya itu, tidaklah sama di antara
tiap-tiap orang.

2.2 Citra diri (kepribadian) intelektual muslim dalam tinjauan Al Quran


2.2.1 QS. Al-Imran
QS. Al-Imran dapat diartikan sebagai dalil bahwa Allah memerintahkan manusia
untuk selalu meyakini kemampuan yang dimilikinya disertai dengan doa kepada Allah
SWT dan tidak pernah berhenti berusaha atau berjuang untuk mencari rahmat Allah
dalam bentuk apapun. Kita harus selalu berperilaku optimis dalam menghadapi berbagai
rintangan dalam hidup, berusaha dan berdoa dalam segala tindakan, bertawakal kepada
Allah atas segala sesuatu yang terjadi, jangan pernah berhenti mengharap rahmat dan
ridha-Nya, percaya pada kemampuan dan berlandaskan doa dalam menjalankan suatu
tindakan, selalu mensyukuri segala sesuatu yang telah diberikan Allah. Sebagai manusia
perlu percaya dan tidak putus asa untuk terus mencari rahmat Tuhan.
2.2.2 QS. Al-Hujurat
Kepribadian manusia dipandang sama antara manusia yang satu dengan yang
lainnya, karena dapat dilihat dari watak dan kepribadian yang dimiliki oleh setiap orang.
Sehingga dari tipologi kepribadian yang dimiliki manusia dapat menyebabkan dan dapat
dibedakan mana yang berkepribadian baik dan mana yang berkepribadian buruk. Jadi
konsep kepribadian manusia yang terkandung dalam surah al-Hujurat mencerminkan
akhlak mah gampang dan mazmumah yang berkaitan dengan masalah ibadah, aqidah,
dan sejarah. di dalamnya dengan sesama makhluk diantaranya, saling mencintai, saling
mengenal, termasuk menjaga dan melestarikan alam. Tipe kepribadian positif manusia
disebutkan dalam QS. Al-Hujurat, yaitu: sopan santun, kesabaran, ketelitian, cinta,
kebahagiaan, syukur, keadilan, kedamaian (damai), saling mengenal (tidak sombong),
ketaatan, jihad.
2.2.3 QS. Al-Mukminun
Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 7 karakter orang
mukmin yang akan mendapat kemenangan dalam surat Al Mukminun ayat 1 – 11, yaitu:
1) Khusyu’ dalam shalat, yaitu orang-orang yang khusyuk hatinya dengan merendahkan
diri dalam shalat, dan lebih mengutamakan shalat daripada perbuatan lainnya, karena
sikap itu menciptakan ketenangan dan kesenangan diri. 2) Menjauhkan diri dari sifat
al-laghwu (yakni terhadap) hal-hal yang tidak bermanfaat, tidak memperhatikan atau
menjauhkan diri secara fisik dan mental dari hal-hal tersebut. 3) Suka mengeluarkan
zakat dan sedekah yang dianjurkan sebagai upaya membersihkan diri dan hartanya dari
sifat kikir, rakus dan rakus, mementingkan diri sendiri (egois) dan untuk meringankan
penderitaan hamba-hamba Allah yang membutuhkan. 4) Suka menjaga kemaluannya dari
perbuatan keji seperti berzina, mengerjakan perbuatan kaum Luth (homoseksual), lesbian
dan lainnya. 5) Orang-orang mukmin yang menjaga kemaluannya kecuali istri
(pasangan) mereka atau budak wanita yang mereka miliki. Untuk itu Imam Syafi'i
melarang masturbasi/onani karena pembagian kebutuhan seksual hanya dibenarkan oleh
istri atau budak yang sah jika ada. 6) Suka menjaga amanah yang diemban, baik itu
amanah dari Tuhan maupun sesama manusia. Jika uang atau barang dititipkan, mereka
menyampaikan amanah dengan baik dan tidak berkhianat. Amanat dalam arti luas
mencakup banyak hal seperti perkawinan, menjaga kelangsungannya, menjaga rahasia,
tidak menyalahgunakan jabatan, menjaga lingkungan, menjaga kesehatan pribadi dan
sebagainya. 7) Senantiasa memelihara dan memperhatikan shalat lima waktu sehari
semalam dengan memenuhi syarat, rukun, dan kewajiban serta memeliharanya dengan
tertib, tertib, seperti dilaksanakan tepat waktu.
2.2.4 QS. Al-Baqarah
Nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam surat al-Baqarah ayat 45-46
adalah sebagai berikut: 1) Sabar adalah tabah hati. Sabar merupakan karakter al-Qur’an
yang paling utama dan ditekankan oleh al-Qur’an baik pada surat-surat Makkiyah
maupun Madaniyah, serta merupakan karakter yang terbanyak sebutannya dalam
al-Qur’an. 2) Nilai pendidikan karakter dalam shalat, diantaranya religius (sikap dan
perilaku patuh dalam menjalankan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap ibadah
pemeluk agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain), disiplin (tindakan
yang menunjukkan perilaku tertib dan mematuhi berbagai peraturan dan perundang
undangan). Setiap manusia memiliki kewajiban moral terhadap dirinya sendiri, jika
kewajiban tersebut tidak dipenuhi akan mengalami kerugian dan kesulitan, tanggung
jawab (sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang
seharusnya dilakukannya terhadap dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial
dan budaya, negara dan Tuhan Yang Maha Esa), khusyu’ dimaknai sebagai keadaan
pikiran penuh ketenangan dan kerendahan hati, yang kemudian tercermin dalam semua
gerakan tubuh dan ucapan.
2.3 Karakteristik Citra diri Intelektual Muslim
Manusia diciptakan oleh Allah dengan bentuk yang sempurna (QS. At Tin ayat
4). Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya yaitu dengan pemberian akal
kepada manusia. Akal merupakan anugerah terbesar dan sangat berharga bagi manusia
karena dengannya manusia dijadikan oleh Allah sebagai khalifah di bumi. Dengan
pemberian akal menjadikan manusia menjadi makhluk istimewa dibanding makhluk
ciptaan Allah yang lain. Melalui akal, manusia dapat membedakan mana yang benar dan
buruk, membaca dan memahami ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Qur’an dan
AsSunnah sebagai pedoman dalam menuntun kehidupan manusia baik di dunia maupun
di akhirat.
Dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir (1999) istilah ulul albab memiliki kecenderungan
arti orang-orang yang memiliki akal dan pemahaman. Dalam Al-Maraghi (1993)
menyatakan bahwa ulul albab adalah al-uqul al-rajihah, akal yang kuat yang digunakan
untuk mentadaburi dan menafakuri seluruh ayat-ayat muhkamat.
Dalam praktiknya, seringkali ulul albab ditarik makna cendekiawan, intelektual.
Mereka disebut sebagai kaum cendekiawan muslim karena menggunakan daya pikir,
akal, budi, dan kecerdasannya dan lingkup dunia islam (Mulkhan, 1993).
Ulul albab adalah orang-orang yang memiliki hikmah (QS. Al-Baqarah:269),
yang senantiasa berdzikir, berpikir dalam lingkup pengabdian kepada Allah (QS. Ali
Imron:190-191), yang dengan pengetahuannya berbuat adil (QS. Al-Baqarah:179),
tingkat spiritualnya tinggi (QS. Ali-Imron:7).
Berikut Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan ciri-ciri ulul albab, sebagai
berikut:
1. Orang yang memiliki hikmah (QS. Al-Baqarah:269)
ِ ‫يُّْؤ تِى ْال ِح ْك َمةَ َم ْن يَّ َش ۤا ُء ۚ َو َم ْن يُّْؤ تَ ْال ِح ْك َمةَ فَقَ ْد اُوْ تِ َي َخ ْيرًا َكثِ ْيرًا ۗ َو َما يَ َّذ َّك ُر آِاَّل اُولُوا ااْل َ ْلبَا‬
‫ب‬
Artinya: “Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran
dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi
hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang
yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”

2. Berpikir dalam lingkup pengabdian kepada Allah (QS. Ali-Imron:190-191)


ِ ‫ت ُأِلولِي اَأْل ْلبَا‬
‫ الَّ ِذينَ يَ ْذ ُكرُونَ هَّللا َ قِيَا ًما‬. ‫ب‬ ِ َ‫ف اللَّي ِْل َوالنَّه‬
ٍ ‫ار آَل يَا‬ ِ ‫اختِاَل‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
ْ ‫ض َو‬ ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬ِ ‫ِإ َّن فِي خ َْل‬
َ ‫ك فَقِنَا َع َذ‬
‫اب‬ ِ َ‫ض َربَّنَا َما َخلَ ْقتَ ٰهَ َذا ب‬
َ َ‫اطاًل ُس ْب َحان‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬ ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬ِ ‫َوقُعُودًا َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ِه ْم َويَتَفَ َّكرُونَ فِي خ َْل‬
ِ َّ‫الن‬
‫ار‬
Artinya: “Surat Ali Imran 190-191 adalah ayat yang menjelaskan tentang tanda-tanda
kekuasaan Allah SWT bagi ulil albab atau orang-orang yang berakal. Ayat ini banyak
menggambarkan penciptaan langit dan bumi, proses bergantinya siang dan malam, serta
fenomena alam lain yang menjadi kekuasaan mutlak Allah.”

3. Orang yang dengan pengetahuannya berbuat adil (QS. Al-Baqarah:179)


ٓ
ِ ‫اص َح ٰيوةٌ ٰيّاُولِى ااْل َ ْلبَا‬
َ‫ب لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُوْ ن‬ ِ ‫ص‬َ ِ‫َولَ ُك ْم فِى ْالق‬
Artinya: “Dan dalam qishash itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang
yang berakal, agar kamu bertakwa.”
4. Orang yang tingkat spiritualnya tinggi (QS. Ali-Imron:7)
َ‫ت ۗ فَا َ َّما الَّ ِذ ْينَ فِ ْي قُلُوْ بِ ِه ْم َز ْي ٌغ فَيَتَّبِعُوْ ن‬ ِ ‫ت ه َُّن اُ ُّم ْال ِك ٰت‬
ٌ ‫ب َواُ َخ ُر ُمت َٰشبِ ٰه‬ ٌ ٰ‫ت ُّمحْ َكم‬ ٌ ‫ب ِم ْنهُ ٰا ٰي‬
َ ‫ك ْال ِك ٰت‬ ْٓ ‫هُ َو الَّ ِذ‬
َ ‫ي اَ ْن َز َل َعلَ ْي‬
ٰ ‫هّٰللا‬ ‫ْأ‬ ‫ْأ‬ ۤ ۤ
ۚ ‫َما تَ َشابَهَ ِم ْنهُ ا ْبتِغَا َء ْالفِ ْتنَ ِة َوا ْبتِغَا َء تَ ِو ْيلِ ٖ ۚه َو َما يَ ْعلَ ُم تَ ِو ْيلَهٗ ٓ اِاَّل ُ ۘ َوال ٰ ّر ِس ُخوْ نَ فِى ْال ِع ْل ِم يَقُوْ لُوْ نَ ا َمنَّا بِ ٖ ۙه ُكلٌّ ِّم ْن ِع ْن ِد َربِّنَا‬
ِ ‫َو َما يَ َّذ َّك ُر آِاَّل اُولُوا ااْل َ ْلبَا‬
‫ب‬
Artinya: “Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad). Di
antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang
lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan,
mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari
takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang
yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari
sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang
berakal.”
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepribadian menurut Witherington, seluruh tingkah laku atau sifat seseorang yang
diintegrasikan, sebagaimana yang tampak pada orang lain. Kepribadian ini bukan hanya
melekat pada diri seseorang, tetapi lebih merupakan hasil dari. suatu pertumbuhan yang
dalam suatu lingkungan budaya. Kepribadian Muslim dapat dilihat dari kepribadian
orang per orang (individu) dan kepribadian dalam kelompok masyarakat (ummah) serta
kepribadian muslim sebagai Khalifah. Pribadi yang intelektual dalam Islam disebut
dengan istilah Ulul Albab memiliki beberapa karakteristik, yaitu bersungguh-sungguh
dalam mencari ilmu, mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, kritis dalam
mendengarkan pendapat orang lain, dapat menyampaikan ilmunya kepada orang lain,
serta hanya takut pada Allah SWT.

3.2 Saran
Sebagai seorang muslim hendaknya mengimplementasikan sifat-sifat yang dimiliki
oleh Nabi Muhammad SAW, salah satunya dalam sebuah profesi. Seperti yang kita
ketahui bahwa semua sifat dan kepribadian yang telah disampaikan sangat diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari di dunia kerja. Misalnya, jika tidak menerapkan sifat
shiddiq (jujur) dalam menjalankan suatu pekerjaan maka dapat dipastikan akan timbul
rasa ketidakpercayaan baik dari atasan maupun sesama rekan kerja. Dengan
mengimplementasikan semua sifat di atas, dapat menjadi refleksi bagi manusia agar lebih
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Adanya keseimbanga antara kehidupan di
dunia maupun di akhirat.
DAFTAR PUSTAKA

Siti Suwadah Rimang,” Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna”, (Bandung: Alfabeta,
2011), hal. 37
Jalaluddin, “Teologi Pendidikan”, cet 3, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2003), hal 192.
Salmaini, 2011. Self image dan peranannya dalam keberhasilan belajar siswa.
Subarkah, (2019). “Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Riyadhus Shalihin”. Skripsi.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Mamlu’ah, Aya. (2019). “Konsep Percaya Diri Dalam Al Qur’an Surat Ali Imran Ayat 139”.
AL-AUFA: Jurnal Pendidikan dan Kajian Keislaman 1(1), 30-39.
Zuhdi, Muhammad Harfin. 2011. Istiqomah dan Konsep Diri Seorang Muslim. Jurnal
RELIGIA Vol. 14, No.1, April. Hlm. 111-128.
Baidurus, Ali. (2017). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Yang Terkandung Dalam Surat
Al-Baqarah Ayat 45-46. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Anda mungkin juga menyukai