PEMERINTAH
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Audit Sektor Publik
Disusun oleh :
Devia Rizky Amelia
1710112237
Lokal A
Jawaban:
Langkah 1: Identifikasi Hubungan Logis
Hubungan logis yang terdapat pada pemeriksaan tersebut adalah jumlah ASN yang terdiri dari
PNS dan Non-PNS di SKPD X tahun 2016 dan 2017 berpengaruh terhadap jumlah belanja
pegawai dalam Laporan Rencana Anggaran (LRA) tahun anggaran 2016 dan 2017.
(Jumlah PNS dan Non-PNS vs. Jumlah belanja pegawai)
Jawaban
Pemahaman SPI dan penilaian risiko informasi bahwa selama ini WP menunjukkan tingkat
kepatuhan yang memadai dan proses bisnis. Penerimaan pajak daerah yang relatif tidak
kompleks (transaksi rutin hanya melibatkan WP, Bank, dan Dinas Pendapatan), Akun
Pendapatan Pajak memiliki risiko bawaan sedang. Informasi bahwa Bagian Akuntansi
membukukan penerimaan pajak daerah hanya berdasarian STS dan RPH, tanpa menggunakan
Rekening Koran, maka pengendalian internalnya relatif lemah, yang berarti risiko
pengendaliannya tinggi.
Dengan asumsi AAR adalah Tinggi (5%), maka DR = AAR (Tinggi) / IR (Moderat) x CR
(Tinggi), DR = Rendah.
Dengan DR Rendah maka bukti pemeriksaan Tinggi dan strategi pemeriksaan mendalam.
Pemeriksa menjadikan Pendapatan Pajak Daerah sebagai fokus pemeriksaan, melakukan
konfirmasi Rekening Koran ke Bank dan menelusuri nilai penerimaan pajak daerah dalam
dokumen tersebut. Selain itu melakukan penghitungan kembali (reperformance) nilai Pajak
Daerah dan konfirmasi kepatuhan terhadap WP baru Tahun 2017.
Jawaban
1) Pengujian Pengendalian beserta Atribut Pengendalian
a. Menguji apakah pembayaran belanja telah didukung dengan dokumen kontrak, laporan
kemajuan pekerjaan, berita acara pemeriksaan dan serah terima barang, dan bukti
pemenuhan kewajiban perpajakan.
b. Menguji apakah dokumen kontrak, laporan kemajuan pekerjaan, serta berita acara
pemeriksaan dan serah terima barang telah bertanggal, bertandatangan, dan memuat hal-
hal tertentu yang disyaratkan.
2) Pemilihan sampel uji substantive
Asumsi sampel sebesar 51% dari nilai Belanja Modal, maka nilai sampel Rp38,25 Miliar
(51% x 75 Miliar). Berdasarkan pemahaman risiko: kantor pelayanan lebih berisiko karena
ibukota kabupaten yang relatif lebih terbelakang dan ada kejadian plafon runtuh. Maka
kantor pelayanan lebih diprioritaskan untuk disampel.
Misalnya sampel ditetapkan:
3 kontrak gedung kantor pelayanan (15 Miliar),
2 kontrak gedung kantor perwakilan (16 Miliar),
3 kontrak mesin kantor pelayanan (3,75 Miliar), dan
2 kontrak mesin kantor perwakilan (4 Miliar)
Dari kontrak tersebut , sehingga total Rp38,75 Miliar (sudah melebihi 51%). Pertimbangkan
kantor perwakilan yang disampel adalah yang paling dekat dengan kantor pelayanan yang
disampel (cost – benefit).
3) Pengujian Substantif Belanja Modal
Vouching nilai Realisasi Belanja Modal kepada catatan dan bukti belanja (bukti
pembayaran dan kontrak). Rekomputasi nilai pembayaran dan nilai kewajiban pajak rekanan,
bandingkan dengan kemajuan pekerjaan. Konfirmasi kepada rekanan tentang penerimaan
pembayaran, bandingkan dengan rekening koran. Konfrimasi kepada kantor Kas Negara
tentang pemenuhan kewajiban perpajakan oleh rekanan. Pengujian fisik pekerjaan bangunan
dan mesin kantor, prioritaskan pada pekerjaan kerangka atap.
4) Pengujian Substantif Aset Tetap
Prosedur analitis horizontal antara nilai realisasi Belanja Modal dengan nilai penambahan
Aset Tetap. Tracing bukti Belanja Modal, khususnya Berita Acara Pemeriksaan dan Serah
Terima Pekerjaan beserta dokumen Kontrak, ke catatan dan Neraca untuk uji asersi
kelengkapan/completeness. Pengujian pengungkapan dalam CaLK, memastikan Aset Tetap
yang baru telah diklasifikasikan dengan akurat dan memuat informasi lokasi, spesifikasi,
rincian nilai masing-masing item.
5) Pengujian Substantif Beban Penyusutan
Prosedur analitis horizontal antara nilai penambahan Aset Tetap dengan nilai penambahan
Beban Penyusutan. Rekomputasi beban penyusutan per Aset Tetap berdasarkan daftar Aset
Tetap dan kebijakan penyusutan. Pengujian pengungkapan dalam CaLK, memastikan rincian
dan klasifikasi beban penyusutan sesuai jenis Aset Tetap.
6) Konsep Temuan dan Koreksi
Aset Tetap kurang saji Rp10 Miliar, seharusnya tersaji Rp1.225 Miliar dalam Neraca
unaudited per 31 Des 20X1 (1.150 Miliar + 75 Miliar). Beban Penyusutan kurang saji Rp1,8
Miliar dalam LO yaitu 13,5 Miliar (75 Miliar x 90% / 5) - Rp11,7 Miliar. Indikasi kerugian
kerangka atap dan plafon gedung kantor pelayanan di Kabupaten Z senilai Rp500 juta karena
penyimpangan spesifikasi bahan kerangka atap oleh rekanan, yang seharusnya baja namun
terpasang kayu.