Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH EMERGING ISSUES IN ACCOUNTING AND AUDITING

Tugas ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Akuntansi

Oleh:
120110140014

Riztika Ramadhaningtyas

120110140068

Zul Fita Rahmi

120110140095

Melfinda Sakina

120110140101

Rifani Hutania

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
bimbingan-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah Emerging Issues in Accounting
and Auditing. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini merupakan penelitian mengenai emerging issues in accounting and
auditing. Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan penyusun maupun pembaca
mengenai topik makalah ini. Penyusun juga mengharapkan saran dan kritik untuk
perkembangan pengetahuan dalam topik ini.
Demikian makalah ini disusun, penyusun memohon maaf apabila ada kesalahan
dalam penulisan makalah ini.

Bandung, 13 Desember 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................ii
BAB I........................................................................................ 1
PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1.
1.2.

Latar Belakang.............................................................................1
Tujuan Penulisan...........................................................................1

BAB II....................................................................................... 2
PEMBAHASAN...........................................................................2
2.1 Current Factors Influencing Accounting.....................................2
2.1.1
XBRL..................................................................................2
2.1.2
Efek Corporate Collapse dan The Sarbanes-Oxley Act (2002)....................5
2.2 Issues Surrounding The Application of Fair Value Accounting
During The Global Financial Crisis.....................................................7
2.2.1
Reaksi dengan Setter Standard.......................................................8
2.2.2
Auditor dan Krisis Keuangan Global................................................9
2.3 Possible Directions in The Future International Accounting
Standard Setting Arrangements.......................................................9
2.3.1.
Proyek Konvergensi IASB dan FASB................................................9
2.3.2.
Masalah Dalam Konvergensi IFRS US GAAP....................................9
2.3.3.
Standar Auditing Internasional....................................................10
2.4.
Sustainability Accounting, Reporting, and Assurance...................................10
2.4.1.
Sustainability Accounting and Reporting...........................................10
2.4.2.
Perkembangan saat ini dalam Sustainability Reporting...........................11
2.4.3.
2.4.4.
2.4.5.

2.5.

Kecenderungan dalam Sustainability Reporting Assurance.......................14


Mengapa Mencari Assurance for Sustainability Reports?.........................15
Sustainability Assurance Standards.................................................15

Other Non-Financial Accounting and Reporting Issues...........................16


2.5.1.
2.5.2.

Water Accounting....................................................................16
Water Accounting vs Greenhouse Gas Emission Accounting (GGP)..............17

BAB III....................................................................................19
KESIMPULAN...........................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ini adalah :

1. Mengetahui faktor-faktor terbaru yang memengaruhi akuntansi

2. Mengetahui isu-isu yang dalam pengaplikasian akuntansi pada nilai wajar di saat
krisis global

3. Mengetahui arahan yang memungkinkan pada penyusunan IAS di masa mendatang

4. Mengetahui sustainability accounting, reporting, dan assurance

5. Mengetahui akuntansi non-finansial dan isu-isu pelaporan

6. BAB II
7. PEMBAHASAN
2.1 Current Factors Influencing Accounting
Salah satu pengaruh utama pada penelitian dan praktik akuntansi dan audit yang
diteliti adalah pertumbuhan standar akuntansi dan audit yang berlaku secara
internasional. Maka, sejumlah sejumlah faktor penting yang secara potensial terkait
diuji.
2.1.1
8.

XBRL
Adanya perkembangan pada revolusi teknologi yang memegngaruhi

penyiapan laporan keuangan. Pada akhir 2008, the US Securities and Exchange
Commission (SEX) memerintahkan 500 perusahaan besar di Amerika Serikat untuk
mengarsipkan laporan keuangan tahun 2009 dengan menggunakan Extensible Business
Reporting Language (XBRL). XBRL memungkinkan informasi keuangan untuk
disajikan secara lebih interaktif dan mudah digunakan (user friendly) dengan cara
melakukan tagging data individual sehingga data tersebut dapat diolah menggunakan
software untuk menghasilkan laporan yang dapat dimodifikasi (custom-designed) oleh
pengguna. Harapan SEC terhadap XBRL adalah mempercepat analisis data keuangan
perusahaan dengan memperluas kelompok pengguna dengan mengurangi tingkat
kesalahan. Teknik sekarang yang digunakan untuk mengolah laporan keuangan
seringkali berisi kesalahan karena dilakukan secara manual atau menggunakn software
yang menghasilkan perkiraan data saja.

9.

Laporan keuangan disimpan dalam database SEC (yang dikenal dengan

EDGAR) yang bisa diakses via web sehingga lebih menarik para pengguna. Haka
menunjukkan bahwa perkembangan ini berarti ketersediaan akses data yang lebih besar
dan memungkinkan menempatkan manajer perusahaan dalam kehati-kehatian yang
lebih besar untuk menjelaskan laporan keuangannya. Selanjutnya, Haka juga
menunjukkan bahwa XBRL dapat mengubah analisis sudut pandang terhadap
perusahaan kecil. Saat ini, analis keuangan cenderung fokus pada perusahaan besar
karena ketersediaan data yang lebih besar dan kepentingan investor yang lebih terhadap
perusahaan besar. Para analis keuangan ini menghasilkan laporan dan informasi yang
tersedia bagi investor. Namun, jika ketersediaan data perusahaan kecil tersedia lebih
banyak, tidak menutup kemungkinan menarik perhatian analis. Sebagai tambahan,
investor pemula percaya diri dengan menggunakan rincian dan komparabilitas data
yang lebih besar di antara beberapa perusahaan.
10.
Meskipun demikian, Chief Financial Officer (CFO) akan kehilangan
kemampuan untuk memilih tingkat pemisahan (disaggregation) data pada laporan
keuangan. Mereka akan mengakui bagian penting dari akuntansi adalah proses
pemisahan poin-poin yang serupa dengan tujuan memberikan arti (meaning) terhadap
informasi. Pada tingkat yang ekstrim, jika memungkinkan untuk memberi investor
akses data yang lengkap sampai tingkat data transaksi, ini akan menjadi tidak berguna
karena data tersebut menjadikan data tersebut tidak ada artinya. Arti (meaning)
ditambahkan oleh akuntan melalui proses klasifikasi dan penyatuan (aggregation) yang
membolehkan, sebagai contoh, perhitungan rasio beban tertentu terhadap penjualan.

11.

Satu isu terkait XBRL adalah apakah pendekatan audit sekarang atas

rekonsilias versi cetak dari dokumen terkait XBRL dengan informasi yang berada di
SEC memadai. Plumlee dan Plumlee menunjukkan bahwa provisi dari informasi XBRL
adalah perpanjangan dari paradigm pelaporan tradisional yang akan mengubah cara
penggunaan data keuangan dan non keuangan. Pergeseran paradigma ini mengharuskan
auditor untuk mempertimbangkan pertanyaan yang lebih dalam daripada hanya
melakukan rekonsiliasi ouput. Pertanyaannya meliputi: mempertimbangkan kesalahan
dalam XBRL dan apakah materialitas berarti ketika potongan data keuangan akan
digunakan diluar konteks laporan keuangan? Materialitas secara tradisional dinilai
sebagai dampak keputusan pengguna, dan panduan kuantitatif yang menunjukkan hal
tertentu dipertimbangkan terpisah dan dalam kesatuan dan dalam proporsi terhadap
dasar yang relatif, seperti sebagai laba (lihat AASB 1031 Materiality). Jika data dapat
diakses secara terpisah atau dalam kombinasi yang baru, panduan materialitas ini tidak
dapat diterjemahkan dengan cara yang sama. Plumlee dan Plumlee bersama Haka
melakukan penelitian untuk lebih memahami keuntungan dan kelemahan XBRL dan
dampaknya terhadap pelaporan dan audit keuangan di masa depan.
12.

2.1.2
13.

Efek Corporate Collapse dan The Sarbanes-Oxley Act (2002)


Pada awal tahun 2000-an, sejumlah perusahaan besar tumbang (collapse) dan

aturan berganti sebagai gambaran atas akuntansi dan audit, dan hal tersebut
mempengaruhi lingkungan. Kritik atas independensi auditor dan tata kelola perusahaan
menjadi front-burner yang menarik banyak komentar publik dan penelitian.
14.
Sebagai contoh, di Amerika Serikat sebelum era Sarbanes-Oxley Act 2002
(SOX), firma audit saling mereviu dengan menggunakan sistem peer review dari
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). Proses dalam sistem ini,
mengumpulkan informasi pada prosedur pengendalian kualitas firma audit dengan
mewancarai staf dan memeriksa dokumentasi. Fogarty mengkritik proses ini dengan
alasan bahwa proses reviu tidak secara memadai dalam kehati-hatian dan pereviu akan
tidak mampu mendeteksi kesalahan penting. Hal ini menunjukkan bahwa staf dapat
dilatih menjawab pertanyaan pereviu dan dokumen yang dihasilkan tidak sebagaimana
mestinya.
15.
Sejak tahun 2004, Public Company Accounting and Oversight Board
(PCAOB), yang dibentuk dengan aturan SOX, telah mengarahkan inspeksi independen
dari firma audit. Meskipun demikian, daripada menggunakan kritik peer review AICPA
yang mana mengarah pada perubahan aturan, Hilary dan Lennox menyediakan bukti
bahwa peer review menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perbedaan
kualitas firma audit. Hilary dan Lennox mencatat bahwa perbedaan metode reviu dan
secara khusus bagaimana temuannya dipublikasikan, menyulitkan mengambil
kesimpulan. Dalam sistem AICPA, terlihat bahwa firma yang mereviu cenderung tidak
melaporkan masalah audit jika mereka tidak dalam kondisi bersaing dengan firma yang
direviu. Firma yang direviu muncul dengan kualitas yang lebih tinggi jika mereka
direviu oleh auditor yang tidak bersaing mendapatkan klien yang sama. Fakta
menunjukkan sulitnya menghilangkan dorongan kepentingan pribadi di bawah sistem
pengendalian kualitas yang diatur sendiri. Mungkin sistem dengan dorongan personal
yang lebih sedikit lebih sering terkena masalah, bahkan jika itu bukanlah sistem yang
lebih baik.

16.

Provisi kunci yang lain dalam SOX adalah batasan pada provisi pada jasa

konsultansi tertentu (non-audit) oleh firma audit kepada klien mereka. Auditor laporan
keuangan dilarang memberikan jasa konsultansi kepada klien mereka, kecuali terhadap
beberapa pengecualian dengan terlebih dahulu melakukan persetujuan dengan komite
audit klien. Setelah tumbangnya perusahaan pada awal 2000a, firma audit dikritik
karena mengkompromikan independensi mereka dengan sangat bergantung pada
pendapatan dari jasa konsultansi. Sedikit sekali bukti penelitian yang mendukung sudut
pandang ini karena perusahaan di AS tidak diharuskan menyajikan fee yang dibayarkan
kepada auditor untuk jasa audit dan jasa konsultansi sebelum tahun 2000. Secara umum,
aturan auditor, teknik mereka, dan independensi mereka berlanjut kepada perdebatan
karena aturan mereka dalam membentuk kepercayaan dalam perusahaan dan
manajemen. Di masa depan, perdebatan ini akan secara intensif menjadi perubahan
yang besar (shake-up) dalam system keuangan global
17.

2.2 Issues Surrounding The Application of Fair Value Accounting During The Global
Financial Crisis
Penyebab dari global financial crisis (GFC) yang melanda seluruh dunia pada
tahun 2008 dan 2009 merupakan hal kompleks untuk diperdebatkan. Beberapa
menganggap praktek menilai asset secara wajar adalah sebagai faktor yang
berkontribusi terhadap melebarnya masalah di pasar subprime mortgage AS, dan
memperburuk lebarnya krisis. Hal ini karena standar akuntansi (terutama standar
akuntansi keuangan (FAS) No 157 Pengukuran Nilai Wajar) memerlukan write-downs
atas nilai investasi yang dipegang oleh bank saat kondisi pasar bergejolak. Writedown ini membatasi kemampuan entitas untuk memberikan pinjaman. Menandai aset
keuangan ke pasar (untuk mencerminkan nilai wajar) juga mempengaruhi sisi aktiva
dari neraca pinjaman perusahaan, dan membatasi kemampuan untuk melakukan
pinjaman.
The United States Securities and Exchange Commission (SEC) menginvetigasi
peran nilai wajar saat terjadi krisis dan mengeluarkan laporan pada hari-hari terakhir
tahun 2008. SEC diminta untuk menyelidiki peran standar akuntansi, seperti FAS 157
atas kegagalan bank yang terjadi pada tahun 2008. Laporan menyimpulkan bahwa
kegagalan bank di AS disebabkan oleh kemungkinan kerugian kredit, kualitas aset,
dan dalam kasus tertentu, mengikis kepercayaan investor dan pemberi pinjaman, dan
tidak hanya disebabkan ketika menandai aset keuangan ke nilai pasar. Pandangan
tentang peran akuntansi nilai wajar didukun, termasuk mantan akuntan SEC yaitu
Conrad Hewitt dan Lynn Turner, yang memuji akuntansi mark-to-market untuk
meningkatkan transparansi, memungkinkan pengguna dari laporan keuangan untuk
melihat kondisi sebenarnya atas situasi ekonomi suatu lembaga.
18.

2.2.1
19.

Reaksi dengan Setter Standard


Pada bulan Oktober 2008, IASB mengubah aturan untuk reklasifikasi aset

keuangan sehingga kerugian dari perubahan nilai pasar atas aset tersebut yang dapat
diperlakukan secara berbeda. Sebelum perubahan aturan, standart internasional
diperlukan seperti kerugian yang akan diambil melalui laporan laba rugi. Setelah
perubahan peraturan, aset bisa dipindahkan dalam kondisi tertentu untuk menghindari
pengisian kerugian mark-to-market ke laporan laba rugi. Namun, ada juga aturan
perubahan yang membutuhkan pengungkapan instrumen keuangan dan pengaruh
reklasifikasi pada laporan laba rugi. Perubahan ini dibuat melalui amandemen untuk
IAS 39 dan IFRS 7.
20.
Ketua IASB, Tuan David Tweedie, telah berbicara secara terbuka tentang
tuntutan dibuat pada IASB oleh politikus Eropa yang meminta perubahan untuk standart
yang konsisten dengan keinginan bank-bank Eropa. Setelah perubahan peraturan, yang
dihitung sejak ke Juli 2008, salah satu bank Eropa, Deutsche Bank, mengurangi writedown dan menghasilkan laba sebelum pajak. G20 mengadakan pertemuan dan
menghasilkan rekomendasi untuk perubahan regulasi pasar keuangan, termasuk standar
akuntansi, isu instrumen keuangan, penurunan asset, dan akuntansi untuk item off
neraca. IASB dan FASB merespon rekomendasi tersebut, salah satunya meminta FASB
untuk memperbolehkan bank menggunakan penilaiannya sendiri dalam menentukan
nilai wajar asset, daripada menggunakan pasar sebagai kriteria objektif. BlundellWignall, Atkinson dan Lee dalam papernya menjelaskan hal-hal yang membuat krisis
keuangan global, yaitu:
1. Kebijakan likuiditas makro global
2. Kerangka kerja regulasi yang masih minim
21.

2.2.2
22.

Auditor dan Krisis Keuangan Global


Berdasarkan catatan Sikka, sangat sedikit perhatian yang diberikan dalam

tekanan peran auditor pada saat krisis, meskipun beberapa komentator menanyakan
nilai audit ketika auditor tidak memprediksi efek dari resiko asset pada neraca beberapa
bank. Canadian Institute of Chartered Accounts dan The Institute of Chartered
Accountants di Inggris dan Wales mengeluarkan publikasi yang menekankan resiko
yang dialami auditor ketika menilai nilai asset dan mempertimbangkan jasa
perencanaan manajemen untuk memitigasi resiko berkesinambungan dan isu likuiditas
selama resesi antisipasi. Publikasi ini juga menegaskan pentingnya standar etis ketika
menghadapi tekanan dari manajemen untuk menghindari pengakuan yang tidak
diinginkan atau write-down.
2.3 Possible Directions in The Future International Accounting Standard Setting
Arrangements
2.3.1. Proyek Konvergensi IASB dan FASB

23.

Pada November 2008, SEC di US mengeluarkan sebuah roadmap untuk

menerapkan IFRS oleh perusahaan AS mulai 2014. Konvergensi ini diperhatikan oleh
SEC karena SEC akan memperkirakan akan berkembang ke arah kejadian yang penting
di tahun 2011 dan akan membuat keputusan dalam tahun 2014 maka implementasi
tersebut harus sudah diproses.
24.

1.
2.
3.
4.
5.

Kejadian penting tersebut berhubungan dengan:


Perbaikan dalam standar akuntansi
Akuntabilitas dan membiayai IASC
Perbaikan dalam kemampuan untuk menggunakan data pelaporan IFRS
Mengadakan pendidikan dan pelatihan yang berhubungan dengan IFRS
Dibatasi untuk segera menggunakan IFRS dimana hal ini akan mempertinggi

komparabilitas untuk investor US


6. Mengantisipasi pemilihan waktu pembuatan peraturan mendatang oleh komisi
7. Mengimplementasikan perintah menggunakan IFRS oleh issuers
2.3.2. Masalah Dalam Konvergensi IFRS US GAAP
25.

Meskipun adanya roadmap, belum diketahui secara pasti bahwa negara-negara

bersatu akan mengadopsi IFFS. pimpinan SEC, Mary Schapiro, baru-baru ini
mengatakan bahwa dia tidak akan merasa terikat oleh roatmap tersebut. Dia
menambahkan bahwa ada beberapa kekhawatiran tentang standar IFRS umum, dan
9

tidak siap untuk mendelegasikan pengaturan standar atau tanggung jawab pengawasan
IASB. Seorang anggota dewan akuntansi perusahaan pengawasan publik (PCAOB) di
Amerika Serikat, Charles Niemeier, juga mengkritik tujuan konvergensi. perhatian
utama-Nya adalah bahwa beralih ke IFRS akan membiarkan US dengan aturan yang
lebih sulit untuk ditegakkan. Ia juga mengklaim bahwa IFRS tidak lebih principelbased dari US GAPP, hanya lebih muda dan untuk itu telah ada sedikit waktu untuk
melakukan koreksi rinci dan penambahan.
26.

Pihak lain juga mengungkapkan keprihatinan sehubungan dengan tekanan

politik ditempatkan pada IASB pada akhir 2008 yang memaksa perubahan aturan pada
bank menggunakan nilai wajar. Namun, beberapa komentator telah mengakui bahwa
SEC dan FASB tidak sepenuhnya kebal dari tekanan politik tersebut.
2.3.3. Standar Auditing Internasional
27.

HAKA melaporkan bahwa beberapa akuntan menunjukkan beralihnya ke

IFRS akan memerlukan standar audit dan praktek di US merubah cara dari model
penilaian sesuai dengan aturan dalam standar akuntansi untuk penilaian keseluruhan
yang true and fair. Pendekatan audit memiliki implikasi penting bagi penerapan
standar akuntansi principles-based dalam IFRS karena pendekatan yang ada
sebelumnya berfokus pada penegakan aturan daripada prinsip. Standar Audit juga
sedang internasionalisasi untuk beberapa alasan sebagai standar akuntansi, yaitu
globalisasi pasar bisnis dan berbagi permintaan menciptakan untuk standar global.
28.
2.4. Sustainability Accounting, Reporting, and Assurance

2.4.1.
29.

Sustainability Accounting and Reporting


Akuntansi ketahan dan pelaporan merupakan bagian dari akuntansi sosial.

Gray, Owen, dan Adams menyatakan akuntansi sosial sebagai kombinasi akuntansi
untuk hal yang berbeda, pada media berbeda, untuk pengguna yang berbeda, dan untuk
tujuan yang berbeda. Dengan kata lain, melampaui pengukuran keuangan dari kejadian
ekonomi dan pelaporan untuk kelompok pengguna tertentu, biasanya sesuai dengan
standar akuntansi dan regulasi. Akuntansi sosial dan pelaporannya bertujuan untuk
mengamati dan menyerap isu-isu yang tidak dicakup oleh fungsi akuntansi tradisional
10

menjadi bentuk yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan oleh individu,
tidak harus secara langsung atau hanya terkait dengan keberhasilan keuangan entitas.
Akuntansi sosial

dapat termasuk kategori empat dan lima dari asumsi ontologis.

Peneliti akuntansi sosial sering mengadopsi pendekatan penelitian naturalistik,


menggunakan studi kasus dan wawancara untuk memahami bagaimana akuntansi
secara sosial dibangun.
30.
Hal

Istilah sustainability digunakan dan diinterpretasikan dalam berbagai bentuk.


ini

dapat

dianggap

sebagai

pemenuhan

kebutuhan

saat

ini

tanpa

mengkompromikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan


mereka sendiri. Berdasarkan definisi ini, sustainability berkaitan dengan perlindungan
lingkungan (eco-efficiency) sekaligus sebagai keadilan antara masyarakat dan generasi
(eco-justice). Definisi tersebut berarti bahwa pelaporan lingkungan merupakan bagian
dari informasi yang berkaitan dengan hubungan mereka dengan karyawan, masyarakat,
dan lingkungan.
2.4.2. Perkembangan saat ini dalam Sustainability Reporting
31.

Bentuk dari pelaporan ketahanan telah berubah pada masa kini terkait

beberapa perkembangan. Salah satu yang paling banyak digunakan sebagai pedoman
dalam pelaporan ketahanan adalah yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative
(GRI) yang direvisi dan dikeluarkan pada oktober 2006. Pedoman GRI membentuk
dasar framework dari pengungkapan ketahanan dan berisi prinsip dan petunjuk serta
standar pengungkapan untuk semua tipe organisasi. Prinsip tersebut menentukan isi
dari laporan ketahanan, kualitas informasi, dan batas laporan. Standar pengungkapan
termasuk strategi dan profil ketahanan organisasi, pendekatan manajemen, dan
indikator performa. Pedoman GRI sesuai dengan tujuan kerangka konseptual yang
digunakan dalam pedoman pelaporan keuangan.
32.

Perusahaan yang mengadopsi pedoman GRI dapat mendaftarkan laporannya

dengan GRI, dan pada bulan Maret 2009 hampir 1000 laporan untuk 2008 telah
terdaftar. Pertumbuhan dalam pelaporan ketahanan dikonfirmasi oleh survey terbaru
oleh KPMG pada pengungkapan kinerja perusahaan ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Survei menemukan bahwa lebih dari 90 persen dari 250 perusahaan mempublikasikan
ketahanan atau tanggung jawab perusahaan. KPMG juga melaporkan bahwa 70
persen dari pelaporan perusahaan di seluruh dunia menggunakan pedoman GRI,
11

mungkin karena kredibilitas dari standar dan adanya keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan standar operasi mereka secara konsisten, perusahaan juga melaporkan data
dampak dari ketahanan pada supply chain perusahaan.
33.

Pertumbuhan pelaporan tentang isu-isu lingkungan juga didorong oleh

kekuatan pasar terkait izin untuk emisi gas rumah kaca atau tidak. Perusahaan yang
dipengaruhi oleh pasar-pasar ini perlu untuk memperhitungkan emisi gas rumah kaca
mereka dan melaporkan berdasarkan peraturan yang ditetapkan otoritas peraturan yang
relevan. Perkembangan izin wajib terkait emisi, khususnya saat pembentukan
European Union Emisi Trading Scheme (EU ETS) pada bulan Januari 2005, telah juga
memberikan kontribusi terhadap hubungan yang dekat antara pelaporan keuangan dan
lingkungan, atau pelaporan ketahanan. Hal ini disebabkan kebutuhan untuk
mempertimbangkan hak-hak atau izin emisi, dan kewajiban yang timbul sebagai akibat
dari emisi yang dibuat.
34.

ETS UE bukan pasar karbon pertama yang didirikan, tetapi adalah yang

terbesar, dengan perdagangan tahunan yang diizinkan sebesar US $ 50 miliar pada


tahun 2007. Dalam periode sebelum pengenalan European Union ETS the International
Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC), suatu badan pendukung IASB,
merilis sebuah dokumen resep perlakuan akuntansi yang dapat diterima untuk hak-hak
emisi. IFRIC 3 Hak Emisi diperlukan perusahaan untuk memperlakukan seluruh
tunjangan sebagai aset tidak berwujud. Ini berarti bahwa mereka harus mengakui nilai
wajar semua tunjangan bebas penghasilan, sedangkan biaya emisi yang sesuai akan
diakui secara bertahap sebagai akumulasinya. Cook menjelaskan respon terhadap
dokumen sebagai kemarahan publik dan itu ditarik pada bulan Juni 2005. Mac Kenzie
menambahi kontroversi dengan menyatakan takut bahwa rekomendasi IFRIC 3's akan
menghasilkan peningkatan volatilitas laba sebagai pendapatan dan pengeluaran yang
tidak cocok pada waktunya. Mac Kenzie berpendapat bahwa perusahaan lebih memilih
untuk memperlakukan hak emisi sebagai instrumen keuangan dan menerapkan
akuntansi lindung nilai berdasarkan IAS 39. Hal ini akan memungkinkan perusahaan
untuk kemudian menghapus tunjangan dan emisi terkait, menghapus karbon dari
neraca.
35.

Sebuah laporan oleh PricewaterhouseCoopers (PwC) dan the International

Emissions Trading Association (IETA) menunjukkan sedikit dukungan untuk metode


12

akuntansi IFRIC 3, serta variasi substansial dalam akuntansi untuk hak emisi. Survei
mereka menunjukkan bahwa enam metode utama dalam menghitung hak emisi saat ini
digunakan di perusahaan-perusahaan Eropa, dengan kewajiban diakui sebesar nilai
tercatat tunjangan yang telah diberikan atau dibeli, dengan saldo pada harga pasar yang
berlaku.
36.

PwC dan IETA menyimpulkan bahwa selain kurangnya kejelasan dan

komparabilitas laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan dengan hak-hak


emisi, tidak adanya otoritas tentang masalah ini telah menyebabkan baik kegagalan
maupun pemborosan sumber daya bagi perusahaan. Selain itu, karena survei mereka
tidak melihat adanya kebutuhan dan pandangan para pemangku kepentingan eksternal
terkait dampak variabilitas dalam akuntansi untuk hak emisi pada kemampuan mereka
dalam pengambilan keputusan. Menanggapi masalah dalam akuntansi untuk skema
perdagangan emisi ini, IASB baru-baru ini mengumumkan akan mengaktifkan kembali
proyek pada Skema Perdagangan Emisi dan diharapkan terbentuk standar pada tahun
2010.
37.

Perubahan iklim dan keberlanjutan masalah juga mempengaruhi pelaporan

keuangan tradisional terkait keputusan tentang penurunan nilai aktiva dan


pengungkapan risiko. Perubahan iklim dapat menimbulkan ancaman fisik untuk nilai
aset, misalnya, dataran rendah pantai dapat meningkatkan risiko banjir. Selain itu, nilai
aset operasional dipengaruhi oleh penurunan permintaan untuk produk yang mereka
hasilkan. Sebagai contoh, pergeseran permintaan dari peralatan tinggi energi terhadap
peralatan rendah energi karena perubahan sikap atau meningkatnya biaya listrik akan
mempengaruhi nilai aset yang digunakan untuk membuat peralatan energi tinggi.
38.

Selanjutnya, perusahaan asuransi di Amerika Serikat sekarang harus

mengungkapkan kepada regulator asuransi bagaimana perubahan iklim akan


mempengaruhi bisnis mereka, dan dengan implikasi, aset mereka. Peraturan tersebut
mewajibkan perusahaan asuransi untuk membuat climate risk reports yang membahas
risiko klaim yang lebih tinggi dari klien mereka karena peristiwa cuaca ekstrim.
Penjamin asuransi juga harus mengungkapkan kerentanan mereka terkait penurunan
keuntungan dari investasi mereka dalam perusahaan yang akan terpengaruh emisi
karbon (misalnya perusahaan utilitas). Meskipun laporan risiko iklim yang kini
dibutuhkan perusahaan asuransi bukan merupakan bagian dari peraturan akuntansi,
13

mereka adalah bukti dari kecenderungan investor dan pemangku kepentingan lainnya
dalam menuntut informasi yang lebih baik tentang bagaimana perubahan iklim akan
mempengaruhi keuntungan perusahaan. Selain itu, terdapat juga kewajiban potensial
untuk pengungkapan operasional, pasar dan risiko kredit dari pasar karbon berdasarkan
IFRS 7 Instrumen Keuangan: pengungkapan.
2.4.3. Kecenderungan dalam Sustainability Reporting Assurance

39.

Sebuah unsur penting dari kegunaan laporan keuangan perusahaan adalah

keyakinan yang independen atas laporan. Keyakinan yang independen memberikan


kepercayaan kepada pemegang kepentingan tentang kredibilitas, relevansi, dan
keandalan atas laporan. Perbedaan antara audit dengan review adalah tingkat keyakinan
yang diberikan oleh auditor terkait keandalan informasi yang diberikan perusahaan. Hal
ini ditentukan oleh sifat dan jangkauan dari prosedur yang dilakukan oleh auditor, hasil
dari prosedur dan objektivitas bukti yang diperoleh. Audit memberikan tingkat
keyakinan yang memadai dan review memberikan tingkat keyakinan yang terbatas.
Beberapa perusahaan mencari keyakinan atas laporan keberlanjutan mereka.
Greenwashing adalah praktik menyebarluaskan informasi yang salah sehingga
menampilkan image publik bertanggung jawab kepada lingkungan. Survei KPMG juga
menunjukkan jumlah dari perusahaan besar yang mencari keyakinan yang resmi
berbeda secara signifikan bergantung negaranya. Permintaan atas informasi terkait
lingkungan yang teruji untuk tujuan yang berkenaan dengan peraturan dapat
mengarahkan syarat informasi yang terjamin bagi kelompok pemegang kepentingan
yang lebih luas. Nampaknya terdapat perubahan sikap terhadap pelaporan keberlanjutan
dan keyakinan di Amerika Serikat, dengan syarat pernyataan keyakinan resmi dalam
laporan pertanggung jawaban meningkat dengan cepat dari 2% pada 2002 menjadi 14%
pada 2008. Perubahan ini dapat disebabkan karena berakhirnya era pemerintahan Bush,
dan kegiatan kelompok pelobi seperti CERES yang berbasis di Boston (salah satu
pendiri Global Reporting Initiative). Salah satu pendorong untuk menyediakan
informasi lingkungan yang berkualitas tinggi juga berasal dari tumbuhnya Carbon
Disclosure Project (CDP). CDP memperoleh data dari perusahaan atas risiko perubahan
iklim mereka, strategi, dan emisi gas greenhouse dan membuatnya tersedia secara gratis
di website mereka. Tujuan utama atas pengumpulan informasi ini adalah untuk
memberitahukan keputusan pembelian dan investasi oleh investor dari lembaga,
organisasi pembelian dan badan/instansi pemerintah.
14

2.4.4. Mengapa Mencari Assurance for Sustainability Reports?

40.

Audit diyakini memberikan manfaat dengan meningkatkan kredibilitas laporan

keuangan yang disiapkan oleh manajemen dan meningkatkan kualitas dari sistem
akuntansi entitas berdasarkan feedback dari proses audit. Penerapan teori ini pada
sustainability assurance menganjurkan bahwa perusahaan dengan keuntungan paling
banyak atas peningkatan kredibilitas laporannya akan cenderung untuk mencari
keyakinan (assurance). Perusahaan dengan keuntungan paling banyak dari laporan
yang lebih kredibel adalah yang paling berkemungkinan menjadi sangat terlihat, dan
industri yang berpotensi tinggi menimbulkan polusi.
2.4.5. Sustainability Assurance Standards
41.

Terdapat pedoman otoritas yang terbatas atas perjanjian keyakinan (assurance

engagement) dalam laporan keberlanjutan (sustainability reports) dan informasi emisi


karbon. ISAE 3000, Assurance Engagements Other than Audits or Reviews of
Historical Financial Information, diterbitkan oleh IAASB, menyediakan beberapa
pedoman umum namun tidak spesifik pada sustainability report dan laporan karbon
emisi, sehingga cenderung diterapkan secara tidak konsisten oleh pemberi keyakinan.
AA1000AS menyediakan pedoman pada sustainability assurance reports yang
mengevaluasi ketaatan entitas kepada AA1000 AccountAbility Principles dan kualitas
atas informasi yang diungkap kepada publik atas sustainability performance. ODwyer
dan Owen menganalisis assurance statement dari laporan Association of Chartered
Certified Accountants (ACCA) United Kingdom and European Sustainability
Reporting Awards Scheme tahun 2002. Mereka melaporkan bahwa mereka ragu atas
independensi dari pelaksanaan assurance dan juga terdapat kendali manajemen yang
besar

atas

proses

terbentuknya

assurance.

IAASB

telah

memulai

proyek

pengembangan standar internasional baru untuk Assurance Engagements on Carbon


Emissions Information. IAASB bermaksud untuk menerbitkan pedoman, mungkin
dalam bentuk ISAE baru, untuk meningkatkan konsistensi pendekatan assurance of
sustainability report dan untuk memberikan bantuan bagi auditor laporan keuangan
ketika mempertimbangkan carrying value atas hak emisi perdagangan.
42.
2.5. Other Non-Financial Accounting and Reporting Issues
15

2.5.1. Water Accounting


43.

Water accounting saat ini sedang dikembangkan oleh Water Accounting

Standard Board (WASB) di Australia. Para WASB merilis edisi pertama Water
Accounting Conceptual Framework (WACF) dan Preliminary Australian Water
Accounting Standards (PAWAS) pada tahun 2009. Para WACF dan PAWAS mengatur
penyusunan dan penyajian General Purpose Water Accounting Reports (GPWARs)
oleh entitas tertentu. GPWARs dirancang untuk membantu pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh penguna yang tidak dapat mendapatkan informasi airnya sendiri
dari entitas-entitasnya. Tujuan utama dari proyek water accounting adalah untuk
memiliki sistem akuntansi dan pelaporan yang akan menginformasikan keputusan
tentang alokasi sumber daya air dan meningkatkan kepercayaan publik serta investor
tentang pengelolaan air di Australia.
44.

Tujuan WASB melakukan pengembangan standar water accounting dan

prosedur untuk memfasilitasi dalam pengambilan keputusan oleh berbagai pengguna


yang memperhatikan distribusi, manajemen, dan penggunaan air mirip dengan maksud
dari penyusunan standar akuntansi keuangan. WASB telah menggunakan kerangka
konseptual akuntansi keuangan dan proses pengaturan standar untuk mendukung
pengembangan water accounting. WACF didasarkan pada model standar akuntansi
keuangan dan berkaitan dengan maksud dan isi dari tujuan umum laporan water
accounting. WACF menentukan maksud dari tujuan umum laporan water accounting;
entitas pelaporan, karakteristik kualitatif dari informasi yang dilaporkan, unsur-unsur
dari laporan-laporan ketika elemennya diakui dalam tujuan umum laporan water
accounting dan bagaimana mereka diukur, serta pengungkapan kepatuhan dan
assurance.
45.

Sistem water accounting diadopsi oleh WASB adalah sistem akrual di mana

laporan untuk kebanyakan entitas pelaporan air akan meliputi:


46.
47.
48.
49.
50.

51.

(a) Statement of Physical Water Flows


(b) Statement of Wate Assets and Water Liabilities
(c) Statement of Changes in Water Assets and Water Liabilities
(d) Disclosure Notes
(e) Compliance Statement
(f) Assurance Statement

16

52.

Penerapan tujuan bahwa laporan untuk memberikan informasi pada

pengambilan keputusan mengharuskan pengembangan definisi elemen dari laporanlaporan, seperti water assets, kewajiban, dan perubahan pada water assets dan
kewajiban. Sebagai contoh, kerangka konseptual mendefinisikan water assets sebagai
berikut:
53.

'Water asset adalah air, atau hak-hak atau klaim lain untuk air, dimana entitas

pelapor air memiliki tanggung jawab manajemen, dan dari individu atau organisasi
yang merupakan entitas pelapor air atau kelompok pemegang saham dari entitas air
fisik, memperoleh manfaat masa depan.'
54.

Definisi air tidak hanya meliputi dalam penyimpanan air, tetapi juga hak-hak

dan klaim lain untuk air. Selain itu, berikut definisi aset keuangan, definisi aset air
menganggap konsep manfaat masa depan yang mengalir dari aset-aset, dan kepada
siapa mereka mengalir. Demikian pula, definisi kewajiban air mempertimbangkan jenis
kewajiban yang hadir untuk mendistribusikan air, atau penurunan aset air (atau
peningkatan kewajiban air lainnya). Alih-alih menggunakan satuan mata uang sebagai
unit pengukuran, water accounting berisi informasi tentang volume fisik dan kualitas
air, serta lokasi aset (misalnya penyimpanan air bawah tanah atau permukaan).
55.

Laporan water accounting akan memberikan informasi tentang saham dan arus

sumber daya air, bukan hanya data dan klaim yang dibuat oleh manajer yang
bergantung pada data yang bersumber di luar sistem formal akuntansi, seperti dalam
pelaporan keberlanjutan. Dengan cara yang sama bahwa auditor laporan keuangan
meningkatkan nilai laporan keuangannya dengan meningkatkan kredibilitas mereka,
diharapkan bahwa laporan air juga akan diaudit. Auditor bisa memberikan jaminan
pada laporan air dengan menggunakan keterampilan dan teknik yang sama yang
digunakan untuk mengaudit laporan keuangan, meskipun mereka kemungkinan akan
memerlukan perhatian khusus pada isu-isu teknis dari insinyur dan ahli kualitas air.
56.
2.5.2. Water Accounting vs Greenhouse Gas Emission Accounting (GGP)
57.

Satu perbedaan kunci antara water accounting standard dan standar GGP

adalah penekanan sebelumnya atas akuntansi untuk saham dan arus air yang
menggunakan proses akrual. Pendekatan pengukuran water accounting berasal dari
17

adopsi eksplisit atas tujuan untuk menghasilkan informasi untuk membantu


pengambilan keputusan, yang merupakan tujuan yang sama dengan kerangka
konseptual akuntansi keuangan. GGP menyediakan standar untuk memandu perusahaan
dalam mempersiapkan persediaan gas rumah kaca yang menyajikan suatu akun yang
benar dan adil atas emisinya, dan menekankan karakteristik kualitatif atas relevansi,
kelengkapan, konsistensi, transparansi, dan akurasi. Namun, standar GGP dirancang
untuk membantu perusahaan dalam mengukur dan melaporkan keputusan, bukan untuk
memastikan bahwa semua informasi yang diperlukan oleh stakeholder eksternal dalam
pengambilan keputusan mereka disediakan dalam bentuk yang mereka inginkan.
Meskipun informasi disajikan di bawah standar GGP, informasi yang disajikan tidak
lengkap dan berupa perkiraan. Informasi yang dihasilkan tidak menyediakan
penggunaan akuntansi akrual atas aktivitas perusahaan terhadap persediaan gas rumah
kaca di lingkungan, dengan pelaporan terbatas mengenai emisi tidak langsung, dan
masalah pengukuran dibuat dengan pendekatan faktor emisi.
58.

Beberapa isu yang timbul dari pendekatan faktor emisi dalam standar GGP

berkaitan dengan pemilihan dan penerapan faktor emisi dan kualitas data kegiatan.
Persetujuan faktor emisi sebagai alat pengukuran yang valid berarti bahwa standar GGP
tidak mengijinkan pembuat keputusan untuk memiliki tingkat kepercayaan di laporan
informasi GHG. Mereka juga mengangkat isu-isu yang berbeda untuk auditor. Gerakan
menuju sistem akuntansi yang terintegrasi penuh secara akrual untuk emisi gas rumah
kaca akan memberikan kesempatan bagi auditor untuk membuat opini.
59.

Namun, terlepas dari keterbatasan pada standar GGP dan upaya lain untuk

mengukur emisi gas rumah kaca, sistem ini berarti bahwa untuk pertama kalinya dalam
sejarah terdapat perusahaan yang melaporkan data emisi gas rumah kaca. Para GGP dan
standar water accounting adalah hasil bukti atas tekanan oleh pemerintah untuk
memperoleh data pada sumber daya yang langka, selain yang ditangkap oleh sistem
akuntansi keuangan secara tradisional. Dengan demikian, mereka menunjuk kepada
yang lebih luas, dan mungkin lebih penting, masa depan untuk akuntansi di abad dua
puluh satu dan seterusnya.

18

60.

BAB III

KESIMPULAN
Salah satu pengaruh utama pada penelitian dan praktik akuntansi dan audit yang
diteliti adalah pertumbuhan standar akuntansi dan audit yang berlaku secara internasional.
XBRL memungkinkan informasi keuangan untuk disajikan secara lebih interaktif dan mudah
digunakan (user friendly) dengan cara melakukan tagging data individual sehingga data
tersebut dapat diolah menggunakan software untuk menghasilkan laporan yang dapat
dimodifikasi (custom-designed) oleh pengguna. Satu isu terkait XBRL adalah apakah
pendekatan audit sekarang atas rekonsilias versi cetak dari dokumen terkait XBRL dengan
informasi yang berada di SEC memadai. Plumlee dan Plumlee menunjukkan bahwa provisi
dari informasi XBRL adalah perpanjangan dari paradigm pelaporan tradisional yang akan
mengubah cara penggunaan data keuangan dan non keuangan. Pergeseran paradigma ini
mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan pertanyaan yang lebih dalam daripada
hanya melakukan rekonsiliasi output.
Penyebab dari global financial crisis (GFC) yang melanda seluruh dunia pada tahun
2008 dan 2009 merupakan hal kompleks untuk diperdebatkan. Beberapa menganggap praktek
menilai asset secara wajar adalah sebagai faktor yang berkontribusi terhadap melebarnya
masalah di pasar subprime mortgage AS, dan memperburuk lebarnya krisis. Hal ini karena
standar akuntansi (terutama standar akuntansi keuangan (FAS) No 157 Pengukuran Nilai
Wajar) memerlukan write-downs atas nilai investasi yang dipegang oleh bank saat kondisi
pasar bergejolak. Write-down ini membatasi kemampuan entitas untuk memberikan
pinjaman. Menandai aset keuangan ke pasar (untuk mencerminkan nilai wajar) juga
mempengaruhi sisi aktiva dari neraca pinjaman perusahaan, dan membatasi kemampuan
untuk melakukan pinjaman.
Pada bulan Oktober 2008, IASB mengubah aturan untuk reklasifikasi aset keuangan
sehingga kerugian dari perubahan nilai pasar atas aset tersebut yang dapat diperlakukan
secara berbeda. Setelah perubahan peraturan, aset bisa dipindahkan dalam kondisi tertentu
untuk menghindari pengisian kerugian mark-to-market ke laporan laba rugi. Ketua IASB,
Tuan David Tweedie, telah berbicara secara terbuka tentang tuntutan dibuat pada IASB oleh
politikus Eropa yang meminta perubahan untuk standart yang konsisten dengan keinginan
bank-bank Eropa. Setelah perubahan peraturan, yang dihitung sejak ke Juli 2008, salah satu
19

bank Eropa, Deutsche Bank, mengurangi write-down dan menghasilkan laba sebelum pajak.
IASB dan FASB merespon rekomendasi tersebut, salah satunya meminta FASB untuk
memperbolehkan bank menggunakan penilaiannya sendiri dalam menentukan nilai wajar
asset, daripada menggunakan pasar sebagai kriteria objektif.
Akuntansi ketahan dan pelaporan merupakan bagian dari akuntansi sosial. Gray,
Owen, dan Adams menyatakan akuntansi sosial sebagai kombinasi akuntansi untuk hal yang
berbeda, pada media berbeda, untuk pengguna yang berbeda, dan untuk tujuan yang berbeda.
Akuntansi sosial dan pelaporannya bertujuan untuk mengamati dan menyerap isu-isu yang
tidak dicakup oleh fungsi akuntansi tradisional menjadi bentuk yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan oleh individu, tidak harus secara langsung atau hanya terkait dengan
keberhasilan keuangan entitas.
Audit diyakini memberikan manfaat dengan meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan yang disiapkan oleh manajemen dan meningkatkan kualitas dari sistem akuntansi
entitas berdasarkan feedback dari proses audit. Penerapan teori ini pada sustainability
assurance menganjurkan bahwa perusahaan dengan keuntungan paling banyak atas
peningkatan kredibilitas laporannya akan cenderung untuk mencari keyakinan (assurance).
Water accounting saat ini sedang dikembangkan oleh Water Accounting Standard
Board (WASB) di Australia. Para WASB merilis edisi pertama Water Accounting Conceptual
Framework (WACF) dan Preliminary Australian Water Accounting Standards (PAWAS) pada
tahun 2009. Para WACF dan PAWAS mengatur penyusunan dan penyajian General Purpose
Water Accounting Reports (GPWARs) oleh entitas tertentu. GPWARs dirancang untuk
membantu pengambilan keputusan yang dilakukan oleh penguna yang tidak dapat
mendapatkan informasi airnya sendiri dari entitas-entitasnya. Tujuan utama dari proyek
water accounting adalah untuk memiliki sistem akuntansi dan pelaporan yang akan
menginformasikan keputusan tentang alokasi sumber daya air dan meningkatkan kepercayaan
publik serta investor tentang pengelolaan air di Australia. Tujuan WASB melakukan
pengembangan standar water accounting dan prosedur untuk memfasilitasi dalam
pengambilan keputusan oleh berbagai pengguna yang memperhatikan distribusi, manajemen,
dan penggunaan air mirip dengan maksud dari penyusunan standar akuntansi keuangan.

20

DAFTAR PUSTAKA
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes. Accounting
Theory, 7th Ed. John Wiley & Sons, Inc. 2010

21

Anda mungkin juga menyukai