Anda di halaman 1dari 19

TINDAKAN PREVENTIF PENYELEWENGAN TRANSAKSI DI ERA BANK

DIGITAL MELALUI CYBER SECURITY

Mata Kuliah
Implikasi Digitalisasi

Dosen Pengampu
Dr. Catur Edi Wibowo, M.T

Disusun Oleh :
Muhammad Nur Hendra Alvianto 30000321410014
Nabiel P Adam 30000321410015
Ilham Akbar Sodik 30000321410016
Ucky Pradestha Novettralita 30000321410017
Auzan Touviandi 30000321410018

MAGISTER SISTEM INFOMASI


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang .................................................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 4
1.3. Tujuan Makalah .................................................................................................................. 5
BAB II Landasan Teori ................................................................................................................... 6
2.1. Digital Banking.................................................................................................................... 6
2.2. Teknologi Keuangan ........................................................................................................... 6
BAB III ISI DAN PEMBAHASAN................................................................................................ I7
3.1. Perkembangan Digital Banking di Indonesia ...................................................................... 7
3.2. Perkembangan Teknologi Keuangan .................................................................................. 8
3.3. Layanan Digital Banking ................................................................................................... 11
3.4. Resiko dari Penggunaan Layanan Digital Banking ............................................................ 14
3.5. Upaya Pencegahan Resiko dari Penggunaan Layanan Digital Banking ............................ 15
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 18
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi di Indonesia yang sangat pesat berdampak baik bagi
peningkatan pelayanan di seluruh sektor di Indonesia, terutama sektor perbankan. Menurut
Bank Indonesia pemanfaatan teknologi informasi dalam mendukung sistem keuangan
dengan menghasilkan sebuah layanan, produk, teknologi atau suatu model bisnis baru dari
suatu perbankkan sesuai dengan kategori berikut : (1) sistem pembayaran, (2) market
support, (3) manajemen investasi dan manajemen resiko, (4) pembiayaan keuangan
(pinjaman, penyediaan modal dan pembiayaan) dan (5) layanan lainnya yang mendukung
sistem keuangan dapat disebut juga dengan teknologi keuangan. Beberapa kriteria tersebut
yang telah diberikan oleh Bank Indonesia merupakan salah satu inovasi dari penerapan
teknologi informasi untuk digunakan di sistem keuangan. Salah satu inovasi untuk
meningkatan pelayanan layanan keuangan oleh perbankkan melalui teknologi digital
dengan memanfaatkan akses internet dalam menggunakannya sehingga berdampak pada
peningkatan layanan bagi nasabah tanpa adanya batasan ruang dan waktu yaitu perbankkan
digital.

Menurut data yang dimiliki oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII), pada
tahun 2019 saja pengguna internet di Indonesia kurang lebih mencapai 196.7 juta jiwa.
Peningkatan pengguna internet yang semankin meningkat dan pengaruh dari adanya
internet yang dapat memudahkan masyarakat berdampak pada perubahan pola perilaku
masyarakat. Hal tersebut juga mendorong perbankkan dalam melakukan digitalisasi pada
layanannya. Menurut Otoritas Jasa Keuangan mencatat hampir 80 bank yang ada di
Indonesia meningkatkan pelayanannya dengan melakukan digitalisasi pada layanan yang
diberikan untuk meningkatkan pelayanan bagi para nasabahnya. Banyaknya bank yang
melakukan digitalisasi layanannya mendorong kompetisi yang dilakukan di setiap bank
untuk selalu melakukan inovasi digital banking dalam mendukung peningkatan layanan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Marlina & Humairah, 2018) mengenai peranan
digital banking yaitu sebagian besar pengguna Aplikasi BTN Digital menyatakan puas
dalam menggunakan digital banking yang ada pada aplikasi tersebut. Pada digital banking
memiliki beberapa kelebihan yang dirasakan oleh pengguna yaitu antara lain proses
transaksi dapat dilakukan secara kapanpun dan dimanapun, selain itu proses transaksi dapat

3
lebih cepat daripada proses layanan secara langsung di bank. Mengutip dari beritasatu.com
terdapat tiga point utama menurut Otoritas Jasa Keuangan dalam menciptakan transaksi
digital banking secara aman yaitu kepercayaan, integritas dan ketersediaan. Penyedia jasa
digital banking yaitu bank harus dapat mencaga keamanan nasabah dalam menggunakan
layanannya. Kemudian integritas bank juga dipertaruhkan dalam menyediakan layanan
dengan melakukan inovasi secara terus menerus. Dan terakhir ketersediaan layanan harus
selalu tersedia dengan baik agar dapat memudahkan nasabah dalam menggunakan digital
banking untuk melakukan transaksi.

Menurut pengamat teknologi dan informasi masyarakat telekomunikasi Indonesia


dengan mengutip beritasatu.com yaitu dalam menggunakan digital banking masih belum
dapat digunakan secara maksimal dikarenakan masih kurangnya kesadaran akan pentingnya
keamanan untuk melindungi data, infrastruktur dan aplikasi. Dalam melakukan transaksi
dalam digital banking memiliki beberapa resiko yang ada salah satunya dan paling sering
terjadi yaitu tindakan criminal dengan memanfaatkan internet atau dapat disebut dengan
cybercrime. Selain itu terdapat juga tindakkan criminal lainnya yaitu seperti malware,
hacking dan lain sebagainya.

Banyaknya manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat dengan menggunakan


layanan digital banking dalam melakukan transaksi, tidak menutup kemungkinan terdapat
resiko yang perlu dilakukan penanggulangan untuk mencegah terjadinya tindak criminal
pada layanan digital banking. Dalam mengurangi resiko yang ada dalam melakukan
transaksi dengan menggunakan layanan digital banking perlu adanya tindakkan preventif
yang dapat dilakukan yaitu dapat dilakukan oleh penyedia layanan digital banking, nasabah
sebagai pengguna layanan dan otoritas jasa keuangan sebagai pengawas dalam penyediaan
layanan digital banking.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang disampaikan sebelumnya dapat dirumuskan sebagai
berikut:

a. Bagaimana perkembangan digital banking di Indonesia?


b. Bagaimana perkembangan teknologi keuangan atau financial technologi di Indonesia?
c. Apa saja yang termasuk dalam layanan dari digital banking?
d. Apa saja resiko yang dapat terjadi dalam menggunakan layanan digital banking ?
e. Bagaimana upaya pencegahan resiko dari penggunaan layanan digital banking?

4
1.3.Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :

a. Mengetahui perkembangan digital banking di Indonesia.


b. Mengetahui perkembangan teknologi keuangan atau financial technology di Indonesia.
c. Mengetahui layanan yang termasuk ke dalam layanan digital banking.
d. Mengetahui resiko yang dapat terjadi dari penggunaan layanan digital banking.
e. Mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah resiko dari penggunaan
layanan digital banking.

5
BAB II

LANDASAN TEORI
2.1. Digital Banking
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 12/POJK.03/2018 layanan digital
banking atau disebut juga degan digital banking merupakan suatu layanan dari perbankan
berbasis elektronik yang dikembangkan dengan memanfaatkan data nasabah secara optimal
dalam rangka memberikan layanan kepada nasabah secara cepat, mudah dan sesuai dengan
kebutuhan dari nasabah dan dapat dilakukan secara mandiri leh nasabah dalam
penggunakan dengan selalu mempertimbangkan aspek keamanan dalam menerapkan
layanan digital banking.

Kemudian menurut (Januar, 2021) digital banking atau yang biasa di sebut juga
sebagai layanan perbankan digitan dapat diartikan sebagai suatu layanan dari perbankan
dengan menggunakan atau memanfaatkan sarana elektronik atau digital yang dimiliki oleh
bank untuk digunakan oleh nasabah atau calon nasabah yang akan digunakan untuk
melakukan transaksi perbankan dimana saja dan kapan saja. Kemudian menurut (Budiarta,
2020) digital banking merupakan sebuah layanan dari bank berupa layanan perbankan yang
memanfaatkan teknologi digital dalam memberikan layanan ke nasabah dan berguna untuk
memenuhi kebutuhan dari nasabah.

2.2. Teknologi Keuangan


Teknologi Keuangan atau dapat disebut juga dengan financial technology merupakan
salah satu solusi dari pemanfaatan teknologi dalam memecahkan permasalahan keuangan
(Arner dkk, 2015). Selain itu menurut bank dunia pada tahun 2016 teknologi keuangan atau
financial technologi dapat disebut dengan pemanfaatan teknologi dalam industry perbankan
untuk mendukung efisiensi dari sistem keuangan dan pelayanan keuangan yang dimiliki
oleh perbankan.

Menurut Bank Indonesia pemanfaatan teknologi informasi dalam mendukung sistem


keuangan dengan menghasilkan sebuah layanan, produk, teknologi atau suatu model bisnis
baru dari suatu perbankkan sesuai dengan kategori berikut : (1) sistem pembayaran, (2)
market support, (3) manajemen investasi dan manajemen resiko, (4) pembiayaan keuangan
(pinjaman, penyediaan modal dan pembiayaan) dan (5) layanan lainnya yang mendukung
sistem keuangan

6
BAB III

ISI DAN PEMBAHASAN


3.1. Perkembangan Digital Banking di Indonesia
Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi di Indonesia, salah satu sektor
industri yang mendapatkan dampak positif ialah sektor keuangan. Apabila dilihat dari
perkembangan layanannya, sebelum teknologi informasi berkembang pesat seperti yang
kita rasakan hari ini, perbankan yang ada di Indonesia dahulu sudah memfasilitasi
layanannya dengan ATM, mesin EDC, sms banking, mobile banking (m – banking), maupun
internet banking ( i – banking), sehingga pada hakikatnya masyarakat pun sudah terbiasa
dengan layanan jasa perbankan berbasis digital.

Digitalisasi akan menghadirkan era dimana ekonomi digital yang serba instan, cepat dan
transparan yang nantinya menggantikan era ekonomi konvensional. Dukungan penggunaan
smartphone, table, internet dan aplikasi yang saling terhubung akan membuat relasi
business to business (B2B) maupun business to consumer (B2C) menjadi lebih mudah dan
berjalan lebih baik, sehingga membuat perusahaan dapat berinteraksi secara langsung
dengan nasabah mereka secara real time dan tanpa ada batasan.

Prinsipnya, digital banking tidak jauh berbeda dengan e – banking, namun dalam
cakupannya, digital banking lebih luas karena nasabah sebagai user dari aplikasi digital
banking memiliki akses ke seluruh layanan perbankan melalui kumpulan e – banking di satu
tempat (digital branch), seperti pengajuan kredit, pembukaan rekening baru, dan fasilitas –
fasilitas lainnya yang tidak dapat ditemui pada layanan e – banking. Sedangkan keuntungan
menggunakan bank digital sebagai nasabah antara lain adalah :

a) Akses layanan perbankan seperti pembukaan rekening, setor tabungan, bahkan


pengajuan kredit dilakukan secara digital, sehingga nasabah tidak perlu ke kantor
cabang fisik
b) Layanan keuangan inklusif serta efisien selama 24 jam
c) Biaya administrasi yang lebih murah
d) Ekosistem terintegrasi, kolaborasi dengan persuahaan digital lainnya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia
sendiri sudah ada setidaknya 14 bank digital, baik yang tengah proses menuju go – digital
maupun bank yang sudah menyatakan diri sebagai bank digital, diantaranya :

7
a) Bank yang sedang proses go – digital :
 Bank Digital BCA
 Bank Neo Commerce
 Bank Harda Internasional
 Bank QNB Indonesia
 BRI Agroniaga
 Bank Capital
 Bank KEB Hana Indonesia (Line Bank)
b) Bank yang sudah menjadi bank digital :
 Jenius
 Wokee
 Digibank
 Bank Aladin Syariah
 TMRW
 Jago
 Motion Banking

3.2. Perkembangan Teknologi Keuangan


Akhir – akhir ini banyak kita ketahui bahwa bisnis startup semakin marak dan
berkembang pesat di Indonesia, ternyata tak sedikit pula startup yang mengembangkan
aplikasi layanan keuangan berbasis teknologi atau yang bisa disebut dengan industri fintech.
Teknologi keuangan sendiri memiliki fasilitas dan karakteristik jasa yang beragam, seperti
pembayaran digital (digital payment), pendanaan (funding), perbankan (digital banking),
pasar modal (capital market), perasuransian (insurtech), dan jasa pendukung layanan
keuangan lainnya (supporting fintech).

Menurut (Arner, 2015) fintech sendiri memiliki acuan pada penggunaan teknologi untuk
memberikan solusi keuangan. Sedangkan lembaga PwC mengartikan fintech sendiri sebagai
segmen dinamis diantara sektor layanan keuangan dan teknologi, dimana perusahaan baru
atau pendatang baru yang berfokus kepada teknologi dan berinovasi dalam produk dan
layanan keuangan yang saat ini disediakan oleh jasa keuangan konvensional. Singkatnya,
fintech sendiri merupakan bentuk implementasi dan pemanfaatan teknologi untuk
meningkatkan layanan jasa perbankan dan keuangan.

8
Berikut ini merupakan paparan perbedaan antara jasa keuangan konvensional dengan
fintech.

Gambar 1 Perbandingan antara Tradisional Bank dengan Financial Technologi

Dari ilustrasi diatas kita dapat mengetahui bahwa pada dasarnya yang membedakan
industri keuangan konvensional dengan digital adalah terletak pada aspek pendorong
industri tersebut. Dimana aspek pendorong industri finansial konvensional terletak pada
industri itu sendiri, sedangkan pada fintech, saat ini didorong oleh kebutuhan dari
pelanggannya, atau market industri tersebut.

Inovasi yang ditawarkan oleh fintech sendiri merupakan jawaban dari kebutuhan –
kebutuhan pelanggannya serta sebagai hasil dari penyesuaian trend behavior dari
nasabahnya sendiri. Akibat dari bergesernya paradigma layanan keuangan konvensional,
muncul beberapa inovasi yang telah digunakan untuk mempermudah transaksi keuangan
antar pengguna atau antar bisnis seperti adanya penerapan QR code dinamis maupun statis,
near field communication (NFC) dan nantinya tidak menutup kemungkinan teknologi
blockchain juga dapat digunakan sebagai salah satu fasilitas pendukung transaksi keuangan
di masa depan.

Perkembangan industri fintech di Indonesia tentunya tidak lepas dari lembaga


pengawasan pemerintah. Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan
lembaga pemerintah yang memiliki fungsi sebagai regulator perkembangan industri fintech.
Dibawah ini merupakan regulator yang mengatur dan mengawasi kegiatan industri fintech
di Indonesia

9
Gambar 2 Sistem Keuangan
Secara umum, industri fintech di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompok, yakni :

a) Sistem pembayaran (payment) merupakan alat pembayaran non tunai yang dapat
digunakan sebagai media transaksi dengan merchant seperti OVO, Go – Pay, Dana,
LinkAja
b) Pendanaan / pembiayaan (lending / funding), dan masih dikelompokkan lagi ke
beberapa bagian, antara lain :

10
a. Peer – to – peer lending (P2P Lending), merupakan platform yang menghubungkan
orang yang meminjamkan dana ke orang yang meminjam dana, seperti Modalku,
Investree, Amartha, KoinWorks
b. Balance sheet lending, merupakan platform yang memberikan pinjaman langsung
dari dana mereka sendiri, seperti Uang Teman, Julo, Tunai Kita, Doctor Rupiah
c. Penyedia pinjaman online (online credit), platform ini menyediakan fasilitas kredit
untuk transaksi yang dilakukan secara daring (online) seperti, Akulaku, Kredivo,
Cicil
d. Dan yang terakhir adalah fintech yang menyediakan pinjaman online dengan
mekanisme gadai, seperti aplikasi Pinjam.

3.3. Layanan Digital Banking


3.3.1. Transaksi Elektronik

Transaksi elektronik di Indonesia telah dilindungi secara undang-undang, yaitu


tercantum dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE) dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Pelaksaan
Sistem dan Transaksi Elektronik (PP PSTE).

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Bab I Pasal 1 menjelaskan bahwa


Transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan
Komputer, Jaringan Komputer, dan/atau Media Elektronik lainnya.

Pada era digitalisasi sekarang, Bank Indonesia melakukan kerjasama dengan


beberapa instansi terkait mengembangkan transaksi elektronik yang bertujuan untuk
mendorong masyarakat mengurangi transaksi dengan menggunakan uang tunai. Dalam hal
ini Bank Indonesia bekerjasama dengan perbankan dan pemerintah untuk mewujudkan less
cash society dalam transaksi elektronik. Sistem penggunaan transaksi elektronik saat ini
sudah banyak didukung oleh berbagai macam merchant atau gerai perbelanjaan. Dengan
masifnya penggunaan transaksi elektronik yang terintegrasi dengan sistem digitalisasi
perbankan,

Namun, terdapat beberapa hambatan dalam transaksi elektronik. Dalam beberapa


sumber, terdapat 6 faktor utama yang menjadi hambatan dalam transaksi elektronik, antara
lain :

a. Penerimaan pengguna,

11
b. Keamanan transaksi,
c. Ketersediaan infrastruktur,
d. Faktor sosial dan budaya,
e. Kenyamanan bertransaksi,
f. Preferensi pengguna.

Untuk transaksi elektronik, terdapat beberapa layanan dalam digital banking. Antara lain :

a. Internet Banking

Internet Banking merupakan proses digitalisasi perbankan untuk memfasilitasi nasabah


dalam transaksi tanpa harus datang ke kantor cabang. Fasilitas transaksi internet banking
antara lain : Transfer dana, Informasi saldo, mutasi rekening, informasi nilai tukar,
pembayaran tagihan, pembelian ke merchant.

b. Phone Banking

Phone Banking telah disediakan oleh Bank untuk melakukan transaksi perbankan
melalui telepon dimana nasabah menghubungi contact center bank. Fasilitas yang dilayani
dalam Phone Banking hampir seperti internet banking.

c. SMS Banking

SMS Banking adalah layanan transaksi perbankan yang dapat dilakukan nasabah melalui
telepon seluler dengan format Short Message Service (SMS). Nasabah dapat mengirimkan
SMS ke nomor telepon bank atau menggunakan aplikasi yang dipasang bank pada ponsel
nasabah.

d. Mobile Banking

Mobile Banking adalah layanan perbankan yang juga dapat diakses langsung melalui
smartphone. Pada perkembangan sekarang, Mobile Banking sangat memudahkan nasabah
hanya dengan menggunakan aplikasi android/iOS dapat bertransaksi.

Disisi digital banking, menurut Direktur Teknologi Informasi dan Operasi PT Bank
Negara Indonesia menyampaikan terdapat 3 hal untuk meningkatkan transaksi digitalisasi
untuk saat ini dan dimasa mendatang, antara lain :

a. Digitalisasi proses internal


b. Membangun digital platform bagi nasabah dan internal menjalankan proses bisnis

12
c. Melakukan open banking atau open API

Data BNI memaparkan, sampai kuartal I-2021 pengguna mobile banking tumbuh 58,4%
menjadi sebanyak 8,56 juta. Sementara pertumbuhan transaksi ritel melalui mobile banking
tumbuh CAGR 141% sejak 2016. Hal tersebut selaras dengan Bank Indonesia, melalui
Gubernur Bank Indonesia mengatakan bahwa pertumbuhan transaksi ekonomi dan keuangan
digital semakin tinggi. BI mencatat nilai transaksi uang elektronik pada Juli 2021 meningkat
57,71% mencapai 25,4 triliun. Transaksi digital banking tumbuh 53,8% menjadi 3.410,7
triliun. Volume transaksi digital banking juga meningkat sebesar 56,7% mencapai 649,8 juta
transaksi. Selanjutnya, nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debit,
dan kartu kredit tercatat tumbuh 6,84% mencapai Rp 642,3 triliun.

3.3.2. Transaksi Elektronik QRIS

QRIS atau Quick Response Code Indonesia standard adalah standar QR Code
pembayaran untuk sistem pembayaran Indonesia yang dikembangkan oleh Bank Indonesia
dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI). Implementasi QRIS mulai diterapkan
secara nasional tanggal 1 Januari 2020. Inovasi ini berkembang untuk mewujudkan upaya
standarisasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk seluruh perusahaan yang
menggunakan teknologi finasial atau fintech. Selain itu, tujuan QRIS antara lain untuk
memudahkan transaksi digital dan memberikan manfaat untuk konsumen dan merchant
karena seluruh transaksi dilakukan secara digital non tunai.

Manfaat QRIS untuk transaksi merchant, antara lain :

a. Transaksi lebih mudah


b. Lebih banyak alternatif pembayaran
c. Mencegah penipuan
d. Mudah dalam pendaftaran merchant
e. Mudah dipantau dan dianalisis.

13
3.4. Resiko dari Penggunaan Layanan Digital Banking

Penggunaan layanan secara digital tidak akan lepas dari kejahatan, salah satu layanannya
yaitu :

a. Typosite

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Arifah, 2011) salah satu contoh cybercrime
dalam menggunakan layanan perbangkan digital yaitu dengan modus yang dapat disebut
dengan typosite. Typosite merupakan salah satu tindak kejahatan cybercrime yang
memanfaatkan kesalahan yang dilakukan oleh nasabah dengan melakukan keasalahan
dalam pengetikan alamat dari internet banking yang dimiliki oleh perbankkan. Kejahatan
ini bekerja dengan menggunakan situs palsu dengan kemiripan hampir 100% dengan situs
yang asli. Pelaku hanya mengambil id dan password yang dimiliki oleh nasabah yang
melakukan kesalahan dalam menuliskan alamat dari internet banking, kemudian pelaku
menggunakan untuk tindak kejahatannya.

b. Phising

Phising merupakan salah satu dari cybercrime. Kejahatan ini dilakukan dengan
mengambil data – data sensitive yang dimiliki oleh nasabah. Phising dilakukan dengan
membuat pengguna yang merasa kebingungan dan berdampak pada pada sulitnya untuk
mendeteksi kejadian dari kejahatan dengan tepat dan akurat (Radiansyah dkk., 2016).
Terdapat beberapa jenis dari serangan phising yaitu sebagai berikut :

1) Malware merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk melakukan scam dengan
memanfaatkan software yang memiliki virus dengan melakukan injeksi pada perangkat
pengguna
2) Web Trojans merupakan sebuah phising yang dilakukan dengan menampilkan sebuah
pesan didalam web untuk melakukan log in, namun hal tersebut merupakan
penyalahgunaan dengan melakukan pencurian data – data penting milik pengguna.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Radiansyah dkk., 2016) phising merupakan
sebuah ancaman dalam penerapan layanan dari digital banking yaitu teknik yang digunakan
dalam melakukan tindak kejahatan berupa rekayasa social dan pengelabuan pengguna.

14
Beberapa factor utama dari terjadinya phising yaitu kurangnya pengetahuan pengguna akan
adanya ancaman, kemudian masalah pada privasi social networking service.

3.5. Upaya Pencegahan Resiko dari Penggunaan Layanan Digital Banking


3.5.1. Pengawasan Dari Pihak Eksternal Yaitu Regulator

Sebagai upaya mendorong industri jasa keuangan khususnya perbankan, agar lebih
efisien, berdaya saing, adaptif terhadap kebutuhan masyarakat dan berkontribusi bagi
perekonomian nasional di era digital saat ini, OJK keluarkan tiga aturan penguatan
perbankan Indonesia.

Aturan tersebut antara lain POJK No. 12/POJK.03/2021 Tentang Bank Umum;
POJK No. 13/POJK.03/2021 Tentang Penyelenggaraan Produk Bank Umum; dan POJK No.
14/POJK.03/2021 (Perubahan atas POJK No. 34/POJK.03/2018) Tentang Penilaian
Kembali bagi Pihak Utama Lembaga Jasa Keuangan.

Ketiga aturan ini menerapkan pola pengaturan berbasis prinsip (principle based)
sehingga peraturan dapat lebih fleksibel (agile), dapat mengantisipasi perubahan ke depan
(forward looking) serta menjaga keseimbangan industry perbankan.

Selain OJK, pihak regulator lain yang memiliki peran strategis dalam upaya
pengawasan adalah Bank Indonesia. Pengawasan eksternal yang dilakukan oleh Bank
Indonesia meliputi empat kewenangan yaitu kewenangan untuk mengatur, kewenangan
untuk member izin, kewenangan untuk mengontrol, dan kewenangan untuk memberikan
sanksi. Pengawasan masyarakat dilakukan dengan menerapkan prinsip keterbukaan (Soraya,
2013).

Prinsip dasar pengawasan dalam pengawasan eksternal meliputi Integritas dan


keefektifan proses pengawasan bergantung pada kebebasan pengawas. Di samping itu, Hal
utama dalam kerja sama tersebut adalah bank harus bersikap jujur dan terbuka. Kerja sama
dan keterbukaan dapat mencegah aktivitas kejahatan berskala kecil yang dapat berkembang
menjadi kerugian yang parah. Kerja sama dan keterbukaan yang dilakukan dengan baik akan
menciptakan cost effective (biaya manfaat) bagi bank dan pengawas dalam melakukan
pekerjaannya.

15
3.5.2. Pengawasan Dari Pihak Internal Penyelenggara Jasa Keuangan

Masih segar di dalam ingatan kita tentang sorang nasabah yang berprofesi sebagai
atlet e-sport di salah satu bank yang kehilangan tabungan sebesar Rp 22,8 Milyar. Tabungan
yang hilang tersebut karena dibobol karyawan bank tersebut. Hal ini tentunya menambah
deretan kasus bank yang dibobol oleh karyawannya sendiri dalam kurun waktu 2 dekade
terakhir. Total kasus serupa sejak tahun 2000 adalah sejumlah 5 kasus.

Suatu kejahatan perbankan dapat terjadi disebabkan oleh karena suatu keadaan atau
kondisi yang juga mendukung untuk melakukan hal tersebut. Dan yang juga merupakan
suatu penyebab terjadinya kejahatan perbankan adalah karena lemahnya penerapan atas tata
Kelola perusahaan yang baik. Pemahaman industri perbankan harus diikuti dengan
penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Untuk menerapkan prinsip itu hukum
harus diterapkan dengan tegas. Pemberian sanksi optimal pun harus diterapkan kepada siapa
saja yang mencoba bermain-main dengan ketentuan.

3.5.3. Edukasi Masyarakat Tentang Urgensi Menjaga Data Pribadi

Upaya penyadaran masyarakat akan penting nya menjaga data pribadi tetap harus
terus dilakukan. Apalagi dengan adanya era media sosial saat ini, kecenderungan untuk
memperlihatkan hal yang bersifat pribadi termasuk data pribadi semakin tumbuh. Contoh
yang pernah ditemukan adalah fenomena pamer rekening yang dilakukan oleh beberapa
public figure yang akhirnya ditiru oleh penggemar-penggemarnya.

Upaya edukasi yang dapat dilakukan terutama untuk pemerintah yang dalam hal ini
sebagai regulator yang pertama, gunakan password atau kata sandi yang kuat dan berbeda
untuk setiap platform serta diperbarui secara berkala. Jadi peluang untuk pelaku kejahatan
siber menembus atau merebut akses di akun platform digital semakin sulit. Melakukan cek
secara berkala akses yang diminta oleh aplikasi yang terpasang di perangkat atau browser.
Selanjutnya yang kedua jika sudah terlanjur diretas adalah segera memberitahukan kepada
orang terdekat bahwa nomor atau akun sedang di-hack dan melaporkan hal ini kepada
cybercrime di kepolisian.

Selain yang sudah disebutkan di atas berdasarkan sosialisasi yang dilakukan oleh
OJK berkaitan dengan tips agar tidak menjadi korban phising (pengelabuan digital) antara
lain :

16
1. Jangan mengklik link yang dikirimkan melalui SMS atau email yang tidak dikenal
2. Memastikan hanya mengunjungi situs yang resmi
3. Jangan pernah memberikan username, password atau OTP kepada siapapun, termasuk
pihak yang mengaku dari bank
4. Hindari menggunakan akses wifi untuk transaksi keuangan
5. Mengaktifkan pengaman tambahan seperti Two-Factor Authentication yang telah
disediakan oleh platform yang digunakan
6. Melakukan konfirmasi kepada call center resmi Lembaga terkait jika terdapat transaksi
yang mencurigakan.

Mengingat pengawasan terhadap bank merupakan bidang yang sangat dinamis dan
luas cakupannya, maka peningkatan kualitas pengawasan merupakan upaya yang patut
dilaksanakan secara terusmenerus oleh Bank Indonesia maupun lembaga lainnya seperti
Otoritas Jasa Keuangan pada saatnya nanti. Adapun jika masih ada kelemahan dari Bank
Indonesia dalam memberikan pengawasannya terhadap setiap Bank haruslah terus berupaya
untuk dilakukan perbaikan dengan meningkatkan segala kemampuannya agar tercapainya
tujuan dari Bank Indonesia yaitu untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah
serta untuk mencegah dan memberantas segala hal tentang kejahatan perbankan.

17
BAB IV

PENUTUP
Perkembangan teknologi informasi di Indonesia memiliki dampak yang baik pada
keseluruhan sektor, terutama pada sektor perbankkan. Adanya perkembangan teknologi
informasi mendorong perbankan untuk mengembangkan layanannya dengan memanfaatkan
teknologi dengan melakukan digitalisasi pada layanannya yaitu dengan mengembangkan
digital banking.

Penggunaan layanan digital banking yang disediakan oleh perbankan untuk


memudahkan pengguna memiliki banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh pengguna
antara lain: pengguna dapat dengan mudah melakukan transaksi kapan saja dan dimana saja,
nasabah juga tidak perlu untuk datang ke kantor bank untuk melakukan transaksi. Namun,
penggunaan layanan digital banking memiliki resiko antara lain typosite dan phising.

Adanya resiko yang akan menjadi sebuah tindak kejahatan maka perlu adanya tindakan
untuk meminimalisir resiko antara lain dilakukan baik dari pihak penyedia layanan maupun
bagi pengguna untuk menghindari dari tindak kejahatan. Upaya pencegahan dilakukan
antara lain pengawasan dari pihak regulator sebagai pengawas, pengawasan dari pihak
otoritas keuangan dan terakhir kesadaran pengguna akan data – data pribadi yang hanya
dapat digunakan untuk individu pribadi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Arifah, D. A. (2011). KASUS CYBERCRIME DI INDONESIA Indonesia’s Cybercrime


Case. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), 18(2), 185–195.

Arner, D. W., Barberis, J., & Buckley, R. P. (2015). The evolution of Fintech: A new post-
crisis paradigm. Geo. J. Int'l L., 47, 1271.

Board, F. S. (2017). Fintech Credit, market structure, business models and financial
stability implications. Committee on Global Financial System.

https://www.beritasatu.com/archive/443350/keamanan-data-jadi-tantangan-utama-digital-
banking (diakses pada 6 September 2021)

Gregory, T. H. (2005). Ketenaran Cybercrime di Indonesia. Makalah STIMIK Perbanas.

Januar, A. (2021). Tinjauan Sistem Pembayaran Digital Banking Bank BCA pada
Registrasi Mahasiswa baru Institut Bisnis dan Informatika ( IBI ) Kesatuan Bogor.
January. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.31359.64168

Marlina, A., & Humairah, F. (2018). Peran Digital Banking Dalam Meningkatkan
Kepuasan Nasabah Kredit (Studi Kasus Pt.Bank Tabungan Negara Syariah). Moneter:
Jurnal Keuangan dan Perbankan, 6(2), 37.
https://doi.org/10.32832/moneter.v6i2.2409

Radiansyah, I., Rusdjan, C., & Priyadi, Y. (2016). Analisis Ancaman Phishing Dalam
Layanan Online Banking. Journal of Innovation in Business and Economics, 7(1), 1.
https://doi.org/10.22219/jibe.vol7.no1.1-14

Soraya, P. P. (2013). PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KEJAHATAN


PERBANKAN MELALUI SARANA PENGAWASAN. Lex Crimen, 2(2).

19

Anda mungkin juga menyukai