Mata Kuliah
Implikasi Digitalisasi
Dosen Pengampu
Dr. Catur Edi Wibowo, M.T
Disusun Oleh :
Muhammad Nur Hendra Alvianto 30000321410014
Nabiel P Adam 30000321410015
Ilham Akbar Sodik 30000321410016
Ucky Pradestha Novettralita 30000321410017
Auzan Touviandi 30000321410018
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi di Indonesia yang sangat pesat berdampak baik bagi
peningkatan pelayanan di seluruh sektor di Indonesia, terutama sektor perbankan. Menurut
Bank Indonesia pemanfaatan teknologi informasi dalam mendukung sistem keuangan
dengan menghasilkan sebuah layanan, produk, teknologi atau suatu model bisnis baru dari
suatu perbankkan sesuai dengan kategori berikut : (1) sistem pembayaran, (2) market
support, (3) manajemen investasi dan manajemen resiko, (4) pembiayaan keuangan
(pinjaman, penyediaan modal dan pembiayaan) dan (5) layanan lainnya yang mendukung
sistem keuangan dapat disebut juga dengan teknologi keuangan. Beberapa kriteria tersebut
yang telah diberikan oleh Bank Indonesia merupakan salah satu inovasi dari penerapan
teknologi informasi untuk digunakan di sistem keuangan. Salah satu inovasi untuk
meningkatan pelayanan layanan keuangan oleh perbankkan melalui teknologi digital
dengan memanfaatkan akses internet dalam menggunakannya sehingga berdampak pada
peningkatan layanan bagi nasabah tanpa adanya batasan ruang dan waktu yaitu perbankkan
digital.
Menurut data yang dimiliki oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII), pada
tahun 2019 saja pengguna internet di Indonesia kurang lebih mencapai 196.7 juta jiwa.
Peningkatan pengguna internet yang semankin meningkat dan pengaruh dari adanya
internet yang dapat memudahkan masyarakat berdampak pada perubahan pola perilaku
masyarakat. Hal tersebut juga mendorong perbankkan dalam melakukan digitalisasi pada
layanannya. Menurut Otoritas Jasa Keuangan mencatat hampir 80 bank yang ada di
Indonesia meningkatkan pelayanannya dengan melakukan digitalisasi pada layanan yang
diberikan untuk meningkatkan pelayanan bagi para nasabahnya. Banyaknya bank yang
melakukan digitalisasi layanannya mendorong kompetisi yang dilakukan di setiap bank
untuk selalu melakukan inovasi digital banking dalam mendukung peningkatan layanan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Marlina & Humairah, 2018) mengenai peranan
digital banking yaitu sebagian besar pengguna Aplikasi BTN Digital menyatakan puas
dalam menggunakan digital banking yang ada pada aplikasi tersebut. Pada digital banking
memiliki beberapa kelebihan yang dirasakan oleh pengguna yaitu antara lain proses
transaksi dapat dilakukan secara kapanpun dan dimanapun, selain itu proses transaksi dapat
3
lebih cepat daripada proses layanan secara langsung di bank. Mengutip dari beritasatu.com
terdapat tiga point utama menurut Otoritas Jasa Keuangan dalam menciptakan transaksi
digital banking secara aman yaitu kepercayaan, integritas dan ketersediaan. Penyedia jasa
digital banking yaitu bank harus dapat mencaga keamanan nasabah dalam menggunakan
layanannya. Kemudian integritas bank juga dipertaruhkan dalam menyediakan layanan
dengan melakukan inovasi secara terus menerus. Dan terakhir ketersediaan layanan harus
selalu tersedia dengan baik agar dapat memudahkan nasabah dalam menggunakan digital
banking untuk melakukan transaksi.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang disampaikan sebelumnya dapat dirumuskan sebagai
berikut:
4
1.3.Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Digital Banking
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 12/POJK.03/2018 layanan digital
banking atau disebut juga degan digital banking merupakan suatu layanan dari perbankan
berbasis elektronik yang dikembangkan dengan memanfaatkan data nasabah secara optimal
dalam rangka memberikan layanan kepada nasabah secara cepat, mudah dan sesuai dengan
kebutuhan dari nasabah dan dapat dilakukan secara mandiri leh nasabah dalam
penggunakan dengan selalu mempertimbangkan aspek keamanan dalam menerapkan
layanan digital banking.
Kemudian menurut (Januar, 2021) digital banking atau yang biasa di sebut juga
sebagai layanan perbankan digitan dapat diartikan sebagai suatu layanan dari perbankan
dengan menggunakan atau memanfaatkan sarana elektronik atau digital yang dimiliki oleh
bank untuk digunakan oleh nasabah atau calon nasabah yang akan digunakan untuk
melakukan transaksi perbankan dimana saja dan kapan saja. Kemudian menurut (Budiarta,
2020) digital banking merupakan sebuah layanan dari bank berupa layanan perbankan yang
memanfaatkan teknologi digital dalam memberikan layanan ke nasabah dan berguna untuk
memenuhi kebutuhan dari nasabah.
6
BAB III
Digitalisasi akan menghadirkan era dimana ekonomi digital yang serba instan, cepat dan
transparan yang nantinya menggantikan era ekonomi konvensional. Dukungan penggunaan
smartphone, table, internet dan aplikasi yang saling terhubung akan membuat relasi
business to business (B2B) maupun business to consumer (B2C) menjadi lebih mudah dan
berjalan lebih baik, sehingga membuat perusahaan dapat berinteraksi secara langsung
dengan nasabah mereka secara real time dan tanpa ada batasan.
Prinsipnya, digital banking tidak jauh berbeda dengan e – banking, namun dalam
cakupannya, digital banking lebih luas karena nasabah sebagai user dari aplikasi digital
banking memiliki akses ke seluruh layanan perbankan melalui kumpulan e – banking di satu
tempat (digital branch), seperti pengajuan kredit, pembukaan rekening baru, dan fasilitas –
fasilitas lainnya yang tidak dapat ditemui pada layanan e – banking. Sedangkan keuntungan
menggunakan bank digital sebagai nasabah antara lain adalah :
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia
sendiri sudah ada setidaknya 14 bank digital, baik yang tengah proses menuju go – digital
maupun bank yang sudah menyatakan diri sebagai bank digital, diantaranya :
7
a) Bank yang sedang proses go – digital :
Bank Digital BCA
Bank Neo Commerce
Bank Harda Internasional
Bank QNB Indonesia
BRI Agroniaga
Bank Capital
Bank KEB Hana Indonesia (Line Bank)
b) Bank yang sudah menjadi bank digital :
Jenius
Wokee
Digibank
Bank Aladin Syariah
TMRW
Jago
Motion Banking
Menurut (Arner, 2015) fintech sendiri memiliki acuan pada penggunaan teknologi untuk
memberikan solusi keuangan. Sedangkan lembaga PwC mengartikan fintech sendiri sebagai
segmen dinamis diantara sektor layanan keuangan dan teknologi, dimana perusahaan baru
atau pendatang baru yang berfokus kepada teknologi dan berinovasi dalam produk dan
layanan keuangan yang saat ini disediakan oleh jasa keuangan konvensional. Singkatnya,
fintech sendiri merupakan bentuk implementasi dan pemanfaatan teknologi untuk
meningkatkan layanan jasa perbankan dan keuangan.
8
Berikut ini merupakan paparan perbedaan antara jasa keuangan konvensional dengan
fintech.
Dari ilustrasi diatas kita dapat mengetahui bahwa pada dasarnya yang membedakan
industri keuangan konvensional dengan digital adalah terletak pada aspek pendorong
industri tersebut. Dimana aspek pendorong industri finansial konvensional terletak pada
industri itu sendiri, sedangkan pada fintech, saat ini didorong oleh kebutuhan dari
pelanggannya, atau market industri tersebut.
Inovasi yang ditawarkan oleh fintech sendiri merupakan jawaban dari kebutuhan –
kebutuhan pelanggannya serta sebagai hasil dari penyesuaian trend behavior dari
nasabahnya sendiri. Akibat dari bergesernya paradigma layanan keuangan konvensional,
muncul beberapa inovasi yang telah digunakan untuk mempermudah transaksi keuangan
antar pengguna atau antar bisnis seperti adanya penerapan QR code dinamis maupun statis,
near field communication (NFC) dan nantinya tidak menutup kemungkinan teknologi
blockchain juga dapat digunakan sebagai salah satu fasilitas pendukung transaksi keuangan
di masa depan.
9
Gambar 2 Sistem Keuangan
Secara umum, industri fintech di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompok, yakni :
a) Sistem pembayaran (payment) merupakan alat pembayaran non tunai yang dapat
digunakan sebagai media transaksi dengan merchant seperti OVO, Go – Pay, Dana,
LinkAja
b) Pendanaan / pembiayaan (lending / funding), dan masih dikelompokkan lagi ke
beberapa bagian, antara lain :
10
a. Peer – to – peer lending (P2P Lending), merupakan platform yang menghubungkan
orang yang meminjamkan dana ke orang yang meminjam dana, seperti Modalku,
Investree, Amartha, KoinWorks
b. Balance sheet lending, merupakan platform yang memberikan pinjaman langsung
dari dana mereka sendiri, seperti Uang Teman, Julo, Tunai Kita, Doctor Rupiah
c. Penyedia pinjaman online (online credit), platform ini menyediakan fasilitas kredit
untuk transaksi yang dilakukan secara daring (online) seperti, Akulaku, Kredivo,
Cicil
d. Dan yang terakhir adalah fintech yang menyediakan pinjaman online dengan
mekanisme gadai, seperti aplikasi Pinjam.
a. Penerimaan pengguna,
11
b. Keamanan transaksi,
c. Ketersediaan infrastruktur,
d. Faktor sosial dan budaya,
e. Kenyamanan bertransaksi,
f. Preferensi pengguna.
Untuk transaksi elektronik, terdapat beberapa layanan dalam digital banking. Antara lain :
a. Internet Banking
b. Phone Banking
Phone Banking telah disediakan oleh Bank untuk melakukan transaksi perbankan
melalui telepon dimana nasabah menghubungi contact center bank. Fasilitas yang dilayani
dalam Phone Banking hampir seperti internet banking.
c. SMS Banking
SMS Banking adalah layanan transaksi perbankan yang dapat dilakukan nasabah melalui
telepon seluler dengan format Short Message Service (SMS). Nasabah dapat mengirimkan
SMS ke nomor telepon bank atau menggunakan aplikasi yang dipasang bank pada ponsel
nasabah.
d. Mobile Banking
Mobile Banking adalah layanan perbankan yang juga dapat diakses langsung melalui
smartphone. Pada perkembangan sekarang, Mobile Banking sangat memudahkan nasabah
hanya dengan menggunakan aplikasi android/iOS dapat bertransaksi.
Disisi digital banking, menurut Direktur Teknologi Informasi dan Operasi PT Bank
Negara Indonesia menyampaikan terdapat 3 hal untuk meningkatkan transaksi digitalisasi
untuk saat ini dan dimasa mendatang, antara lain :
12
c. Melakukan open banking atau open API
Data BNI memaparkan, sampai kuartal I-2021 pengguna mobile banking tumbuh 58,4%
menjadi sebanyak 8,56 juta. Sementara pertumbuhan transaksi ritel melalui mobile banking
tumbuh CAGR 141% sejak 2016. Hal tersebut selaras dengan Bank Indonesia, melalui
Gubernur Bank Indonesia mengatakan bahwa pertumbuhan transaksi ekonomi dan keuangan
digital semakin tinggi. BI mencatat nilai transaksi uang elektronik pada Juli 2021 meningkat
57,71% mencapai 25,4 triliun. Transaksi digital banking tumbuh 53,8% menjadi 3.410,7
triliun. Volume transaksi digital banking juga meningkat sebesar 56,7% mencapai 649,8 juta
transaksi. Selanjutnya, nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debit,
dan kartu kredit tercatat tumbuh 6,84% mencapai Rp 642,3 triliun.
QRIS atau Quick Response Code Indonesia standard adalah standar QR Code
pembayaran untuk sistem pembayaran Indonesia yang dikembangkan oleh Bank Indonesia
dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI). Implementasi QRIS mulai diterapkan
secara nasional tanggal 1 Januari 2020. Inovasi ini berkembang untuk mewujudkan upaya
standarisasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk seluruh perusahaan yang
menggunakan teknologi finasial atau fintech. Selain itu, tujuan QRIS antara lain untuk
memudahkan transaksi digital dan memberikan manfaat untuk konsumen dan merchant
karena seluruh transaksi dilakukan secara digital non tunai.
13
3.4. Resiko dari Penggunaan Layanan Digital Banking
Penggunaan layanan secara digital tidak akan lepas dari kejahatan, salah satu layanannya
yaitu :
a. Typosite
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Arifah, 2011) salah satu contoh cybercrime
dalam menggunakan layanan perbangkan digital yaitu dengan modus yang dapat disebut
dengan typosite. Typosite merupakan salah satu tindak kejahatan cybercrime yang
memanfaatkan kesalahan yang dilakukan oleh nasabah dengan melakukan keasalahan
dalam pengetikan alamat dari internet banking yang dimiliki oleh perbankkan. Kejahatan
ini bekerja dengan menggunakan situs palsu dengan kemiripan hampir 100% dengan situs
yang asli. Pelaku hanya mengambil id dan password yang dimiliki oleh nasabah yang
melakukan kesalahan dalam menuliskan alamat dari internet banking, kemudian pelaku
menggunakan untuk tindak kejahatannya.
b. Phising
Phising merupakan salah satu dari cybercrime. Kejahatan ini dilakukan dengan
mengambil data – data sensitive yang dimiliki oleh nasabah. Phising dilakukan dengan
membuat pengguna yang merasa kebingungan dan berdampak pada pada sulitnya untuk
mendeteksi kejadian dari kejahatan dengan tepat dan akurat (Radiansyah dkk., 2016).
Terdapat beberapa jenis dari serangan phising yaitu sebagai berikut :
1) Malware merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk melakukan scam dengan
memanfaatkan software yang memiliki virus dengan melakukan injeksi pada perangkat
pengguna
2) Web Trojans merupakan sebuah phising yang dilakukan dengan menampilkan sebuah
pesan didalam web untuk melakukan log in, namun hal tersebut merupakan
penyalahgunaan dengan melakukan pencurian data – data penting milik pengguna.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Radiansyah dkk., 2016) phising merupakan
sebuah ancaman dalam penerapan layanan dari digital banking yaitu teknik yang digunakan
dalam melakukan tindak kejahatan berupa rekayasa social dan pengelabuan pengguna.
14
Beberapa factor utama dari terjadinya phising yaitu kurangnya pengetahuan pengguna akan
adanya ancaman, kemudian masalah pada privasi social networking service.
Sebagai upaya mendorong industri jasa keuangan khususnya perbankan, agar lebih
efisien, berdaya saing, adaptif terhadap kebutuhan masyarakat dan berkontribusi bagi
perekonomian nasional di era digital saat ini, OJK keluarkan tiga aturan penguatan
perbankan Indonesia.
Aturan tersebut antara lain POJK No. 12/POJK.03/2021 Tentang Bank Umum;
POJK No. 13/POJK.03/2021 Tentang Penyelenggaraan Produk Bank Umum; dan POJK No.
14/POJK.03/2021 (Perubahan atas POJK No. 34/POJK.03/2018) Tentang Penilaian
Kembali bagi Pihak Utama Lembaga Jasa Keuangan.
Ketiga aturan ini menerapkan pola pengaturan berbasis prinsip (principle based)
sehingga peraturan dapat lebih fleksibel (agile), dapat mengantisipasi perubahan ke depan
(forward looking) serta menjaga keseimbangan industry perbankan.
Selain OJK, pihak regulator lain yang memiliki peran strategis dalam upaya
pengawasan adalah Bank Indonesia. Pengawasan eksternal yang dilakukan oleh Bank
Indonesia meliputi empat kewenangan yaitu kewenangan untuk mengatur, kewenangan
untuk member izin, kewenangan untuk mengontrol, dan kewenangan untuk memberikan
sanksi. Pengawasan masyarakat dilakukan dengan menerapkan prinsip keterbukaan (Soraya,
2013).
15
3.5.2. Pengawasan Dari Pihak Internal Penyelenggara Jasa Keuangan
Masih segar di dalam ingatan kita tentang sorang nasabah yang berprofesi sebagai
atlet e-sport di salah satu bank yang kehilangan tabungan sebesar Rp 22,8 Milyar. Tabungan
yang hilang tersebut karena dibobol karyawan bank tersebut. Hal ini tentunya menambah
deretan kasus bank yang dibobol oleh karyawannya sendiri dalam kurun waktu 2 dekade
terakhir. Total kasus serupa sejak tahun 2000 adalah sejumlah 5 kasus.
Suatu kejahatan perbankan dapat terjadi disebabkan oleh karena suatu keadaan atau
kondisi yang juga mendukung untuk melakukan hal tersebut. Dan yang juga merupakan
suatu penyebab terjadinya kejahatan perbankan adalah karena lemahnya penerapan atas tata
Kelola perusahaan yang baik. Pemahaman industri perbankan harus diikuti dengan
penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Untuk menerapkan prinsip itu hukum
harus diterapkan dengan tegas. Pemberian sanksi optimal pun harus diterapkan kepada siapa
saja yang mencoba bermain-main dengan ketentuan.
Upaya penyadaran masyarakat akan penting nya menjaga data pribadi tetap harus
terus dilakukan. Apalagi dengan adanya era media sosial saat ini, kecenderungan untuk
memperlihatkan hal yang bersifat pribadi termasuk data pribadi semakin tumbuh. Contoh
yang pernah ditemukan adalah fenomena pamer rekening yang dilakukan oleh beberapa
public figure yang akhirnya ditiru oleh penggemar-penggemarnya.
Upaya edukasi yang dapat dilakukan terutama untuk pemerintah yang dalam hal ini
sebagai regulator yang pertama, gunakan password atau kata sandi yang kuat dan berbeda
untuk setiap platform serta diperbarui secara berkala. Jadi peluang untuk pelaku kejahatan
siber menembus atau merebut akses di akun platform digital semakin sulit. Melakukan cek
secara berkala akses yang diminta oleh aplikasi yang terpasang di perangkat atau browser.
Selanjutnya yang kedua jika sudah terlanjur diretas adalah segera memberitahukan kepada
orang terdekat bahwa nomor atau akun sedang di-hack dan melaporkan hal ini kepada
cybercrime di kepolisian.
Selain yang sudah disebutkan di atas berdasarkan sosialisasi yang dilakukan oleh
OJK berkaitan dengan tips agar tidak menjadi korban phising (pengelabuan digital) antara
lain :
16
1. Jangan mengklik link yang dikirimkan melalui SMS atau email yang tidak dikenal
2. Memastikan hanya mengunjungi situs yang resmi
3. Jangan pernah memberikan username, password atau OTP kepada siapapun, termasuk
pihak yang mengaku dari bank
4. Hindari menggunakan akses wifi untuk transaksi keuangan
5. Mengaktifkan pengaman tambahan seperti Two-Factor Authentication yang telah
disediakan oleh platform yang digunakan
6. Melakukan konfirmasi kepada call center resmi Lembaga terkait jika terdapat transaksi
yang mencurigakan.
Mengingat pengawasan terhadap bank merupakan bidang yang sangat dinamis dan
luas cakupannya, maka peningkatan kualitas pengawasan merupakan upaya yang patut
dilaksanakan secara terusmenerus oleh Bank Indonesia maupun lembaga lainnya seperti
Otoritas Jasa Keuangan pada saatnya nanti. Adapun jika masih ada kelemahan dari Bank
Indonesia dalam memberikan pengawasannya terhadap setiap Bank haruslah terus berupaya
untuk dilakukan perbaikan dengan meningkatkan segala kemampuannya agar tercapainya
tujuan dari Bank Indonesia yaitu untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah
serta untuk mencegah dan memberantas segala hal tentang kejahatan perbankan.
17
BAB IV
PENUTUP
Perkembangan teknologi informasi di Indonesia memiliki dampak yang baik pada
keseluruhan sektor, terutama pada sektor perbankkan. Adanya perkembangan teknologi
informasi mendorong perbankan untuk mengembangkan layanannya dengan memanfaatkan
teknologi dengan melakukan digitalisasi pada layanannya yaitu dengan mengembangkan
digital banking.
Adanya resiko yang akan menjadi sebuah tindak kejahatan maka perlu adanya tindakan
untuk meminimalisir resiko antara lain dilakukan baik dari pihak penyedia layanan maupun
bagi pengguna untuk menghindari dari tindak kejahatan. Upaya pencegahan dilakukan
antara lain pengawasan dari pihak regulator sebagai pengawas, pengawasan dari pihak
otoritas keuangan dan terakhir kesadaran pengguna akan data – data pribadi yang hanya
dapat digunakan untuk individu pribadi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Arner, D. W., Barberis, J., & Buckley, R. P. (2015). The evolution of Fintech: A new post-
crisis paradigm. Geo. J. Int'l L., 47, 1271.
Board, F. S. (2017). Fintech Credit, market structure, business models and financial
stability implications. Committee on Global Financial System.
https://www.beritasatu.com/archive/443350/keamanan-data-jadi-tantangan-utama-digital-
banking (diakses pada 6 September 2021)
Januar, A. (2021). Tinjauan Sistem Pembayaran Digital Banking Bank BCA pada
Registrasi Mahasiswa baru Institut Bisnis dan Informatika ( IBI ) Kesatuan Bogor.
January. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.31359.64168
Marlina, A., & Humairah, F. (2018). Peran Digital Banking Dalam Meningkatkan
Kepuasan Nasabah Kredit (Studi Kasus Pt.Bank Tabungan Negara Syariah). Moneter:
Jurnal Keuangan dan Perbankan, 6(2), 37.
https://doi.org/10.32832/moneter.v6i2.2409
Radiansyah, I., Rusdjan, C., & Priyadi, Y. (2016). Analisis Ancaman Phishing Dalam
Layanan Online Banking. Journal of Innovation in Business and Economics, 7(1), 1.
https://doi.org/10.22219/jibe.vol7.no1.1-14
19