Anda di halaman 1dari 4

DAMPAK DIGITALISASI PADA AKUNTABILITAS

MANAJEMEN RISIKO PADA ORGANISASI


Muhammad Taqiyuddin(30000321410005), Muhamad Fahmi Fakhrezi(30000321410007),
Arief Ibrahim Wuller(30000321410008), Prantiastio(30000321410009)

1. Pendahuluan proses, dan struktur yang diarahkan


kepada manajemen yang efektif atas
Digitalisasi merupakan suatu proses peluang-peluang yang potensial dan
mengalih media informasi analog ke media pengaruh-pengaruh yang merugikan.
digital. Digitalisasi tentunya sangat Rencana manajemen risiko yang efektif harus
mendukung efisiensi proses bisnis dan mengatasi bidang-bidang berikut seperti;
khususnya implementasi manajemen risiko pengendalian risiko, pembiayaan risiko,
dalam sebuah organisasi. Namun, koordinasi manajemen krisis dan bisnis
rencana pemulihan(Beng 2007).
Digitalisasi mengharuskan pencocokan
terhadap akuntabilitas sehingga memiliki
relevansi manajerial secara umum.

Menurut Lasa (2005), digitalisasi adalah


proses pengelolaan dokumen
tercetak/printed document menjadi
dokumen elektronik. Sedangkan,
digitalisasi adalah penggunaan teknologi
digital untuk mengubah model bisnis dan
memberikan pendapatan baru dan peluang
menghasilkan nilai; itu adalah proses dari
Gambar 1. Siklus Manajemen
pindah ke bisnis digital. Selain itu,
Digitalisasi berarti mengubah interaksi, Suatu organisasi terbentuk dengan tujuan.
komunikasi, fungsi bisnis dan model bisnis Di dalam organisasi, dibentuk fungsi-fungsi
menjadi (lebih) model digital yang sering yang saling terhubung satu dengan lainnya
kali bermuara pada campuran digital dan dalam bentuk proses bisnis untuk
fisik seperti dalam layanan pelanggan mewujudkan tujuannya. Proses bisnis ini
omnichannel, pemasaran terintegrasi atau merupakan bentuk interaksi yang di
manufaktur cerdas dengan campuran dalamnya terdapat unsur pengelolaan
otonom, semi-otonom, dan manual (manajemen) yang meliputi siklus
operasi( Parida 2018). Perencanaan (Plan), Pelaksanaan (Do),
Evaluasi (Check) dan Tindaklanjut (Act).
Manajemen risiko adalah untuk
mengidentifikasi potensi risiko dalam
2. Pembahasan
organisasi atau kegiatannya, menilai
mereka, merencanakan respon terbaik Teknologi digital dan digitalisasi banyak
dalam sumber daya yang tersedia dari mengharuskan sebuah organisasi untuk
organisasi dan mempraktikkannya (Hirota merestrukturisasi dan menyusun ulang
2006). Sedangkan menurut Radistya hampir seluruh proses bisnis yang ada,
(2015) Manajemen risiko adalah budaya, termasuk bagaimana organisasi tersebut
berinteraksi dengan pasar. Tidak hanya
pihak internal organisasi, regulasi di
seluruh dunia pun menyesuaikan dengan
dinamika perkembangan lingkungan
makro yang semakin kompleks. Selain itu,
menurut Atmoko (2015) digitalisasi
memiliki beberapa keuntungan
diantarannya melindungi dan mewakili
sumber asli, lebih hemat dan mudah dalam
penyimpanan, lebih mudah pengeloaan
dan cepat dalam proses temu kembali,
lebih mudah penyebaran / disseminasi Gambar 2. Model 3LD di Indonesia

informasi, lebih interaktif, dan lebih mudah


penggandaan dan backup. Khususnya di Indonesia, akuntabilitas
tetap berada pada pimpinan puncak,
Terlepas dari oleh siapa dan dimana
termasuk direksi, dewan komisaris, dan
regulasi-regulasi tersebut ditetapkan,
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
terdapat sebuah pesan yang selalu
Walaupun fenomena dan argumen yang
mengindikasikan bahwa akuntabilitas tetap
diangkat Cauter dan ahli lainnya sangat
berada pada manajemen senior, baik
logis, akuntabilitas tetap harus berada
eksekutif maupun non-eksekutif.
pada subjek hukum suatu organisasi,
Faktanya, dengan maraknya teknologi yakni: Direksi, Dewan Komisaris, dan
yang terintegrasi, lebih banyak pula risiko RUPS. Hal yang seharusnya menjadi
yang terintegrasi dengan risiko-risiko perhatian para pengambilan keputusan di
lainnya sehingga menghasilkan sebuah organisasi, dengan adanya integrasi
potensi dampak yang baru terhadap teknologi dan perubahan tren dalam
sasaran organisasi. proses-proses bisnis tertentu, pemilik risiko
di lini pertahanan pertama seharusnya
Menurut Kara Cauter (2018), pemimpin mempunyai wewenang dan tanggung
penyusunan regulasi pasar kapital dan jawab yang lebih besar daripada
merupakan mitra dari Ernst dan Young, sebelumnya. Untuk mencapai hal tersebut,
struktur tata kelola risiko dengan model penting juga bagi sumber daya insani
Three Lines of Defense (3LD) mengalami organisasi untuk mempunyai kompetensi
perubahan tren secara perlahan – yang memadai dalam menghadapi risiko-
akuntabilitas mulai berpindah ke risiko yang juga berkembang mengikuti
pertahanan lini pertama. Hal ini perubahan era.
mengharuskan sebuah organisasi
menelaah kembali pendekatan yang Pada era digitalisasi ini, pemerataan
dipakai dalam rangka menjaga informasi merupakan hal yang sangat
keberlangsungan (sustainability) biasa dan wajar untuk terjadi. Oleh karena
organisasi di lingkungan risiko dengan itu, terlepas dari jenis, ukuran, dan lokasi,
tingkat VUCA (Volatility, Uncertainty, semua organisasi yang beraktivitas tentu
Complexity, Ambiguity) yang tinggi. terkena dampak dari perubahan regulasi
dan perubahan tren pasar. Organisasi
perlu untuk melihat kembali elemen-
elemen bisnis yang sudah dan akan
diimplementasikan pada proses dan
sistem manajemen organisasinya.
Terdapat 4 area kunci dimana organisasi (machine learning), dan kecerdasan
dapat memperkuat akuntabilitas buatan (artificial intelligence)
manajemen risiko dalam organisasi:
● Model Pertahanan Tiga Lini (3LD) yang
1.Membangun kerangka kerja baru disesuaikan; mengembangkan aspek
untuk kapabilitas teknologi yang baru operasional dan penjelasan fungsi dari
setiap elemennya
Mempunyai dan menerapkan digitalisasi
melalui teknologi tertentu saja tidaklah ● Memperbesar delegasi wewenang dan
cukup. Teknologi perlu diintegrasikan ke tanggungjawab pada pemilik-pemilik
seluruh proses bisnis dan juga kepada risiko di tiap lini pertahanan
pengambilan keputusan. Misalnya, dengan
kemajuan teknologi yang pesat ini,
akuntabilitas manajemen risiko dalam 3.Perubahan proses pengambilan
sebuah organisasi disesuaikan dengan keputusan
tingkat kematangan transformasi digitalnya Banyak proses pengambilan keputusan
– kerangka manajemen risiko sebaiknya tersentralisasi dengan adanya bantuan
disusun dengan cakupan tambahan terkait teknologi. Alhasil, banyak perhitungan,
efek-efek negatif dari pengambilan keputusan-keputusan minor, dan hal
keputusan otomatis oleh mesin (machine- lainnya yang diproses oleh mesin dan/atau
generated decisions). Klarifikasi dan kecerdasaan buatan (AI). Algoritma
dokumentasi akuntabilitas terkait hal pembelajaran mesin dan kecerdasan
tersebut, serta metodologi pemantauan, buatan berperan banyak dalam sebuah
tinjauan, dan komunikasi risiko yang automasi yang pada dasarnya sangat
efektif, merupakan elemen kunci. kompleks sehingga membuat sulit
2.Akuntabilitas yang rangkap dalam pengguna untuk mengerti dan
pengembangan kontrol risiko dalam mengartikulasikan bagaimana keputusan-
Pertahanan Tiga Lini (3LD) keputusan tersebut diproses.

Menurut laporan EY/IIF survei manajemen Di saat tingkat integrasi suatu organisasi
risiko bank secara global di tahun 2018, bertambah, maka efisiensi pun akan ikut
banyak organisasi, khususnya instansi bertambah; namun, karna keterkaitan dan
keuangan, yang merespons perubahan keterhubungan antara proses-proses
dan perkembangan lingkungan makro ini bisnis tertentu, organisasi perlu sigap dan
dengan mengakselerasi proses siap untuk menghadapi risiko sistemik
transformasi dan revolusi teknologi dalam yang juga bertambah.
organisasinya yang menghasilkan
kontribusi terhadap obligasi akuntabilitas, 4.Mengaplikasikan teknologi secara
holistik
yakni:
Kemajuan teknologi, termasuk
● Melekatkan penerapan pengambilan
pengelolaan data berbasis cloud
risiko seimbang (balanced risk-taking)
berpotensi besar untuk melekatkan perihal
dan budaya disiplin risiko ke dalam
tata kelola risiko ke dalam sistem dan
bisnis
proses-proses di dalam organisasi.
● Transformasi digital manajemen risiko; Contohnya, hasil studi pasar dari FCA di
menyanggupkan manajemen risiko inggris mengatakan bahwa beberapa
melalui automasi, pembelajaran mesin model bisnis yang secara langsung
melibatkan konsumen (B2C atau D2C)
pada saat ini mengalami risiko kepatuhan Universitas Bramelati (2015). “Lasa, Hs.
karena pemantauan dan tinjauan yang (2005). Manajemen Perpustakaan”
kurang adekuat. Integrasi teknologi yang Yogyakarta : Gama Media.
tidak holistik dan yang diterapkan secara 廣田洋一. "The Role of Project Maneagers
parsial justru menjadi sumber risiko suatu and Risk Managemant System for the
organisasi. Teknologi digitalisasi perlu
Overseas Construction Project." (2006).
diintegrasi sampai kepada DNA atau sel-
Indonesia, Ikatan Bankir. Manajemen
sel dari sebuah organisasi dengan
Risiko 1. Gramedia Pustaka Utama, 2015.
pemantauan yang efektif. Beng, Engr Luk Chau. "Risk and Crisis
Management."
Tiap organisasi perlu menyadari bahwa Hagberg, Johan, Malin Sundstrom, and
biaya terukur (tangible cost) dari Niklas Egels-Zandén. "The digitalization of
pengembangan dan penerapan teknologi retailing: an exploratory framework."
jauh lebih kecil dibandingkan dengan International Journal of Retail &
manfaat terukur dan tidak terukur (tangible Distribution Management (2016).
and intangible benefit) yang dihasilkan
daripadanya.

3. Kesimpulan
Sebuah transformasi, khususnya
digitalisasi dan teknologi, tentunya akan
berdampak pada model operasional dan
tata kelola seluruh organisasi terlepas dari
industri dan jenis organisasinya –
keduanya saling terkait dan saling
terhubung. Bagaimanapun sebuah
organisasi mengadopsi proses digital
untuk meningkatkan efektivitas
pengelolaan risiko, menanamkan
pendekatan akuntabilitas yang selaras
dengan kecepatan perubahan lingkungan
tetap merupakan hal yang vital bagi
organisasi.

Daftar Pustaka
“Technology Risk Management
Guidelines” MAS, June 2013
“How can we ensure that Big Data doesn’t
make us prisoners of technology?” FCA,
July 2018
“Global bank risk management survey”
EY/IIF, 2018
“Strategi untuk menghadapi transformasi
digital” CRMS Indonesia, September 2019
Atmoko, Pitoyo Widhi, and M. Si.
"Digitalisasi dan Alih Media." Malang:

Anda mungkin juga menyukai