Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN

PENGANGGARAN MODAL
Dosen Pembimbing :
Drs. Sudarman, MM.
Drs. R. Hendri Gusaptono, MM

Kelompok 5
Tiara Dewi Anggieta T (141170252)
Atika Dewi A (141170260)
Miftakhur Rohmah (141170268)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
November, 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penganggaran modal adalah istilah yang sering kita dengar pada
saat berhubungan dengan uang. Tapi seringkali istilah penganggaran
modal disalah tafsirkan sebagai alat untuk menghitung keuntungan saja,
padahal penganggaran modal (capital budgeting) bukan hanya sekedar itu
saja. Maka dari itu kita harus memahami betul pengertian dari
penganggaran modal (capital budgeting) agar penafsiran tidak hanya
terbatas pada mencari keuntungan saja tetapi melakukan keputusan
investasi yang akan berdampak bagus pada jangka panjang maupun jangka
pendek bagi perusahaan. Di suatu perusahaan, seorang manajer keuangan
harus paham betul dengan capital budgeting ini sebab seorang manajerlah
yang akan memutuskan investasi atau penanam modal ini dapat
diinvestasikan agar berdampak baik pada perusahaan.
Di sebagian besar perusahaan, capital budgeting adalah salah satu
sumber utama keuntungan perusahaan tersebut. Karena dengan adanya
capital budgeting mereka dapat menghitung tingkat keuntungan yang akan
mereka dapatkan pada jangka panjangnya

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menciptakan ide untuk proyek-proyek modal?
2. Bagaimana proyek diklasifikasikan?
3. Apa yang dimaksud dengan tingkat pengembalian internal?
4. Bagaimana perbandingan metode NPV dengan IRR?
5. Apa yang dimaksud dengan IRR berganda?
6. Apa yang dimaksud dengan periode pelunasan?
7. Apa saja kesimpulan tentang metode-metode penganggaran modal?
C. Tujuan
1. Mengetahui cara menciptakan ide untuk proyek-proyek modal.
2. Mengetahui bagaimana proyek dapat diklasifikasikan.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan tingkat pengembalian internal.
4. Mengetahui perbandingan metode NPV dengan IRR.
5. Mengetahui apa yang dimaksud dengan IRR berganda.
6. Mengetahui apa yang dimaksud dengan periode pelunasan.
7. Mengetahui apa saja kesimpulan tentang metode-metode penganggaran
modal.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menciptakan Ide untuk Proyek-proyek Modal


Konsep umum sama yang digunakan dalam evaluasi efek juga
akan berlaku pula dalam penganggaran modal, tetapi dengan dua
perbedaan penting. pertama, saham dan obligasi ada di pasar efek dan
investor memilih dari kumpulan yang tersedia, sedangkan dalam
penganggaran modal, perusahaan yang menciptakan proyek. kedua,
kebanyakan investor di pasar efek tidak memiliki pengaruh atas arus kas
yang diberikan oleh investasi mereka cuma sementara perusahaan
memiliki pengaruh yang besar pada hasil proyek proyeknya. walaupun
begitu, dalam valuasi efek maupun penganggaran modal, kita terlebih
dahulu akan meramalkan rangkaian arus kas, kemudian menghitung nilai
sekarang dari arus kas tersebut, dan melakukan investasi hanya jika PV
arus kas masuk lebih besar dibandingkan dengan biaya investasi.
Pertumbuhan suatu perusahaan, dan kemampuannya untuk tetap
kompetitif dan mampu bertahan hidup, bergantung pada arus konstan ide-
ide yang berhubungan dengan produk-produk baru, tindakan untuk
memperbaiki produk-produk yang sudah ada, dan cara-cara untuk
beroperasi secara lebih efisien. oleh sebab itu, perusahaan yang dikelola
dengan baik akan memberikan usaha yang sungguh-sungguh ketika
mengembangkan usulan penganggaran modal yang baik. misalnya, wakil
presiden eksekutif dari salah satu perusahaan yang berhasil menceritakan
kepada kami bahwa perusahaannya telah mengambil langkah-langkah
berikut ini untuk menciptakan proyek.
Departemen Litbang kami terus-menerus mencari produk-produk
baru dan cara-cara untuk memperbaiki produk-produk yang sudah ada.
Selain itu, komite eksekutif kami, yang terdiri atas eksekutif eksekutif
senior dalam pemasaran, produksi, dan keuangan, mengidentifikasi produk
dan pasar dimana perusahaan kami sebaiknya ikut bersaing, dan komite
tersebut menentukan sasaran jangka panjang untuk setiap divisi. Sasaran
tersebut, yang dijabarkan dalam rencana usaha strategis (strategic
bussiness plan) perusahaan, memberikan panduan umum kepada eksekutif
operasional yang harus dipenuhinya. eksekutif operasional kemudian
mencari produk produk baru, menentukan rencana ekspansi untuk produk-
produk yang sudah ada, dan mencari berbagai cara untuk mengurangi
biaya produksi dan distribusi titik bonus dan promosi jabatan didasarkan
pada kemampuan setiap unit untuk memenuhi atau melampaui sasarannya
sehingga insentif ekonomi ini akan mendorong para eksekutif operasional
kami untuk mencari peluang peluang investasi yang menguntungkan.
Jika para eksekutif senior kami dinilai dan mendapat imbalan atas
dasar seberapa baik kinerja unit yang mereka pimpin, para bawahannya
mendapat bonus dan opsi saham untuk saran-saran yang menghasilkan
investasi menguntungkan. selain itu, ada sebagian laba perusahaan yang
disisihkan untuk dibagikan kepada karyawan non eksekutif, dan kami juga
memiliki Program Kepemilikan Saham Karyawan (Employee Stock
Ownership Plan—ESOP) untuk memberikan insentif tambahan. Tujuan
kami adalah untuk mendorong para karyawan pada seluruh tingkatan
untuk terus memerhatikan munculnya ide ide bagus, khususnya ide-ide
yang mengarah pada investasi modal.
Jika suatu perusahaan memiliki eksekutif dan karyawan yang
imajinatif dan cakap, dan sistem insentif nya bekerja dengan baik akan
terdapat banyak ide-ide investasi modal yang dikemukakan titik beberapa
ide akan menjadi ide yang baik, sementara yang lain tidak titik oleh sebab
itu, harus ada prosedur yang dibuat untuk menyaring proyek-proyek, yang
akan menjadi topik utama dalam bab ini.
B. Klasifikasi Proyek
Menganalisis usulan pengeluaran modal bukan merupakan suatu
operasi yang tidak membutuhkan biaya—ada manfaat yang dapat
diperoleh, namun analisis memang tetap membutuhkan biaya. Bagi jenis-
jenis proyek tertentu, analisis yang relatif rinci kemungkinan dapat
dilakukan; untuk proyek-proyek yang lain, sebaiknya digunakan prosedur
yang lebih sederhana. oleh karena itu, perusahaan pada umumnya
mengelompokkan proyek-proyek dan kemudian melakukan analisis atas
masing-masing proyek pada setiap kategori dengan cara yang sedikit
berbeda :
1. Penggantian : dibutuhkan untuk tetap melanjutkan operasi yang
sedang berjalan. Salah satu kategori terdiri atas pengeluaran untuk
menggantikan peralatan yang sudah habis atau rusak yang dibutuhkan
dalam produksi produk produk yang menguntungkan titik satu-
satunya pertanyaan di sini adalah apakah operasi sebaiknya
diteruskan, dan jika ia, apakah perusahaan sebaiknya tetap
menggunakan proses produksi yang sama? Jika jawabannya adalah ya,
maka proyek akan disetujui tanpa harus melalui proses pengambilan
keputusan yang panjang.
2. Penggantian: pengurangan biaya. kategori ini meliputi pengeluaran
untuk mengganti peralatan yang masih dapat dipakai tetapi sudah
usang dan akibatnya akan dapat menurunkan biaya. Keputusan seperti
ini bersifat diskresioner, dan pada umumnya membutuhkan analisis
yang cukup mendalam.
3. Perluasan produk atau pasar yang sudah ada. Ini adalah pengeluaran
untuk meningkatkan output produk yang sudah ada atau memperluas
gerai ritel atau fasilitas distribusi di pasar yang sedang dilayani titik
keputusan perluasan lebih rumit karena membutuhkan ramalan
pertumbuhan permintaan yang eksplisit, sehingga dibutuhkan analisis
yang lebih rinci. Keputusan dilakukan atau tidak dilakukan biasanya
diambil oleh tingkat yang lebih tinggi pada perusahaan.
4. Perluasan ke produk atau pasar baru. Investasi ini berhubungan
dengan produk-produk atau wilayah geografis yang baru, dan mereka
melibatkan keputusan strategis yang dapat mengubah sifat dasar usaha
titik biasanya dibutuhkan analisis rinci, dan keputusan akhir pada
umumnya diambil oleh manajemen pada tingkat yang tertinggi.
5. Proyek keselamatan dan atau lingkungan hidup. pengeluaran yang
dibutuhkan untuk memenuhi perintah dari pemerintah, kesepakatan
tenaga kerja, atau kebijakan asuransi akan masuk dalam kategori ini.
Bagaimana proyek-proyek ini ditangani akan bergantung pada
ukurannya, dengan proyek yang kecil diperlakukan hampir sama
seperti proyek kategori 1.
6. Lain-lain. kategori lainnya meliputi proyek-proyek seperti gedung
kantor, tempat parkir, dan pesawat eksekutif. Bagaimana
penanganannya akan bervariasi untuk setiap perusahaan.
Pada umumnya, hanya dibutuhkan perhitungan yang relatif
sederhana, dan sedikit dokumen pendukung untuk keputusan penggantian,
khususnya investasi pemeliharaan dalam pabrik yang memberikan
keuntungan titik untuk proyek-proyek penurunan biaya, ekspansi lini
produk yang sudah ada, dan khususnya investasi pada produk atau wilayah
baru akan dibutuhkan analisis yang lebih mendalam. Proyek-proyek dalam
setiap kategori juga akan dikelompokkan menurut biayanya: investasi yang
lebih besar membutuhkan analisis yang makin dalam dan persetujuan pada
ada tingkat yang lebih tinggi titik jadi, seorang manajer pabrik mungkin
memiliki wewenang untuk menyetujui pengeluaran pemeliharaan sampai
jumlah maksimal sebesar $10,000 dengan menggunakan analisis yang
relatif sederhana titik untuk keputusan yang melibatkan jumlah lebih dari
$1 juta atau ekspansi ke produk atau pasar yang baru mungkin harus
disetujui oleh seluruh dewan direksi.
Perhatikan bahwa istilah "investasi" tidak hanya mencakup
bangunan dan peralatan saja. piranti lunak komputer yang digunakan untuk
mengelola persediaan dan biaya-biaya yang terkait dengan program
pemasaran penting juga termasuk salah satu contohnya. Aset ini
merupakan aset "tak terwujud" tetapi keputusannya untuk berinvestasi di
dalamnya akan dianalisis dengan cara yang sama seperti keputusan yang
berkaitan dengan gedung, peralatan, dan aset berwujud lainnya. pada
bagian bagian berikutnya kita akan melihat teknik-teknik spesifik yang
digunakan untuk mengevaluasi usulan proyek penganggaran modal.

C. Kriteria Nilai Sekarang Bersih


Metode nilai sekarang bersih (net present value atau NPV) yang
estimasikan seberapa besar suatu proyek potensial akan berkontribusi pada
kekayaan pemegang saham, adalah kriteria keputusan penganggaran
modal yang utama titik di bagian ini kita menggunakan data arus kas untuk
proyek S dan L seperti yang disajikan dalam figure 11-1 untuk
menjelaskan bagaimana NPV akan dihitung. S berarti short (pendek) dan L
berarti long (panjang): proyek S adalah proyek jangka pendek di mana
sebagian besar arus kas masuk akan diterima lebih dulu dibandingkan
proyek L. Kita berasumsi kedua proyek ini memiliki risiko yang sama dan
arus kas yang telah disesuaikan untuk mencerminkan pajak, penyusutan,
dan nilai sisa. Selanjutnya, karena banyak proyek membutuhkan investasi
pada aset tetap maupun modal kerja, pengeluaran untuk investasi yang
disajikan sebagai CF0 telah mencakup seluruh investasi yang dibutuhkan
dalam modal kerja. Terakhir kita berasumsi bahwa seluruh arus kas terjadi
pada akhir tahun.
Figur 11-1 : Arus kas bersih untuk proyek S dan L
NPV merupakan ukuran langsung dari kontribusi proyek pada
kekayaan pemegang saham dan merupakan kriteria utama. NPV akan dihitung
sebagai berikut:
1. hitung nilai sekarang dari setiap arus kas termasuk biaya, yang
didiskontokan oleh biaya modal proyek tersebut.
2. Jumlah arus kas diskonto ini dinyatakan sebagai NPV proyek.

Persamaan NPV adalah sebagai berikut:

(11-1)
Di sini CFt adalah perkiraan arus kas bersih pada waktu ke-t, r adalah
biaya modal proyek (atau WACC), dan N adalah umurnya. arus kas keluar
(misalnya, pengembangan produk, pembelian peralatan produksi,
membangun sebuah pabrik, dan menyimpan persediaan) merupakan arus
kas negatif. bagi proyek S dan L hanya CF 0 yang negatif, tetapi untuk
proyek-proyek besar seperti pesawat Boeing 7E7, arus kas keluar terjadi
selama beberapa tahun sebelum ada arus kas yang masuk.
Pada biaya modal 10%, NPV proyek S adalah $78,82 :

Dengan proses yang sama, kita menghitung NPV sebesar 100,40 dollar.
Jika proyek proyek tersebut mutually eksklusif, proyek dengan
NPV yang lebih tinggi sebaiknya diterima dan yang lain ditolak. L akan
mendapat peringkat lebih tinggi dibandingkan S dan akan diterima karena
L memiliki NPWP yang lebih tinggi. Mutually Eksclusive berarti bahwa
jika suatu proyek diterima, maka proyek yang lain harus ditolak. Sebagai
contoh suatu sistem ban berjalan untuk memindahkan barang di dalam
gudang dan 1 Armada forklift yang memiliki tujuan sama adalah ilustrasi
dari proyek proyek mutually eksklusif— menerima satu proyek berarti
akan menolak proyek yang lain. Proyek independen (independent project)
adalah proyek-proyek yang arus kas nya saling independen satu sama lain.
jika wal-mart sedang mempertimbangkan untuk membuka satu toko baru
di boys dan satu tokoh lagi di Atlanta, maka kedua proyek tersebut akan
independen satu sama lain. Jika proyek S dan L independen, maka
sebaiknya keduanya diterima karena masing-masing memiliki NPV positif
dan akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Jika keduanya
mutually eksklusif, maka sebaiknya l yang dipilih karena memiliki NPV
yang lebih tinggi.
Tidak sulit bagi kita untuk menghitung NPV seperti yang disajikan dalam
garis waktu dengan menggunakan persamaan 11-1 dan sebuah kalkulator
biasa. Namun tentunya akan lebih efisien jika kita menggunakan
kalkulator finansial. Masing-masing kalkulator akan memiliki pengaturan
yang sedikit berbeda tetapi seperti yang telah kita bahas dalam Bab 2,
semua kalkulator memiliki "register arus kas" yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi arus kas yang tidak sama seperti yang terjadi pada proyek s
dan l. persamaan 11-1 telah diprogram ke dalam kalkulator dan anda hanya
perlu memasukkan arus kas (perhatikan tanda yang benar), berikut dengan
r = 1 per 2 (biaya modal). setelah seluruh entri telah dilakukan
menggunakan data untuk proyek s, maka berikut adalah persamaan di
dalam kalkulator:

Ada satu variabel yang tidak diketahui, NPV, dan ketika anda
menekan tombol NPV, jawabannya yaitu 78,802 akan tersaji di layar
kalkulator.

Alasan dibalik metode NPV cukup sederhana titik 2 jika NPV lebih
besar dari nol maka proyek tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan,
dan nilainya negatif maka proyek akan mengurangi kekayaan pemegang
saham. Dalam contoh kita, proyek akan meningkatkan kekayaan
pemegang saham sebesar 100,40 dolar dan s akan meningkatkan nya
sebesar 78,82 dolar.
NPVL = $100,40
NPVS = $78,82

Dengan melihat dari sudut pandang seperti ini, akan mudah bagi
kita untuk melihat logika dibalik pendekatan NPV, dan mudah pula untuk
melihat mengapa kedua proyek sebaiknya diterima jika keduanya saling
independen dan mengapa L sebaiknya dipilih jika keduanya mutually
exclusive.
D. Tingkat Pengembalian Internal
Ketika memutuskan suatu investasi potensial, akan berguna jika
kita mengetahui tingkat pengembalian investasi yang paling mungkin
terjadi titik dalam bab 7 kita telah membahas imbal hasil sampai jatuh
tempo (Yield To Maturity-YTM) dari suatu obligasi – jika anda
berinvestasi pada obligasi dan memilikinya sampai jatuh tempo, anda akan
mendapatkan YTM atas uang yanf anda investasikan. YTM didefinisikan
sebagai tingkat diskonto yang menyebabkan PV arus kas masuk sama
dengan harga yang dibayarkan untuk obligasi. Prosedur yang sama akan
digunakan dalam penganggaran modal ketika kita menghitung tingkat
pengembalian internal (Internal Rate Of Return atau IRR). IRR
didefinisikan sebagai tingkat diskonto yang memaksa NPV proyek
menjadi sama dengan nol. Kita hanya perlu mengambil persamaan 11-1
untuk NPV dan mengubahnya menjadi persamaan 11-2 untuk server
dengan menggantikan R sebagai penyebut dengan IRR dan memastikan
NPV sama dengan nol. Selanjutnya kita menghitung tingkat yang
memaksa NPV sama dengan nol, di mana tingkat itu yang menjadi IRR
proyek:

Perhatikan bahwa untuk proyek seperti pesawat jet Boeing 7E7,


biaya akan terjadi selama beberapa tahun sebelum terjadi arus kas masuk,
tetapi hal ini tidak membuat persamaan diatas menjadi tidak valid. Ini
hanya berarti kita akan memiliki lebih dari satu arus kas negatif.
Untuk proyek S kita, berikut adalah gambaran prosesnya:
Kita mendapatkan satu persamaan dengan satu variabel yang tidak
diketahui, IRR, dan kita dapat menghitungnya untuk menemukan IRR.
tanpa menggunakan kalkulator, kita harus menyelesaikan persamaan 11-2
dengan mencoba-coba yaitu mencoba satu tingkat diskonto, dan melihat
apakah persamaan tersebut memberikan hasil nol, jika tidak kita coba
tingkat diskonto yang lain, dan terus melakukannya sampai kita
menemukan tingkat yang akan memaksa persamaan sama dengan nol.
Pada tingkat itulah IRR. Untuk suatu proyek dengan jangka waktu yang
cukup panjang, perhitungan coba-coba seperti di atas akan memakan
banyak waktu tetapi dengan menggunakan kalkulator finansial, kita akan
dapat menghitung IRR dengan cepat titik kita hanya perlu memasukkan
arus kas ke dalam register arus kas kalkulator seperti yang sebelumnya kita
lakukan untuk menghitung NPV dan kemudian menekan tombol yang
bertanda "IRR". Berikut adalah IRR untuk proyek S dan L.
IRRS = 14,49%
IRRL = 13,55%

Mengapa tingkat diskonto yang menyamakan biaya suatu proyek


dengan nilai sekarang arus kasnya memiliki arti khusus? alasannya
sederhana : IRR adalah tingkat pengembalian yang diharapkan dari
proyek. Jika pengembalian ini lebih besar dari biaya dana yang digunakan
untuk mendanai proyek tersebut, maka kelebihannya akan diterima oleh
pemegang saham perusahaan. Di lain pihak, jika tingkat pengembalian
internal lebih kecil dari biaya modal, maka pemegang saham terpaksa
harus menutupi kekurangan yang terjadi, yang dapat menyebabkan harga
saham mengalami penurunan titik ini adalah sifat "impas" yang membuat
IRR berguna.
Sekali lagi, perhatikan bahwa rumus tingkat pengembalian internal,
persamaan 11-2, sebenarnya adalah rumus NPV persamaan 11-1, dihitung
menggunakan tingkat diskonto tertentu yang memaksa nilai NPV menjadi
sama dengan nol. Jadi persamaan dasar yang sama akan digunakan untuk
kedua metode, tetapi dalam metode NPV tingkat diskonto yang telah
ditentukan dan kita mencari NPV, sementara dalam metode IRR NPV
ditentukan sama dengan 0 dan tingkat bunga yang menghasilkan
persamaan ini yang akan kita hitung.

E. Perbandingan Metode NPV dengan IRR


Dalam banyak hal, metode NPV dinilai leboh baik dibandingkan
IRR, sehingga kita cenderung hanya menjelaskan NPV, menyatakan
bahwa angka tersebut sebaliknya digunakan untuk memilih proyek, dan
kemudian berpindah ke topik berikutnya. Namun IRR lebih dikenal oleh
banyak eksekutif perusahaan, metode ini sangat luas penggunaannya
diberbagai industri, dan mengetahui tingkat pengembalian yang mungkin
akan menghasilkan suatu proyek merupakan suatu hal yang berguna.
1. Profil NPV
Grafik yang memetakan NPV suatu proyek terhadap tingkat
diskonto yang digunakan untuk menghitung NPV disebut sebagai profil
nilai sekarang bersih (net present value profile-NPV profile) proyek
tersebut, dan profil untuk proyek S disajikan dalam figure 11-2. Untuk
membuat suatu profil, kita menggunakan data dari proyek S dalam figur
11-1, menghitung NPV pada tingkat diskonto yang disajikan pada data
dibagian bawah grafik, dan kemudian memetakan nilai-nilai tersebut di
grafik.

2. Peringkat NPV bergantung pada Biaya Modal


Sekarang kita lihat figure 11-3, yang menunjukkan profil NPV
untuk S maupun L. perhatikan bahwa IRRs nilainya tetap dan bahwa S
memiliki nilai IRR yang lebih tinggi tanpa melihat tingkat biaya
modalnya. Namun, NPV akan bervariasi bergantung pada tingkat biaya
modal dan proyek dengan NPV yang lebih tinggi bergantung pada biaya
modal actual. Lebih spesifik lagi, L memiliki NPV yang lebih tinggi
jika biaya modal dibawah 11,97 persen, tetapi S memiliki angka NPV
yang lebih tinggi jika biaya modal diatas tingkat tersebut. Tingkat
diskonto dimana garis profil bersilang yaitu 11,97 persen, disebut
tingkat persilangan.
BIAYA MODAL NPVS
0% $300,00
5 180,42
10 78,82
IRRS = 14,49 0,00
15 -8,33
20 -83,72
Perhatikan pula bahwa profil L memiliki garis yang lebih curam,
yang menunjukkan bahwa kenaikan biaya modal akan menyebabkan
penurunan NPV proyek L yang lebih besar. Untuk melihat mengapa L
memiliki sensivitas yang leboh besar, ingatlah kembali bahwa arus kas L
diterima lebih lambat dibandingkan S.
L merupakan proyek jangka Panjang, sementara S merupakan
proyek jangka pendek. Selanjutnya, ingat kembali persamaan untuk NPV:

CF 1 CF 2 CF N
NPV = CF0 + 2
+ 2
+ …+
(1+r ) (1+r ) (1+r )N

Dampak dari kenaikan biaya modal akan lebih dirasakan oleh arus
kas yang berada jauh didepan jika dibandingkan dengan yang akan terjadi.
Hal ini ditunjjukkan dalam contoh berikut ini:

BIAYA NPVS NPVL


MODAL
0% $300.00 $475,00
5 180,42 $268,21
10 78,82 100,40
Persilangan = 11,97 42,84 42,84
IRRL = 13,55 15,84 0,00
IRRS= 14,49 0,00 -24,37
15 -8,33 -37,26
20 -83,72 -151,33

PV dari $100 yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun @ r = 10%:

$ 1000
r
=$ 90,91
(1,10)
Penurunan persentase karena nilai r yang lebih tinggi =

$ 95,24−$ 90,91
$ 95,24
PV dari $100 yang akan jatuh tempo dalam waktu 20 tahun @ r= 5%:

$ 100
20
=$ 37,69
(1,05)
PV dari $100 yang akan jatuh tempnilai r yang lebih tinggi =

$ 37,69−$ 14,86
=60,6 %
$ 37,69

Jadi, kenaikan tingkat diskonto dua kali lipat hanya akan


menyebabkan penurunan terbesar 4,5 persen dalam PV arus kas tahun
ke-I, tetapi kenaikan tingkat diskonto yang sama dapat menyebabkan
PV arus kas tahun ke 1, tetapi kenaikan tingkat diskonto yang sama
dapat menyebabkan PV dari arus kas tahun ke-20 turun sebesar lebih
dari 60 persen. Jadi, jika arus kas suatu proyek sebagian besar diterima
pada tahun tahun awal, maka NPV nya tidak akan mengalami
penurunan yang cukup besar jika terjadi kenaikan biaya modal tetapi
suatu proyek yang arus kasnya datang belakang akan mendapat
hukuman yang lebih berat oleh biaya modal yang tinggi.
3. Proyek-proyek Independen
Jika suatu proyek independent dengan arus kas yang normal
sedang dievaluasi, maka kriteria NPV dan IRR-nya akan selalu
mengarah pada keputusan diterima/ditolak yang sama: jika NPV
mengatakan diterima, IRR juga akan mengatakan diterima. (1) bahwa
kriteria IRR untuk penerimaan adalah biaya modal proyek tersebut
lebih kecil dari (atau berada disebela kiri) IRR dan (2) bahwa jika biaya
modal kurang dari IRR, maka nilai NPV akan positif. Jadi setiap biaya
modal yang nilainya kurang dari IRR, maka nilai NPV akan positif. Jadi
setiap biaya modal yang nilainya kurang dari 14,49 persen, proyek S
akan dapat diterima oleh kriteria NPV maupun IRR, sementara kedua
metode akan menolak proyek jika biaya modal lebih besardari 14,49
persen.

4. Proyek-proyek Mutually Exclusive


Sekarang asumsikan bahwa proyek S dan L adalah proyek yang
mutually exclusive dibandingkan independent. Jadi, kita dapat memilih
baik itu S atau L, atau kita dapat menolak keduanya, tetapi kita tidak
ada dapat menerima keduanya. Sekarang lihatlah kembali figure 11-3
dan catat bahwa sepanjang biaya modal lebih besar dari pada tingkat
persilangan sebesar 11,97 persen, maka kedua metode akan
merekomendasikan proyek S: NPVs > NPVL DAN IRRS > IRRL. Jadi
jika r lebih besar dibandingkan tingkat persilangan, tidak akan terjadi
pertentangan karena kedua metode memilih S. ada dua kondisi dasar
yang menyebabkan profil NPV bersilangan dari akibatnya
menimbulkan pertentangan-pertentangan:

1. Terdapat perbedaan waktu, dimana sebagian besar arus kas dari


suatu proyek diterima lebih awal sementara sebagian besar arus kas
dari proyek yang lain diterima belakang.
2. Terdapat perbedaan ukuran (atau skala) proyek, dimana jumlah
yang diinvestasikan ke dalam suatu proyek lebih besar
dibandingkan yang lain.

Kita terjadi perbedaan ukuran atau waktu, perusahaan akan


memilih jumlah dana yang berbeda untuk diinvestasikan pada
beberapa tahun, tergantung proyek mana di antara kedua proyek
mutually exclusive itu yang dipilih. Kunci untuk menyelesaikan
pertentangan diantara proyek-proyek mutually exsclusive adalah pada
tingkat pengembalian berapakah perusahaan dapat menginvestasi
selisih arus kas yang akan diterimanya jika perusahaan memilih
proyek yang lebih singkat atau lebih kecil atau dengan kata lain, pada
tingkat berapa perusahaan dapat melakukan reinvestasi adalah biaya
modal sementara metode IRR berasumsi bahwa tingkat reinvestasi
adalah IRR itu sendiri.
Hal ini membawa kita ke satu kesimpulan lain yang amat
penting. Ketika kas mencari nilai NPV, kita menggunakan WACC
sebagai tingkat diskonto yang artinya bahwa metode NPV secara
otomatis berasumsi bahwa arus kas dapat diinvestasikan kembali pada
tingkat WACC namun, ketika kita menghitung IRR kita melakukan
pendiskontoan pada tingkat tersebut yang menyebabkan NPV menjadi
nol, yang artinya metode IRR berasumsi bahwa arus kas dapat
diivestasikan kembali pada tingkat IRR itu sendiri. Jika perusahaan
tidak memiliki akses yang baik ke modal eksternal dan memiliki
banyak dengan IRR yang tinggi, maka wajar jika kita berasumsi
bahwa arus kas proyek akan diinvestasikan kembali pada tingkat yang
mendekati nilai IRR nya. Jadi asumsi mendasar yang terdapat dalam
metode NPV pada umumnya lebih valid dibandingkan asumsi-asumsi
yang terdapat dalam metode IRR.

F. IRR Berganda
Suatu proyek dikatakan memiliki arus kas normal jika memiliki
satu atau lebih arus kas keluar (biaya) diikuti dengan serangkaian arus kas
masuk. Akan tetapi, jika ada satu arus kas keluar terjadi setelah arus kas
masuk diterima, yang artinya tanda arus kas berubah lebih dari sekali,
maka proyek tersebut dikatakan memiliki arus kas yang tidak normal.
Contoh:
Normal: -+++++ atau ---+++++
Tidak normal: - + + + + - atau -+++-+++

Jika suatu proyek memiliki arusa kas tidak normal, proyek itu
dapat memiliki dua atau lebih IRR atau IRR berganda. Hal ini terjadi
karena, ketika kita menghitung persamaan 11-2 untuk mencari IRR untuk
proyek tersebut, dikemungkinkan untuk mendapatkan lebih dari satu solusi
nilai untuk IRR.
Untuk mengilustrasikan masalah ini, kita andaikan suatu
perusahaan sedang mempertimbangkan pengembangan suatu
pertambangan (proyek M). tambang tersebut membutuhkan biaya sebesar
$1,6 juta, lalu ia akan menghasilkan arus kas sebesar $10 juta pada akhir
tahun ke-1 dan kemudian pada akhir ke-2 perusahaan mengeluarkan uang
sebesar $10 juta untuk memulihkan tanah kembali kekondisi awalnya.
Jadi, arus kas bersih proyek yang diharapkan adalah sebagai berikut:

ARUS KAS BERSIH YANG DIHARAPKAN


TAHUN KE-0 AKHIR TAHUN KE-1 AKHIR TAHUN KE-2
-$1,6 +$10 -$10

Kita dapat memasukkan nilai-nilai diatas ke dalam persamaan 11-2 dan


kemudian menghitung nilai IRR:
−$ 1,6 juta $ 10 JUTA −$ 10 JUTA
NPV = + + =0
(1+ IRR )0 ( 1+ IRR )1 ( 1+ IRR )2
NPV sama dengan 0 ketika IRR = 25% dan ketika IRR = 400%.
Jadi, proyek M memiliki IRR sebesar 25 persen dan yang lain sebesar 400
persen, dan kita tidak tahu mana yang akan digunakan. Jika biaya modal
proyek M adalah 10 persen, maka NPV nya akan sebesar -$0,77 juta dan
proyek tersebut sebaliknya ditolak. Jika r berada di antara 25 dan 400
persen NPV akan positif.

G. Tingkat Pengembalian Internal yang Dimodifikasi


Para manajer ingin mengetahui tingkat pengembalian yang
diharapkan akan diberikan oleh proyek. IRR standar berasumsi bahwa arus
kas akan diinvestasikan kembali pada tingkat IRR, tetapi hal ini belum
tentu benar. Selain itu, proyek-proyek dapat memiliki lebih dari satu nilai.
Kita dapat memodifikasi IRR dan mengubahnya menjadi indikator
profitabilitas relative yang lebih baik sekaligus juga terbebas dari masalah
IRR berganda. Ukuran yang baru ini disebut tingkat pengembalian
internal yang dimodifkasi (MIRR), dan dinyatakan sebagai berikut:
(11-2a)

Di sini COF melambangkan arus kas keluar (angka negative, atau


biaya-biaya yang berhubungan dengan proyek) dan CIF melambangkan
arus kas masuk (angka positif). Sisi kiri adalah PV dari pengeluaran
investasi ketika didiskontokan menggunakan tingkat biaya modal, dan
pembilang di sisi kanan adalah nilai majemuk arus kas, dengan asumsi
arus kas masuk akan diinvestasikan kembali pada tingkat biaya modal.
nilai majemuk arus kas disebut juga nilai akhir atau TV. Tingkat diskonto
yang memaksa PV dari TV menjadi sama dengan PV biaya yang
didefinisikan sebagai MIRR.
Jika biaya investasi seluruhnya terjadi pada t=0 , dan jika arus kas
masuk dari operasi pertama kali terjadi pada t=1, seperti yang berlaku pada
contoh Proyek S dan L kita dan disajikan dalam Figur 11-1, maka kita
dapat menggunakan persamaan berikut ini:
Dalam menggunakan arus kas yang dberikan di garis waktu,
pertama-tama kita menghitung nilai akhir dengan memajemukkan setiap
arus kas masuk pada tingkat biaya modal 10 persen. Kemudian masukkan
N = 4, PV = -100, PMT = 1579,5, dan tekan tombol I/YR untuk
mendapatkan MIRRS = 12,1%. Dengan cara yang sama, kita akan
mendapatkan MIRRL = 12,7%.
MIRR memiliki 2 keunggulan yang signfikan dibandingkan IRR
standar. Pertama, jika IRR standar berasumsi bahwa arus kas dari setiap
proyek akan diinvestasikan kembali menggunakan tingkat IRR itu sendiri,
maka MIRR berasumsi bahwa arus kas akan diinvestasikan kembali
menggunakan tingkat biaya modal. reinvestasi menggunkan tingkat biaya
modal secara umum akan lebih tepat, sehingga MIRR merupakan indikator
yang lebih baik dari profabilitas suatu proyek yang sebenarnya
dibandingkan dengan IRR. MIRR juga memecahkan persoalan IRR
berganda – tidak akan terdapat lebih dari satu MIRR, dan angka tersebut
dapat dibandingkan dengan biaya modal ketika kita memutuskan apakah
akan menerima atau menolak proyek.
Jika proyek-proyek tersebut memiliki perbedaan ukuran atau
jangka waktu, maka dapat terjadi konflik, dan hal ini NPV menjadi lebih
baik karena akan mengarah pada pilihan yang akan memaksimalkan nilai.
MIRR lebih unggul daripada IRR standar sebagai indikator dari
tingkat pengembalian suatu proyek “yang sebenarnya.” Namun, NPV
masih merupakan metode terbaik dalam menentukan pilihan diantara
proyek-proyek yang saling bersaing karena memberikan indikator terbaik
dari beberapa besar tambahan nilai yang diberikan oleh masng-masing
proyek kepada perusahaan.

H. Periode Pelunasan
NPV dan IRR merupakan metode yang paling banyak digunakan
saat ini, tetapi kriteria pemilhan yang pertama adalah periode pelunasan
(payback period), yang didefinisikan sebagai jumlah tahun yang
dibutuhkan untuk menutupi biaya suatu proyek dari arus kas operasinya.
Persamaan 11-3 digunakan sebagai perhitungan, dan prosesnya akan
digambarkan dalam Figur 11-5. Kita mengawali dengan biaya proyek, dan
menambahkan arus kas masuk untuk masing-masing tahun sampai arus
kas kumulatif berubah positif. Tahun pelunasan adalah tahun sebelum
pelunasan penuh ditambah pecahan yang sama dengan kekurangan pada
akhir tahun dibagi dengan arus kas sepanjang tahun pemulihan penuh.

Biaya yang belum dilunasi


Pelunasan = Jumlah tahun sebelum + pada awal tahun
(11- pelunasan penuh Arus kas sepanjang tahun 3)
pelunasan penuh

Makin singkat periode pelunasan akan makin baik. Jika,


perusahaan meminta pelunasan dalam waktu tiga tahun atau kurang. S
akan diterima tetapi L akan ditolak. Jika proyek-proyek tersebut mutually
exclusive, maka S akan memiliki peringkat di atas L karena waktu
pelunasannya yang lebih singkat.
Periode pelunasan memiliki tiga kelemahan utama: (1) seluruh
dolar yang diterima pada tahun-tahun yang berbeda mendapat bobot yang
sama-satu dolar pada tahun ke-4 diasumsikan sama berharganya seperti
satu dolar pada Tahun ke-1. (2) arus kas setelah tahun pelunasan tidak ikut
dihitung, berapa pun nilainya. (3) berbeda dari NPV, yang
memberitahukan kits seberapa besar proyek akan meningkatkan kekayaan
pemegang saham, dan IRR, yang memeberitahukan kita berapa besar
imbal hasil suatu proyek di atas biaya modalnya, periode pelunasan hanya
memberiahukan kita kapan kita mendapatkan investasi kita kembali. Tidak
ada hubungan antara pelunasan yang sudah ditentukan dengan
memaksimalkan kekayaan investor, sehingga kita tidak tahu bagaimana
menentukan pelunasan yang “tepat.” Dua tahun, tiga tahun, atau beberapa
pun tahun yang digunakan sebagai batasan pelunasan pada dasarnya hanya
dibuat berdasarkan pertimbangan subjektif saja.
Untuk menjawab kritik yang pertama, para analis mengembangkan
pelunasan diskonto (discounted payback), dimana arus kas pertama-tama
didiskontokan menggunakan WACC dan digunakan untuk menghitung
tahun pelunasan. Jadi, periode pelunasan diskonto diidentifikasikan
sebagai jumlah tahun yang dibutuhkan untuk melunasi biaya investasi dari
arus kas diskonto. Figur 11-6 menghitung pelunasan diskonto untuk S dan
L, dengan asumsi keduanya memiliki tingkat biaya modal sebesar 10
persen. Setiap arus kas masuk dibagi menjadi (1 – r) t = (1.10)1, dimana t
adalah tahun terjadinya arus kas dan r adalah biaya modal proyek, dan
seluruh PV tersebut akan digunakan untuk menghitung pelunasan.
Pelunasan diskonto proyek S ternyata sedikit dibawah tiga tahun,
sementara L hampir empat tahun.
Pelunasan merupakan suatu perhitungan “impas”/”breakeven”
dimana artinya jika arus kas masuk pada tingkat yang diharapkan sampai
tahun pelunasan, maka proyek tersebut impas. Akan tetapi, karena
pelunasan biasa tidak memperhitungkan biaya modal, maka ia sebenarnya
tidak benar-benar menentukan tahun kapan proyek akan impas. Pelunasan
diskonto sebaliknya memperhitungkan biaya modal, tetapi ia masih tidak
memperhitungkan arus kas setelah tahun pelunasan, yang merupakan suatu
kelemahan serius. Terlebih lagi, tidak ad acara untuk mengetahui seberapa
rendah pelunasan seharusnya agar dapat memaksimalkan kekayaan
pemegang saham.
Meskipun kedua metode pelunasan memiliki kelemahan sebagai
kriteria penentuan peringkat, keduanya dapat memberikan informasi
tentang berapa lama dana harus terikat dalam suatu proyek. Makin singkat
periode pelunasan, jika hal lain dianggap konstan, makin besar likuiditas
proyek. Faktor ini sering kali penting artinya bagi perusahaan-perusahaan
kecil yang tidak memiliki akses ke pasar modal. Arus kas yang diharapkan
dimasa yang jauh di depan biasanya lebh beresiko dibandingkan arus kas
dalam waktu dekat, sehingga periode pelunasan dapat digunakan sebagai
suatu indikator risiko.
FIGUR 11-5 Perhitungan Pelunasan

FIGUR 11-6 Perhitungan Pelunasan Diskonto pada Biaya Modal 10%

I. Kesimpulan tentang Metode-metode Penganggaran Modal


NPV penting arinya karena memberikan ukuran langsung
keuntungan proyek kepada pemegang saham dalam dolar, sehingga kita
memandangnya sebagai ukuran profitabilitas terbaik. IRR dan MIRR juga
mengukur profitabilitas, tetapi dinyatakan sebagai tingkat persentase
pengembalian yang merupakan sesuatu yang menarik bagi para pengambil
keputusan. Selanjutnya IRR dan MIRR mengandung informasi yang
berhubungan dengan “margin keselamatan” suatu proyek. Sebagai
ilustrasi, kita lihat dua proyek, Proyek SS (kecil), yang biayanya $10.000
dan diharapkan memberikan pengembalian sebesar $16.500 pada akhir
tahun pertama, dan Proyek LL (besar), yang biayanya $100.000 dan
memiliki ekspektasi pembayaran sebesar $115.550 setelah satu tahun. SS
memiliki IRR dan MIRR yang sangat tinggi, yaitu 65 persen, sementara
IRR dan MIRR LL hanya 15,6 persen saja. NPV menunjukkan gambar
yangs edikit berbeda – pada tingkat biaya modal sebesar 10 persen. NPV
SS adalah $ 5.000 sementara LL adalah $5.045. berdasarkan aturan NPV,
kita akan memilih LL. Akan tetapi, IRR dan MIRR SS menunjukkan
proyek tersebut memiliki margin atas kesalahan yang lebih tinggi. Bahkan
jika arus kas yang direalisasikan mengalami penurunan sebesar 39 persen
dari ramalan $16.500, perusahaan masih tetap mamapu menutupi invetasi
$10.000. Di lain pihak, jika arus kas masuk LL turun sebesar hanya 13,5
persen dari $115.550 yang diramalkan, perusahaan tidak akan dapat
menutupi investasinya. Selanjutnya, jika kedua proyek tidak menghasilkan
arus kas sama sekali, perusahaan hanya akan kehilangan $10.000 pada SS
namun kehilangan $100.000 jika memilik LL.
IRR yang dimodifikasi memiliki seluruh sifat IRR, tetapi metode
ini menggunakan asumsi tingkat reinvestasi yang lebih baik, dan juga
terhindar dari masalah tingkat pengembalian berganda. Jadi, jika
pengambil keputusan ingin mengetahui tingkat pengembalian proyek,
MIRR merupakan indikator yang lebh baik daripada IRR standar.
Pelunasan dan pelunasan diskonto memberikan indikasi akan
likuiditas dan risiko suatu proyek. Pelunasan yang lama berarti dolar
investasi akan terikat selama beberapa tahun, sehingga proyek tersebut
kemungkinan lebih berisiko dibandingkan jika memiliki pelunasan yang
lebih pendek. Analogy yang baik untuk hal ini adalah valuasi obligasi.
Seorang investor sebaiknya tidak membandingkan imbal hasil sampai
jatuh tempo dan obligasi sangat dipengaruhi oleh waktu jatuh temponya.
Hal yang sama berlaku pula pada proyek-proyek modal.
Ukuran-ukuran yang berbeda akan memberikan jenis-jenis
informasi yang berlainan. Mudah bagi kita untuk menghitung semuanya,
maka semua ukuran sebaiknya dipertimbangkan ketika melakukan
pengambilam keputusan penganggaran modal. untuk sebagian besar
keputusan, bobot terbesar hendaknya diberikan kepada NPV , namun akan
bodoh jika kita mengabaikan informasi yang diberikan oleh kriteria lain.

J. Penggunaan Kriteria Keputusan dalam Praktik


Selama beberapa tahun ini dilakukan survey yang dirancang untuk
mengetahui kriteria mana yang digunakan oleh para manajer. Survey yang
dilakukan sebelum tahu 1999 meminta perusahaan mengidentfikasi
kriteria utamanya (metode yang diberikan bobot terbesar oleh perusahaan
tersebut), sementara survey yang terakhir, pada tahun 1999, menanyakan
metode atau metode-metode yang dihitung dan digunakan oleh para
manajer. Rangkuman hasil surve tersebut disajikan dalam Tabel 11-1 yang
mengungkapkan beberapa tren menarik.
Pertama, kinerja NPV tidak mendapat penggunaan yang signifikan
sebelum tahun 1980, tetapi pada tahun 1999 penggunaannya hampir
mendekati posisi teratas. Lebih jauh, pembahasan informal dengan
perusahaan menunjukkan bahwa jika tersedia data tahun 2005, NPV
seharusnya sudah berada di posisi teratas. Kedua, metode IRR digunakan
secara luas, tetapi pertumbuhannya belakangan ini tidak sedramatis NPV.
Ketiga, pelunasan merupakan kriteria yang paling penting 40 tahun yang
lalu, namun penggunaannya sebagai kriteria utama telah mengalami
penurunan drastic sejak tahun 1980. Perusahaan masih menggunakan
pelunasan karena mudah untuk dihitung dan memang dapat memberkan
informasi, akan tetapi kriteria ini jarang digunakan sebagai kriteria utama.
Keempat, “metode-metode lain” yang pada umumnya merupakan turunan
dari NPV dan/atau IRR, mulai berkurang penggunaannya sebagai kriteria
utama akibat meningkatnya penggunaan IRR dan NPV pada khususnya.
Tren-tren diatas konsisten dengan evaluasi kita atas berbagai
metode, NPV merupakan kriteria tunggal yang terbaik, tetapi seluruh
metode memberikan informasi yang bermanfaat, yang kesemuanya mudah
untuk dihitung, dan semuanya digunakan, bersama-sama dengan
pertimbangan dan akal sehat.

TABEL 11-1 Metode Pengnggaran Modal Yang Digunakan Dalam


Praktik
DIHITUNG DAN
KRITERIA UTAMA DIGUNAKAN
1960 1970 1980 1999
NPV 0% 0% 15% 75%
IRR 20 60 65 76
Pelunasan 30 15 5 57
Pelunasan diskonto NA NA NA 29
Lain-lain 45 25 15 NA
Total 100% 100% 100%

K. Penggunaan Teknik Penganggaran Modal dalam Konteks Lain


Teknik-teknik yang digunakan dalam bab ini juga dapat digunakan
untuk membantu para manajer membuat jenis-jenis keputusan yang lain.
Salah satu contohnya adalah analisis yang berhubungan dengan suatu
penggabungan usaha korporasi. Sering kali perusahaan memutuskan untuk
mengakuisisi perusahaan lain untuk mendapatkan fasilitas produksi
dengan biaya yang murah, untuk meningkatkan kapasitas, atau untuk
berekspansi ke pasar yang baru. Analsis yang berhubungan dengan
penggabungan usaha seperti ini mirip dengan yang digunakan dalam
penganggaran modal. jadi, ketika bank yang kini dikenal sebagai Bank of
America mulai berekspansi keluar dari basisnya di Carolina Utara, bank
tersebut sering kali menemui pilihan antara membangun fasilitas yang
benar-benar baru atau mengakuisisi bank-bank lain yang yang sudah ada.
Bank tersebut sering kal memilih untuk mengakuisisi bank-bank lain, dan
dalam menentukan pilihan ini, para manajernya menggunakan teknik yang
sama seperti yang kita gunakan dalam penganggaran modal.
Para manajer juga menggunakan teknik yang mirip ketika
memutuskan apakah akan melakukan penghematan operasi atau menjual
aset divisi tertentu. Sama halnya seperti penganggaran modal, analisis
seperti ini membutuhkan suatu penilaian tentang apa pengaruh tindakan
tersebut pada arus kas perusahaan. Dalam suatu penghematan, perusahaan
pada umumnya akan mengeluarkan uang (atau berinvestasi) untuk
pembayaran pesangon kepada karyawan yang di-PHK, tetapi perusahaan
kemudian akna mendapat manfaat dalam bentuk biaya upah yang lebih
rendah di masa depan. Sehubungan dengan penjualan aset, pola arus kas
akan terbalik dari yang terjadi pada umumnya dalam keputusan
penganggaran modal – arus kas positif akan direalisasi di awal, namun
perusahaan mengorbankan arus kas masa depan yang seharusnya diterima
jika aset tersebut terus digunakan. Jadi, ketika memutuskan apakah masuk
akal untuk melepas aset, manajer akan membandingkan kas yang diterima
dengan nilai sekarang dari arus kas masuk yang hilang. Jika nilai sekarang
bersih positif, maka penjualan aset tersebut akan meningkatkan nilai
pemegang saham.

L. Post-Audit
Salah satu aspek penting dalam proses penganggaran modal adalah
post-audit, yang melibatkan (1) membandingkan hasil actual dengan hasil
yang diramalkan oleh sponsor proyek, dan (2) menjelaskan mengapa
perbedaan itu terjadi. Misalnya, banyak perusahaan meminta divisi operasi
mengirimkan laporan bulanan selama enam bulan pertama setelah suatu
proyek beroperasi, dan selanjutnya laporan kuartalan, sampai hasil proyek
sesuai dengan yang diharapkan. Setelah itu, laporan tentang operasi akan
ditnjau secara berkala sepertii operasi-operasi yang lain.
Post-audit memiliki 2 tujuan utama:
1. Peramalan yang lebih baik. Ketika pengambiln keputusan dipaksa
untuk membandingkan proyeksinya dengan hasil actual, akan timbul
kecenderungan estimasi-estimasi menjadi lebih baik. Bias yang
disadari maupun tidak disadari akan diamati dan dihilangkan;
perusahaan akan mencar metode-metode peramalan baru setelah
terlihat adanya kebutuhan akan hal itu; jika orang-orang tahu segala
tindakan mereka diawasi, mereka cenderung akan mengerjakan segala
sesuatu dengan lebih baik, termasuk di antaranya melakukan
peramalan.
2. Operasi yang lebih baik. Usaha yang dijalankan oleh orang, dan orang
dapat bekerja pada tingkat efisiensi yang lebih tinggi atau rendah.
Ketika suatu tim divisional telah membuat peramalan tentang suatu
investasi, maka secara tidak langsung para anggota tim telah
mempertaruhkan reputasi mereka. Oleh sebab itu, jika biaya ternyata
lebih tinggi dibandingkan tingkat yang diramalkan, penjualan dibawah
ekspektasi, dan seterusnya, maka para eksekutif di bagian produksi,
pemasaran, dan bagian-bagian lain akan berusaha untuk memperbaiki
operasi dan membawa hasil yang sejalan dengan ramalan.
Post-audit bukan suatu proses yang sederhana, dan ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi. Pertama, kita harus
mengakui bahwa setiap unsur dalam ramalan arus kas merupakan subjek
dari ketidakpastian, sehingga sebagian di antara seluruh proyek yang
dilaksanakan oleh perusahaan yang cukup agresif mau tidak mau akan
mengalami penyimpangan. Adanya fakta seperti ini harus dipertimbangkan
ketika kita menilai kinerja eksekutif operasi yang menyampaikan
perminntaan pengeluaran modal. kedua, proyek terkadang gagal untuk
memenuhi ekspektasi karena alasan-alasan di luar kendali eksekutif
operasi dan karena alasan-alasan yang tidak dapat diharapkan untuk
diantisipasi oleh semua orang secara realistis. Misalnya, kenaikan harga
minyak yang tidak diantisipasi pada tahun 2005 telah memberikan dampak
yang buruk kepada banyak proyek. Ketiga, sering kali kita mengalami
kesulitan untuk memisahkan hasil operasi dari satu investasi dengan hasil
operasi suatu sistem yang lebih besar. Meskipun beberapa proyek memang
berdiri sendiri dan memungkinkan dilakukannya identifikasi biaya dan
pendapatan secara langsung, penghematan biaya yang dihasilkan dari aset-
aset seperti computer baru mungkin akan sangat sulit untuk diukur.
Keempat, sering kali sulit bagi kita untuk menyalahkan atau memberikan
pujian karena para eksekutif yang bertanggung jawab untuk meluncurkan
suatu investasi tertentu tidak lagi berada di tempat yang sama ketika
hasilnya dketahui.
Dengan adanya kesulitan-kesulitan tersebut, beberapa perusahaan
cenderung mengurangi arti penting dari post-audit. Akan tetapi,
pengamatan yang dilakukan oleh unit-unit usaha maupun pemerintahan
menunjukkan bahwa organisasi yang pengelolaannya paling baik dan
paling berhasil adalah organisasi yang memberikan penekanan terbesar
pada post-audit. Oleh karena itu post-audit adalah salah satu unsur penting
dalam suatu sistem penganggaran modal yang baik.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pertumbuhan suatu perusahaan, dan kemampuannya untuk tetap


kompetitif dan mampu bertahan hidup, bergantung pada arus konstan ide-ide yang
berhubungan dengan produk-produk baru, tindakan untuk memperbaiki produk-
produk yang sudah ada, dan cara-cara untuk beroperasi secara lebih efisien. oleh
sebab itu, perusahaan yang dikelola dengan baik akan memberikan usaha yang
sungguh-sungguh ketika mengembangkan usulan penganggaran modal yang baik.
Menganalisis usulan pengeluaran modal bukan merupakan suatu operasi
yang tidak membutuhkan biaya—ada manfaat yang dapat diperoleh, namun
analisis memang tetap membutuhkan biaya. Bagi jenis-jenis proyek tertentu,
analisis yang relatif rinci kemungkinan dapat dilakukan; untuk proyek-proyek
yang lain, sebaiknya digunakan prosedur yang lebih sederhana. oleh karena itu,
perusahaan pada umumnya mengelompokkan proyek-proyek dan kemudian
melakukan analisis atas masing-masing proyek pada setiap kategori dengan cara
yang sedikit berbeda.
Tingkat pengembalian internal (IRR) adalah tingkat diskonto yang
memaksa NPV suatu proyek menjadi sama dengan nol.
Dalam banyak hal, metode NPV dinilai leboh baik dibandingkan IRR,
sehingga kita cenderung hanya menjelaskan NPV, menyatakan bahwa angka
tersebut sebaliknya digunakan untuk memilih proyek, dan kemudian berpindah ke
topik berikutnya. Namun IRR lebih dikenal oleh banyak eksekutif perusahaan,
metode ini sangat luas penggunaannya diberbagai industri, dan mengetahui
tingkat pengembalian yang mungkin akan menghasilkan suatu proyek merupakan
suatu hal yang berguna.
IRR berganda adalah situasi dimana suatu proyek memiliki dua atau lebih
IRR.
NPV dan IRR merupakan metode yang paling banyak digunakan saat ini,
tetapi kriteria pemilhan yang pertama adalah periode pelunasan (payback
period), yang didefinisikan sebagai jumlah tahun yang dibutuhkan untuk
menutupi biaya suatu proyek dari arus kas operasinya.
NPV penting arinya karena memberikan ukuran langsung keuntungan
proyek kepada pemegang saham dalam dolar, sehingga kita memandangnya
sebagai ukuran profitabilitas terbaik. IRR dan MIRR juga mengukur profitabilitas,
tetapi dinyatakan sebagai tingkat persentase pengembalian yang merupakan
sesuatu yang menarik bagi para pengambil keputusan. Selanjutnya IRR dan MIRR
mengandung informasi yang berhubungan dengan “margin keselamatan” suatu
proyek.
DAFTAR PUSTAKA

Brigham, Eugene F. dan Joel F.Houston. 2010. Dasar-dasar Manajemen


Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.
LAMPIRAN

KASUS 7: PENGANGGARAN MODAL


“DILEMA DI DAY-PRO”

A. Latar Belakang Kasus

Day-pro Chemical Corporation, didirikan pada tahun 1995, selama ini


mampu menghasilkan tingkat pengembalian tas investasi yang tinggi secara
konsisten. Rahasia keberhasilannya adalah pengembangan, produksi
pemsaran yang strategis serta tepat waktu tas produk-produk kimia inovatif
yang digunakan di berbagai industri. Saat ini, manajemen perusahaan sedang
mempertimbangkan untuk memproduksi alat thermosetting resin untuk
produk-produk elektronik. Tim riset dan pengembangan perusahaan
menemukan dua alternative: epoxy resin, yang memiliki biaya awal lebih
rendah dan synthetic resin, yang memiliki biaya awal lebih tinggi tetapi
memiliki skala ekonomis lebih besar. Pada saat presentasi awal, kepala
proyek kedua tim menyajikan proyeksi arus kas dilengkapi dengan dokumen
yang memadai untuk mendukung proposal mereka. Akan tetapi, karena kedua
produk berdiri sendiri (mutually exclusive), perusahaan hanya dapat mendanai
satu proposal. Untuk mengatasi dilemma tersebut, Tim Palmer, asisten kepala
keuangan yang baru mendapat gelar MBA dari sebuah universitas terkemuka,
diberi tugas melakukan analisis biaya dan manfaat untuk kedua proposal dan
menyerahkan temuannya ke dewan direksi. Tim mengetahui bahwa ini
merupakan tugas yang berat, karena para anggota dewan direksi tidak
seluruhnya memilki pemahaman yang sama terhadap konsep-konsep
keuangan. Menurut pengalaman, anggota dewam lebih memilih
menggunakan tingkat pengembalian (rate of return) sebagai criteria
pengambilan keputusan. Kadang-kadang mereka juga menggunakan
pendekatan periode pembayaran kembali (paybck period) untuk mengambil
keputusan proyek yang akan diambil. Akan tetapi, Tim yakin bahwa metode
nilai sekarang bersih (net present value-NPV) merupakan metode yang paling
sedikit kekurangannya dan jika digunakan dengan tepat dapat member nilai
tambah bagi kesejahteraan perusahaan.
Setelah memperoleh proyeksi arus kas masing-masing proyek (lihat
tabel 1 & 2), dan mempelajari angka-angkanya, Tim menyadari bahwa
kenyataannya lebih buruk dari yang dipikirkan. Berbagai teknik
penganggaran modal (capital budgeting), pada saat diterapkan ke kedua arus
kas tersebut, memberikan hasil yang tidak konsisten. Proyek dengan NPV
lebih tinggi memiliki payback period lebih lama, jika ARR (Accounting Rate
op Return), dan IRR (Internal Rate of Return) yang lebih rendah. Tim
menggaruk-garuk kepalanya, berpikir bagaimana menyakinkan dewan direksi
bahwa IRR, ARR dan payback period sering menyebabkan pengambilan
keputusan yang salah.

B. Permasalahan
1. Hitunglah periode pengembalian (payback period) masing-masing
proyek. Berikan penjelasan, argument yang yang harus dibuat Tim untuk
menunjukkan bahwa payback period tidak sesuai dalam kasus ini.
2. Hitunglah Discounted Payback Period (DPP) menggunakan tingkat
diskonto 10%. Apakah Tim seharusnya meminta dewan direksi untuk
menggunakan DPP sebagai factor dalam pengambilan keputusan?
Jelaskan.
3. Jika manajemen ingin memiliki ARR (Accounting Rate of Return) sebesar
40% proyek mana yang harus diterima ? adakah yang salah dengan
keputusn ini?
4. Hitunglah IRR untuk kedua proyek. Bagaimana seharusnya Tim
meyakinkan dewan direksi bahwa ukuran IRR dapat menyesatkan?
5. Hitunglah NPV untuk kedu proyek dan jelaskan relevansinya. Bagaimana
seharusnya Tim meyakinkan dewan direksi bahwa metode NPV
merupakan jlan keluar?
6. Jelaskan bagaimana Tim menunjukkan bahwa Modified Internal Rate of
Return (MIRR) merupakan ukuran yang lebih realistis digunakan dengan
kasus proyek yang berdiri sendiri (mutually exclusive projects).
7. Hitunglah profitability Index untuk masing-msing proposal. Apakah
ukuran ini dapat membantu menyelesaikan dilemma tersebut? Jelaskan.
8. Setelah mempelajari dokumen yang disiapkan oleh tim kedu proyek, anda
melihat bahwa tim synthetic resin, lebih konservatif dalam proyeki
pendapatannya daripda tim epoxy resin. Apa pengaruhnya terhadap
analisis anda?
9. Setelah mempelajari dokumen yang disiapkan oleh tim kedua proyek,
anda melihat bahwa teknologi synthetic resin memerlukan pengembangan
lebih lanjut sebelum diterapkan, sedangkan teknologi epoxy resin sudah
tersedia. Apa pengaruhnya terhadap analisis anda?
C. Data

TABEL 1

Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5


Synthetic Resin

$ $ $ $ $
Laba Bersih 150.000 200.000 300.000 450.000 500.000
$ $ $ $ $
Depresiasi (gris lurus) 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000

$ $ $ $ $
Arus Kas Bersih (-$1.000.000) 350.000 400.000 500.000 650.000 700.000

TABEL 2

Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5


Epoxy Resin

$ $ $ $ $
Laba Bersih 440.000 240.000 140.000 40.000 40.000
$ $ $ $ $
Depresiasi (gris lurus) 160.000 160.000 160.000 160.000 160.000

$ $ $ $ $
Arus Kas Bersih (-$800.000) 600.000 400.000 300.000 200.000 200.000
D. Pemechan Masalah

1. Hitung periode pengembalian (payback Period) masing-masing proyek.


Berikan penjelasan, argumen apa yang harus dibuat tim untuk menunjukkan
payback period tidak sesuai dalam kasus ini.
JAWAB :

Sintetis Resin

Tahun 0 1 2 3 4 5
Arus Kas Bersih -1000000 350,000 400,000 500,000 650,000 700,000
Arus Kas Kumulatif -1000000 -650,000 -250,000 250,000 900,000 1,600,000

Payback Period = 2 + (250,000/500,000) years = 2.5 years

Epoxy Resin

Year 0 1 2 3 4 5
$200,00
Arus Kas Bersih -$800,000 $600,000 $400,000 $300,000 $200,000
0
$700,00
Arus Kas Kumulatif -$800,000 -$200,000 $200,000 $500,000 $900,000
0

Payback Period = 1 + (200,000/400,000) = 1.5 years

Berdasarkan masa pengembalian proyek Epoxy Resin harus diseleksi. Akan


tetapi, semenjak kedua proyek memiliki perbedaan arus distribusi kas yang
sangat jelas , itu akan menimbulkan kekeliruan terhadap perusahaan untuk
menggunakan masa pengembalian yang lebih cepat sebagai faktor penentu.
Tim bisa saja membantah bahwa likuiditas dan cepatnya pemulihan biaya
memang tidak penting dalam kasus ini. Karena itu, untuk mengabaikan fakta
bahwa hasil proyek Synthetic Resin sebesar $ 700.000 lebih dari berjalannya 5
tahun proyek epoxy resin akan mustahil.
2. Hitunglah Discounted Payback Period (DPP) menggungunakan tingkat
diskonto 10%. Apakah tim seharusnya meminta dewan direksi untuk
menggunakan DPP sebagai faktor dalam pengambilan keputusan? Jelaskan.
JAWAB :

($1,000,00
Net Cash Flow $350,000 $400,000 $500,000 $650,000 $700,000
0)
Discounted Cash Flow @ ($1,000,00 $318,181.8 $330,578.5 $375,657. $443,958. $434,644.
10% 0) 2 1 40 75 93
Cumulative Disc. Cash ($1,000,00 ($681,818. ($351,239. $24,417.7 $468,376. $903,021.
Flow 0) 18) 67) 3 48 40
Synthetic Resin

Discounted Payback Period = 2 + (351,239.67/375,657) years = 2.94 years

Epoxy Resin

($800,00
Net Cash Flow 0) $600,000 $400,000 $300,000 $200,000 $200,000
Discounted Cash Flow $545,454.5 $330,578. $225,394. $136,602. $124,184.2
@ 10% 5 51 44 69 6
Cumulative Disc. Cash ($800,00 ($254,545.4 $76,033.0 $301,427. $438,030. $562,214.4
Flow 0) 5) 6 50 19 5

Discounted Payback Period = 1 + (254,545.45/330,578.51) years = 1.77


years

Tim tidak boleh meminta Dewan untuk menggunakan potongan masa


pengembalian atau DPP sebagai keputusan peraturan. karena, meskipun DPP
tidak menghiraukan nilai waktu dari arus kas, ini tetap rusak, ini juga tidak bisa
mempertimbangkan dengan seksama semua arus kas dan mengabaikan salah
satunya setelah pengembalian. Alasan yang sama seperti dalam Jawaban 1 di
atas akan terus.
3. Jika manajemen ingin memiliki ARR (Acounting Rate of Return) sebesar 40% ,
yang mana proyek yang harus diterima? Adakah yang salah dengan keputusan
ini?
JAWAB :

Synthetic Resin

Net Income 150,000 200,000 300,000 450,000 500,000


Depreciation 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000
Book Value 1000000 800,000 600,000 400,000 200,000 0

ARRsynthetic = Average Net Income / Average Book Value =


=[(150,000+200,000+300,000+450,000+500,000)/5]
[(1,000,000 + 0)/2]

= $320,000/$500,000 = 64%

Epoxy Resin

Net Income $440,000 $240,000 $140,000 $40,000 $40,000


Depreciation $160,000 $160,000 $160,000 $160,000 $160,000

Book Value $800,000 $640,000 $480,000 $320,000 $160,000 $0

ARRepoxy = $180,000/$400,000 = 45%

Berdasarkan metode ARR, tingkat disukai sebesar 40%, kedua proyek akan
diterima, dengan proyek Resin sintetis sebagai satu unggulan. Namun, metode
ARR berdasarkan rata-rata laba akuntansi dan bukan pada arus kas. Laba bersih
sering tidak mencerminkan nilai ekonomis yang sesungguhnya dari proyek,
khususnya dalam akuntansi akrual. Hal ini juga mengabaikan nilai waktu dari
uang. Oleh karena itu akan rusak. Selain itu, tingkat pemotongan 40% bisa
mengakibatkan kesewenang-wenangan
Penjelasan :
- Apa itu Epoxy ? Epoxy adalah cat dasar yang bersifat pencegah karat dan
tahan dari pengaruh bahan-bahan kimia yang bersifat asam maupun basa.

4. Hitunglah IRR untuk kedua proyek. Bagaimana Tim meyakinkan dewan


direksi bahwa ukuran IRR dapat menyesatkan?
JAWAB :
Synthetic Resin Year 0 Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5
$500.00
Net Income $150.000 $200.000 $300.000 $450.000
0
Depreciation $200.00
$200.000 $200.000 $200.000 $200.000
(Straight-line) 0
($1.000. $700.00
Net Cash Flow $350.000 $400.000 $500.000 $650.000
000) 0
Discounted Cash $318.181, $330.578 $375.657 $443.958 $434.64
Flow @ 10% 82 ,51 ,40 ,75 4,93
Cumulative Disc. ($1.000. ($681.818, ($351.23 $24.417, $468.376 $903.02
Cash Flow 000) 18) 9,67) 73 ,48 1,40
=36.63
IRRsynthetic
%

Epoxy Resin Year 0 Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5


Net Income $440.000 $240.000 $140.000 $40.000 $40.000
Depreciation
$160.000 $160.000 $160.000 $160.000 $160.000
(Straight –line)
Net Cash Flow ($800.00
$600.000 $400.000 $300.000 $200.000 $200.000
0)
Discounted Cash $545.454,5 $330.578, $225.394, $136.602, $124.184,
Flow @ 10% 5 51 44 69 26
Cumulative Disc. ($800.00 ($254.545, $76.033,0 $301.427, $438.030, $562.214,
Cash Flow 0) 45) 6 50 19 45
IRRepoxy =
42.91%

Tim harus menyajikan berbagai kelemahan yang terkait dengan metode IRR.
Asumsi tingkat reinvestasi yang tersirat (yaitu 37% dan 43% untuk dua proyek)
sangat tidak realistis. Meskipun tidak relevan, Tim juga bisa menyajikan
problem IRR ganda, problem waktu dan problem skala masalah yang membuat
pendekatan IRR menjadi salah, karena itu dapat menyebabkan keputusan yang
ambigu dalam proyek mutually eksklusif. Pemilihan proyek dengan IRR
tertinggi tidak selalu menambahkan nilai keseluruhan perusahaan. Nilai IRR
yang lebih besar dari tingkat bunga umum memberikan petunjuk bahwa
investasi tersebut cukup menguntungkan. Dalam hal ini, karena biaya proyek
epoxy resin tidak kurang dari $ 200.000, arus kas itu menghasilkan tingkat
pengembalian internal yang lebih tinggi. Seseorang harus menghitung
Incremental (tambahan) IRR untuk tambahan untuk melihat apakah itu
memberikan pengembalian yang lebih tinggi dari tingkat pengembalian
minimum yang dapat diterima (dengan tingkat diskonto) sebesar 10%. Jika itu
terjadi, dan perusahaan itu tidak sulit sekali bagi mereka tambahan $ 200.000
atau memiliki sebuah proyek alternatif yang dapat menghasilkan tingkat lebih
tinggi dari IRR tambahan, itu akan mengharuskan perusahaan untuk
menghabiskan tambahan $ 200.000 dan pergi dengan proyek Resin Sintetis,
walaupun memiliki IRR yang lebih rendah.
Incremental Cash Flows ($200,000) ($250,000) $0 $200,000 $450,000 $500,000
(Synthetic -Epoxy)
Incremental IRR = 29.17%

Kecuali, Daypro mampu memperoleh tingkat pengembalian lebih besar dari


29,17% pada proyek lain harus pergi dengan proyek Resin Sintetis

5. Hitunglah untuk kedua proyek dan jelaskan relevansinya. Bagaimana


seharusnya Tim meyakinkan dewan direksi bahwa metode NVP merupakan
jalan keluarnya?

JAWAB :

Grafik di atas menunjukkan titik crossover (IRR incremental) sebesar 29,17%


dan IRR dari dua proyek yang Mutually eksklusif sebesar 36,63% (proyek
Sintetis) dan 42,91% (proyek Epoxy) masing-masing. Di sebelah kiri titik
crossover (yang mana biaya modal sebesar 10% adalah keliru), NPV dari
proyek Resin sintetis ($ 903,021.4) adalah jauh lebih tinggi dari proyek epoxy
resin ($ 562,214.45).

Discount Rate NPVsynthetic NPVepoxy


0% $1.600.000,00 $900.000,00
1% $1.514.611,35 $859.844,08
2% $1.433.277,03 $821.314,75
...... ...... ......
9% $959.293,01 $590.457,08
10% $903.021,40 $562.214,45
...... ...... ......
29% $175.279,12 $173.445,08
29,17% $170.971,49 $170.971,34
30% $149.613,65 $158.666,07

Penerimaan proyek resin sintetis karena itu akan menambahkan nilai lebih
keseluruhan perusahaan. Pada tingkat diskonto yang lebih tinggi dari 29,17%
proyek epoxy resin menjadi alternatif yang lebih disukai. Titik crossover
sebesar 29,17% adalah tingkat diskonto di mana kedua proyek akan memiliki
NPV yang sama (dan sama-sama diterima).

6. Jelaskan bagaimana Tim bisa menunjukkan bahwa Modified Internal Rate of


Return (MIRR) merupakan ukuran yang lebih realistis digunakan dalam kasus
proyek yang berdiri sendiri?

JAWAB :

Tim perlu untuk menjelaskan kepada Dewan bahwa dengan IRR setinggi 37%
dan 43%, sangat tidak realistis untuk mengharapkan arus kas dari proyek yang
diinvestasikan ulang dengan rate tersebut. Oleh karena itu, dengan
menggunakan teknik Modifikasi IRR akan lebih konservatif dan realistis.
Teknik MIRR mengasumsikan bahwa aliran kas diinvestasikan pada biaya
modal dan semua arus kas didiskontokan ke waktu 0 pada biaya modal.
Synthetic Resin Project-MIRR

Future Value of Reinvested Cash Inflows @10% = $3,064,835


Present Value of Cash Outflows @ 10% = -$1,000,000
N=5
MIRR = 25.11%

Epoxy Resin Project-MIRR


Future Value of Reinvested Cash Inflows @10% = $2,193,860
Present Value of Cash Outflows @ 10% = -$800,000
N=5
MIRR = 22.36%

7. Hitunglah Profitability Index untuk masing-masing proposal. Apakah ukuran


ini dapt membantu menyelesaikan dilema tersebut? jelaskan.

JAWAB :

Indeks daya laba ( Synthetic Resin) = nilai sekarang dari arus kas dalam 1-5
tahun
harga awal

= $1,903,021.4
$1,000,000

= 1.90

Indeks daya laba ( Epoxy Resin) = $1,362,214.45


$800,000

=1.70

Indeks daya laba (PI) tersebut menunjukkan nilai yang dihasilkan oleh
proyek investasi setiap dolar. Indeks tersebut sangat berguna sekali ketika
perusahaan menghadapi kendala anggaran belanja. Pada kasus ini,
memperkuat keputusan NPV untuk menerima proyek Synthetic Resin.
Seperti IRR, namun metode PI mengarahkan pada keputusan yang rancu
ketika digunakan dengan proyek eksklusif satu sama lain yang memiliki
skala perbedaan yang signifikan.

8. Setelah mempelajari dokumen yang telah dipersiapkan oleh tim kedua proyek,
Anda melihat bahwa tim syntetic resin lebih konservatif dalam proyeksi
pendapatannya daripada tim Epoxy Resin. Apa pengaruhnya terhadap analisis
anda?
JAWAB :
Jika tim Synthetic resin agak lebih konservatif dalam proyek pendapatannya,
arus kasnya dan hasil NPV dan IRR akan menyimpang mengarah ke bawah.
Saya akan menyelesaikan arus kas dari proyek Epoxy Resin menggunakan
perkiraan konservatif yang sama dari penjualan ( Contohnya: potongan 10%)
dan kemudian dihitung kembali IRR nya. Hal ini akan mungkin membuat IRR
dari proyek Synthetic Resin lebih tinggi daripada proyek Epoxy Resin dan
demikian cara untuk mengatasi dilema.

9. Setelah mempelajaridokumen yang disiapkan oleh tim kedua proyek, Anda


melihat bahwa teknologi syntetic resin memerlukan pengembangan lebih lanjut
sebelum diterpkan, sedangkan teknologi epoxy resin sudah tersedia. Apa
pengaruh terhadap analisis anda?
JAWAB :

Realisasi bahwa teknologi synthetic resin akan memerlukan perkembangan


yang luas sebelum dapat diterapkan, memasukan suatu faktor resiko tambahan
di dalam analisis. Ini menunjukkan bahwa dua proyek tersebut tidak dapat
dianggap memiliki tingkat resiko yang sama dan oleh karena itu arus kas
seharusnya diberi potongan pada tariff yang berbeda. Kita akan menggunakan
tingkat potongan yang lebih tinggi untuk arus kas proyek sintetik resin dan ini
akan lebih rendah NPV-nya. Hal ini juga menunjukkan bahwa titik awal proyek
tidak pasti dan ada kemungkinan tidak pernah mengalami kemajuan berkaitan
dengan masalah perkembangan. Akhirnya, perkembangan berarti arus uang
tunai ke luar. Oleh Karena itu, investasi awal perlu menggunakan proyek
sintetik resin untuk memperbaiki kemajuan yang dapat memiringkan semua
perhitungan sesuai dengan penyelesaian proyek.

E. REKOMENDASI
Setelah membaca keseluruhan kasus, maka rekomendari dari kelompok
kami dalam menyelesaikan dan menganalisis kasus ini adalah bahwa tim bisa
menggunakan metode nilai sekarang bersih (NPV) yaitu metode yang pling
sedikit kekurangannya dan jika digunakan dengan tepat dapat member nilai
tambah bagi kesejahteraan perusahan. Tim juga bisa menggunakan pendekatn
periode pembayaran kembali (payback period) untuk mengambil keputusan
proyek yang akan diambil.

Anda mungkin juga menyukai