Anda di halaman 1dari 9

BEHAVIOURAL FINANCE

(PERILAKU KEUANGAN)
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. Reva Oktania Timarneda // Manajemen // 2001011974


2. Ivone Rizkia Fadilah // Manajemen // 2001011889
3. Putri Ayu Nor Anggraini // Akuntansi // 2001021134
4. Dimas Ageng Prianto // Manajemen // 2001011916
5. Moch. Miftachul Fanani // Manajemen // 2001011927
6. M. Rizal Faiz Firmansyah // Manajemen // 2001011930
DEFINISI
Behavioral Finance adalah suatu kajian yang meyakini
bahwa ada pengaruh psikologis yang mempengaruhi investor
dalam pengambilan keputusan investasi.
Faktor psikologis tersebut bahkan dinilai dapat
menyebabkan para investor melakukan hal yang tidak rasional
dan tidak dapat diprediksi.
TEORI YANG TERMASUK DALAM TEORI BEHAVIORAL FINANCE

1. Prospect Teori (Teori Prospek)


Teori ini dikembangkan oleh dua orang ilmuan terkemuka dari Amerika Serikat, yaitu
Daniel Kahneman dan Amos Tversky sekitar tahun 1979. Prinsip-prinsip yang diajukan oleh teori
prospek meliputi:
a. Fungsi Nilai (value function) d. Probabilitas (probability)
b. Pembingkaian (framing) e. Efek Kepastian (certainty effect)
c. Perhitungan psikologis

2. Sentimen Investor
Yaitu ketika preferensi dan kepercayaan investor memenuhi bukti psikologis daripada model
ekonomi standar. Sementara beberapa peneliti merujuk sentimen investor sebagai kecenderungan
berdagangan di kebisingan ketimbang berdasarkan informasi.

3. Ambiguity Aversion
Yaitu keinginan untuk menghindari hal-hal yang belum jelas (ambigu),meskipun tidak akan
meningkatkan expected utility.
LANJUTAN…
4. Competence Effect
Health dan Tversky (1991) melakukan penelitian yang berhubungan dengan
ambiguity aversion. Penelitian ini memunculkan ketika seseorang merasa memiliki
kemampuan dan pengetahuan yang tinggi dalam suatu hal, mereka akan lebih
memilih untuk berinvestasi pada kondisi yang distribusi probabilitasnya masih
ambigu berdasarkan pendapat (judgment) mereka sendiri. Sebaliknya, jika
seseorang yang merasa tidak kompeten, mereka akan lebih memilih berinvestasi
pada situasi yang tidak ambigu.

5. Overconfidence

Keyakinan bahwa distribusi probabilitas prediksi seseorang lebih 
tinggi dari sesungguhnya. Sedangkan dalam berbagai literatur keuangan,
overconfidence didefinisikan sebagai penaksiran yang terlalu tinggi
(overestimating) dalam menilai suatu financial aset
LANJUTAN…
6. Excessive Trading Theory
Teori mengenai excessive trading (perdagangan yang terlalu berlebihan) pertama
kali dikemukakan oleh Odean (1998) dan Daniel (1998). Secara teori mereka
mengatakan bahwa perilaku overconfidence tinggi yang ditunjukkan dengan derajat
miscalibration yang tinggi akan membawa pada kecenderungan investor untuk
melakukan strategi trading yang agresif dan berlebihan. Pada akhirnya hal tersebut
akan menyebabkan kinerja investasi yang buruk

7. Perilaku Herding
Herding adalah sebuah perilaku investor yang tidak rasional sebagaimana yang
dijelaskan dalam teori keuangan klasik dikarenakan para pelaku pasar atau investor
tidak membuat keputusan dalam berinvestasi sesuai dengan dasar-dasar pemikiran
dalam ekonomi terkait dengan investasi, namun mereka bertindak berdasarkan
tindakan investorlain apabila mereka berada pada kondisi yang sama atau mengikuti
konsensus pasar. Akibatnya, terkadang mereka akan mendapatkan return yang tidak
sesuai atau mereka harus menanggung risiko yang tidak seharusnya di ambil.
FAKTOR PSIKOLOGIS INVESTOR DALAM MENGAMBIL
KEPUTUSAN

1. Bias Kognitif = proses pemahaman, pengolahan,


pengambilan kesimpulan atas suatu informasi
atau fakta. Bias kognitif menggambarkan
adanya penyimpangan atau berat sebelah yang
disebabkan oleh informasi yang dimiliki oleh
investor
2. Bias Emosi = Emosi lebih menitikberatkan pada
perasaan dan spontanitas dibandingkan fakta.
CARA MENGURANGI DAMPAK BIAS / PENYIMPANGAN

1. Melakukan Analisis Informasi yang Komprehensif


Analisis yang dilakukan antara lain adalah dengan mempelajari laporan
keuangan fundamental perusahaan, serta mengevaluasi kinerja bisnis perusahaan.
Tujuannya tak lain agar keputusan investasi yang diambilnya dapat memberikan
kepuasan yang optimal.
2.  Alokasi Aset Strategis
Menimbang tujuan investasi setiap investor, mempertimbangkan horizon waktu,
toleransi terhadap risiko, dan imbal hasil yang diharapkan.
3. Tenang dan Bertindak Sesuai Rencana Awal
Dengan memahami secara menyeluruh profil risiko Anda, mengingat kembali
tujuan investasi Anda, dan mematuhi rencana pelaksanaan strategi Anda, Anda akan
merasa jauh lebih yakin dengan perjalanan investasi Anda dan cenderung tidak
melakukan kesalahan keuangan yang umum dilakukan oleh investor-investor baru.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai