Anda di halaman 1dari 5

Nama : Anisa Wijaya Putri

Npm :17133100190

Kelas : Manajemen A3

BAB 9

KEUANGAN PERILAKU

A. Definisi Keuangan Perilaku (Financial Behavioral)

Behavioral Finance sebagai salah satu bagian ilmu dari psikologi dan keuangan untuk
membantu pelaku pasar dalam berinvestasi saham secara rational.

Menurut Ricciardi (2000), financial behavior adalah suatu displin ilmu yang di dalamnya
melekat interaksi berbagai displin ilmu dan secara terus menerus berintegrasi sehingga
pembahasannya tidak dilakukan isolasi. Seseorang yang ingin mempelajari perilaku keuangan
harus memiliki pengertian mengenai aspek psikologi, sosiologi, dan keuangan.

Shefrin (2000) mendefinisikan financial behavior adalah studi yang mempelajari


bagaimana fenomena psikologi mempengaruhi tingkah laku keuangannya.

B. Bias kognitif

Bias kognitif adalah kesalahan dalam pemikiran, menilai, mengingat maupun proses
kognitif lainnya yang sering timbul sebagai buah dari keteguhan akan pilihan atas
preferensi/kesukaan serta keyakinan dengan mengesampingkan informasi yang
bertentangan/berbeda. Kognisi adalah proses pemahaman, pengolahan, pengambilan kesimpulan
atas suatu informasi atau fakta. Bias Kognitif bersumber dari penalaran yang salah sehingga
informasi yang lebih baik dan nasihat dapat menghilangkannya.

a) Heuristic
1) Praktisi keuangan sering melakukan kesalahan karena menggunakan aturan praktis
(rule of thumb) atau Heuristic. Heuristic adalah aturan /strategi dalam memproses
informasi untuk mendapatkan solusi yang cepat tapi belum tentu optimal.

1
2) Form dan framing (cara penyajian data/informasi) sama pentingnya dengan
substansi atau isinya.
3) Karena bias heuristic dan efek framing investor kerap menilai harga efek
menyimpang dari nilai fundamentalnya yang mengakibatkan pasar tidak efisien.
b) Overconfidence Bias

Terlalu percaya menyebabkan orang melebih-lebihkan pengetahuan, atau meremehkan


risiko dan melebih-lebihkan kemampuan dalam hal kontrol atas apa yang terjadi (Nofsinger
2005). Sikap overconfidence memanifestasikan dirinya dalam beberapa cara. Salah satu
contohnya adalah terlalu sedikit terdiversifikasi, karena kecenderungan untuk berinvestasi terlalu
banyak dalam aset yang telah dipahami dengan baik. Contoh lain, investor akan cenderung
berinvestasi di perusahaan lokal, meskipun ini buruk dari sudut pandang diversifikasi.Pria
cenderung lebih percaya diri daripada wanita. Terlalu percaya diri akan memanifestasikan
dirinya dalam banyak cara, termasuk perilaku perdagangan.

Menurut Nofsinger (2005) , bahwa kepercayaan berlebih berasal dari dua sumber secara
psikologis, yaitu ilusi pengetahuan (ilusi pengetahuan) dan ilusi kontrol (ilusi kontrol).

Bhandari dan Deaves (2006) juga menemukan hasil bahwa seseorang yang terlalu
percaya diri cenderung melakukan transaksi berlebihan. Terjadinya transaksi yang berlebihan
menyebabkan seseorang tidak menghitung biaya transaksi akuisisi, sehingga mengurangi hasil.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa seseorang sering berperilaku tidak rasional, dan ini
mengakibatkan ketidakberesan ketika membuat keputusan keuangan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa seseorang yang terlalu percaya diri sering berperilaku irasional dalam melakukan
transaksi investasi (Sina, 2011).

c) Efek Disposisi

Menjual saham untung terlalu cepat dan memegang saham rugi terlalu lama. Tips untuk
semua investor saham untuk menentukan batas toleransi kerugian dan batas atas untuk
merealisasikan keuntungan adalah 3 kali lipatnya.(Jika seorang investor berani menanggung
risiko kerugian sebesar 10%,maka batas atas minimal take profit adalah 3 x 10% atau 30%).

2
d) Noise

Noise merupakan fluktuasi harga dan volume dari suatu sekuritas yang tidak
menyediakan informasi yang berarti. Atau informasi tersebut dalam kenyataannya tidak benar
adanya. Banyak para investor sebenarnya menginginkan melakukan perdagangan dengan
informasi yang diakui kebenarannya. Tetapi, disisi lain tanpa sadar para investor telah
melakukan perdagangan dengan menggunakan noise. Hal ini terjadi karena para investor tidak
dapat membedakan antara noise dengan informasi. Karena sulit untuk membedakan noise dengan
informasi yang mana keduanya memiliki definisi yang hampir sama. Berikut dampak dari noise :

1. Data menjadi tidak akurat

Karena noise merupakan informasi yg belum sampai atau dengan kata lain
informasi tersebut tidak mencerminkan kebenaran dari informasi yg sebenarnya.
Mengapa kita memerlukan informasi yang valid? Karena dengan informasi yang valid
kita dapat memprediksi harga dari suatu sekuritas dan tingkat keuntungan yang kita
peroleh menjadi lebih pasti. Sehingga kita dapat meminimalisir risiko yg kita
tanggung.

2. Memberikan kerugian bagi investor, tetapi dapat memberikan keuntungan bagi


noise trader

Karena noise trader dapat memperoleh keuntungan yang didapat berasal dari
jual-beli informasi tersebut. Sedangkan bagi investor, itu akan menjadi sebuah
kerugian ketika informasi yang mereka dapat tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
Noise dapat membuat para investor menjadi aktif dalam perdagangan sebab mereka
akan sering melihat perkembangan harga saham.

Alasan para investor banyak menggunakan noise sebagai acuan dalam pengambilan
keputusan membeli atau menjual sekuritas adalah karena noise itu sendiri memberikan daya tarik
yang begitu besar bagi investor sebab noise menjanjikan keuntungan yang abnormal atau imbal
hasil yang tinggi.Beberapa kasus ditemukan adanya investor yang berperilaku berlebihan
terhadap informasi, seperti melakukan penjualan saham secara spontan ketika pasar bergerak
diluar ekspektasinya atau investor membeli saham yang baru saja mengalami keuntungan tanpa

3
memperhatikan nilai fundamental dari harga saham tersebut (Swandewi dan Mertha, 2013).
Reaksi berlebihan seperti itu merupakan dasar terjadinya peristiwa overreaction. Peristiwa
overreaction ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham secara drastis karena investor
melakukan mispricing terhadap harga saham, namun harga saham ini akan menjadi terbalik
mendekati nilai intrinsiknya setelah beberapa waktu.

Macam-macam bias kognitif:

1. Representativeness Bias: Keputusan investasi yang terlalu cepat tanpa analisa mendalam,
hanya mengandalkan pengalaman masa lalu yang dianggap dapat mewakili atau menjadi
acuan keputusan investasinya saat ini.
2. Anchoring & Adjustment Bias :Investor mengacu pada satu informasi tertentu sebagai
dasar pengambilan keputusan dan perubahan investasi.
3. Availability Bias :Keputusan investasi yang dilakukan semata - mata atas kemudahan
dan ketersediaan (apa yang paling mudah dan tersedia untuk dilakukan, itulah yang
menjadi keputusan akhir). Seringkali investor meyakini bahwa investor lain pun pasti
melakukan hal yang sama dengan dirinya. pengalaman investasi di masa lalu namun
melupakan dan tidak belajar dari kegagalan yang pernah terjadi.
4. Self - Attribution Bias:Investor menganggap keberhasilan investasi murni berkat
kemampuan dirinya sendiri dalam memprediksi dan menganalisa.Jika terjadi
kegagalan,investor akan selalu menyalahkan faktor eksternal.
5. Illusion of Control Bias: Investor percaya dirinya memiliki pengendalian penuh atas
tercapainya kinerja investasi yang dimiliki.
6. Conservatism Bias : Investor cenderung ‘memaksakan’ penilaian awal dan menyangkal
perubahan kondisi dan informasi yang terjadi atas investasinya. Hal ini membuat investor
lambat bereaksi terhadap informasi atau fakta terbaru.
7. Confirmation Bias (Selection Bias): Investor cenderung hanya mencari informasi yang
mendukung pandangannya atas keputusan investasi, dan mengabaikan informasi yang
bertentangan.
8. Mental Accounting Bias: Investor cenderung memisahkan keputusan yang sebenarnya
dapat dibuat secara bersama.
9. Hindsight Bias : Investor cenderung hanya mengingat dan melebihkan keberhasilan

4
Daftar Pustaka

Vhytamaharani (2013 Oktober). Noise

https://www.google.com/amp/s/vhytamaharani.wordpress.com/2013/10/12/noise (1
November 2019)

Tsancherif.(2018 Juli) .Bias Kognitif

https://tsancherif.com/bias-kognitif-teori-dan-apa-saja-jenis-serta-contohnya-di-sekitar-
kita/ (1 November 2019)

Nicoise (2015 November). Tentang Bias Kognitif

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.nicois.me/2015/1
1 (1 November 2019)

Anda mungkin juga menyukai