FINANCIAL BEHAVIOUR
Dosen Pengampu :
Dr. Siti Aisjah.
Disiapkan oleh :
Hanifa Bennu Nur | 197020200111015
1. Pengantar
Ada banyak faktor yang melatarbelakangi pengambilan keputusan para investor dalam
berinvestasi salah satunya adalah faktor psikologis. Faktor psikologis tersebut bahkan dinilai
dapat menyebabkan para investor melakukan hal yang tidak rasional dan tidak dapat diprediksi.
Terkadang emosi, sifat, pengetahuan, preferensi, serta berbagai macam hal yang melekat pada
diri manusia melandasi munculnya keputusan dalam bertindak. Hal tersebut membuat mereka
kehilangan kendali diri, di mana mereka menjadi terlalu percaya diri atau malah menjadi terlalu
pesimis.
Apa saja aspek psikologis yang mendasari pengambilan keputusan? Menurut Michael
M. Pompian, yang memengaruhi para investor dalam mengambil keputusan adalah aspek
kognitif dan emosi. Masalahnya, kedua aspek tersebut sangat mudah mengalami bias atau
penyimpangan.
a. Bias Kognitif
Kognisi adalah proses pemahaman, pengolahan, pengambilan kesimpulan atas suatu
informasi atau fakta. Sesuai namanya, bias kognitif menggambarkan adanya penyimpangan
atau berat sebelah yang disebabkan oleh informasi yang dimiliki oleh investor. Beberapa
ragam bias yang termasuk dalam bias kognitif ini adalah Representative bias, Anchoring and
Adjustment Bias, Availability Bias, Self Atribution Bias, Illusion of Control Bias, Conservatism
Bias, dll.
b. Bias Emosi
Emosi lebih menitikberatkan pada perasaan dan spontanitas dibandingkan fakta. Dengan
demikian, bias emosional menggambarkan kesalahan keputusan karena mengabaikan fakta.
Beberapa contoh ragam bias emosi ini adalah: Overconfidence Bias, Self Control Bias, dll.
Beberapa ragam bias tersebut, selanjutnya akan dibahas dalam tulisan ini.
2. Ragam Bias
Konsep bias lahir dari asumsi Behavioral Finance. Suatu kajian yang meyakini bahwa
ada pengaruh psikologis yang memengaruhi investor dalam pengambilan keputusan investasi.
Referensi
Bachmann, Cremenna, Enrico G. De Giorgi, Thorsten Hens, 2018, Behavioural Finance for
Private Banking: From the Art of Advice to the Science of Advice, Second Edition, John
Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.
Pompian, M. Michael, 2006, Behavioural Finance and Wealth Management: How to Build
Optimal Portfolios That Account for Investor Biases, John Wiley & Sons, Inc.
Artikel
Sebagai contoh, warisan Roger Smith, CEO General Motors dari 1981 hingga 1990 dan
CEO yang terlalu percaya diri. Smith percaya bahwa pabrik yang sepenuhnya
menggunakan robot adalah masa depan produksi mobil. Pabrik tanpa kehadiran manusia
akan memungkinkan GM untuk memotong biaya dan mengurangi tenaga kerja
perusahaan. Dia menginvestasikan $ 40 miliar untuk mengotomatisasi pabrik GM. Visinya
menyebabkan PHK besar-besaran di GM. Ini juga memicu tanggapan negatif dari analis
bisnis dan insinyur yang sama-sama tidak percaya teknologi cukup maju untuk aplikasi
praktis. Persepsi luar terbukti benar. Hasil dari proyek kesayangan Smith adalah pabrik di
mana 'robot-robot itu sering mulai saling memecah belah, menghancurkan mobil,
menyemprot cat di mana-mana atau bahkan memasang peralatan yang salah'. Ironisnya,
perpindahan ke pabrik yang disamaratakan akhirnya meningkatkan kebutuhan akan
tenaga kerja manusia untuk 'Baby-sit' robot dan melakukan perbaikan ketika mereka
rusak. Sekitar 20 tahun kemudian, banyak robot tetap tidak digunakan. Peneliti
menangkap ketidaksesuaian dalam keyakinan antara CEO dan pasar yang
didokumentasikan dalam kasus GM.