Anda di halaman 1dari 7

BIAS OVERCONFIDENCE

Overconfidence adalah jenis bias yang mengarahkan pada kesalahan prediksi karena
orang yang mengalami overconfidence akan merasa mampu melakukan analisis dan memiliki
pengetahuan yang pada kenyataannya tidaklah demikian. Oleh karena itu, bias ini sangat
berbahaya apabila dialami oleh investor. Karena akan mengarahkan pada perilaku sok tahu
dan sok pintar sehingga dalam proses prediksi untuk membuat keputusan transaksi akan
keliru. Dan hal ini akan bukan saja akan mengakibatkan penyimpangan risiko melainkan juga
dapat menimbulkan bias psikologi lainnya seperti regreat aversion dan lain-lainnya. Oleh
karena itu, investor perlu memikirkan ulang dengan cermat ketika membuat keputusan
keuangan yang tercermin dalam posisi bertransaksi.
Menganut pandangan positif yang tidak realistis tentang diri seseorang dan kinerja
seseorang. Ada kalanya, seorang perunding terlalu yakin bahwa taktik dan ancamannya jitu,
bahwa lawan akan segera menurunkan tuntutan atau memberi banyak konsesi, serta bahwa ia
akan menang.  Merasa di atas angin, perunding enggan menurunkan tawaran dan memberi
konsesi.  Dan karena tidak mengantisipasi kegagalan, ia pun tidak membuat rencana
cadangan. 
Perunding yang terlalu PD biasanya hanya berorientasi pada perolehan
sendiri. Perunding yang berorientasi pada perolehan bersama cenderung melihat “both sides
having equally strong cases” sehingga tidak serta merta melihat diri sendiri sebagai “yang
pantas menang” atau “yang akan menang mudah”.

Dalam literatur psikologi overconfidence dapat diartikan sebagai keyakinan bahwa


distribusi probabilitas prediksi seseorang lebih tinggi dari sesungguhnya. Sedangkan dalam
berbagai literatur keuangan, overconfidence didefinisikan sebagai penaksiran yang terlalu
tinggi (overestimating) dalam menilai suatu financial aset (Odean (1998), Gervais and Odean
(2001).
Glaser and Weber (2003) mengatakan bahwa ada tiga aspek atau elemen
dari overconfidence yaitu :
a. Miscalibration yaitu probabilitas subyektif akan lebih tepat daripada probabilitas yang
sesungguhnya.
b. Better-than-average effect yaitu orang cenderung berpikir bahwa dia memiliki kemampuan
yang di atas rata-rata.
c. Illusion-of-control  yaitu suatu keyakinan yang lebih dalam hal kemampuan untuk
memprediksi atau hasil yang lebih memuaskan ketika seseorang memiliki keterlibatan yang
lebih di dalamnya.
Lichtenstein dan Fischhoff (1977) mengatakan bahwa
fenomena overconfidence  merupakan kecenderungan pengambil keputusan tanpa disadari
untuk memberi bobot penilaian yang berlebihan pada pengetahuan dan akurasi informasi
yang dimiliki serta mengabaikan informasi publik yang tersedia. Pompian (2006) mengatakan
bahwa kesalahan - kesalahan yang biasanya muncul sebagai akibat adanya
perilaku overconfidence  dalam kaitannya dengan investasi di pasar keuangan adalah sebagai
berikut :
1. Overconfidence dapat menyebabkan investor melakukan excessive trading (perdagangan /
transaksi yang terlalu berlebihan) sebagai efek dari keyakinan bahwa mereka memiliki
pengetahuan khusus yang sebenarnya tidak mereka miliki.
2. Overconfidence menyebabkan investor menjadi overestimate (menaksir terlalu tinggi)
kemampuannya dalam mengevaluasi suatu investasi.
3. Overconfidence dapat menyebabkan investor menjadi underestimate (menaksir terlalu
rendah) terhadap adanya risiko dan cenderung mengabaikan risiko.
4. Overconfidence menyebabkan investor memiliki kecenderungan tidak mendiversifikassi
portofolio investasinya.
Cheng (2007) mengatakan bahwa overconfidence  merupakan karakteristik yang
paling umum ditemui dalam diri manusia yang merefleksikan kecenderungan seseorang
untuk menaksir terlalu tinggi (overestimate) terhadap kemampuannya, kemungkinannya
untuk berhasil dan probabilitas bahwa seseorang tersebut akan memperolehoutcomes yang
positif serta akurasi dari pengetahuan yang dimiliki.
Dalam model teoritis investor overconfident melebih-lebihkan presisi pengetahuan
mereka tentang nilai dari sebuah keamanan financial. Odean (1998) menunjukkan bahwa
perdagangan investor overconfident lebih dari investor rasional dan melakukan hal itu
menurunkan utilitas rata-rata mereka, karena investor terlalu percaya perdagangan terlalu
agresif ketika mereka menerima informasi tentang nilai dari keamanan. Jadi
investoroverconfident lebih kuat dalam penilaian mereka sendiri dan kepedulian sendiri
kurang dengan keyakinan orang lain.
Investor yang baru-baru ini telah meningkatkan keberhasilan overconfidence mereka
akan melakukan perdagangan lebih aktif dan lebih spekulatif. Karena mereka mengantisipasi
bahwa upaya beralih ke online trading akan diamortisasi selama perdagangan yang lebih,
para investor lebih cenderung untuk online. Biais et.al (2002) yang menemukan bahwa
perilaku overconfidence  menyebabkan kecenderungan investor untuk berinvestasi pada
saham-saham yang tidak memberikan keuntungan (unprofitable investment).
Daniel et.al (1998) juga menyimpulkan bahwa secara rata-rata
perilaku overconfidence  di pasar keuangan akan menyebabkan kerugian, namun dalam
beberapa kasus tertentu investor dengan perilaku overconfidence akan menghasilkan return
yang melebihi investor rasional.

Dalam praktek investasi, overconfidence terbagi menjadi:


1. Overconfidence prediksi
Inverstor terlalu percaya diri terhadap harga yang ia prediksi sendiri. Tetapi ternyata hasil
yang mereka dapat tidak sesuai dan tidak tepat.
2. Overconfidence kepastian
Terjadi dalam situasi kehidupan sehari-hari dan sering terjadi dalam praktek investasi. Para
investor cenderung memiliki banyak keyakinan dan ketepatan pertimbangan yang mereka
ciptakan sendiri.
3. Overconfidence portofolio
Investor percaya bahwa portofolio yang ia miliki akan mendatangkan keuntungan
atau return yang optimal. Mereka akan menunggu dan terus memantau sampai portofolionya
membawa keuntungan yang abnormal. Oleh karenanya, sering sekali mereka mengabaikan
harga-harga saham diluar portofolio tersebut. Padahal, kondisi lingkungan internal dan
eksternal sangat berpengaruh pada fluktuasi harga.
Untuk mengatasi efek dari bias overconfidence, terdapat cara yang bisa dilakukan
yaitu dengan melakukan uji diagnostik untuk memprediksi overconfidence. Penasihat
keuangan dapat melakukan pengujian kepada para kliennya dengan uji ini. Setelah
melakukan uji tersebut akan terlihat hasilnya. Para klien akan diberikan beberapa macam
pertanyaan yang berhubungan dengan ekspektasi dan keyakinannya terhadap saham atau
portofolio yang mereka miliki. Kemudian dibahas dan akan diberikan beberapa saran.
Saran untuk mengurangi overconfidence:
1. Perdagangan yang berlebih
Saat klien menunjukkan terlalu banyak aktivitas perdagangan. Saran terbaik yaitu meminta
klien untuk menjaga frekuensi setiap perdagangan dan memperhitungkan laba.
2. Meremehkan risiko penurunan
Saran yang terbaik yaitu, meninjau kembali kepemilikan investasi untuk kinerja yang
berpotensi buruk, memberikan salah satu contoh penelitian praktisi kepada klien yang
menunujukkan bagaimana rapuhnya pasar itu sebenarnya.
3. Portofolio yang tidak dipisahkan
Kadang investor terlalu yakin akan portofolio yang mereka miliki. Padahal belum tentu
portofolio tersebut membawa mereka pada keuntungan. Penasihat keuangan dapat
memberikan saran untuk melakukan strategi-strategi pencegahan.
SELF ATRIBUTION BIAS

Bias atribusi diri mengacu pada kecenderungan individu untuk menganggap


kesuksesan mereka pada aspek bawaan, seperti bakat atau pandangan ke depan, sementara
lebih sering menyalahkan kegagalan pada pengaruh dari luar, seperti nasib buruk. Siswa yang
lulus dengan baik dalam ujian, misalnya, mungkin menghargai kecerdasan mereka sendiri
atau etika kerja, sementara yang gagal mungkin mengutip penilaian yang tidak adil.
Demikian pula, para atlet sering kali beralasan bahwa mereka hanya tampil untuk
mencerminkan kemampuan atletik superior mereka jika mereka memenangkan pertandingan,
tapi mereka mungkin menuduh panggilan tidak adil oleh wasit saat mereka kalah dalam
permainan.
ILLUSION CONTROL

Illusion of control diartikan sebagai menaksir terlalu tinggi control terhadap hasil.
Illusion of control dideskripsikan sebagai suatu keyakinan yang lebih dalam hal
kemampuan untuk memprediksi atau hasil yang lebih memuaskan ketika seseorang memiliki
keterlibatan yang lebih di dalamnya ( Langer dan Roth : 1975). Istilah illusion of control sendiri
pertama kali dikemukakan oleh Langer pada tahun 1975 dalam journal of Personality and
Social Psychology. Illusion of control dapat diartikan sebagai fenomena dimana seseorang
percaya bahwa dia (seakan-akan) bisa mengendalikan lingkungan sekitarnya walaupun pada
kenyataan yang sebenarnya tidak (Langer,1975). Di masa lalu banyak investor
mempercayakan dananya kepada salah satu institusi keuangan, dan keputusan menempatkan
investasi diambil oleh manajer investasi profesional.Sekarang investor lebih memilih untuk
mengambil keputusan sendiri berdasarkan interpretasi yang diyakininya benar. Semakin
tinggi illusion of control semakin sering atau semakin aktif investor dalam mengambil
keputusan investasi.
Bias ini disebabkan oleh karena adanya optimis yang berlebihan, dalam arti bahwa
memiliki keyakinan yang tidak realistis atau melebih-lebihkan dalam memprediksi kondisi
dimasa yang akan datang. Adapun beberapa factor yang mempengaruhi munculnya aspek ini
yaitu keterlibatan secara aktif dimana apabila seseorang terlibat secara aktif dengan
keputusan keuangan yang diambil maka orang tersebut berkecendrungan merasa mampu
mengontrol hasil keputusan yang diambil. Kedua, jika seseorang sudah familiar akan
keputusan keuangan yang diambil maka akan menyebabkan perilaku menyepelekan
ketidakpastian dan yang ketiga yaitu apabila seseorang merasa memiliki informasi yang
handal maka individu tersebut cenderung merasa mampu mengontrol hasil dari keputusan
yang dieksekusi, sehingga apabila dikaitkan dengan pengambilan keputusan keuangan akan
mengakibatkan perilaku yang menyepelekan ketidakpastian atau resiko dalam berinvetasi
saham.
Investor pasar modal saat ini cenderung melakukan sendiri transaksi portofolio
mereka. Jika dalam beberapa tahun lalu para investor biasanya mempercayakan investasi
mereka kepada manajer portofolio, saat ini mereka cenderung melakukan sendiri. Landasan
dasar prilaku investor ini didasari oleh dua asumsi, yaitu mereka cenderung beranggapan
dapat membuat keputusan yang rasional, serta keyakinan mereka atas prediksi yang dibuat.
SELF CONTROL

Secara sederhana, bias pengendalian diri adalah kecenderungan perilaku manusia


yang menyebabkan orang mengkonsumsi hari ini dengan mengorbankan tabungan untuk hari
esok. Uang adalah area di mana orang terkenal karena tidak memiliki kontrol diri. Sikap
terhadap pembayaran pajak memberikan contoh yang umum. Bias kendali diri juga dapat
digambarkan sebagai konflik antara keinginan menyeluruh dan ketidakmampuan manusia,
yang berasal dari kurangnya disiplin diri, untuk bertindak secara konkret dalam mengejar
hasrat tersebut. Berinvestasi tidak berbeda. Tantangan utama berinvestasi adalah menabung
cukup uang untuk masa pensiun.
Isu utama yang berkaitan dengan pengendalian diri adalah kurangnya kemampuan
menabung untuk masa pensiun. Selain itu, ada beberapa perilaku pengendalian diri lainnya
yang dapat menyebabkan kesalahan investasi.

Anda mungkin juga menyukai