Disusun Oleh: Aditya Laksmana S. (1206184952) Bima Ruditya S. (1206185450) Estie Nurina (1206185886) Etgar R. Equator (1206185892) Hanif A. Widyanto (1206186232)
Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta 2013
ii
Daftar Isi
Sinopsis Kasus ........................................................................................1 Identifikasi Masalah .................................................................................3 Analisa dan Pembahasan Masalah .........................................................5 Kesimpulan dan Saran ............................................................................8 Lessons Learned .....................................................................................9 1
I. Sinopsis Kasus Seiring dengan perkembangan zaman, peran transportasi menjadi sangat penting karena masalah jarak dan waktu seringkali dihadapi oleh setiap orang dalam menjalani kesibukannya sehari-hari. Menanggapi masalah ini, Southwest Airlines hadir sebagai maskapai penerbangan yang memberikan alternatif dan solusi dimana banyak orang menginginkan kemudahan dan kecepatan dalam transportasi dengan harga yang terjangkau. Southwest Airlines (Southwest Airlines) adalah salah satu maskapai penerbangan Amerika yang berbasis di Dallas. Rollin King dan Herb Kelleher, pendiri dari Southwest Airlines, menyatakan keinginannya untuk membuat suatu maskapai penerbangan yang akan mengubah pandangan umum masyarakat terhadap maskapai penerbangan. Southwest Airlines didirikan pada tahun 1967 dengan menyediakan layanan penerbangan yang berbeda dengan kebanyakan penerbangan lainnya, antara lain: 1) Southwest Airlines dan Harga Tiket Murah Seperti yang kita ketahui, pesawat merupakan salah satu alat transportasi umum dengan ongkos/harga yang cenderung mahal. Hal ini dimanfaatkan oleh Southwest Airlines dengan menawarkan harga yang lebih terjangkau sebagai competitive advantage mereka. Tentunya model bisnis dengan menawarkan tiket penerbangan murah ini tidak diperoleh dengan mudah, melainkan dengan menghilangkan beberapa biaya pengeluaran operasional sehari- hari. Adapun cara-cara yang dilakukan untuk menyiasati harga tiket mereka adalah sebagai berikut: a) Tidak Menyediakan Makanan Southwest Airlines tidak menyediakan makanan pada penerbangan mereka dengan kompensasi penumpang diperbolehkan untuk membawa makanan mereka masing- masing. Beberapa penumpang melihat hal ini sebagai kelebihan 2
dimana mereka dapat mengatur sendiri makanan yang akan mereka bawa pada penerbangan. b) Bandara Penunjang sebagai Tujuan Penerbangan Southwest Airlines melayani penerbangan dengan tujuan bandara-bandara penunjang yang cenderung tidak sepadat bandara utama. Selain mengurangi kepadatan lalu lintas udara, hal ini merupakan keunggulan lain dari Southwest Airlines karena penumpang cenderung untuk lebih menghindari suasana yang padat dan penuh kesibukan. c) Menggunakan Satu Jenis Pesawat untuk Semua Penerbangan Southwest Airlines menggunakan Boeing 737 untuk semua penerbangan mereka untuk meminimalisir biaya pelatihan dan pemeliharaan atas semua pesawat. Dengan hanya memiliki satu jenis pesawat, Southwest Airlines dapat memaksimalkan pengetahuan teknis serta penggunaan fungsi pesawat kepada semua crew. d) Menerapkan sistem point-to-point Tidak seperti kebanyakan maskapai yang menerapkan sistem hub dimana semua penerbangan harus diarahkan menuju bandara hub untuk kemudian dialihkan menuju penerbangan lain, Southwest Airlines menggunakan sistem point-to-point yang lebih efisien dan mengurangi biaya untuk sistem pemesanan. e) Peniadaan Sistem Transfer Bagasi antar Maskapai Dengan sistem penerbangan point-to-point, Southwest Airlines dapat meniadakan sistem pemindahan bagasi antar maskapai (interlining) sehingga penumpang dengan barang di bagasi yang ingin melanjutkan perjalanan dengan jasa maskapai lain harus mengambil bagasi dan melakukan recheck-in.
3
f) Tidak Melayani Pemesanan Kursi Berbeda dengan kebanyakan maskapai lainnya, Southwest Airlines tidak melayani pemesanan kursi melainkan menerapkan sistem first-come, first-served. 2) Southwest Airlines dan Hubungan Perusahaan-Karyawan- Penumpang Dengan berbagai usaha untuk meminimalisir biaya operasional, Southwest Airlines lebih mengutamakan pendekatan personal yang baik antara perusahaan dengan karyawan/crew dan karyawan/crew dengan penumpang. Coleen Bennet, Presiden merangkap COO Southwest Airlines, sangat mengutamakan pendekatan personal kepada karyawan demi memaksimalkan kinerja mereka, sehingga dapat menyediakan kualitas pelayanan terbaik kepada penumpang. Happy customers come from happy employee. II. Identifikasi Masalah Permasalahan utama yang dihadapi oleh Southwest Airlines dalam mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) mereka adalah ancaman (threat) kehilangan penumpang loyal kepada para pesaing. Hal ini dapat terjadi jika Southwest tidak mampu menyelesaikan beberapa permasalahan yang mereka hadapi, antara lain: 1) Recheck-in Bagasi Sebagai bagian dari strategi simplicity mereka, penumpang yang akan melanjutkan penerbangan berikutnya (connecting flights) harus mengambil bagasi mereka dari penerbangan sebelumnya dan melakukan check-in bagasi kembali (recheck-in) untuk penerbangan berikut. Hal ini menyebabkan penumpang Southwest tidak merasakan kenyamanan transfer bagasi (interlining) yang dirasakan penumpang maskapai lain.
4
2) Tidak Ada Opsi Pemesanan Kursi Southwest tidak menetapkan kursi (assign seats) untuk penumpang, namun menggunakan metode siapa cepat dia dapat. Hal ini berbeda dengan maskapai lain yang menerapkan sistem kelas premium, fasilitas bagi penumpang reguler (frequent flyers), dan kelas ekonomi. Dalam penetapan kursi, penumpang Southwest diperlakukan sama (egaliter) tanpa preferesi khusus, terlepas dari fakta apakah dia merupakan frequent flyers atau tidak. Hal ini berpotensi menimbulkan masalah karena calon penumpang dapat beralih ke maskapai lain yang menawarkan opsi untuk memilih kursi sendiri (dengan tambahan biaya). 3) Rapid Rewards Berdasarkan Jumlah Perjalanan Tidak seperti maskapai lain yang menerapkan rewards berdasarkan jumlah jarak tempuh perjalanan (mileage), Southwest menerapkan rewards berdasarkan jumlah perjalanan (16 penerbangan satu-arah mendapatkan bonus 2 penerbangan satu-arah). Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi penumpang ketika dibandingkan dengan sistem reward berdasarkan mileage yang diterapkan maskapai lain. 4) Tidak Ada Perlakuan Khusus Bagi Frequent Flyers Pemegang Tiket Restricted Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penumpang Southwest diperlakukan setara tanpa melihat apakah dia merupakan frequent flyers atau tidak. Hal ini menyebabkan banyak pelanggan loyal yang menggunakan tiket restricted 1 sering menuntut perlakuan khusus ketika datang telat, agar diberikan preferential treatment melalui jatah kursi kosong di penerbangan berikut secara cuma-cuma. Namun, Southwest memilih untuk membiarkan kursi (full-fare) kosong daripada memberikannya kepada frequent flyers pemilik tiket restricted yang telat.
1 Tiket restricted adalah tiket dengan harga lebih rendah dari unrestricted dan pada umumnya bersifat tidak dapat diuangkan kembali, namun dengan tanggal yang dapat diubah dengan biaya tambahan. 5
5) Kompetisi Ketat Industri Penerbangan Tahun 2001 merupakan saat yang cukup berat bagi industri penerbangan, terutama setelah kejadian serangan teroris 9/11 (11 September 2001). Southwest selalu membukukan keuntungan selama 28 tahun terakhir, namun dengan kondisi yang tidak mendukung saat itu, perusahaan perlu memikirkan kembali strategi egaliter mereka. Tidak untuk mengubah total, namun hanya perlu dilakukan modifikasi dan inovasi dalam layanan yang diberikan. Hal ini tentunya diharapkan dapat menjadikan pelanggan tetap loyal kepada mereka. III. Analisa dan Pembahasan Masalah Jasa (service) merupakan suatu hal yang unik, hal ini didasari karena karakteristik jasa, yaitu: Intangibility: jasa tidak dapat diraba, dipegang, dilihat, namun dapat dirasakan, oleh karena itu jasa merupakan sebuah pengalaman, dimana perasaan itu berasal dari pengalaman menggunakan jasa tersebut; Perishability: jasa tidak dapat disimpan dan langsung habis setelah digunakan; Inseparability: jasa tidak dapat dipisahkan dari pemberi jasa itu sendiri; dan Variability: jasa sangat heterogen dan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Dalam kasus Rapid Rewards at Southwest Airlines, dapat dilihat bahwa Southwest Airlines merupakan penyedia jasa penerbangan dengan concept low cost air carrier, dimana Southwest Airlines menyediakan alternatif bagi para pengguna jasa penerbangan untuk terbang lebih murah jika dibandingkan dengan maskapai penerbangan lainnya. Namun, keunggulan Southwest Airlines bukan semata-mata karena harganya yang murah, tetapi juga karena pelayanan yang mereka 6
berikan sesuai dengan misi dari perusahaan, yaitu Dedication to the highest quality of customer service delivered with a sense of warmth, friendliness, individual pride, and company spirit. Dapat dilihat bahwa ada 2 competitive advantage yang dimiliki oleh Southwest Airlines, yaitu harga yang murah dan excellent service. Laporan keuangan dari Southwest Airlines telah membuktikan bahwa competitive advantage yang mereka miliki memberikan hasil yang luar biasa. Akan tetapi industri jasa penerbangan merupakan industri yang amat ketat, dimana setiap maskapai mencoba memaksimalkan segala keunggulan dan sumber daya yang mereka miliki untuk memperoleh kursi yang penuh di setiap penerbangan. Dalam studi kasus ini teridentifikasi beberapa masalah yang dialami oleh Southwest Airlines: Pertama, Recheck-in Baggage, untuk memotong biaya dan sesuai dengan nilai perusahaan yaitu simplicity, Southwest Airlines tidak melakukan interlining yang mengakibatkan setiap kali para penumpang hendak berpindah penerbangan, mereka harus mengambil kembal i bagasi mereka dan menggotong-gotong bagasi tersebut untuk kemudian dilakukan recheck-in pada penerbangan berikutnya. Hal ini tentunya akan menyulitkan bagi penumpang yang akan menempuh penerbangan jauh dan penerbangan tersebut harus berhenti di beberapa titik, dimana penumpang tersebut harus kembali mengambil bagasinya beberapa kali dan kemudian melakukan recheck-in di setiap bandara yang dilalui. Akan tetapi masalah ini sebenarnya tidak telalu berdampak, karena pada dasarnya para pengguna Southwest Airlines adalah mereka yang berpergian dalam jarak dekat. Pada Exhibit 3 Case Study juga terlihat bahwa ternyata dengan system recheck-in baggage yang dilakukan, Southwest Airlines memiliki kesalahan penanganan bagasi per seribu penumpang sebesar 5,07, di bawah rata-rata industri sebesar 5,29 per seribu penumpang. 7
Artinya, metode recheck-in baggage yang diterapkan oleh Southwest Airlines ini memberikan dampak positif yang lebih banyak jika dibandingan efek negatif yang mungkin timbul. Kedua, masalah lain yang utama adalah Southwest Airlines tidak banyak memberikan pilihan bagi para frequent customer-nya. Selama ini, bonus dari rapid rewards adalah para penumpang dapat memperoleh tiket gratis, dimana skema tersebut sebenarnya sudah cukup baik. Jika kita menggunakan Gap Analysis, dapat dilihat bahwa sebenarnya terjadi Gap antara Customer Expectation dengan Management Perception dalam menangani para frequent customer-nya. Selama ini pihak manajemen Southwest Airlines merasa customer sudah cukup puas jika diberikan tiket gratis setelah mereka terbang beberapa kali dengan Southwest Airlines.
8
Namun, ternyata dalam studi kasus ini para frequent flyer memiliki keinginan yang berbeda, seperti mendapatkan privilege tempat duduk, serta jika terjadi keterlambatan mereka dapat langsung menggunakan penerbangan berikutnya tanpa biaya tambahan. Untuk masalah ini, sebenarnya Southwest Airlines dapat memberikan beberapa pilihan bagi customer untuk menggunakan point dari Rapid Rewards yang dimiliki: Preferred seats: para customer dapat menggunakan point rapid rewards yang mereka miliki untuk memilih tempat duduk yang mereka inginkan, atau bagi yang belum memiliki point rapid rewards, dapat membayar biaya tambahan, contohnya $15 untuk memilih tempat duduk yang mereka inginkan. Restricted fair tickets: seorang customer yang tertinggal dari pesawat yang seharusnya, dapat langsung terbang dengan menggunakan penerbangan berikutnya tanpa dipungut biaya, jika dia menggunakan point rapid rewards yang dimilikinya. Inti dari rewards ini sebenarnya ada 2; More usage: artinya kita merangsang para penumpang untuk lebih sering menggunakan Southwest Airlines. Customer appreciation: kita menginginkan agar para penumpang loyal Southwest Airlines merasa dihargai oleh pihak manajemen. Dengan demikian diharapkan para loyal customer dari Southwest Airlines tidak akan berpindah. Sebab, berbeda dengan barang yang jika rusak dapat diganti, sebuah pengalaman dari jasa yang tidak menyenangkan akan tetap melekat pada seorang customer. IV. Kesimpulan dan Saran Dalam setiap perusahaan, baik perusahaan manufaktur maupun jasa, strategi yang ditetapkan oleh suatu perusahaan tidak bisa terus menerus diterapkan. Pimpinan perusahaan diharapkan jeli dalam menangkap perubahan yang terjadi di pasar. Mereka harus dapat membuat berbagai inovasi yang logis dan sejalan dengan permintaan 9
serta kebutuhan konsumen terhadap barang dan jasa dengan tetap memperhatikan strategi dan core competence perusahaan. Berdasarkan The Service Triangle 2 , diketahui bahwa The Customer adalah inti (core) dari setiap perusahaan. Perusahaan dapat terus beroperasi karena adanya: (1) customer; (2) suatu sistem yang terintegrasi dengan baik; (3) para pegawai; dan (4) serta fasilitas yang tersedia. Demikian pula halnya seperti yang terjadi pada Southwest Airlines untuk dapat terus beroperasi. Southwest Airlines perlu memodifikasi strategi egalitarian-nya, tanpa menghilangkan core compentence dari Southwest Airlines sendiri. Core competence dari Southwest Airlines adalah Friendliness, Egalitarian, On-Time Performance, dan Low Cost, yang membuatnya lebih unggul dari semua maskapai penerbangan lain. Di antaranya adalah dengan memberikan pelayanan prioritas tempat duduk, dan pengurusan jadwal penerbangan bagi pelanggan yang tertinggal. V. Lessons Learned Kepuasan konsumen merupakan tujuan utama dari industri pelayanan jasa maupun industri lainnya. Hal ini sangat dibutuhkan dalam industri jasa dimana para konsumen terlibat langsung dalam proses operasional perusahaan. Dalam sebuah sistem operasi suatu perusahaan, harus dilakukan continuous improvement untuk menyesuaikan kebutuhan dan
2 Menurut The Service Triangle, pusat dari pada service itu sendiri adalah customer, yang didukung oleh service strategy, employees dan support systems. Pelanggan seharusnya menjadi poin utama dalam setiap keputusan dan tindakan perusahaan yang menawarkan jasa.
10
keinginan konsumen atau pelanggan. Hal ini penting dilakukan dalam rangka mempertahankan pelanggan. Perusahaan juga perlu melakukan inovasi untuk menghindari kejenuhan pasar yang akan dialaminya. Selain itu, Southwest Airlines dituntut untuk melakukan evaluasi terhadap prosedur kerja karyawannya, dimana salah satunya adalah dengan job description. Hal ini akan membuat tugas dan fungsi masing- masing karyawan jelas dan sudah dibagi sesuai dengan porsinya masing-masing, sehingga tidak ada tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.