KELOMPOK V
1. Rizky Oktaria (NIM : 2020015308)
2. Roni Sugeng N (NIM: 2020015311)
3. Surono (NIM: 2020015314)
4. Nining Puji Lestari (NIM: 2020015327)
5. Masrur (NIM: 2020015414)
Latar Belakang
Investasi merupakan suatu pengorbanan yang dilakukan seorang investor pada saat
sekarang untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang dengan
mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi.
Dewasa ini perilaku investor sudah tidak sepenuhnya seperti yang dijelaskan oleh teori
keuangan klasik. Pada kenyataannya investor dalam melakukan investasi tidak saja
hanya menggunakan estimasi atas prospek dari investasi nya, tetapi faktor psikologi
juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan dalam menentukan investasi tersebut.
1. Behavioral Finance adalah penggabungan antara ekonomi klasik dan keuangan dengan
psikologi dan ilmu pengambilan keputusan, dan perlu diketahui bahwa ilmu pengambilan
keputusan juga berkembang mengikuti perkembangan zaman, sehingga penerapan teori
ekonomi klasik yang relatif bersifat baku, berbeda-beda seiring dengan perkembangan
zaman.
2. Behavioural Finance adalah suatu percobaan untuk menjelaskan apa penyebab beberapa
anomali-anomali keuangan yang sudah terlihat dan dibukukan dalam literasi keuangan.
3. Behavioral Finance adalah suatu bidang studi yang menjelaskan bagaimana investor
secara sistematis membuat judgement yang salah atau “mental mistakes”.
Faktor Psikologis Investor dalam Mengambil Keputusan
1. Bias Kognitif
Kognisi adalah proses pemahaman, pengolahan, pengambilan kesimpulan atas suatu informasi atau
fakta. Sesuai namanya, bias kognitif menggambarkan adanya penyimpangan atau berat sebelah yang
disebabkan oleh informasi yang dimiliki oleh investor.
1. Representativeness Bias
Investor mengambil keputusan investasi terlalu cepat tanpa analisis mendalam. Umumnya
investor hanya mengandalkan pengalaman masa lalu yang dianggap dapat menjadi acuan
keputusan investasinya saat ini.
Investor hanya mengacu pada satu informasi tertentu sebagai dasar pengambilan keputusan
investasi.
3. Availability Bias
4. Self-Attribution Bias
Berbeda dengan bias kognitif yang berfokus pada informasi dan pengetahuan. Emosi lebih menitik
beratkan pada perasaan dan spontanitas dibandingkan fakta. Dengan demikian, bias emosional
menggambarkan kesalahan keputusan karena mengabaikan fakta.
1. Overconfidence Bias
Keputusan investasi dilakukan karena kepercayaan diri investor yang terlalu berlebihan
atas prediksi dan informasi yang dimilikinya.
Investor merasa dampak kerugian investasi lebih besar dibandingkan kepuasan atas
keuntungan investasi. Akibatnya, investor rela untuk terus mempertahankan investasi yang
tidak menguntungkan.
3. Self-Control Bias
Investor tidak disiplin terhadap proses dan tujuan investasi yang telah dibuatnya sendiri.
4. Status-Quo Bias
Perasaan nyaman yang dirasakan investor membuatnya tidak mau mengubah atau melakukan penyesuaian investasi.
5. Endowment Bias
Investor menilai investasi dari sisi sentimental (intangible), dan mempertahankannya apapun kondisinya.
6. Regret-Aversion Bias
Investor takut mengambil keputusan investasi karena takut akan dampak yang tidak diharapkan yang mungkin terjadi.
7. Greed Bias
Keinginan untuk terus mendapatkan keuntungan, meskipun harus melampaui batas kemampuan investasi yang
dimiliki oleh investor.
Hal yang harus diperhatikan Investor agar tidak
salah mengambil keputusan
1. Melakukan analisis informasi yang komprehensif.
Analisis yang dilakukan antara lain adalah dengan mempelajari laporan keuangan fundamental
perusahaan, serta mengevaluasi kinerja bisnis perusahaan. Tujuannya tak lain agar keputusan
investasi yang diambilnya dapat memberikan kepuasan yang optimal.
Sebelum memilih instrumen investasi, perlu melakukan analisis sederhana mengenai profil risiko
pribadi investor. Profil risiko bisa menjadi tolak ukur kesiapan investor untuk menerima kerugian
yang mungkin terjadi dalam berinvestasi. Salah satu prinsip investasi adalah High Risk High
Return, yang berarti semakin tinggi risiko yang dihadapi, semakin besar pula keuntungan yang di
peroleh. Investor pun dapat mengukur tingkat toleransi maksimal terhadap risiko sebuah investasi.
3. Alokasi Aset Strategis
Alokasi aset strategis ialah metode pengalokasian sejumlah porsi aset sesuai dengan
perumusan investasinya. Perumusannya dilakukan sesuai dengan menimbang tujuan investasi
setiap investor, mempertimbangkan horizon waktu, toleransi terhadap risiko, dan imbal hasil
yang diharapkan.