Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TUGAS BESAR 2

BEHAVIOURAL FINANCE DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


INVESTASI

Disusun Oleh:
Reza Rohman Hakim
43120010150

Dosen Pengampu:
Sudjono, Dr., M.Acc

PROGRAM STUDI MANAGEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur, kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat dan rahmat-Nya, penulis berhasil menyelesaikan Makalah berjudul
"Behavioural Finance dalam Proses Pengambilan Keputusan Investasi" tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk keperluan akademis, dirancang secara sistematis agar memudahkan
rekan mahasiswa memahami isinya. Meski menyadari kekurangannya, dengan rendah hati,
penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran guna meningkatkan kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, semoga makalah ini bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan menjadi referensi berharga dalam mata kuliah
Behavioural Corporate Finance.
DAFTAR ISI

MAKALAH....................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................................................4
1.2 Batasan Masalah................................................................................................................................5
1.3 Rumusan masalah..............................................................................................................................5
1.4 Tujuan................................................................................................................................................5
1.5 Manfaat.............................................................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................................................7
2.1 Grand Theory.....................................................................................................................................7
2.2 Studi dan penelitian terdahulu..........................................................................................................8
2.3 Hipotesis............................................................................................................................................9
BAB III........................................................................................................................................................10
3.1 Penerapan........................................................................................................................................10
3.2 Perbandingan antara Teori dan praktek...........................................................................................11
3.3 Pembahasan....................................................................................................................................11
BAB IV........................................................................................................................................................14
4.1 Kesimpulan:.....................................................................................................................................14
4.2 Saran:...............................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Teori keuangan standar mengasumsikan bahwa para investor adalah rasional, memiliki
kemampuan mengidentifikasi dan mengolah informasi secara tepat sehingga memperoleh pilihan
portofolio yang optimal. Pada kenyataanya, tiap individu berkembang dengan memiliki perilaku
psikologi yang berbeda-beda dan mengakibatkan kita melakukan suatu tindakan tertentu
terhadap suatu kejadian. Perilaku ini mempengaruhi cara investor menyaring informasi yang
didapat setiap harinya. Perilaku tersebut juga memberikan pengaruh terhadap cara investor
menggunakan serta mengartikan informasi tersebut dalam mengambil keputusan.
Behavioral finance adalah suatu pendekatan dalam ilmu keuangan yang mempelajari cara
psikologi dan emosi manusia mempengaruhi keputusan finansial, termasuk keputusan investasi.
Dalam konteks pengambilan keputusan investasi, behavioral finance mengakui bahwa para
investor tidak selalu bertindak secara rasional atau memperhitungkan informasi secara optimal.
Sebaliknya, keputusan investasi seringkali dipengaruhi oleh bias kognitif, emosi, dan perilaku
manusia.
Pada kenyataannya, setiap individu berkembang dengan memiliki perilaku psikologis yang
berbeda beda yang mengakibatkan kita melakukan suatu tindakan tertentu terhadap suatu
kejadian. Perilaku ini mempengaruhi car akita menyaring informasi yang kita dapat setiap
harinya. Perilaku tersebut juga memberikan pengaruh terhadap car akita menggunakan serta
mengartikan informasi tersebut dalam mengambil keputusan. Kalau perilaku emosi yang salah
terbawa dalam Keputusan investasi dampaknya bisa sangat negatif terhadap kekayaan kita.
Daniel Kahneman dan Amos Tversky memberikan pandangan baru mengenai behavioral
finance pada tahun 1980-an. Secara spesifik, behavioral finance adalah studi yang mempelajari
bagaimana psikologi mempengaruhi pengambilan keputusan keuangan, perusahaan, dan pasar
keuangan (Nofsinger dalam Subash, 2012). Pada kondisi saat ini, behavioral finance menjadi
bagian penting dalam proses pengambilan keputusan, karena mempengaruhi kemampuan
investor secara nyata. Behavioral finance dapat meningkatkan nilai investasi dengan
mengidentifikasi bias dan kesalahan investasi. Keputusan yang diambil atas pengaruh psikologis
ketika berinvestasi sangat berpotensi menimbulkan bias.
1.2 Batasan Masalah
1. Focus pada Pengaruh Perilaku Psikologis Terhadap Keputusan Investasi:
Penelitian ini akan membatasi fokus pada pengaruh perilaku psikologis, seperti bias kognitif dan
emosi, terhadap keputusan investasi dalam konteks behavioral finance.
2. Perilaku Psikologis yang Relevan:
Menyelidiki jenis-jenis perilaku psikologis yang paling relevan dalam konteks pengambilan
keputusan investasi, seperti overconfidence, loss aversion, framing effect, dan behavioral biases
lainnya.
3. Dampak Terhadap Kekayaan dan Keputusan Investasi:
Menilai dampak konkrit dari perilaku psikologis yang salah dalam pengambilan keputusan
investasi terhadap kekayaan investor, baik secara positif maupun negatif.
4. Keterkaitan dengan Teori Keuangan Standar:
Menyelidiki hubungan antara behavioral finance dan teori keuangan standar, dan bagaimana
perilaku psikologis melibatkan dimensi baru dalam pemahaman tentang keputusan investasi.

1.3 Rumusan masalah


Rumusan masalah dari konteks di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana perilaku psikologi dan emosi manusia mempengaruhi keputusan finansial,
khususnya dalam konteks pengambilan keputusan investasi?
2. Bagaimana perilaku emosional dapat memengaruhi interpretasi dan penggunaan informasi
dalam konteks pengambilan keputusan investasi?
3. Apa dampak dari perilaku psikologi dan emosi yang salah dalam pengambilan keputusan
investasi terhadap kekayaan individu?
4. Bagaimana pendekatan behavioral finance dapat membantu memahami dan mengatasi dampak
dari perilaku psikologi dan emosi dalam pengambilan keputusan investasi?
5. Bagaimana faktor-faktor individu, seperti perbedaan dalam perilaku psikologis, dapat
mempengaruhi variasi dalam keputusan investasi?

1.4 Tujuan
Tujuannya dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Menganalisis Pengaruh Perilaku Psikologi Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi
2. Mengkaji Peran Behavioral Finance dalam Konteks Keputusan Investasi
3. Mengevaluasi Dampak Perilaku Emosional Terhadap Keputusan Investasi
4. Menerapkan Konsep Behavioral Finance dalam Praktik Pengelolaan Investasi
5. Mengembangkan Strategi untuk Mengatasi Bias dan Kesalahan Investasi

1.5 Manfaat
Manfaat sebagai berikut :
1. Pemahaman Lebih Mendalam: Judul ini membuka pemahaman yang lebih mendalam
tentang bagaimana faktor psikologi dan emosional memainkan peran kunci dalam
pengambilan keputusan investasi. Investor dapat lebih memahami dampak perilaku
manusia terhadap keputusan finansial mereka.
2. Identifikasi Bias dan Kesalahan Investasi: Dengan memahami behavioral finance,
investor dapat mengidentifikasi dan menyadari bias kognitif serta kesalahan investasi
yang mungkin muncul. Hal ini membantu dalam mengurangi risiko keputusan investasi
yang tidak rasional.
3. Peningkatan Kinerja Investasi: Dengan memahami bagaimana perilaku emosional
dapat mempengaruhi keputusan investasi, investor dapat mengambil langkah-langkah
untuk mengatasi bias tersebut. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan kinerja portofolio
investasi
4. Manajemen Risiko yang Lebih Efektif: Behavioral finance membantu investor untuk
lebih efektif dalam manajemen risiko. Dengan menyadari perilaku manusia yang
mungkin memicu keputusan investasi yang kurang rasional, investor dapat mengambil
tindakan pencegahan yang lebih baik.
5. Peningkatan Kesadaran Diri: Studi behavioral finance mendorong kesadaran diri bagi
investor terkait dengan kecenderungan psikologis mereka. Dengan lebih sadar, investor
dapat mengembangkan strategi investasi yang lebih sesuai dengan tujuan dan toleransi
risiko mereka.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Grand Theory
pengambilan keputusan, khususnya dalam konteks investasi, melibatkan aspek-aspek
psikologis yang memainkan peran penting. Teori ini berakar pada konsep kepuasan dan utilitas,
yang mengemukakan bahwa individu bertujuan untuk memaksimalkan kepuasan atau utilitas
dalam pengambilan keputusan. Selain itu, terdapat pemahaman bahwa keputusan investasi tidak
hanya didasarkan pada analisis aset investasi semata, tetapi juga melibatkan aspek psikologis,
terutama dalam bentuk bias.
Behavioral finance secara spesifik memiliki dua unsur penting di dalamnya, yaitu
cognitive illusions dan limits to arbitrage. Cognitive illusions menjelaskan bagaimana orang-
orang berpikir. Terdapat banyak literatur yang mengindikasikan bahwa investor membuat
kesalahan yang sistematis dalam pola pikir mereka. Sedangkan limits to arbitrage lebih
menjelaskan mengenai memprediksi pada keadaan seperti apa praktek untuk memperoleh
keuntungan dari perbedaan harga yang terjadi di antara dua pasar keuangan akan menjadi efektif
dan tidak efektif (Ritter, 2003).
Secara spesifik, behavioral finance adalah studi yang mempelajari bagaimana psikologi
mempengaruhi pengambilan keputusan keuangan, perusahaan, dan pasar keuangan (Nofsinger,
2005). Sewell dalam Subash (2007) memberikan pengertian behavioral finance adalah ilmu yang
dipengaruhi oleh psikologi pada perilaku praktisi keuangan dan efek selanjutnya pada pasar
keuangan.
Middle theory
pengambilan keputusan investasi tidak hanya didasarkan pada analisis aset investasi, tetapi
juga melibatkan faktor psikologis. Teori ini menekankan bahwa perilaku manusia, seperti bias
dalam pengambilan keputusan, memainkan peran penting dalam proses investasi. Konsep
cognitive illusions dan limits to arbitrage dari behavioral finance digunakan untuk menjelaskan
bagaimana psikologi mempengaruhi pola pikir dan praktek investasi. Selain itu, tahapan dalam
pengambilan keputusan investasi, seperti menentukan tujuan, analisis, pembentukan portofolio,
evaluasi kinerja, dan revisi portofolio, juga diperkenalkan untuk memberikan pandangan
menyeluruh tentang proses ini.

Operational Theory
Operasional teori dari paragraf di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Teori Pengambilan Keputusan:


- Konsep keputusan didasarkan pada teori kepuasan, di mana setiap tindakan individu
bertujuan untuk memaksimalkan jumlah utilitas guna mencapai kepuasan.
- Pengambilan keputusan melibatkan proses kompleks yang mencakup semua aspek kehidupan
dan melibatkan pemilihan dari berbagai pilihan yang tersedia.

2. Fokus pada Aspek Bias dalam Keputusan Investasi:


- Dalam konteks keputusan investasi, keterlibatan psikologi, terutama dalam bentuk bias,
menjadi elemen penting yang mempengaruhi pengambilan keputusan.
- Aspek-aspek yang dapat berperan dalam pengambilan keputusan investasi termasuk bias,
heuristic, dan framing effect. Penelitian ini akan difokuskan pada aspek bias.
3. Tahapan Pengambilan Keputusan Investasi:
- Ahmad (1996) mengidentifikasi beberapa tahapan dalam pengambilan keputusan investasi,
termasuk menentukan tujuan investasi, melakukan analisis, pembentukan portofolio, evaluasi
kinerja portofolio, dan revisi kinerja portofolio.

4. Unsur Penting Behavioral Finance:


- Behavioral finance secara khusus membahas dua unsur penting, yaitu cognitive illusions dan
limits to arbitrage.
- Cognitive illusions menjelaskan kesalahan sistematis dalam pola pikir investor, sementara
limits to arbitrage mengkaji efektivitas prediksi praktek untuk memperoleh keuntungan dari
perbedaan harga di pasar keuangan.

5. Definisi Behavioral Finance:


- Behavioral finance adalah studi yang mempelajari dampak psikologi pada pengambilan
keputusan keuangan, baik pada tingkat individu, perusahaan, maupun pasar keuangan.
- Terdapat pengertian bahwa behavioral finance dipengaruhi oleh psikologi dalam perilaku
praktisi keuangan dan efeknya terhadap pasar keuangan.

2.2 Studi dan penelitian terdahulu


Kahneman, D., & Tversky, A. (1979). Prospect Theory: An Analysis of Decision under Risk.
Studi ini merupakan karya seminal dari Kahneman dan Tversky yang memperkenalkan Prospect
Theory, teori yang menjelaskan bagaimana orang mengambil keputusan dalam konteks risiko.
Teori ini menyoroti bahwa manusia lebih sensitif terhadap kerugian daripada keuntungan.

Shefrin, H. (2000). Beyond Greed and Fear: Understanding Behavioral Finance and the
Psychology of Investing.
Buku ini menggambarkan konsep-konsep dasar dalam behavioral finance dan menyajikan studi
kasus untuk mengilustrasikan dampak perilaku psikologis pada keputusan investasi.

Barberis, N., & Thaler, R. H. (2003). A Survey of Behavioral Finance.


Studi ini memberikan tinjauan menyeluruh tentang literatur behavioral finance. Melibatkan
berbagai topik, termasuk efek keuangan perilaku, overconfidence, dan bias investor.

Prospect Theory (Teori Prospek) oleh Daniel Kahneman dan Amos Tversky (1979):
Penelitian ini menjadi landasan penting dalam behavioral finance. Prospect Theory
mendeskripsikan cara orang membuat keputusan di bawah ketidakpastian, mengidentifikasi
bahwa orang cenderung lebih sensitif terhadap kerugian daripada keuntungan dan bahwa
preferensi mereka dapat dipengaruhi oleh bagaimana masalah disajikan.

Overconfidence in Economic Behavior oleh Odean (1998):


Terdapat penelitian yang meneliti perilaku kelebihan keyakinan (overconfidence) dalam
pengambilan keputusan investasi. Odean menunjukkan bahwa kelebihan keyakinan dapat
membawa investor membuat keputusan yang kurang optimal.

Behavioral Portfolio Theory oleh Shefrin dan Statman (2000):


Shefrin dan Statman mengembangkan Behavioral Portfolio Theory yang mempertimbangkan
preferensi investor terhadap risiko dan laba, serta memasukkan elemen-elemen behavioral seperti
aversion loss, regret aversion, dan mental accounting.

2.3 Hipotesis
Pengaruh perilaku psikologis, terutama dalam konteks emosi dan kognisi, pada pengambilan
keputusan investasi dapat menyebabkan terjadinya bias dan kesalahan investasi. Dengan kata
lain, investor yang terpengaruh oleh faktor-faktor psikologis cenderung membuat keputusan
investasi yang tidak selalu rasional atau optimal, seperti yang diasumsikan dalam teori keuangan
standar.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penerapan
Penerapan Behavioral Finance dalam Pengambilan Keputusan Investasi dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pengakuan Terhadap Keterbatasan Rasionalitas:
- Teori keuangan standar mengasumsikan investor sebagai agen yang sepenuhnya rasional.
Namun, penerapan behavioral finance mengakui bahwa para investor tidak selalu bertindak
secara rasional. Kesadaran ini menjadi dasar dalam memahami bahwa keputusan investasi
seringkali dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis, emosional, dan perilaku manusia.

2. Pengidentifikasian Bias dan Kesalahan Investasi:


- Penerapan behavioral finance melibatkan pengidentifikasian berbagai bias kognitif dan
kesalahan investasi yang mungkin mempengaruhi keputusan investor.
- Contoh bias kognitif dapat mencakup overconfidence (kelebihan keyakinan), loss aversion
(ketakutan kehilangan), dan representativeness bias (kesalahan dalam menilai probabilitas).

3. Penyelidikan Terhadap Psikologi Pengambil Keputusan:


- Behavioral finance mencakup penyelidikan mendalam terhadap psikologi pengambil
keputusan, termasuk pemahaman perilaku emosional yang dapat mempengaruhi cara investor
menyaring dan menginterpretasikan informasi.
- Penerapan ini membantu menggali faktor-faktor psikologis yang dapat memengaruhi proses
pengambilan keputusan investasi.

4. Perbaikan Nilai Investasi:


- Salah satu tujuan penerapan behavioral finance adalah meningkatkan nilai investasi dengan
mengidentifikasi dan mengelola bias serta kesalahan investasi yang mungkin terjadi.
- Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana psikologi mempengaruhi keputusan,
investor dapat mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan dampak negatifnya.

5. Penyesuaian Strategi Investasi:


- Investor yang menerapkan behavioral finance dapat melakukan penyesuaian strategi investasi
mereka berdasarkan pemahaman tentang perilaku psikologis. Misalnya, mereka dapat
menghindari keputusan impulsif atau melakukan diversifikasi lebih lanjut untuk mengurangi
risiko.

6. Edukasi dan Pelatihan Investor:


- Penerapan behavioral finance juga melibatkan edukasi dan pelatihan investor. Dengan
pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi keputusan,
investor dapat diberdayakan untuk mengambil keputusan yang lebih informasional dan
seimbang.
3.2 Perbandingan antara Teori dan praktek
1. Teori ini menekankan bahwa pengambilan keputusan investasi melibatkan aspek psikologis
dan berakar pada konsep kepuasan dan utilitas.
2. Fokus utama pada aspek bias dalam pengambilan keputusan investasi, termasuk cognitive
illusions dan limits to arbitrage.
3. Menguraikan tahapan pengambilan keputusan investasi dari menetapkan tujuan hingga revisi
portofolio.

1.Menyatakan bahwa faktor psikologis, terutama bias dalam pengambilan keputusan, memainkan
peran kunci dalam pengambilan keputusan investasi.
2.Menggunakan konsep cognitive illusions dan limits to arbitrage untuk menjelaskan pengaruh
psikologi dalam praktek investasi.
3.Memperkenalkan tahapan pengambilan keputusan investasi, memberikan pandangan
menyeluruh tentang proses tersebut.

Dasar teori keputusan adalah maksimalkan kepuasan atau utilitas dalam tindakan individu.
Proses pengambilan keputusan melibatkan pemilihan dari berbagai opsi yang tersedia.

3.3 Pembahasan
Keputusan investasi adalah suatu kebijakan yang diambil untuk menanamkan modal pada
satu atau lebih aset untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang atau untuk
bagaimana seseorang mengalokasikan dana dalam bentuk investasi yang akan mendatangkan
keuntungan di masa yang akan datang. Keputusan berinvestasi seorang indvidu dapat dilihat dari
dua sisi yaitu sejauh mana suatu keputusan dapat memaksimalkan kekayaan (economic), dan
keputusan investasi berdasarkan aspek psikologis investor (behavioral motivation). Pengambilan
keputusan merupakan hal yang tidak mudah dan memalui proses pemilihan salah satu dari
beberapa alternatif yang dimiliki. Sebagai pengambil keputusan dalam proses investasi, investor
harus mengambil keputusan yang tentunya bukan keputusan yang asal, karena dalam prosesnya
investor harus menghindari risiko.
Proses investasi melalui beberapa tahapan yakni menentukan tujuan investasi, melakukan
analisis, melakukan pembentukan portofolio, evaluasi terhadap portofolio dan melakukan revisi
terhadap portofolio. Pada tahapan analisis, investor maupun calon investor biasanya melakukan
riset dengan mempelajari aspek-aspek fundamental meliputi keadaan perekonomian dan laporan
keuangan emiten untuk mengukur seberapa besar risiko yang ada. Sedangkan pada tahap
pembentukan portofolio akan melakukan identifikasi aset- aset mana yang akan dipilih dan
seberapa besar yang akan dialokasikan pada masing-masing aset yang akan dipilih.
Behavioral finance adalah pola penalaran investor yang dilibatkan dengan proses emosional
dalam mengambil keputusan. Behavioral finance juga merupakan suatu perilaku seseorang yang
berkaitan dengan aplikasi atau praktek keuangan. Dalam behavioral finance, keterlibatan sifat,
emosi, dan kesukaan melekat dalam diri manusia sebagai mahluk sosial untuk memutuskan suatu
tindakan. Perilaku keuangan ini dibangun dari berbagai asumsi dan ide perilaku ekonomi. Sifat
dan emosi yang ada dalam diri seseorang seperti keinginan untuk memuaskan kepentingan
pribadi yang sifatnya sementara berpengaruh besar dalam manajemen keuangan, sehingga hal
tersebut juga dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk berinvestasi.
Behavioral finance berkaitan dengan faktor psikologis investor dalam pengambilan
keputusan investasi, seperti rasa takut dan cemas karena keputusan tersebut harus diambil secara
tepat dan cepat karena bila salah dalam mengambil sebuah keputusan, maka akan kehilangan
kesempatan untuk memperoleh sebuah keuntungan yang diharapkan tersebut. Banyak investor
yang tidak bijak dalam mengambil sebuah keputusan, sehingga mengakibatkan kerugian untuk
dirinya sendiri. Faktor psikologi seorang investor dalam mengambil keputusan investasi
menyebabkan investor tersebut melakukan tindakan yang tidak rasional dan tidak dapat
diprediksi, sehingga munculnya sebuah keputusan investasi ini dilandaskan pada emosi, sifat,
dan pengetahuan yang memunculkan kendali diri menjadi terlalu percaya diri.
Investor menyadari bahwa faktor psikologis dalam diri yang mempengaruhi keputusannya
dalam mengambil keputusan. Terdapat enam asumsi behavioral finance, yaitu:
a. Individu akan meminimalkan ekspektasi regret (penyesalan), hal ini sesuai dengan
Markowitz yang menyatakan jangan menaruh investasi dalam satu keranjang, akan tetapi
membaginya kedalam beberapa keranjang, sehingga akan meminimalisasi terjadinya regret di
masa depan
b. Behavioral finance merupakan teori positif yang berusaha menggambarkan apa yang sudah
terjadi (ex-post)
c. Investor itu sebenarnya loss averse, hal ini sesuai dengan teori prospek oleh Kahneman &
Tversky yang menyatakan bahwa investor akan risk averse jika sedang untung namun sebaliknya
investor cenderung menjadi seorang risk taker jika rugi
d. Prediksi investor sering bias karena tidak mampu memproses informasi baru dengan
semestinya
e. Behavioral finance mengatakan pengambilan keputusan investor sering didasarkan pada
ekspektasi yang naif atau normal, dengan kata lain investor berusaha mendapatkan return yang
memuaskan
f. Behavioral finance mengasumsikan investor bahwa dalam membuat keputusan didasarkan
dengan emosi, sosial, dan psikologi.
Saat seseorang mampu mengontrol sikap dan emosinya dalam mengelola keuangannya, maka
saat berinvestasi juga akan mampu mengontrol kegiatannya dalam berinvestasi. Seseorang
tersebut harus konsisten dengan keputusan yang telah diambilnya, sehingga menjauhkan dari
kerugian atau risiko-risiko yang akan terjadi. Mengurangi sikap konsumerisme memungkinkan
untuk memutuskan investasi, karena seseorang akan sadar pentingnya kehidupan yang lebih
sejahtera, terutama demi masa depan. Baik itu untuk diri sendiri maupun keluarganya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan:
1. Pengambilan keputusan investasi melibatkan aspek psikologis dan ekonomis. Investor harus
mempertimbangkan tujuan finansial, analisis fundamental, serta memahami dampak psikologis,
seperti bias dan emosi, pada pengambilan keputusan.
2. Proses investasi melibatkan tahapan, mulai dari menetapkan tujuan, analisis, pembentukan
portofolio, hingga evaluasi dan revisi. Penting bagi investor untuk memahami setiap tahap dan
melibatkan pendekatan rasional dalam prosesnya.
3. Behavioral finance menyoroti pentingnya pemahaman perilaku manusia dalam pengambilan
keputusan keuangan. Investor harus mengenali dan mengelola bias serta emosi mereka agar
dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik.

4.2 Saran:
1. Edukasi Investor: Penting untuk memberikan edukasi kepada investor tentang aspek-aspek
psikologis dalam pengambilan keputusan investasi. Ini dapat membantu mereka mengenali dan
mengelola emosi serta bias secara lebih efektif.
2. Konsistensi Keputusan: Investor perlu konsisten dengan keputusan investasi yang telah
diambil. Hindari pengambilan keputusan impulsif yang dipengaruhi oleh faktor emosional.
3. Diversifikasi dan Manajemen Risiko: Melakukan diversifikasi portofolio dan memahami
manajemen risiko dapat membantu mengurangi dampak negatif dari keputusan investasi yang
kurang tepat.
4. Evaluasi Periodik: Investor sebaiknya melakukan evaluasi portofolio secara periodik,
mempertimbangkan perubahan kondisi pasar dan keuangan. Hal ini membantu dalam membuat
revisi yang diperlukan.
5. Keseimbangan Emosional: Menjaga keseimbangan emosional saat menghadapi fluktuasi pasar
dapat mencegah pengambilan keputusan impulsif. Kesabaran dan analisis rasional sangat
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, K. (1996). Dasar-dasar manajemen Investasi.

Ahmad, Kumaruddin. 1996. Dasar- Dasar Manajemen Investasi. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Barberis, N., & Shleifer, A. (2003). Style investing. Journal of financial Economics, 68(2), 161-
199.

Experienced Regret, Risk Tolerance, Overconfidance dan Risk Perception pada Pengambilan
Keputusan Investasi Dosen Ekonomi. Journal of Business dan Banking. ISSN: 2088-
7841. Volume 4, Nomor 1, hal 55- 66.

Fitriarianti, Baiq. 2018. Pengaruh Literasi Keuangan, Perilaku Keuangan dan Pendapatan
Terhadap Keputusan Berinvestasi. Seminar Nasional 1 Universitas Pamulang. ISSN: 977
25993430 04.

Jegadeesh, N., 2015. Overreaction, Delayed Reaction and Contrarian Profits. The Review of
Financial Studies, Volume 8, Issue 4, 1 October 1995, Pages 973–993.

Kahneman, D., & Tversky, A. 1979. Prospect Theory: An Analysis of Decision Under Risk.
Econometrica, 47(2), pp. 63-91.

Kahneman, DanieI and Amos Tversky. (1979). "Prospect Theory: An Analysis of Decision Under
Risk,"

Markowitz, H. M. 1952. "Portfolio Selection," Journal of Finance, March.


No. 4, hal 429-437.

Norfinger, John F, 2001, Investment Madness:How Psychology Affects Your Investing...and


What To Do About It, Prentice Hall, New Jersey.

Ricciardi V., & Simon K., Helen. 2000. What is Behavioral Finance? Business, Education and
Technology Journal. Vol 2, No 2, pp 1-9, fall 2000.

Ritter, Jay. R, 2003, Behavioral Finance, Pasific-Basin Finance Journal, Vol. 11,

Rizkiana Y. P., & Kartini. 2017. Analisis Tingkat Financial Literacy

Shefrin, H., & Statman, M. (2000). Behavioral portfolio theory. Journal of financial and
quantitative analysis, 35(2), 127-151.
Shefrin, H., & Statman, M. (2000). Behavioral portfolio theory. Journal of financial and
quantitative analysis, 35(2), 127-151.
Sitinjak, E.L.M & Ghozali I. 2012. The Investor Indonesia Behavior on Stock Investment
Decision Making: Dispocition Effect, Cognition and Accounting Information. Research
Journal Of Finance and Accounting, Vol.3, No 8.

Subash, Rahul, 2012, Role of Behavioral Finance in Portfolio Investment Decisions: Evidence
From India. Tesis, Faculty of Social Sciences, Charles University in Prague, Prague.

Thaler, R.H. 1994. Psychology dan Saving Policies. American Economic Review, Vol. 84, No. 2,
pp. 186-192.

Anda mungkin juga menyukai