Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH BEHAVIORAL FINANCE

PENGARUH BIAS PERILAKU TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN


INVESTASI

Dosen Pengampu:
Dr. Sudjono, M.Acc

Disusun Oleh :
Zul Fitri Nur Hidayyah (43119210116)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
BEKASI
2022
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatakan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

dengan judul “Pengaruh Perilaku Bias terhadap Pengambilan Keputusan Investasi di

Indonesia”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Besar 2

pada mata kuliah Behavioral Finance di program studi manajemen. Selain itu,

makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan serta pengetahuan para

pembaca dan bagi penulis.

Selanjutnya saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada dosen mata

kuliah Behavioral Finance yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama

proses perkuliahan mata kuliah ini Penulis menyadari bahwa terdapat banyak

kekuraagn dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik

dan saran demi perbaikan-perbaikan selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah ini

dapat memeberikan manfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Batasan Masalah.................................................................................................3
C. Rumusan Masalah...............................................................................................3
D. Tujuan.................................................................................................................3
E. Manfaat...............................................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................................5
A. Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory...................................5
B. Studi dan Penelitian Terdahulu.........................................................................12
C. Hipotesis...........................................................................................................14
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................16
A. Penerapan..........................................................................................................16
B. Perbandingan Teori/Penelitian Terdahulu dan Praktek....................................21
C. Pembahasan......................................................................................................23
BAB IV PENUTUP....................................................................................................27
A. Kesimpulan.......................................................................................................27
B. Saran.................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................29

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar modal dipandang sebagai barometer untuk mengetahui kondisi keuangan

suatu negara serta digunakan sebagai altenatif sarana pembiayaan dan sarana

berinvestasi. Investais merupakan menanmkan dana perusahaan dalam suatu aset

dengan harapan mendapatkan return dimasa depan. Investasi pada dasarnya adalah

suatu pengorbanan yang dilakukan investor di masa sekarang untuk menghasilkan

keuntungan di masa depan dengan mempertimbangkan resiko yang akan dihadapi.

Pada saat pengambilan keputusan investasi, investor pasti akan melibatkan emosi.

Keterlibatan emosi pada saat pengambilan keputusan sering melemahkan rasionalitas

investor. Oleh karena itu, investor perlu membuat keputusan yang tepat karena

investasi memiliki keuntungan serta risiko jangka panjang.

Namun, saat ini investor sering membuat keputusan investasi yang tidak

rasional. Keputusan sering kali didasarkan pada penilaian yang jauh dari asumsi yang

masuk akal. Ketika seorang investor menghadapi situasi yang berisiko biasanya ada

beberapa faktor objektif, emosional dan psikologis lainnya yang mempengaruhi

pengambilan keputusan. Keputusan yang semata-mata didasarkan pada pertimbangan

irasional juga akan menhgasilkan akhir yang tidak rasional juga. Kejadian tersebut

dikenal dengan Financial Behavioral. Behavioral Finance merupakan ilmu yang

mempelajari bagaimana seseorang berpikir dan berperilaku dalam membuat suatu

1
keputusan baik sebagai investor individu maupun investor suatu kembaga atau

institusi (Yuningsih, 2020). Pengambil keputusan memiliki kemungkinan keputusan

yang salah atau perkiraan yang melenceng. Kondisi ini membahayakan karena tidak

dapat dilihat dan terkait langsung dengan proses pemikiran.

Ketidaktepatan dan ketidakmampuan investor bersikap rasional dapat

disebabkan oleh kesalahan perilaku (behavioral biases) dalam proses pengambilan

keputusan. Behavioral biases dapat diartikan sebagai ketidaktepatan dan

ketidakmampuan investor bersikap rasional dalam proses pengambilan keputusan

investasinya yang menyebabkan tidak maksimalnya keuntungan maupun hilangnya

kesempatan untuk memperoleh pengembalian yang diharapkan dari investasinya.

Selain itu behavioral biases juga menyebabkan pasar menjadi tidak efisien. Bias

mengakibatkan kesalahan prediksi, karena dapat membuat orang salah dalam

memperhitungkan risiko yang dapat terjadi. bias dibagi menjadi dua kategori yaitu

cognitive bias dan emotinal bias. Bias kognitif (cognitive bias) adalah penyimpangan

dalam proses pemahamam, pengolahan, dan pengambilan keputusan atas suatu

informasi atau fakta.

Jain, Walia, & Gupta (2019) mengungkapkan terdapat empat bias perilaku yang

berpengaruh besar terdapat keputusan investasi yaitu; 1.) Herding bias, 2.)

overconfidence bias, 3.) Loss aversion, dan 4.) Representative bias. Overconfidence

atau sikap terlalu percaya diri ini merupakan salah satu contoh bias perilaku yang

menunjukkan seberapa percaya dirinya seseorang terhadap tingkat kemampuan dan

2
batas pengetahuan diri mereka sendiri (Salerindra, 2020). Selain overconfidence bias,

terdapat pula faktor psikologis lainnya yang kerap kali muncul pada perilaku seorang

investor yaitu herding bias. Perilaku herding merupakan perilaku dimana seseorang

akan mengikuti keputusan dan pilihan orang lain karena kurang mampu dalam

melakukan pengambilan keputusan investasi.

B. Batasan Masalah

Pembatasan masalah digunakan untuk menghindari adanya penyimpangan

maupun pelebaran pokok masalah agar makalah ini lebih terarah dan memudahkan

dalam pembahasan. Makalah ini menetapkan batsasan masalah atas beberapa hal,

yaitu mengenai behavioral finance, bias perilaku yang didalamnya terdapat cognitive

bias, overconfidence bias, dan herding bias serta keputusan investasi.

C. Rumusan Masalah

Adapaun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagaiberikut:

1. Bagaimana pengaruh cognitive dissonance bias terhadap pengambilan keputusan

investasi?

2. Bagaimana pengaruh overconfidence bias berpengaruh terhadap pengambilan

keputusan investasi?

3. Bagaimana pengaruh herding bias terhadap pengambilan keputusan investasi?

D. Tujuan

3
Adapaun tujuan dari pembuata makalah ini adalahs ebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh cognitive dissonancebias terhadap pengambilan

keputusan investasi

2. Untuk mengetahui pengaruh overconfidance bias terhadap pengambilan

keputusan investasi

3. Untuk mengetahui pengaruh herding bias terhadap pengambilan keputusan

investasi

E. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan penulis

mengenai pengaruh bias perilaku dalan pengambilan keputusan investasi oleh

investor melalui literatur yang ada serta mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh

selama masa perkuliahan.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory

1. Behavioral Finance

Behavioral finance adalah teori yang berfokus pada dampak psikologis yang

dimiliki investor dalam membuat keputusan keuangan, dan bagaimana investor di

pasar berperilaku ketika kondisi pasar dipenuhi dengan ketidakpastian. konsep

tindakan. Behavioral finance adalah model pasar keuangan yang menekankan pada

potensi dampak dari faktor psikologis yang yang mempengaruhi perilaku investor

(Bodi, Kane, dan Marcus, 2016). Pertama, investor tidak selalu memproses informasi

dengan benar, sehingga menyimpulkan kemungkinan yang salah mengenai tingkat

pengembalian dimasa depan. Kedua, bahkan diberi distribusi probabilitas

pengembalian, investor sering membuat keputusan yang tidak konsisten atau

sistematis secara optimal.

Behavioral finance adalah cabang ilmu ekonomi yang menggambarkan perilaku

investor di pasar keuangan yang dipengaruhi oleh faktor psikologis mereka. Teori ini

juga mengkaji pengaruh faktor psikologis terhadap keputusan yang dibuat di pasar

selama keputusan membeli atau menjual. Dengan kata lain, Behavioral Finance

5
mencoba menjelaskan alasan mengapa pelanggaran dapat terjadi. Behavioral finance

berkaitan dengan faktor psikologis investor ketika mengambil keputusan investasi,

seperti ketakutan dan kecemasan, karena keputusan ini harus dibuat dengan tepat dan

cepat, karena jika mereka mengambil keputusan yang salah, mereka akan kehilangan

kesempatan untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan. . Banyak investor yang

tidak cukup pintar untuk mengambil keputusan yang berujung pada kerugian. Faktor

psikologis investor dalam mengambil keputusan investasi menyebabkan investor

melakukan tindakan yang tidak rasional dan tidak terduga, dimana keputusan

investasi didasarkan pada emosi, karakter dan pengetahuan yang mengarah pada

pengendalian diri dan kepercayaan diri yang berlebihan.

2. Prospect Theory

Teori prospek, yang dikemukakan oleh Kahneman dan Tversky (1979), adalah

teori yang menjelaskan bagaimana orang dengan hasil yang tidak pasti membuat

keputusan dalam keadaan tertentu. Teori prospek menyatakan bahwa ketika

dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian, orang tidak selalu bertindak rasional dan

dipengaruhi oleh faktor psikologis dan perilaku yang tidak dapat diprediksi dalam

mengambil keputusan yang rasional (Pradikasari dan Isbanah, 2018). Keputusan

pembelian investor tidak semata-mata didasarkan pada pertimbangan yang wajar.

Sederhananya, Teori Prospek menunjukkan bahwa orang secara irasional lebih

rentan terhadap keuntungan risiko daripada kerugian. Kita cenderung lebih berani

mengambil risiko saat kalah daripada saat menang. Seseorang akan menemukan nilai

6
kehilangan sejumlah uang dalam perjudian lebih menyakitkan daripada nilai

memenangkan jumlah yang sama.

Tujuan dari Prospect theory yaitu bagaimana seseorang membuat suatu

keputusan pilihan dari prospek yang mengandung risiko. Prospect theory dikatakan

sebagai teori yang membahas tentang bagaimana tindakan yang tidak rasional

seseorang dalam memutuskan suatu investasi. Dikatakan sebagai tindakan rasional

dikarenakan seseorang akan lebih cenderung mempertahankan sekuritas disaat harga

saham turun bahkan dalam posisi loss atau rugi dan akan dengan cepat menjual pada

saat harga naik meskipun kenaikan tersebut lebih kecil dari harga belinya. Tetapi

kalau saat loss diambil tindakan menjual sekuritas maka investor akan mendapatkan

kerugian. Kerugian yang dialami dari penjualan sekuritas dalam posisi loss sangat

berdampak banyak pada psikologinya. Dampak psikologi tersebut antara lain adanya

perasaan malu kepada diri sendiri dan terutama pada investor lain. Karena dengan

kerugian yang diterima seakan akan menunjukan sebagai investor yang tidak bisa

mengambil keputusan dengan tepat. Seolah-olah merasa tidak mampu dalam hal

kognitif terutama pengetahuan yang dimiliki maupun kurangnya informasi yang tepat

dan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan karena kurang pertimbangan.

Dari sisi afektif lain yaitu saat menjual sekuritas pada posisi loss yaitu adanya

perasaan menyesal yang begitu dalam akibat dari suatu kerugian. Dengan perasaan

menyesal yang terus menerus akan berdampak pada tingkat emosi terutama emosi

yang negative. Emosi negative akan menjadikan seseorang tidak bahagia,

ketidaknyamanan hati dan suasana akibat dari suatu keputusan yang tidak tepat

7
tersebut. Tindakan lainnya jika pada posisi gain yaitu investor dengan cepat

melakukan penjualan atas sekuritas yang dimilki. Hal tersebut di dorong oleh

kekuatiran bahwa harga akan turun lagi sehingga mengakibatkan kerugian kalau tidak

cepat diambil tindakan menjual. Dengan diambil tindakan menjual meskipun ada

kenaikan harga beli dan harga jual meski tidak begitu besar tetapi akan mendapatkan

keuntungan.

3. Keputusan Investasi

Keputusan investasi adalah kebijakan berinvestasi pada satu atau lebih aset

untuk memperoleh keuntungan di masa depan atau bagaimana seseorang

mengalokasikan uang untuk investasi yang akan menghasilkan keuntungan di masa

depan.t keputusan investasi didefinisikan sebagai proses memilih di antara alternatif-

alternatif tertentu. dari pilihan yang berbeda. Membuat keputusan investasi

merupakan salah satu tantangan terpenting bagi investor. Ini adalah proses kompleks

yang menganalisis berbagai faktor pribadi, teknis, dan situasional. Penting untuk

memahami aspek psikologis dalam membuat keputusan investasi yang efektif.

Keputusan investasi seorang individu dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu

sejauh mana keputusan tersebut dapat memaksimalkan kekayaan (finansial) dan

keputusan investasi berdasarkan aspek psikologis investor (motivasi perilaku)

(Fitriarianti, 2018). Sebagai pengambil keputusan dalam proses investasi, investor

harus mengambil keputusan yang tentunya bukan keputusan yang asal, karena dalam

prosesnya investor harus menghindari risiko. Investor memiliki dua sikap dalam

8
mengambil keputusan investasi: perilaku rasional dan perilaku irasional. Perilaku

rasional adalah perilaku seorang investor yang mengambil keputusan investasi

berdasarkan akal sehat, berdasarkan informasi yang tersedia di pasar dan pengetahuan

yang tersedia serta informasi yang dapat dibuktikan secara faktual, sedangkan

perilaku irasional adalah sikap seorang investor yang tidak mengambil keputusan

investasi. sehat tetapi dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor psikologis merupakan

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keputusan investor, terutama dalam

memutuskan produk dan perusahaan mana yang akan memberikan keuntungan lebih.

Dengan demikian, keputusan investasi merupakan aspek terpenting yang dapat

menentukan keberhasilan investasi seorang investor.

4. Cognitive Dissonance Bias

Cognitive dissonance merupakan suatu keadaan ketidakseimbangan karena

kognitif tersebut tidak sesuai. Suatu situasi atau keadaan ketika muncul sutu konflik

dari informasi baru yang diperoleh berbeda denagn pemahaman yang telah diterima

sebelumnya, hal ini dikenal dengan cognitive dissonance biases (Seto, 2017). Bias

kognitif dapat membuat seorang investor menilai investasinya lebih baik daripada

investasi lain, meskipun kenyataannya berbeda, sehingga menghindari

ketidaknyamanan mental yang disebabkan oleh munculnya informasi baru.

Bias disonansi kognitif adalah keadaan ketidakseimbangan yang terjadi ketika

diri kognitif tidak cocok, ketika pengetahuan yang baru diperoleh menciptakan

kontradiksi yang menyimpang dari pemahaman yang diterima sebelumnya. Terdapat

9
empat perilaku yang dihasilkan dari cognitive dissonance dan menyebabkan kerugian

investasi, yaitu:

a. Disonansi kognitif dapat menyebabkan investor kehilangan posisi sekuritas

yang seharusnya mereka jual karena mereka ingin menghindari rasa sakit

mental terkait dengan mengakui bahwa mereka membuat keputusan yang

buruk.

b. Disonansi kognitif dapat menyebabkan investor untuk terus berinvestasi

dalam sekuritas mereka miliki setelah mengalami penurunan tanpa menilai

investasi baru secara objektif dan rasional.

c. Disonansi kognitif dapat menyebabkan investor terjebak dalam kumpulan

perilaku, yaitu orang menghindari informasi yang melawan keputusan

sebelumnya sampai menghiraukan banyak informasi yang kontra dan dapat

menyebabkan perilaku yang bertentangan dengan keputusan itu.

d. Disonansi kognitif dapat menyebabkan investor percaya pada persepsi “kali

ini berbeda”.

5. Overconfidence Bias

Overconfidence merupakan perasaan percaya pada diri sendiri secara

berlebihan (Lubis et al, 2013). Kondisi ini merupakan hal normal yang sekaligus

merupakan cerminan dari tingkat keyakinan seseorang untuk mencapai atau

mendapatkan sesuatu. Konsekuensi dari overconfidence adalah investor yang akan

overestimate terhadap kemampuannya untuk mengevaluasi perusahaan sebagai

10
investasi yang potensial cenderung untuk melakukan perdagangan yang berlebihan

(overtrading), dan underestimate terhadap risiko.

Overconfidence Biases adalah adanya kepercayaan yang belebihan yang belum

tentu benar dan hanya didasarkan pada intuisi, judgements dan kemampuan kognitif

(Pompian, 2006). Sedangkan Shefrin (2007) mengungkapkan bahwa Overconfidence

biases adalah berkaitan dengan sikap yang terlalu percaya diri yang berkaitan dengan

seberapa baik seseorang mengerti kemampuan mereka dana batas pengetahuan

mereka. Penyebab overconfidence adalah rasa percaya diri yang berlebihan bahwa

pengetahuan yang diperoleh dapat digunakan dengan benar karena memiliki

kemampuan analisis yang akurat dan tepat, namun pada kenyataannya merupakan

ilusi pengetahuan dan keterampilan karena beberapa alasan, seperti kurangnya

pengalaman dan kurangnya interpretasi informasi. Overconfidence dapat

menyebabkan investor kurang memperhatikan dan mempertimbangkan informasi

yang tersedia karena terlalu percaya diri dan mengandalkan kemampuan analisisnya.

6. Herding Bias

Herding adalah bias perilaku yang paling umum di mana investor cenderung

mengikuti keputusan investasi yang dibuat oleh mayoritas. Alasan utama harding

adalah tekanan dan pengaruh dari teman sebaya dan orang-orang di sekitar mereka.

Pada perspektif perilaku, herding dapat menyebabkan munculnya penyimpangan

emosi. Investor lebih memilih melakukan herding saat mereka percaya bahwa herding

dapat menolong mereka untuk memperoleh informasi yang berguna dan dapat

dipercaya. Perilaku herding merupakan perilaku investor yang awalnya berfikir

11
secara rasional menjadi irasional dengan meniru perilaku investor lain dalam

membuat keputusan berinvestasi. Hasilnya keputusan mereka akan bias apabila

kelompok tertentu salah dalam mengambil keputusan. Perilaku herding didorong oleh

sejumlah situasi yang muncul karena investor tidak menerima informasi atau

informasi yang akurat dan jelas. Hal ini menyebabkan investor bertindak berdasarkan

perilaku investor lain atau beberapa prasangka. Beberapa investor yang dipengaruhi

oleh herd bias jelas bermaksud mengabaikan informasi pribadi mereka dan meniru

perilaku investor lain, menyebabkan mereka berdagang ke arah yang sama dengan

investor lain. Dapat disimpulkan bahwa perilaku herding dapat menjelaskan perilaku

yang memposisikan investor lain sebagai influencer yang berdampak besar pada

kinerja masa lalu.

B. Studi dan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Roma dan Sinarwati (2021) dilakukan untuk

menganalisis terkait pengaruh herding bias dan overconfidence bias terhadap

pengambilan keputusan investasi. Berdasarkan hasil pene litian maka ditemukan

bahwa herding biasdan overconfidence biasberpengaruh pos itif dan signifikan

terhadap pengambilan keputusan investasi.

Hasil penelitian Putri & Isbanah (2020) menunjukkan bahwa herding

mempengaruhi pengambilan keputusan investor, yang dibuktikan dengan investor

dalam menentukan keputusan investasinya cenderung mengikuti keputusan investor

lainnya guna untuk mengurangi risiko dan mendapatkan return yang tinggi.

12
Toma (2015) dalam penelitiannya yang menganalisis keputusan dan perilaku

investor bursa efek di Bucharest, Rumania. Hasilnya menunjukkan bahwa

overconfidence bias mempengaruhi keputusan investasi di kalangan investor

Rumania yang di tunjukkan dengan meningkatnya rata-rata frekuensi transaksi

bulanan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Ady (2017) menunjukkan bahwa

overconfidence bias berpengaruh terhadap pengambilan keputusan investor di

Surabaya. Menurut Khan, etal., (2017) dalam penelitiannya yang menganalisis

pengaruh overconfidence bias dan loss aversion terhadap pengambilan keputusan

investor dengan pertimbangan persepsi terhadap risiko yang dilakukan di Islamabad

dan Lahore. Hasilnya menunjukkan bahwa overconfidence bias dan loss aversion

berpengaruh secara signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi.

Addinpujoartanto dan Darmawan (2020) menemukan bahwa adanya

pengaruh signifikan yang ditunjukkan oleh pengaruh overconfidence, regret

aversion, loss aversion, dan herding bias terhadap para investor dalam menentukan

keputusan investasi secara parsial. Sari, Fathoni, dan Haryetti (2019)

menemukan dalam penelitiannya terkait pengaruh informasi kinerja saham

terhadap pengambilan keputusan investasi dengan herding behavior sebagai

variabel mediasi menyimpulkan hasil temuan bahwa para investor memiliki

informasi tetapi mereka tetap berperilaku irasional sebagai perilaku menggiring

pada pengambilan keputusan investasi. Hadrian dan Adiputra (2020) menemukan

13
dari hasil penelitiannya yaitu terdapat pengaruh overconfidence, herding effect,

dan self-monitoring terhadap investment decisionpada masapandemi covid-19.

C. Hipotesis

1. Pengaruh Cognitive Dissonance terhadap Pengambilan Keputusan Investasi

Disonansi kognitif adalah keadaan ketidakseimbangan yang terjadi ketika diri

kognitif tidak sesuai, ketika ada konflik yang timbul dari informasi yang baru

diperoleh yang berbeda dari pemahaman yang diperoleh sebelumnya. Disonansi

kognitif bermanifestasi sebagai upaya untuk meringankan ketidaknyamanan ini

dengan pengetahuan baru yang diperoleh melalui keyakinan diri. Dengan

menegaskan diri sendiri, Anda menghindari masalah mental yang terkait dengan

pemahaman utama. Dengan demikian, bias dalam perilaku investasi dapat

mempengaruhi keputusan investasi.

H1: Cognitive dissonance bias berpengaruh signifikan terhadap pengambilan


keputusan investasi

2. Pengaruh overconfidence bias berpengaruh terhadap pengambilan

keputusan investasi

Kondisi emosi dari psikologi investor juga dapat mempengaruhi pengambilan

keputusan. Overconfidence adalah suatu kondisi dimana seorang investor cenderung

terlalu yakin terhadap kemampuan dan pengetahuannya dalam mengambil keputusan.

14
Overconfidence sering terjadi pada investor pemula yang ingin cepat dan ingin

mendapatkan return yang besar sesuai dengan posisinya. Overconfidence adalah

suatu kondisi dimana sikap overconfident mengalami seberapa baik seseorang

memahami batas-batas pengetahuan dan kemampuannya.

H2: Overconfidence bias berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan


investasi

3. Pengaruh Herding Bias Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi

Perilaku herding tersebut merupakan perilaku irasional dimana investor tidak

mendasarkan keputusan investasinya pada informasi yang tersedia atau nilai

fundamental perusahaan, tetapi pada tindakan investor lain atau market noise.

Menggiring dalam situasi keuangan terjadi ketika seorang investor di pasar keuangan

meniru perilaku investor lain atau kelompok investor yang lebih besar. Perilaku

kawanan adalah perilaku irasional di mana investor tidak mendasarkan keputusan

investasinya pada informasi yang tersedia atau nilai fundamental perusahaan, tetapi

pada tindakan investor lain atau kebisingan pasar saham.

H3 : Herding bias berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi

15
BAB III

PEMBAHASAN

A. Penerapan

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 133
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 2.45668907
Most Extreme Absolute .044
Differences
Positive .042
Negative -.044
Kolmogorov-Smirnov .505
Z
Asymp. Sig. (2-tailed) .961
a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan tabel uji normalitas diatas menunjukkan bahwa nilai Asymp.

Sig sebesar 0,961 lebih besar dari nilai signifikansi 0,05. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa data berdistribusi normal sehingga dapat memenuhi uji

normalitas.

16
b. Uji Multikolinearitas

Collinearity
Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
COGNITIVE
DISSONANCE BIAS .994 1.006
(X1)
OVERCONFIDENCE
.459 2.178
BIAS (X2)
HERDING BIAS (X3) .460 2.176

Berdasarkan tabel hasil uji multikolinearitas diatas dapat dilihat bahwa variabel

cognitive dissonance bias (x1) memiliki nilai VIF 1,006 < 10 dan nilai tolerance

0,994 > 0,10, overconfidence bias (x2) dengan nilai VIF 2,178 < 10 dan nilai

tolerance 0,459 > 0,10 dan herding bias (x3) dengan nilai VIF 2,176 < 10 dan nilai

tolerance 0,460 > 0,10. Dari hasil uji multikolinearitas dapat diambil kesimpulan

bahwa untuk variabel cognitive dissonance bias, overconfidence bias dan herding bias

tidak terdapat korelasi antar variabel independen, sehingga tidak terjadi gejala

multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Standardized
Unstandardized Coefficients
Coefficients
Model t Sig.
B Std. Error Bet
a
1 (Constant) .595 1.122 .530 .597
COGNITIVE
DISSONANCE .001 .116 .001 .007 .995
BIAS (X1)

17
OVERCONFIDENCE
.051 .046 .141 1.098 .274
BIAS (X2)
HERDING BIAS (X3) .015 .073 .027 .211 .833
a. Dependent Variable: ABS_RES

Berdasarkan tabel hasil uji heteroskedastisitas diatas menunjukkan nilai

signifikansi variabel cognitive dissonance bias (X1) 0,995 > 0,05, nilai signifikansi

variabel overconfidence bias (X2) 0,274 > 0,05, dan nilai signifikansi variabel

herding bias (X3) 0,833 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi

pada penelitian ini tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

2. Uji Hipotesis

a. Uji Regresi Linear Berganda

Standardized
Unstandardized Coefficients
Coefficients
Model t Sig.
B Std. Error Bet
a
1 (Constant) 8.555 1.849 4.628 .000
COGNITIVE
.159 .191 .053 .832 .407
DISSONANCE BIAS
(X1)
OVERCONFIDENCE
.096 .076 .118 1.266 .208
BIAS (X2)
HERDING BIAS (X3) .778 .120 .603 6.465 .000
a. Dependent Variable: KEPUTUSAN INVESTASI (Y)

Berdasarkan tabel diatas dapat analisis model persamaan sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

Y = 8,555 + 0,159X1 + 0,096X2 + 0,778X3

Dimana :

18
Y = Keputusan investasi

a = Nilai Konstanta

X1 = Cognitive dissonance bias

X2 = Overconfidence bias

X3 = Herding bias

Dari persamaan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Nilai konstanta sebesar 8,555 menunjukkan bahwa jika variabel independen yaitu

cognitive dissonance bias, overconfidence bias dan herding bias bernilai nol maka

nilai keputusan investasi adalah sebesar nilai konstanta 8,555.

2) Koefisien variabel cognitive dissonance bias sebesar 0,159. Ini menunjukkan

bahwa cognitive dissonance bias mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan

investasi. Koefisien tersebut dapat diartikan bahwa setiap peningkatan cognitive

dissonance bias satu- satuan, maka keputusan investasi meningkat sebesar 0,159

satuan dengan asumsi variabel lain dari model regresi bernilai tetap.

3) Koefisien variabel overconfidence bias sebesar 0,096. Ini menunjukkan bahwa

overconfidence bias mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan investasi.

Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan overconfidence bias satu-satuan, maka

keputusan investasi meningkat sebesar 0,096 satuan dengan asumsi variabel lain

dari regresi bernilai tetap.

19
4) Koefisien variabel herding bias sebesar 0,778. Ini menunjukkan bahwa herding

bias mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan investasi. Hal ini berarti

bahwa setiap peningkatan herding bias satu-satuan, maka keputusan investasi

meningkat sebesar 0,778 satuan dengan asumsi variabel lain dari model regresi

bernilai tetap.

b. Uji Parsial (Uji T)

1) Pengaruh variabel cognitive dissonance bias terhadap pengambilan keputusan

investasi Hipotesis pertama adalah cognitive dissonance bias berpengaruh positif.

Berdasarkan hasil tabel di atas, hipotesis pertama memiliki nilai t hitung 0,832 <

1,9785 dan nilai signifikansi 0,407 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian

ini tidak dapat membuktikan cognitive dissonance bias berpengaruh signifikan

terhadap keputusan investasi, dengan demikian hipotesis pertama (H1) ditolak.

2) Pengaruh variabel overconfidence bias terhadap pengambilan keputusan investasi

Hipotesis kedua adalah overconfidence bias berpengaruh positif. Berdasarkan

hasil tabel di atas, hipotesis kedua memiliki nilai t hitung 1,266 < 1,9785 dan nilai

signifikansi 0,208 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini tidak dapat

membuktikan overconfidence bias berpengaruh signifikan terhadap keputusan

investasi, dengan demikian hipotesis kedua (H2) ditolak.

3) Pengaruh variabel herding bias terhadap pengambilan keputusan investasi

Hipotesis ketiga adalah herding bias berpengaruh positif. Berdasarkan hasil tabel

20
di atas, hipotesis ketiga memiliki nilai t hitung 6,465 > 1,9785 dan nilai

signifikansi 0,000 < 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa herding bias berpengaruh

signifikan terhadap keputusan investasi, dengan demikian hipotesis ketiga (H3)

diterima.

c. Uji Simultan (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1 Regression 747.699 3 249.233 40.357 .000a
Residual 796.662 129 6.176
Total 1544.361 132
a. Predictors: (Constant), HERDING BIAS (X3), COGNITIVE DISSONANCE BIAS (X1),
OVERCONFIDENCE BIAS (X2)
b. Dependent Variable: KEPUTUSAN INVESTASI (Y)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan hasil pengolahan statistik analisis

regresi nilai f = 40,357 dan dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa secara bersama-sama cognitive dissonance bias, overconfidence

bias dan herding bias berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi.

B. Perbandingan Teori/Penelitian Terdahulu dan Praktek

21
1. Perbedaan dan Persamaan antara makalah ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh Yehezkiel Chris Setiawan, Apriani Dorkas Rambu Atahau,

dan Robiyanto

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Setiawan, Atahun, dan Robiyanto (2018) yaitu smaa-sama menggunakan variabel

bebas Cognitive Dissonance Bias, Overconfidence Bias dan Herding Bias serta

variabel terikatnya adalah keputusan investasi. Sedangkan perbedaan antara

keduanya terletak pada teknik analis data, dimana pada penelitian tersebut analisis

menggunakan binomial dan regresi linear berganda. Selain itu, terdapat pebedaan

pada objek, dimana objek penelitian tersebut yaitu Investor yang me-lakukan

investasi di Investor Club UKSW.

2. Perbedaan dan Persamaan antara makalah ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh I Wayan Rona dan Ni Kadek Sinarwati

Makalah ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rona

dan Sinarwati (2021) yaitu smaa-sama menggunakan variabel bebas Overconfidence

Bias dan Herding Bias serta variabel terikatnya adalah keputusan investasi. Selain itu,

metode analisis penelitian sama-sama menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji

normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan analisis regresi linier

berganda yaitu uji hipotesis. Sedangkan perbedaan antara keduanya adalah pada

jumlah variabel bebas, dimana pada makalah ini terdapat 3 variabe bebas dengan

menambahkan variabel Cognitive Dissonance Bias, sedangkan dalam peneltian

22
tersebut hanya menggunakan 2 variabel bebas yaitu herding biasdan overconfidence

bias.

3. Perbedaan dan Persamaan antara makalah ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh Dewita Puspawati dan Alfandi Rico Yohanda

Makalah ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Puspawati dan Yohanda (2022) yaitu smaa-sama menggunakan variabel bebas

Overconfidence Bias dan Herding Bias serta variabel terikatnya adalah keputusan

investasi. Sedangkan perbedaan antara keduanya adalah bahwa dalam penelitian

tersebut menambahkan variabel efek dosposisi, representativeness bias dan anchoring

bais. Lalu perbedaan juga terletak pada teknik analisis, dimana pada penelitian

tersebut hanya dilakukan uji regresi berganda serta uji hipotesis saja.

C. Pembahasan

1. Pengaruh Cognitive Dissonance Bias Terhadap Pengambilan Keputusan

Investasi

Berdasarkan hasil olahan statistik dalam penelitian ini dinyatakan bahwa

hipotesis 1 (H1) ditolak. Melalui pengujian regresi berganda, didapatkan nilai

koefisien sebesar 0,159, hal ini menunjukkan bahwa cognitive dissonance bias

berpengaruh positif. Hipotesis pertama memiliki nilai t hitung sebesar 0,832 < 1,9785

dan nilai signifikansi 0,407 > 0,05 yang artinya cognitive dissonance bias tidak

berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi. Jika cognitive

23
dissonance bias mengalami peningkatan atau penurunan tidak akan mempengaruhi

keputusan investasi dimana hasil ini tidak sesuai dengan prospect theory.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Pradhana (2018) yang membuktikan bahwa

cognitive dissonance bias tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan

investasi karena responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa. Mahasiswa

memiliki kekompakan yang baik, dimana mereka akan saling bertukar informasi.

Akibatnya, mereka tidak akan ragu jika mendapatkan informasi baru. Selain itu

diprediksi bahwa cognitive dissonance bias tidak selalu menjadi salah satu faktor

yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan.

2. Pengaruh Overconfidence Bias terhadap Pengambilan Keputusan Investasi

Berdasarkan hasil olahan statistik dalam penelitian ini dinyatakan bahwa

hipotesis 2 (H2) ditolak. Melalui pengujian regresi berganda, didapatkan nilai

koefisien sebesar 0,096. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan

overconfidence bias satu-satuan maka keputusan investasi meningkat sebesar 0,096.

Hipotesis kedua memiliki nilai t hitung sebesar 1,266 < 1,9785 dan nilai signifikansi

0,208 < 0,05 yang artinya bahwa overconfidence bias tidak berpengaruh signifikan

terhadap keputusan investasi.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Paramita et

al (2018) yang menyatakan overconfidence bias tidak berpengaruh pada perilaku

investor. Kepercayaan diri yang berlebihan dapat menyebabkan investor yang berani

melakukan transaksi saham yang berlebihan, sehingga berakibat pada return

24
portofolio yang didapatkan akan lebih rendah. Terlalu percaya diri dapat

menyebabkan investor menanggung risiko yang lebih besar. Responden dalam

penelitian ini merupakan mahasiswa ekonomi yang sebenarnya memiliki pengetahuan

yang cukup tentang saham, namun responden yang telah melakukan transaksi saham

dengan frekuensi tinggi menghasilkan ketelitian analisis dan manfaat yang belum

maksimal hanya sebagian yang mahir dalam transaksi saham. Oleh karena itu,

responden memang memiliki pengetahuan yang cukup tentang saham namun belum

memiliki kemampuan yang cukup mahir dalam praktik bertransaksi saham. Sehingga

hal ini mempengaruhi tingkat kepercayaan diri yang berlebihan tentang transaksi

saham. Dapat diartikan juga bahwa meskipun responden memiliki pengetahuan yang

cukup tentang saham, tetapi mereka belum terampil dalam bertransaksi saham

sebagai investor yang profesional. Masih kurangnya kemampuan responden dalam

melakukan transaksi dan analisis saham sehingga responden masih menganggap

saham adalah transaksi yang sangat berisiko.

3. Pengaruh Herding Bias Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi

Berdasarkan hasil olahan statistik dalam penelitian ini dinyatakan bahwa

hipotesis 3 (H3) diterima. Melalui pengujian regresi berganda, didapatkan nilai

koefisien sebesar 0,778. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan herding

bias satu-satuan maka keputusan investasi akan meningkat sebesar 0,778. Hipotesis

ketiga memiliki nilai t hitung sebesar 6,465 > 1,9785 dan nilai signifikansi 0,000 <

0,05 yang artinya bahwa herding bias berpengaruh signifikan terhadap keputusan

investasi.

25
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ramdani (2018) yang menyatakan

bahwa variabel herding bias berpengaruh positif atau signifikan terhadap

pengambilan keputusan investasi. Dari keputusan investor lain tersebut, investor lebih

bereaksi cepat terhadap perubahan keputusan investor lain dalam berinvestsi. Selain

itu juga investor lebih senang membeli saham jika saham tersebut diminati sejak awal

diperdagangkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Qasim et al (2019)

yang menunjukkan bahwa variabel herding bias memiliki dampak yang kuat pada

keputusan investasi. Karna pasar saham pakistan yang tidak berkembang dengan baik

dan efisien, sehingga informasi tidak tersedia untuk semua investor. Hal ini yang

membuat investor dipengaruhi oleh herding bias untuk melindungi diri dari kerugian.

Seorang investor akan menunjukkan perilaku herding ketika ia lebih bergantung pada

informasi yang divalidasi oleh orang banyak, bukan pada penilaian sendiri karena

dengan persepsi bahwa pilihan atau keputusan investasi yang diambil mayoritas tidak

mungkin salah.

26
BAB

IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari temuan penelitian diketahui bahwa cognitive dissonance bias tidak

berpengaruh signifikan terhadap keputusan investasi.

2. Dari temuan penelitian diketahui bahwa overconfidence bias tidak berpengaruh

signifikan terhadap keputusan investasi.

3. Dari temuan penelitian diketahui bahwa herding bias berpengaruh positif

signifikan terhadap keputusan investasi.

27
B. Saran

Berdasarkan hasil dan keterbatasan dalam makalah ini, penulis dapat

memberikan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan untuk peneliti selanjutnya,

antara lain sebagai berikut :

1. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambah jumlah variabel penelitian di luar

variabel yang telah peneliti gunakan sehingga mampu menjelaskan pengaruh bias

terhadap pengambilan keputusan investasi.

2. Peneliti selanjutnya dapat menambah sampel responden yang digunakan menjadi

lebih beragam dan hasil penelitian lebih menggambarkan keadaan yang

sebenarnya terjadi pada investor saat mengambil keputusan investasi.

28
DAFTAR PUSTAKA

Addinpujoartanto, N. A., dan Darmawan, S. (2020). Pengaruh Overconfidence,


Regret Aversion, Loss Aversion, dan Herding BiasTerhadap
Keputusan Investasi di Indonesia. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, 13(3),
175-187
Ady, S. U. (2017). Analisis Fundamental, suku bunga, dan Overconfidence terhadap
pengambilan keputusan investasi pada investor di Surabaya. Ekspektra: Jurnal
Bisnis dan Manajemen,, 1(2), 138-155
Bodie, Z., Kane, A., & Marcus, A. (2016). Manajemen Portofolio dan Investasi. Edisi
9. Jakarta : Salemba Empat.
Hadrian dan Adiputra, I. G. (2020). Pengaruh Overconfidence, Herding
Effect, Self-Monitoring Terhadap Investment.
Jain, J., Walia, N., & Gupta, S. (2019). Evaluation of behavioral biases affecting
investment decision making of individual equity investors by fuzzy analytic
hierarchy process. In Review of Behavioral Finance (Vol. 12)
Khan N, A. R., Azeem, M., & Sarwar, S. (2017). Impact of Overconfidence and Loss
Aversion Biases on Investment Decision: Moderating Role of Risk
Perception. International Journal of Transformation in Accounting, Auditing
& Taxation.

29
Lubis, A. N. (2013). Perilaku Keuangan Investor. Medan: USU Pres.
Pompian, M. M. 2006. Behavioral Finance and Wealth Management. How to Build
Optimal Portfolios That Account for Investor Biases. First Edition. New
Jersey: John Wiley & Sons. Inc.
Puspawati, D., & Yohanda, A. R. (2022). Bias Perilaku Pada Keputusan Investasi
Generasi Muda. AKUNTABILITAS , Vol. 16, No. 1.
Putri, R. A., & Isbanah, Y. (2020). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Investasi pada Investor Saham di Surabaya. Jurnal Ilmu Manajemen (JIM),
8(1).
Rona, I. W., & Sinarwati, N. K. (2021). Pengaruh Herding Bias dan Overconfidence
Bias terhadap Pengambilan Keputusan Investas. StudiAkuntansidanKeuangan
Indonesia, Vol. 4, No. 2.
Sari, W. W., Fathoni, A. F., dan Haryetti. (2019). Pengaruh Informasi K inerja
Saham terhadap Pengambilan Keputusan Investasi dengan Herding
Behaviorsebagai Variabel Mediasi. Jurnal Ekonomi, 27(3), 282 –292.
Setiawan, Y. C., Atahau, A. D., & Robiyanto. (2018). Cognitive Dissonance Bias,
Overconfidence Bias dan Herding Bias dalam Pengambilan Keputusan
Investasi Saham. Accounting and Financial Review, 1(1), 17-25.
Seto, A. A. (2017). Behavioral Biases pada Individual Investor di Kota Palembang.
Jurnal Ekonomi Global Masa Kini, Vol. 8, No. 1.
Shefrin, H., 2007. Behavioral Corporate Finance: Decision that Create Value,
McGraw-Hill/Irwin.
Yuningsih. (2020). Perilaku Keuangan Dalam Berinvestasi. Sidoarjo: Indomedia
Pustaka.

30

Anda mungkin juga menyukai