Anda di halaman 1dari 19

BAB VI

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Tujuan Pembelajaran Umum: Menjelaskan Tentang Proses Pengambilan


Keputusan
Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa mampu Menjelaskan Pengertian pengambilan Keputusan
2. Mahasiswa mampu Menjelaskan Dasar Pengambilan Keputusan
3. Mahasiswa mampu Menjelaskan Gaya Pengambilan Keputusan
4. Mahasiswa mampu Menjelaskan Elemen Dasar Dalam Pengambilan
Keputusan
5. Mahasiswa mampu Menjelaskan Jenis Keputusan
6. Mahasiswa mampu Menjelaskan Faktor Individual dalam
Pengambilan Keputusan
7. Mahasiswa mampu Menjelaskan Keputusan Kelompok

A. Pendahuluan
Setiap organisasi, terdapat terjadi perubahan-perubahan kondisi yang dipengaruhi
oleh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal organisasi. Dalam
menghadapi perkembangan dan perubahan yang terjadi maka diperlukan
pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Keberhasilan suatu organisasi dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan ditentukan oleh fungsi yang sangat penting
dalam memimpin yaitu pengambilan keputusan. Semakin tinggi posisi seseorang
dalam kepemimpinan organisasi maka pengambilan keputusan menjadi tugas
utama yang harus dilakukan. Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan
dapat dipakai sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi dalam organisasi.
Pengambilan keputusan adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang
dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat. Dalam mengambil keputusan pemimpin

1
juga dapat melibatkan bawahannya atau dapat dikatakan sebagai pengambilan
keputusan yang partisipatif. Hal ini tergantung dari kebijakan pemimpin itu sendiri.
Untuk itu dalam mengambil keputusan pemimpin harus berhati-hati. Karena
keputusan merupakan permulaan dari suatu tindakan. Pengambilan keputusan
yang salah dapat merugikan organisasi itu sendiri. Pemahaman mengenai
pengambilan keputusan sangatlah penting demi kerberlanjutan

B. Pokok-Pokok Isi
6.1. Pengertian Pengambilan Keputusan
Kamus Besar Ilmu Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Pengambilan Keputusan (Decision
Making) adalah pemilihan keputusan atau kebijakan yang didasarkan atas kriteria
tertentu. Proses ini meliputi dua atau lebih alternatif karena seandainya hanya ada
satu alternatif tidak akan ada keputusan yang diambil.

Dermawan (2004)

Menurut Dermawan, Pengambilan Keputusan adalah suatu proses yang dipengaruhi


oleh banyak kekuatan termasuk lingkungan organisasi dan pengetahuan, kecakapan
dan motivasi. Pengambilan keputusan adalah ilmu dan seni pemilihan alternatif
solusi atau tindakan dari sejimlah alternatif solusi dan tindakan yang berguna
menyelesaikan masalah.

Terry (2003)

Menurut Terry, Pengambilan Keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari


dua alternatif atau lebih, tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui
pemilihan satu diantara alternatif- alternatif yang memungkinkan.

Suharnan (2005)

Menurut Suharnan, Pengambilan Keputusan adalah proses memilih atau menentukan


berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak pasti.

2
Baron dan Byrne (2008)

Menurut Baron dan Byrne, Pengambilan Keputusan adalah suatu proses melalui
kombinasi individu atau kelompok dan mengintegrasikan informasi yang ada dengan
tujuan memilih satu dari berbagai kemungkinan tindakan.

Simon (1993)

Menurut Simon, Pengambilan Keputusan adalah suatu bentuk pemilihan dari


berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih, yang prosesnya melalui
mekanisme tertentu dengan harapan akan menghasilkan suatu keputusan yang
terbaik.

6.2. Dasar Pengambilan Keputusan

Menurut Terry dalam Syamsi (2000:16), umumnya dalam pengambilan keputusan


seseorang, didasari hal-hal berikut, diantaranya yaitu:

Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif
yakni mudah terkena sugesti, pengaruh luar dan faktor kejiwaan lainnya.
Pengambilan keputusan berdasarkan intusisi, membutuhkan waktu yang singkat
untuk masalah yang memiliki dampak terbatas.

Pengalaman
Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang
masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu memudahkan
pemecahan masalah.

Fakta
Keputusan berdasarkan fakta, data atau informasi yang cukup merupakan keputusan
yang baik dan solid, tetapi untuk mendapatkan informasi yang cukup sangat sulit.

3
Wewenang
Keputusan berdasarkan wewenang akan menimbulkan sifat rutin dan
mengasosiasikan dengan praktik diktatorial. Keputusan berdasarkan wewenang
kadang sering membuat pembuat keputusan melewati permasalahan yang seharusnya
dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.

Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah yang
dihadapi membutuhkan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan
pertimbangan rasional lebih bersifat objektif.

6.3. Gaya Pengambilan Keputusan

Gaya pengambilan keputusan yaitu bagaimana seseorang menginterpretasi,


merespon dan juga cara seseorang bereaksi terhadap situasi yang dihadapinya.
Menurut Kuzgun, ada 4 (empat) gaya pengambilan keputusan, diantaranya yaitu:

Rational (Rasional)
Gaya pengambilan keputusan ini ditandai dengan strategi yang sistematis dan
berencana dengan orientasi masa depan yang jelas.

Intuitive (Intuisi)
Gaya pengambilan keputusan ini ditandai dengan ketergantungan pada pengalaman
batin, fantasi dan kecendrungan untuk memutuskan dengan cepat tanpa banyak
pertimbangan atau pengumpulan informasi.

Dependent (Dependen)
Gaya pengambilan keputusan ini, menolak tanggung jawab atas pilihan mereka dan
melibatkan tanggung jawab kepada orang lain. Dengan kata lain, gaya ini cenderung
pada keputusan orang lain yang mereka anggap sebagai figur otoritas seperti orang
tua, keluarga dan teman.

4
Indecisiveness (Keraguan)
Gaya pengambilan keputusan ini cenderung menghindari situasi pengambilan
keputusan atau tanggunga jawab terhadap orang lain.

6.4. Elemen-elemen Dasar dalam Pengambilan Keputusan


1. Menetapkan tujuan
Pengambilan keputusan harus memiliki tujuan yang akan mengarahkan tujuannya,
apakah spesifik yang dapat diukur hasilnya ataupun sasaran yang bersifat umum.
Tanpa penetapan tujuan, pengambil keputusan tidak bisa menilai alternatif atau
memilih suatu tindakan. Keputusan pada tingkat individu, tujuan ditentukan oleh
masing-masing orang sesuai dengan sistem nilai seseorang. Pada tingkat
kelompok dan organisasi, tujuan ditentukan oleh pusat kekuasaan melalui diskusi
kelompok, konsensus bersama, pembentukan kualisi dan berbagai macam proses
yang mempengaruhi. Ditambahkan oleh Wijono, bahwa tujuan harus dibagi
menurut pentingnya, ada tujuan yang bersifat harus atau tidak bisa ditawar, dan
ada tujuan yang bersifat keinginan, yang mana masih bisa ditawar.

2. Mengidentifikasi Permasalahan
Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah permasalahan
diidentifikasi. Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya ketidaksamaan
antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Permasalahan dalam
organisasi dapat berupa rendahnya produktivitas, adanya konflik disfungsional,
biaya operasional yang terlalu tinggi, pelayanan tidak memuaskan klien, dan
lain-lain. Pengambilan keputusan yang efektif memerlukan adanya identifikasi
yang tepat atas penyebab permasalahan. Jika penyebab timbulnya permasalahan
tidak dapat diidentifikasi dengan tepat, maka permasalahannya yang ada tidak
dapat diselesaikan dengan baik. Ada tiga kesalahan yang sering terjadi dalam
mengidentifikasi permasalahan, yaitu mengabaikan permasalahan yang ada,
pemusatan perhatian pada gejala dan bukan pada penybab permasalahan yang
sebenarnya, serta melindungi diri karena informasi dianggap mengancan harga diri.

5
3. Mengembangkan sejumlah alternatif
Setelah permasalahan diidentifikasi, kemudian dikembangkan serangkaian
alternatif untuk menyelesaikan permasalahan. Organisasi harus mengkaji berbagai
informasi baik interen maupun eksteren untuk mengembangkan serangkaian
alternatif yang diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang terjadi.
Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan seseorang menolak untuk
membuat keputusan yang terlalu cepat dan membuat lebih mungkin pencapaian
keputusan yang efektif.
Proses pengambilan keputusan yang rasional mengharuskan pengambil keputusan
untuk mengkaji semua alternatif pemecahan masalah yang potensial. Akan tetapi
dalam kenyataannya seringkali terjadi bahwa proses pencarian alternatif
pemecahan masalah seringkali terbatas.

4. Penilaian dan pemilihan alternatif


Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi terhadap
masing-masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah alternatif
yang terbaik. Alternatif-alternatif tindakan dipertimbangkan berkaitan dengan
tujuan yang ditentukan, apakah dapat memenuhi keharusan atau keinginan.
Alternatif yang terbaik adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan
yang hendak dicapai. Bidang ilmu statistik dan riset operasi merupakan model
yang baik untuk menilai berbagai alternatif yang telah dikembangkan.

5. Melaksanakan keputusan
Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut
kemudian harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi sering
kali keputusan yang baik sekalipun mengalami kegagalan karena tidak diterapkan
dengan benar. Keberhasilan penerapan keputusan yang diambil oleh pimpinan
bukan semata-mata tanggung jawab dari pimpinan akan tetapi komitmen dari
bawahan untuk melaksanakannya juga memegang peranan yang penting (Gillies,
1996; Gitosudarmo, 1997).
Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan seharusnya juga

6
mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan tersebut. Betapapun
baiknya suatu keputusan apabila keputusan tersebut sulit diterapkan maka
keputusan itu tidak ada artinya. Pengambil keputusan membuat keputusan
berkaitan dengan tujuan yang ideal dan hanya sedikit mempertimbangkan
penerapan operasionalnya (Gitosudarmo, 1997).

6. Evaluasi dan pengendalian


Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja
menganggap bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem
pengendalian dan evaluasi perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari
keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian didasarkan atas sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan mudah diukur dapat
mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan tersebut. Jika
keputusan tersebut kurang berhasil, di mana permasalahan masih ada, maka
pengambil keputusan perlu untuk mengambil keputusan kembali atau melakukan
tindakan koreksi. Masing-masing tahap dari proses pengambilan keputusan perlu
dipertimbangkan dengan hati-hati, termasuk dalam penetapan sasaran tujuan
(Wijono, 1999; Gitosudarmo, 1997).

1) Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997)

1. Menetapkan tujuan
2. Mengidentifikasi masalah
3. Mengembangkan sejumlah alternative
4. Penilaian dan pemilihan alternative.

2) Menurut Herbert. A Simon (1992) dalam Djatmiko (2002)

1. Penemuan masalah (Intelligence), meliputi pengumpulan data, mewaspadai


lingkungan dan mendeteksi permasalahan yang dihadapi.
2. Pemahaman masalah (Design), meliputi pengkajian masalah secara sistematis,
menciptakan alternative berdasarkan hasil evaluasi atas hasil-hasilnya.

7
3. Pemilihan alternative (Choice), kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan
alternative yang disukai.
4. Implementasi (Implementation), adalah pelaksanaan keputusan yang meliputi
pemberian penjelasan kepada pihak-pihak terkait serta membuat konsensus
bahwa keputusan menitikberatkan pada kebaikan dan menanamkan komitmen.

3) Menurut Finch dan McGough dalam Djatmiko (2002)

1. Mengidentifikasi ruang lingkup permasalahan


2. Mendefinisikan masalah
3. Menetapkan alternative-alternatif pemecahan masalah
4. Mengidentifikasi konsekuensi-konsekuensi pemecahan masalah
5. Memilih alternative masalah
6. Menguji konsekuensi keputusan

4) Menurut Dalft (1986) dalam Djatmiko (2002)

1. Memantau lingkunagn keputusan yaitu meminta informasi internal maupun


eksternal yang akan memungkinkan terjadinya penyimpangan dari perilaku
yang direncanakan.
2. Mendefinisikan masalah, berkaitan dengan rincian mendasar tentang masalah
yang meliputi : dimana, bilamana, siapa yang dilibatkan, siapa yang terkena,
dan bagaimana kegiatan yang ada akan terpengaruh.
3. Menspesifikasi sasaran keputusan, yakni menentukan hasil kinerja, yang harus
dicapai dengan suatu keputusan.
4. Mendiagnosa masalah, yaitu menganalisa sebab-sebab terjadinya masalah
untuk mendapatkan perlakuan yang tepat.
5. Mengembangkan alternative pemecahan masalah. Hal ini dapat dilakukan
dengan mempertimbangkan pengalaman terdahulu serta menampung
masukan-masukan.

8
6. Mengevaluasi alternative pemecahan masalah. Hal ini dapat dilakukan melalui
cara-cara statistis atau pengalaman pribadi untuk memprediksi kemungkinan
keberhasilan (meritis).
7. Memilih alternative terbaik, yaitu alternative yang mengandung peluang
berhasil terbaik.
8. Mengimplementasikan pilihan terbaik. Kegiatan ini dilaksanakan dengan
menggunakan kemampuan manajerial, administrative dan persuasif serta
meyakinkan bahwa keputusan dilaksanakan.

5) Menurut Lipham (1974) dalam Djatmiko (2002)

1. Merumuskan sasaran dan masalah, ruang lingkup, hambatan-hambatan dari


factor lingkungan.
2. Menentukan asumsi-asumsi dan keterbatasan-keterbatasan yang
mempengaruhi masalah dan pemecahannya.
3. Mengidentifikasi semua kemungkinan alternative pemecahan masalah.
4. Menentukan criteria yang cocok dan penting untuk menilai setiap alternative
pemecahan masalah yang ada.
5. Mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk membuat perbandingan
antara alternative-alternatif.
6. Menilai kemungkinan hasil yang dicapai setiap alternative.
7. Memilih alternative terbaik.
8. Menerapkan keputusan.
9. Menindaklanjuti akibat-akibat penerapan keputusan.

6) Menurut Kuntoro Mangkusubroto dan Listiarini Krisnadi (1989) dalam


Djatmiko (2002)

1. Tahapan deterministic yaitu disaling-hubungkannya variable-variabel yang


berpengaruh terhadap keputusan, penetaoan nilai-nilai serta mengukur tingkat
kepentingan ssetiap variable tanoa memperhatikan dulu adanya usur
ketidakpastian.

9
2. Tahapan probabilistic yaitu penilaian atas tingkat ketidakpastian setiap
variable dalam bentuk suatu nilai.
3. Tahapan informasional yaitu peninjauan hasil atas dua tahap terdahulu untuk
menentukan nilia ekonomis setiap veriabel dan bila diperlukan mengusahakan
informasi tambahan untuk mengurangi kadar ketidakpastian.

7) Menurut Gibson dan kawan-kawan (1996)

1. Menetapkan sasaran dan tujuan dan mengukur hasil.


2. Identifikasi masalah.
3. Mengembangkan alternative.
4. Evaluasi alternative.
5. Memilih alternative.
6. Implementasi keputusan.
7. Control dan evaluasi.

8) Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2004)

1. Mengidentifikasi masalah, dimana masalah itu adalah kesenjangan antara


keadaan nyata dengan keadaan yang dekehendaki.
2. Mengidentifikasi kriteria keputusan, yakni menetukan faktor-faktor apa yang
relevan dalam mengambil keputusan.
3. Memberi bobot ke kriteria.
4. Meyusun alternative, yakni membuat daftar sejumlah alternative yang dapat
menyelesaikan masalah tersebut.
5. Menganalisis alternative, yaitu menganalisis kekuatan dan kelemahan
masing-masing alternative.
6. Memilih sebuah alternative, yakni memilih alternative terbaik dari alternative
yang dipertimbangkan.
7. Mengimplementasikan alternative terpilih. Implementasi mencakup
penyampaian keputusan kepada orang-orang yang terpengaruh dan
mendapatkan komitmen mereka atas keputusan itu.

10
8. Mengevaluasi efektivitas keputusan, yakni menilai hasil keputusan itu untuk
melihat apakah masalahnya telah terpecahkan dan mencapai hasil seperti yang
dikehendaki.

6.5. Jenis-jenis Keputusan


Jenis-jenis keputusan dalam 2 kategori, yaitu keputusan yang direncanakan /
diprogram dan keputusan yang tidak direncanakan / tidak terprogram.
A. Keputusan yang diprogram
Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang bersifat rutin dan
dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur
tertentu. Keputusan yang diprogram terjadi jika permasalahan terstruktur dengan
baik dan orang-orang tahu bagaimana mencapainya. Permasalahan ini umumnya
agak sederhana dan solusinya relatif mudah. Di perguruan tinggi keputusan yang
diprogram misalnya keputusan tentang pembimbingan KRS, penyelenggaraan
Ujian Akhir Semester, pelaksanaan wisuda, dan lain sebagainya (Gitosudarmo,
1997).

B. Keputusan yang tidak diprogram


Keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak
dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu
untuk menangani suatu masalah, apakah karena permasalahannya belum pernah
terjadi atau karena permasalahannya sangat kompleks dan penting. keputusan
yang tidak diprogram dan tidak terstruktur dengan baik, apakah karena kondisi
saat itu tidak jelas, metode untuk mencapai hasil yang diinginkan tidak diketahui,
atau adanya ketidaksamaan tentang hasil yang diinginkan (Wijono, 1999).

6.6. Faktor Individual Dalam Pengambilan Keputusan

Sebelumnya telah dikemukakan proses dasar pengambilan keputusan yang


dilakukan seseorang dalam pengambilan keputusan. Dalam kenyataannya
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang tidak sistematis seperti
proses yang dikemukakan sebelumnya. Keputusan individu dalam organisasi

11
biasanya dilakukan untuk permasalahan-permasalahan yang tidak kompleks.
Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama
yaitu nilai individu, kepribadian dan kecenderungan dalam pengambilan resiko.

A. Nilai individu pengambil keputusan


Nilai-nilai individu pengambil keputusan merupakan keyakinan dasar yang
digunakan seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan dan harus mengambil
suatu keputusan. Nilai-nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu proses
belajar dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam banyak keadaan individu
bahkan tidak berfikir untuk menyusun / menilai keburukan dan lebih ditarik oleh
kesempatan untuk menang.

B. Kepribadian
Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti
kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang berpengaruh terhadap
keputusan yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional versus
obyektivitas. Beberapa pengambil keputusan memiliki suatu orientasi ideologi
tertentu yang berarti keputusan dipengaruhi oleh suatu filosofi atau suatu
perangkat prinsip tertentu. Sementara itu pengambil keputusan atau orang lain
mendasarkan keputusannya pada suatu yang secara politis akan meningkatkan
kekuasaannya secara pribadi.

Beberapa pengambil keputusan kadang kala emosionalnya mempengaruhi


keputusan yang diambilnya. Emosional tersebut dapat berupa kecenderungan
kepribadian seseorang atau emosional yang berasal dari kebutuhan akan
perlindungan. Emosional dapat mempengaruhi cara suatu permasalahan dianalisis,
jenis informasi dan alternatif yang dipertimbangkan dalam proses pengambilan
keputusan. Informasi yang obyektif diabaikan, dan keputusan hanya didasarkan
pada perasaannya saja. Sementara itu beberapa pengambil keputusan yang lain
lebih obyektif, dimana mereka menghindari adanya kekeliruan persepsi tentang
permasalahan maupun informasi yang berkaitan dengannya.

12
C. Kecenderungan terhadap pengambilan resiko
Untuk meningkatkan kecakapan dalam membuat keputusan, perawat haus
membedakan situasi ketidakpastian dari situasi resiko, karena keputusan yang
berbeda dibutuhkan dalam kedua situasi tersebut. ketidakpastian adalah kurangnya
pengetahuan hasil tindakan, sedangkan resiko adalah kurangnya kendali atas hasil
tindakan dan menganggap bahwa si pengambil keputusan memiliki pengetahuan
hasil tindakan walaupun ia tidak dapat mengendalikannya. Lebih sulit membuat
keputusan dibawah ketidakpastian dibanding dibawah kondisi bahaya. Dibawah
ketidakpastian si pengambil keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap
pilihan satu strategi atas strategi lainnya.
Dalam mengambil suatu keputusan ada orang yang senang dengan resiko dan ada
orang yang tidak senang. Ada juga orang yang dikatakan netral terhadap resiko.
Orang yang senang dengan resiko akan berbeda dalam mengevaluasi serangkaian
alternatif maupun memilih suatu alternatif dengan mereka yang tidak senang
dengan resiko. Dalam keputusan investasi misalnya, orang yang senang dengan
resiko akan memilih investasi yang memberikan hasil yang besar sekalipun
resikonya juga besar. Sebaliknya, orang yang tidak senang dengan resiko akan
memilih alternatif investasi yang resikonya paling kecil sekalipun hasilnya juga
rendah.
Neil Niven (2002) menerangkan secara aplikatif bahwa jika suatu keputusan
mempunyai resiko yang tinggi, orang akan lebih mungkin mengikuti aturan yang
rasional dan matematis. Banyak keputusan yang berhubungan dengan kesehatan
pasien mencakup resiko tingkat tinggi dan karenanya mempunyai komponen
penggunaan subyektif dan membutuhkan pertimbangan yang cermat.

6.7. Keputusan Kelompok

A. Pengertian keputusan

13
Pengambilan keputusan sering dijelaskan sebagai tindakan memilih di antara
beberapa kemungkinan. Pengambilan keputusan adalah suatu proses lebih pelik
dari sekedar memilih di antara beberapa kemungkinan.

Banyak perdebatan muncul saat menentukan efektivitas pengambilan keputusan


secara individu atau kelompok. Secara kelompok biasanya membutuhkan waktu
lebih lama untuk mencapai keputusan, tetapi dengan pengambilan keputusan
kelompok dapat mengikut-sertakan spesialis dan ahli akan menguntungkan karena
interaksi di antara mereka akan menghasilkan keputusan yang lebih baik. Pada
kenyataannya, banyak para peneliti menyatakan bahwa keputusan konsensus
dengan lima atau lebih peserta akan lebih baik, karena akan mendapatkan
pengumpulan suara terbanyak dan keputusan memimpin kelompok.

Keputusan tertentu tampaknya memang menjadi lebih baik jika dibuat oleh
kelompok, seperri Keputusan tidak terprogram lebih cocok jika dibuat oleh
kelompok.

B. Hal yang harus di perhatikan proses kelompok dalam membuat keputusan


tak terprogram

Hal-hal berikut ini berhubungan dengan proses kelompok saat membuat keputusan
tak terprogram, yaitu:

1. Penetapan tujuan: kelompok lebih unggul dibandingkan individu sebab


kelompok memiliki pengetahuan lebih banyak dibandingkan individu.

2. Identifikasi alternatif: usaha individu sebagai bagian dari anggota kelompok


akan merangsang pencarian lebih luas diberbagai area fungsional di organisasi.

3. Evaluasi alternatif: pertimbangan kolektif dari kelompok dengan berbagai


sudut pandang lebih unggul dibanding individu.

4. Memilih alternatif: interaksi kelompok dan pencapaian konsensus biasanya


menghasilkan penerimaan resiko lebih besar dibanding individu. Keputusan

14
kelompok juga biasanya lebih dapat diterima sebagai hasil dari partisipasi
bersama.

5. Implementasi keputusan: dibuat oleh kelompok atau tidak, penyelesaian


biasanya dilakukan oleh seorang saja manajer. Individu bertanggungjawab
untuk implementasi keputusan kelompok.

C. Teknik pengambilan keputusan kelompok

1. Kelompok interaktif, yaitu anggota berinteraksi secara langsung dengan


anggota lain.
2. Kelompok nominal , yaitu membatasi komunikasi antar pribadi selama proses
pengambilan keputusan , karena masing-masing individu mengemban tugas
secara independen.

D. Bentuk teknik pengambilan keputusan kelompok

1. Teknik Pengambilan Keputusan Kelompok Delphi, umumnya digunakan


untuk mengambil keputusan meramal masa depan yang diperhitungkan
akan dihadapi organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk kelompok
pengambil keputusan yang tidak berada di satu tempat. Pengambil
keputusan menysun serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan suatu
situasi peramalan dan menyampaikannya kepada sekelompok ahli. Para
ahli tersebut ditugaskan untuk meramalkan, apakah suatu peristiwa dapat
atau mungkin terjadi atau tidak.

2. Teknik Pengambilan Keputusan Kelompok Nominal, adalah rapat


kelompok yang terstruktur terdiri dari 7-10 individu duduk berkumpul
tetapi tidak berbicara satu sama lainnya. Setiap orang menulis gagasannya
di selembar kertas. Setelah 5 menit, dilakukan saling tukar pikiran yang
terstruktur. Setiap orang mengajukan satu gagasan. Seseorang yang
ditunjuk sebagai notulen mencatat seluruh gagasan itu di kertas di depan
seluruh anggota kelompok.

15
3. Teknik Pengambilan Keputusan dengan Pertemuan Elektronik,
Pendekatan yang terbaru untuk pengambilan keputusan kelompok adalah
mencampurkan teknik kelompok nominal dengan teknologi komputer
canggih. Bentuk ini disebut dengan pertemuan elektronik (electronic
meeting). Jika tehnologi sudah dipakai, konsepnya sederhana saja. Sampai
dengan lima puluh orang duduk mengelilingi meja berbentuk U (tapal kuda)
yang disana hanya ada seperangkat terminal komputer. Masalah
dipresentasikan kepada para peseta pertemuan dan meraka mengetik
tanggapan mereka ke layar komputer. Komentar individu, serta jumlah
suara diperlihatkan di layar proyeksi di ruangan tersebut.

E. Kelebihan pengambilan keputusan kelompok

Menurut Mansoer (1989:69) ada beberapa kelebihan keputusan kelompok


dibandingkan dengan keputusan individual, antara lain:

1. Informasi yang lengkap lebih mungkin diadakan. Dalam kelompok


terhimpun banyak pengalaman dan pandangan daripada seorang.

2. Banyak alternatif yang muncul, karena kelompok mempunyai informasi


banyak dalam jumlah dan ragamnya dan dapat mengidentifikasi lebih
banyak kemungkinan. Lebih-lebih lagi kelompok itu terdiri atas berbagai
keahlian dan latar belakang pengalaman.

3. Keputusan kelompok lebih berterima. Hal ini disebabkan karena keputusan


kelompok lebih menelaah banyak pandangan dan pendapat, sehingga
keputusannya lebih besar kemungkinan mendapat persetujuan lebih dari
banyak orang.

4. Meningkatkan kesempatan terlaksananya hak orang banyak. Keputusan


kelompok lebih sesuai dengan hak demokrasi. Mengingat banyak
kesempatan oleh manajer untuk mengambil keputusan sendiri, maka
mengambil kebijaksanaan untuk memberi kesempatan kepada orang lain
yang ahli untuk turut mengambil kebagian dalam pengambilan keputusan,
adalah merupakan upya meningkatkan legistimasi orang lain.

16
F. Kekurangan pengambilan keputusan kelompok

Selain memiliki kelebihan, pengambilan keputusan secara kelompok juga tidak


lepas dari beberapa kelemahan, di antaranya adalah:

1. Memakan waktu. Keputusan kelompok diperoleh dari hasil diskusi yang


panjang, banyak waktu dipakai untuk rapat-rapat, sedangkan pengambilan
keputusan sendiri oleh manajer bisa diambil dalam waktu singkat, tepat pada
saat masalahnya timbul.

2. Dominasi minoritas. Tidak mungkin dalam satu kelompokterwakili semua


kepentingan dalam organissi dan seringkali hanya terdiri atas segelintir orang
saja. Kesempatan ini oleh para anggota kelompok sering digunakan untuk
memenangkan kepentingan orang-orangtertentu dalam organisasinya yang
sengaja atau tidak sengaja diwakilinya. Ada kecenderungan dia mendominasi
kepentingan orang terbanyak.

3. Tekanan untuk menyesuaikan. Dalam kelompok ada saja golongan yang


mempunyai pengaruh dan menekan kelompok untuk menyesuaikan diri dengan
kehendaknya.

4. Tanggungjawab tersamar. Pada keputusan individual jelas siapa yang


bertanggungjawab, tapi pada keputusan kelompok dari mereka (para anggota)
tidak bisa dimintai pertanggungjawaban perorangan. Tanggung jawab
perorangan luluh dalam tanggungjawab bersama.

G. Perbandingan pengambilan keputusan individu dan kelompok

Apabila dilihat keefektifan dan efisiensi antar pengambilan keputusan kelompok


atau individu, maka hal tergantung kepada kriteria apa yang dipakai sebagai ukuran
efektif. Bila diukur dengan derajat akurasi, barangkali keputusan kelompok lebih
akurat. Fakta membuktikan keputusan kelompok lebih baik daripada keputusan
individu. Tetapi tidak berarti bahwa secara bersama kelompok lebih bermutu dari
perseorangan. Bila dimaksud dengan efektif adalah ukuran kecepatan maka
keputusan individual jadi lebih efektif. Kalau kreativitas yang jadi ukuran
keefektifan maka keputusan kelompok adalah lebih efektif. Ukuran keefektifan lain,

17
mungkin dukungan persetujuan, maka keputusan kelompok jadi lebih efektif.
Dalam kerja kelompok pengambil keputusan, telah teruji bahwa jumlah anggota 5
sampai 7 orang adalah produktif dan efektif. Efektif tentu diacu juga dengan
efisiensi. Keputusan kelompok bisa jadi tidak efisien dibandingkan dengan
keputusan individual, bila diukur dari waktuyang dipakai untuk mengambil
keputusan. Pengambilan keputusan bentuk mana yang akan dipakai bergantung
kepada aspek yang mana yang dipentingkan, efektivitas atau efisiensi.

Faktor Pengambilan Keputusan

Menurut Syamsi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan,


diantaranya yaitu

 Keadaan Internal
 Tersedianya informasi yang diperlukan.
 Keadaan Ekstern
 Kepribadian dan kecakapan pengambilan keputusan.

C. Kesimpulan

Pengambilan keputusan sering dijelaskan sebagai tindakan memilih di antara


beberapa kemungkinan. Pengambilan keputusan adalah suatu proses lebih pelik
dari sekedar memilih di antara beberapa kemungkinan.

Banyak perdebatan muncul saat menentukan efektivitas pengambilan keputusan


secara individu dan kelompok Menetapkan sasaran dan tujuan dan mengukur hasil.
Proses Pengambilan Keputuan:
a. Identifikasi masalah.
b. Mengembangkan alternative.
c. Evaluasi alternative.
d. Memilih alternative.
e. Implementasi keputusan.
f. Control dan evaluasi.

18
D. Latihan /Soal

1. Jelaskan Dasar Pengambilan Keputusan

2. Jelaskan Gaya Pengambilan Keputusan

3. Jelaskan Elemen Dasar Dalam Pengambilan Keputusan

4. Jelaskan Jenis Keputusan

19

Anda mungkin juga menyukai