TESIS
Disusun Oleh
SRI JUNIARTI AZIS
1906431380
TESIS
Disusun Oleh
SRI JUNIARTI AZIS
1906431380
ii Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan tesis saya
yang berjudul :
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat maka saya akan menerima
sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
iv Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 14 Januari 2021
v Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini pada waktunya. Tesis yang
berjudul “Analisis Dispute Klaim COVID-19 di Rumah Sakit Umum Daerah
Matraman Tahun 2020“ disusun dalam rangka mengikuti ujian tesis untuk
memperoleh gelar Magister Administrasi Rumah Sakit pada Program Studi Kajian
Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi penulis
untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
(1) Prof. Budi Hidayat S.K.M., MPPM., Ph.D sebagai dosen pembimbing akademis
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam penyusunan tesis ini;
(2) Seluruh teman-teman Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia angkatan 2019 yang telah berbagi
ilmu dan berdiskusi dalam menyempurnakan tesis ini;
(3) Seluruh Staf RSUD Matraman, khususnya manajemen dan tim casemix yang
telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan;
(4) Seluruh Staf Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM UI yang
telah memberikan informasi dan arahan dalam penyusunan tesis ini;
(5) Suami, anak, mertua, dan keluarga besar saya yang telah memberikan bantuan
dukungan moral dan material.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan
ilmu pengetahuan ke depannya.
vi Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini :
Nama : SRI JUNIARTI AZIS…............................................................
NPM : 1906431380…………................................................................
Program Studi : KAJIAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT...........................
Departemen : ADMINISTRASI KAJIAN KESEHATAN...............................
Fakultas : FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT.........................
Jenis karya : TESIS..........................................................................................
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
ANALISIS DISPUTE KLAIM COVID-19 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
MATRAMAN TAHUN 2020
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta..
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 30 Desember 2020
Yang menyatakan
Pandemi COVID-19 menimbulkan dampak bagi Negara Indonesia dari sisi keuangan,
sehingga pemerintah Indonesia harus memikirkan strategi pembiayaan pelayanan pasien
COVID-19. Rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan COVID-19 dapat
mengajukan klaim kepada Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan penggantian
biaya perawatan pasien. Dalam pelaksanaannya terdapat kendala yang dialami rumah
sakit pada saat mengajukan klaim, yaitu jumlah dispute klaim yang tinggi. Dispute
klaim merupakan klaim yang setelah dilakukan verifikasi oleh BPJS Kesehatan terdapat
ketidaksesuaian antara RS dan BPJS Kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis gambaran penyebab dispute klaim COVID-19 ditinjau
dari faktor input, proses, dan output di RSUD Matraman. Penelitian ini merupakan
penelitian observasional dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan di unit
casemix RSUD Matraman pada bulan September-Desember 2020. RSUD Matraman
adalah rumah sakit pemerintah yang berstatus BLUD yang membiayai sendiri
operasional rumah sakitnya, sehingga jika pembayaran klaim ini tertunda maka
cashflow rumah sakit akan terganggu. RSUD Matraman telah mengajukan klaim
COVID-19 bulan pelayanan Maret-Agustus 2020 sebanyak 157 berkas. Jumlah klaim
yang terdispute sebanyak 94 berkas (60%) lebih banyak dibandingkan jumlah klaim
yang lolos verifikasi sebanyak 63 berkas (40 %). Hasil penelusuran didapatkan bahwa
penyebab dispute klaim yang terjadi di RSUD Matraman disebabkan karena hasil swab
yang tidak terlampir, resume medis yang tidak tepat dan juga tidak lengkap. RSUD
Matraman segera menyelesaikan kasus dispute klaim yang terjadi supaya pembayaran
klaim segera cair sehingga cashflow rumah sakit tidak terganggu.
Kata kunci :
The COVID-19 pandemic has a financial impact on the State of Indonesia, so the
Indonesian government must think about a strategy for financing COVID-19 patient
services. Hospitals that provide COVID-19 services can submit claims to the Ministry
of Health to get reimbursement for patient care costs. In its implementation, there are
obstacles experienced by hospitals when submitting claims, namely the high number of
dispute claims. Dispute claims are claims that after verification by BPJS Kesehatan
there is a mismatch between the Hospital and BPJS Kesehatan. This study aims to
determine and analyze the description of the causes of the COVID-19 claim dispute in
terms of input, process, and output factors at Matraman Hospital. This research is an
observational study with a qualitative approach. The research was conducted at the
casemix unit of the Matraman Hospital in September-December 2020. RSUD Matraman
is a government hospital with a BLUD status that self-finances the operation of the
hospital, so if this claim payment is delayed, the hospital cash flow will be disrupted.
The Matraman Regional Hospital has submitted 157 COVID-19 claims for the month of
service from March-August 2020. The number of claims that were dispatched was 94
files (60%), more than the number of claims that passed verification of 63 files (40%).
The results showed that the cause of the dispute claim that occurred at the Matraman
Regional Hospital was due to the results of the swab which was not attached, the
medical resume was incorrect and also not complete. Matraman Regional Hospital
immediately resolves the dispute claim case so that the claim payment is immediately
disbursed so that the hospital cash flow is not disturbed.
Keywords :
ix Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN.................................................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................v
KATA PENGANTAR......................................................................................................vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS..........................................................................vii
ABSTRAK.....................................................................................................................viii
ABSTRACT.....................................................................................................................ix
DAFTAR ISI.....................................................................................................................x
DAFTAR TABEL..........................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................xvi
DAFTAR SINGKATAN...............................................................................................xvii
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................6
1.3 Pertanyaan Penelitian..........................................................................................6
1.4 Tujuan Penelitian................................................................................................6
1.4.1 Tujuan Umum Penelitian.............................................................................6
1.4.2 Tujuan Khusus Penelitian............................................................................6
1.5 Manfaat Penelitian..............................................................................................7
1.5.1 Bagi Rumah Sakit........................................................................................7
1.5.2 Bagi Peneliti................................................................................................7
1.5.3 Bagi Peneliti Lain........................................................................................7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian..................................................................................7
BAB 2................................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................9
2.1 Manajemen Klaim...............................................................................................9
2.1.1 Definisi........................................................................................................9
2.1.2 Cara Pengajuan Klaim...............................................................................10
2.1.3 Administrasi Klaim...................................................................................11
2.1.4 Claim Processing (Prosesi Klaim)............................................................15
2.2 Rekam Medis....................................................................................................23
5.3.2 Sampel.......................................................................................................61
5.3.3 Kriteria Informan.......................................................................................61
x Universitas Indonesia
i
DAFTAR ISI
5.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi..............................................................................62
5.5 Pengumpulan Data............................................................................................63
5.6 Instrumen Penelitian.........................................................................................63
5.7 Analisis Data.....................................................................................................63
5.8 Etika penelitian.................................................................................................64
BAB 6..............................................................................................................................65
HASIL PENELITIAN.....................................................................................................65
6.1 Input..................................................................................................................65
6.1.1 Sumber Daya Manusia (SDM)..................................................................65
6.1.2 Kebijakan dan SOP (Methode)..................................................................67
6.1.3 Berkas Klaim COVID-19 (Material)........................................................68
6.1.4 Dana (Money)............................................................................................68
6.1.5 Mesin (Machine).......................................................................................68
6.2 Proses................................................................................................................69
6.2.1 Alur dan Proses Klaim COVID-19 di RSUD Matraman..........................69
6.3 Output...............................................................................................................72
6.3.1 Gambaran Karakteristik Pasien pada Berkas Klaim COVID-19 Periode
Maret-Agustus di RSUD Matraman Tahun 2020..........................................................73
6.3.2 Gambaran Karakteristik Sampel Berkas Klaim COVID-19 Periode Maret-
Agustus di RSUD Matraman Tahun 2020 Setelah Diverifikasi BPJS Kesehatan.............74
6.3.3 Gambaran Penyebab Dispute Klaim COVID-19 Periode Maret-Agustus
Tahun 2020 di RSUD Matraman.................................................................................75
6.3.4 Penyelesaian Dispute Klaim RSUD Matraman.........................................78
6.4 Keterbatasan Penelitian.....................................................................................78
BAB 7..............................................................................................................................79
PEMBAHASAN..............................................................................................................79
7.1 Input..................................................................................................................79
7.1.1 Sumber Daya manusia...............................................................................79
7.1.2 Kebijakan dan SOP (Methode)..................................................................80
7.1.3 Berkas Klaim COVID-19 (Material).........................................................80
7.1.4 Insentif (Dana)...........................................................................................80
7.1.5 Mesin.........................................................................................................80
7.2 Proses................................................................................................................81
7.3 Output (Dispute Klaim COVID-19 di RSUD Matraman)................................82
x Universitas Indonesia
ii
DAFTAR TABEL
xv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUA
1 Universitas Indonesia
2
Universitas Indonesia
ditanggung sendiri oleh Rumah Sakit. Sehingga jika pembayaran klaim untuk pasien
COVID-19 ini tertunda, maka cashflow Rumah Sakit akan terganggu.
Untuk mempermudah pelaksanaan pembayaran dan mempercepat proses
penggantian biaya penyakit infeksi emerging tertentu dalam rangka menjaga mutu
pelayanan, efisiensi biaya pelayanan, dan kesinambungan pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan COVID-19, dibutuhkan petunjuk
teknis klaim PIE.
Pada tanggal 22 Juli 2020, Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/446/2020 yang menggantikan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/238/2020 yang dikeluarkan pada tanggal
6 April 2020 tentang Petunjuk Teknis Klaim Penggantian Biaya Perawatan Pasien
Penyakit Infeksi Emerging Tertentu bagi Rumah Sakit yang menyelenggarakan
Pelayanan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), dan juga menggantikan Surat
Edaran Nomor HK.02.01/Menkes/295/2020 tentang Klaim Penggantian Biaya
Perawatan Pasien Penyakit Infeksi Emerging Tertentu Bagi Rumah Sakit yang
Menyelenggarakan Pelayanan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang dikeluarkan
pada tanggal 24 April 2020.
Dalam pelaksanaannya terdapat kendala dan permasalahan yang dialami Rumah
Sakit pada saat pengajuan klaim tersebut. Klaim dispute merupakan klaim yang setelah
dilakukan verifikasi oleh BPJS Kesehatan terdapat ketidaksesuaian antara RS dan BPJS
Kesehatan. Klaim dispute akan diselesaikan oleh Tim Penyelesaian Klaim Dispute
Kementerian Kesehatan dengan menggunakan data yang berasal dari surat keberatan
pimpinan RS dan/atau dari Berita Acara Hasil Verifikasi (BAHV) BPJS Kesehatan yang
diserahkan kepada Kementerian Kesehatan melalui sistem informasi jaminan COVID-
19. Surat keberatan atas klaim dispute dari pimpinan RS rumah sakit dapat disampaikan
kepada Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan dan penyelesaian klaim dispute bersifat
final.
Berdasarkan sumber data catalog BPJS Kesehatan tanggal 2 September 2020
mengenai potret verifikasi klaim COVID-19 Nasional, total klaim pasien yang
diverifikasi oleh BPJS Kesehatan berjumlah 93.371 klaim. Dari proses verifikasi klaim
tersebut sebesar 49,36% adalah klaim dispute dengan jumlah kasus sebanyak 46.084.
Gambar 1. 2 Rincian Hasil Verifikasi Klaim COVID-19 Nasional
Rincian dispute klaim COVID-19 Nasional terdiri dari : Berkas Klaim Tidak
lengkap (tidak memenuhi unsur kelengkapan berkas pada pengajuan klaim) sebanyak
14.263 kasus , diagnosa komorbid tidak sesuai ketentuan sebanyak 3.646 kasus;
diagnosa penyakit penyerta/komplikasi merupakan bahagian dari Diagnosa Utama (sign
and symptom) sebanyak 1.123 kasus; Identitas tidak sesuai ketentuan sebanyak 2.938
kasus; Kriteria Peserta Jaminan Covid tidak sesuai ketentuan sebanyak 12.977 kasus;
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium tidak sesuai ketentuan, RITL : tidak ada
pemeriksaan swab (PCR) sebanyak 4.824 kasus; Pemeriksaan Penunjang Laboratorium
tidak sesuai ketentuan, RJTL : tidak ada pemeriksaan darah rutin dan rontgen sebanyak
1.804 kasus; Pemeriksaan Penunjang Radiologi tidak sesuai ketentuan sebanyak 1.141
kasus; Rawat inap dilakukan di luar ruangan isolasi yang ditetapkan oleh Drektur RS
sebanyak 1.520 kasus; dan terakhir adalah Tatalaksana isolasi tidak sesuai dengan
ketentuan pada Pedoman Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Covid-19 sebanyak
1.848 kasus.
Gambar
Gambar1.0.1 RincianDispute
1. 3 Rincian DisputeKlaim
KlaimCOVID-19
COVID-19Nasional
Nasional
Sumber: BPJS Kesehatan, 2020
Masalah dalam penelitian ini adalah tingginya angka dispute klaim pada pasien
COVID-19 di RSUD Matraman sebesar 60 % pada pengklaiman bulan pelayanan
Maret- Agustus 2020. Tingginya angka dispute klaim ini menyebabkan keterlambatan
pembayaran sisa uang muka oleh Kementerian Kesehatan yang dapat mengakibatkan
cashflow rumah sakit terganggu.
1. Bagaimana peran faktor-faktor input (SDM, Kebijakan dan SOP, Berkas Klaim,
Insentif, dan juga Sarana dan Prasarana) dalam mempengaruhi dispute klaim
COVID-19 di RSUD Matraman ?
2. Bagaimana gambaran proses klaim COVID-19 dalam mempengaruhi dispute
klaim di RSUD Matraman?
3. Bagaimana gambaran output klaim COVID-19 di RSUD Matraman?
4. Bagaimanakah solusi dispute klaim COVID-19 di RSUD Matraman?
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Klaim adalah suatu permintaan salah satu dari dua pihak yang mempunyai
ikatan, agar haknya terpenuhi. Satu dari dua pihak yang berikatan itu akan mengajukan
klaimnya kepada pihak lainnya sesuai dengan perjanjian atau provisi polis yang telah
disepakati bersama oleh kedua belah pihak. (Ilyas,2006)
Manajemen klaim asuransi kesehatan pada hakekatnya adalah pengaturan atau
pengelolaan proses klaim peserta asuransi (insured) dan klaim pemberi pelayanan
Kesehatan (provider)kepada perusahaan asuransi (asuradur). (Ilyas,2006)
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada manjemen klaim :
1. Ada dua pihak yang jelas melakukan ikatan perjanjian.
Hal ini menggambarkan secara jelas siapa yang melakukan ikatan dengan
siapa dan kejelasan pihak-pihak yang memiliki hak serta kewajiban.
2. Adanya ikatan perjanjian yang jelas dan resmi antara kedua pihak.
Bentuk ikatan ini akan mempengaruhi kepatuhan kedua pihak terhadap
ikatan perjanjian yang telah disepakati bersama, dapat berbentuk saling
percaya, saling mengikat secara etis, secara adat, dan secara hukum.
3. Adanya informed consent
Informed artinya kedua pihak memahami dan mengetahui semua aspek yang
mengikat mereka. Sedangkan consent adalah persetujuan terhadap ikatan
tersebut dilakukan dengan dasar kesadaran dan kesukarelaan bukan
didasarkan karena paksaan, ancaman, atau tipuan.
4. Didokumentasikan
Ikatan antara kedua pihak ini perlu didokumentasikan untuk mencegah
pengingkaran oleh salah satu pihak yang disengaja atau tidak disengaja.
Biasanya bentuk perjanjian ini berupa sertifikat polis yang berisi tentang
segala hal yang berkaitan dengan kewajiban dan tanggung jawab kedua
belah
9 Universitas Indonesia
10
pihak secara tertulis. Sertifikat polis ini biasanya ditanda tangani oleh kedua
pihak di atas materai dengan nilai yang berlaku saat itu.
Menurut Ilyas (2006), pengajuan klaim dapat dibedakan menjadi tiga acara:
1. Direct submimission
Dengan metode ini, pemegang polis atau tertanggung mengajukan
langsung klaimnya ke perusahaan asuransi. Perusahaan melakukan verifikasi
atas klaim yang diajukan dan melakukan pembayaran langsung kepada
tertanggung. Direct submission dapat dilakukan dengan pendekatan claim kit
dimana masing-masing tertanggung dilengkapi dengan claim kit yang
mencakup formulir klaim dan instruksi bagaimana mengisi formulir tersebut
dan bagaimana cara melakukan pengajuan klaim. Manfaat pengajuan klaim
dengan direct submission antara lain :
a. meringankan beban administrasi pemegang polis.
b. mempermudah proses penagihan.
c. melindungi informasi. Contoh : informasi medis
2. Policyholder submission (group helath insurance)
Pengajuan klaim yang dilakukan oleh pemegang polis, tertanggung
menginformasikan perihal klaim yang diajukan kepada pemegang polis,
biasanya bagian personalia. Pemegang polis menyediakan formulir klaim
beserta instruksinya kepada tertanggung pengaju klaim. Setelah menerima
berkas klaim yang lengkap dari tertanggung, kemudian pemegang polis
mereview kelengkapannya dan menyatakan bahwa pengaju klaim eligible
untuk dijamin dan kemudian mengirim berkas klaim tersebut kepada
perusahaan asuransi. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. tertanggung atau pegawai yang mengajukan klaim adalah peserta atau
tertanggung yang menjadi anggota pembayar premi asuransi kesehatan
yang dikelola oleh pemegang polis kelompok perusahaan.
b. pemegang polis menyatakan bahwa tertanggung tersebut adalah benar
anggotanya dan biaya yang dikeluarkan merupakan pelayanan yang
mendapat jaminan dari polis kelompok perusahaan.
Universitas Indonesia
c. pemegang polis memberikan formulir klaim kepada tertanggung beserta
instruksi pengisiannya.
d. formulir yang telah diisi lengkap dan diterima dari tertanggung tersebut
kemudian diperiksa kembali kelengkapannya dan dinyatakan oleh
pemegang polis bahwa tertanggung tersebut berhak atas tanggungan dan
dikirim kepada perusahaan asuransi kesehatan.
e. perusahaan asuransi kesehatan memproses klaim dan mengirimkan
pembayaran ke pemegang polis untuk diberikan kepada peserta atau
tertanggung, kecuali pembayyaran harus dibayarkan kepada provider.
pembayaran klaim dapat juga dilakukan langsung ke peserta asuransi.
3. Third Party Submission
Perusahaan asuransi kesehatan bekerja sama dengan perusahaan TPA
(Third Party Administration) dengan memberikan kewenangan untuk
melakukan prosesi klaim dan melakukan pembayaran klaim dalam batasan
jumlah tertentu sesuai dengan kesepakatan dengan perusahaan asuransi.
Kerugiannya adalah TPA ini cendrung menggunakan sistem yang mereka
kembangkan sendiri, melakukan interpretasi sendiri terhadap polis dan
praktek administrasi, menambah biaya.
Pemeriksaan Klaim
Sering terjadi konflik antara PPK dengan asuradur oleh karena bervariasinya
formulir klaim yang digunakan. Tidak seragamnya formulir klaim tentunya
menyebabkan kesulitan yang harus dihadapi oleh personel klaim PPK untuk menagih
pelayanan kesehatan yang telah mereka berikan kepada pasien. Dapat dibayangkan
kesulitan semakin meningkat, bila suatu PPK melakukan kontrak kerjasama dengan
banyak asuradur. Setiap asuradur menggunakan formulir klaim yang berbeda dan
menuntut perlakuan yang berbeda pula. Petugas klaim PPK sering mendapat kesulitan
untuk mengisi formulir yang harus sesuai dengan tuntutan asuradur. Sering dijumpai
klaim PPK ditolak oleh asuradur karena formulir klaim tidak diisi sesuai dengan standar
asuradur.
Tidak standarnya formulir klaim menimbulkan konflik antara PPK dan pihak asuradur.
Diimana dari aspek finansial, PPK merasa dirugikan karean terganggunya cash flow dan
meningkatnya cost of money bila menggunakan dana bank. Disamping itu tidak
standarnya formulir klaim juga berefek sulitnya pihak PPK untuk memperkirakan beban
kerja personel untuk mengelola klaim kepada pihak asuradur. Di pihak lain, asuradur
juga mendapat kesulitan untuk membayar klaim segera karena tidak dapat melakukan
verifikasi klaim. Kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir klaim menjadi
persyaratan utama untuk menentukan validitas klaim oleh asuradur. (Ilyas, 2006)
Menurut Ilyas, (2006) Prosesi klaim adalah serangkaian kegiatan untuk meneliti
dan membuktikan bahwa telah terjadi transaksi yang wajar dan biasa serta melakukan
pembayaran sesuai pada waktu yang telah ditetapkan. Prosesi klaim merupakan
kegiatan yang kompleks, mulai dari klaim diterima sampai dengan klaim dibayarkan
atau ditolak.
Syarat yang harus dipenuhi dalam prosesi klaim manual (Ilyas,2006) antara lain:
1. Foto copy kartu peserta yang masih berlaku
2. Formulir keterangan medik yang berupa :
(1) Identitas pasien
(2) Tanggal pemeriksaan
(3) Diagnose
(4) Tindakan yang dilakukan / tindakan khusus
(5) Rincian biaya
(6) Tanda tangan dokter yang memeriksa dan tanda tangan pasien.
3. Foto copy resep
4. Formulir-formulir penunjang diagnostic yang dilakukan
5. Kuitansi asli (disertakan materai sesuai dengan ketentuan pemerintah
Jenis-jenis Klaim
Jenis klaim dapat juga dilihat berdasarkan sudut pandang pihak yang
mengajukan penggantian biaya klaim, dibedaka atas dua, yaitu : (Ilyas, 2006)
1. Klaim perorangan
Yakni suatu penggantian biaya (reimbursement) yang terjadi pada asuransi
indemnitas.
2. Klaim provider
Terjadi pada asuransi produk manage care dimana ada ikatan kerjasama antara
perushaan asuransi atau Bapel JPK dengan provider yang dibayar secara
praupaya. Klaim dapat dilakukan oleh kinik, dokter spesialis, rumah sakit,
apotik, dan optic.
Biasanya personel prosesi dibagi pada dua kelompok personel yaitu klaim
register dan klaim analis.
1. Claim register
a) Menerima pengajuan klaim dari penagih klaim (claimant) baik perorangan
maupun perusahaan ataupun klaim dari provider.
b) Melakukan pemeriksaan pengajuan klaim
c) Melakukan registrasi
Penyelesaian Klaim
Pembuatan keputusan
Sebagai hasil dari tahap telaah dan verifikasi klaim dihasilkan keputusan
terhadap klaim. Bentuk keputusan bervariasi tergantung temuan yang telah divalidasi
oleh personel dan pimpinan unit klaim. Keputusan unit klaim dapat berupa :
1. Klaim ditolak seluruhnya
Biasanya hal ini terjadi apabila pelayanan kesehatan yang diterima oleh tertanggung
tidak dijamin atau ditemukan ketidakwajaran dalam mengajukan klaim. Kebanyakan
penolakn klaim terjadi karena pelayanan kesehatan yang diterima tidak tercakup
dalam polis.
2. Klaim diterima sebagian
Apabila ada sebagian tagihan klaim yang diajukan, tidak dijamin dalam polis atau
terkait dengan berbagai pengaturan : seperti pengecualian, coordination of benefit,
limitasi atau pengaturan lainnya.
3. Klaim ditangguhkan penyelesaiannya
Biasanya pada klaim yang persyaratannya belum lengkap dan memerlukan
penyelesaian dari kedua belah pihak.
4. Klaim diterima secara keseluruhan
Bila klaim tersebut wajar dan semua persyaratan prosedur klaim telah dipenuhi.
Rekam medis yang baik dapat pula mencerminkan mutu pelayanan kesehatan
yang diberikan (Huffman,1994). Rekam medis yang bermutu juga diperlukan untuk
persiapan evaluasi dan audit medis terhadap pelayanan medis secara retrospektif
terhadap rekam medis. Tanpa dipenuhinya syarat-syarat dari mutu rekam medis ini,
maka tenaga medis maupun pihak rumah sakit akan sukar membela diri di pengadilan
bila terdapat tuntutan malpraktik oleh pihak pasien.
Menurut Huffman (1994), mutu rekam medis yang baik adalah rekam medis
yang memenuhi indikator-indikator mutu rekam medis sebagai berikut :
1. Kelengkapan isian resume medis
2. Keakuratan
3. Tepat waktu
4. Pemenuhan persyaratan hukum
Formulir rekam medis yang digunakan dan harus diisi oleh berbagai Rumah
Sakit, semua formulir harus memenuhi standar. Formulir rekam medis sendiri tidak
memberikan jaminan pencatatan data medis yang tepat dan baik, apabila para dokter
dan staf medisnya tidak secara seksama melengkapi informasi yang diperlukan pada
setiap lembaran rekam medis dengan baik dan benar.
Berdasarkan Peraturaran Menteri Kesehatan nomor 269 tahun 2008 yang
dimaksud dengan isi rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen
antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Data-data yang harus dimasukkan dalam rekam medis dibedakan untuk pasien
yang diperiksa di unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap.
Uraian indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kelengkapan isian rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan
sekurang- kurangnya memuat (Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008).
a) Identitas pasien
b) Tanggal dan waktu
c) Anamnese (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit)
d) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
e) Diagnosis
f) Rencana penatalaksanaan /TP (treatment planning)
g) Pengobatan dan atau tindakan
h) Persetujuan tindakan bila perlu
i) Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
j) Ringkasan pulang (discharge summary)
k) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan
l) Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu
m) Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik Ringkasan
pulang (discharge summary) atau resume medis, harus dibuat oleh dokter
atau dokter gigi yang melakukan perawatan pasien.
Isi ringkasan pulang sekurang-kurangnya memuat :
1) Identitas pasien;
2) Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;
3) Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis akhir,
pengobatan dan tindak lanjut; dan
4) Nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan
pelayanan kesehatan.
2. Keakuratan Adalah ketepatan catatan rekam medis, dimana semua data pasien
ditulis dengan teliti, cermat, tepat, dan sesuai dengan keadaan sesungguhnya.
3. Tepat waktu Rekam medis harus diisi dan setelah diisi harus dikembalikan ke
bagian rekam medis tepat waktu sesuai dengan peraturan yang ada.
4. Memenuhi persyaratan hukum Rekam medis memenuhi persyaratan aspek
hukum.
Rumah sakit bertanggung jawab untuk melindungi informasi yang ada didalam
rekam medis dan resume medis terhadap kemungkinan hilangnya keterangan ataupun
pemalsuan data yang ada didalam rekam medis dan resume medis atau dipergunakan
oleh orang lain yang semestinya tidak diberikan izin.
Berkas rekam medis dan resume medis merupakan milik rumah sakit dan pasien,
maka keberadaannya harus dijaga dan sangat berguna bagi pasien, dokter maupun bagi
rumah sakit.
Oleh karena itu, maka tanggung jawab terhadap rekam medis dan resume medis tidak
terlepas dari dokter yang merawat pasien, petugas rekam medis, pimpinan rumah sakit,
staf medis, dan komite medis yang uraian tanggung jawabnya adalah sebagai berikut
(Boedihartono, 1991) :
1. Tanggung Jawab Dokter yang Merawat
Tanggung jawab utama akan kelengkapan rekam medis terletak pada dokter
yang merawat. Meskipun untuk melengkapi rekam medis dapat didelegasikan
kepada stafnya, namun tanggung jawab utama dari isi rekam medis berada pada
dokter yang merawat, dokter mengemban tanggung jawab terakhir akan
kelengkapan dan keberhasilan isi rekam medis. Disamping itu, untuk mencatat
beberapa keterangan medis seperti: riwayat penyakit, pemeriksaan penyakit,
pemeriksaan fisik, dan ringkasan keluar (resume), yang kemudian bisa
didelegasikan kepada coasisten,
asisten ahli, dan dokter lainnya namun data harus dipelajari kembali,
dikorelasikan, dan ditandatangani juga oleh dokter yang merawat.
2. Tanggung Jawab Petugas Rekam Medis
Petugas rekam medis membantu dokter yang merawat dalam mempelajari isi
rekam medis. Analisis dari kelengkapan isi dimaksudkan untuk mencari hal-hal
yang kurang dan masih diragukan, dan menjamin rekam medis yang lengkap dan
akurat serta sesuai dengan kebijakan dan peraturan.
3. Tanggung Jawab Pimpinan Rumah Sakit
Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab menyediakan fasilitas unit rekam
medis yang meliputi ruangan, peralatan, tanaga kesehatan yang memadai.
Sehingga tenaga di unit rekam medis dapat bekerja secara efektif dalam
memeriksa kembali, memuat indeks, dan penyimpanan dari semua system medis
dalam waktu singkat.
4. Tanggung Jawab Staf Medis Staf medis (dokter, perawat, dan tenaga kesehatan
professional lainnya) yaitu :
a) Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang
melayani pasien di rumah sakit
b) Dokter tamu yang merawat pasien di rumah sakit
c) Residens yang sedang melaksanakan kepanitraan klinik
d) Tenaga paramedis keperawatan dan tenaga paramedis non keperawatan yang
sedang terlibat didalamnya antara lain: perawat, perawat gigi, bidan, tenaga
laboratorium klinik, gizi, anestesi, penata rongent, rehabilitasi medis dan lain
sebagainya
e) Dalam hal dokter luar negeri melakukan alih tehnologi kedokteran yang
berupa tindakan/konsultasi kepada pasien yang membuat rekam medis
adalah dokter yang ditunjuk oleh direktur rumah sakit (Depkes RI, 2003).
Semua staf medis tersebut mempunyai peranan penting di rumah sakit dan
pengorganisasian staf medis tersebut secara langsung menentukan kualitas
pelayanan kepada pasien. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik,
dibuatlah peraturan-peraturan yang akan mengatur para anggota staf medis
dan membentuk komisi khusus, penunjang komite staf medis untuk
melaksanakan beberapa tanggung jawab khusus yang diperlukan.
5. Tanggung Jawab Komite Rekam Medis
Komite rekam medis bertanggung jawab untuk meninjau ulang rekam medis
dalam hal penyelesaian tepat waktu, ketepatan klinis, ketepatan dan kecukupan
pelayanan pasien, pengajaran, evaluasi, penelitian, dan medicolegal.
6. Tanggung Jawab Komite Medis
Kegiatan komite medis antara lain adalah memberikan perhatian atas
kelengkapan rekam medis, meninjau kembali formulir rekam medis guna
mengurangi duplikasi informasi yang tidak penting dan mencapai keseragaman
isi, bentuk dan ukuran. Pada KepMenkes No.755 tahun 2011 disebutkan bahwa
susunan organisasi dan keanggotaan Komite Medik terdiri dari ketua, sekretaris
dan subkomite dan sekurang-kurangnya dapat terdiri dari ketua dan sekretaris
tanpa
subkomite bila keterbatasan sumber daya.
Subkomite terdiri dari:
1. subkomite kredensial yang bertugas menapis profesionalisme staf medis,
2. subkomite mutu profesi yang bertugas mempertahankan kompetensi dan
profesionalisme staf medis; dan
3. subkomite etika dan disiplin profesi yang bertugas menjaga disiplin, etika,
dan perilaku profesi staf medis.
Menurut Huffman (1991), tinggi rendahnya mutu rekam medis dan resume
medis sangat dipengaruhi faktor-faktor sumber daya dalam rumah sakit, termasuk antara
lain tenaga, sarana, metode, tehnologi yang digunakan, dan pembiayaan. Interaksi
pemanfaatan sumber daya rumah sakit yang digerakkan melalui proses dan prosedur
tertentu akan menghasilkan mutu rekam medis yang baik pula dengan indikator-
indikator rekam medis yang lengkap, akurat, tepat waktu, dan memenuhi persyaratan
aspek hukum untuk menunjang jasa pelayanan kesehatan rumah sakit.
Mutu rekam medis dan resume medis dapat ditingkatkan, dan diperlukan 3 (tiga
unsur), sebagai berikut :
1. Kelengkapan dari Rekam Medis dan Resume Medis Kelengkapan rekam medis
dan resume medis diperiksa oleh sub bagian rekam medis, jika tidak lengkap
akan diberikan kesempatan berupa formulir untuk diisi oleh dokter yang
bersangkutan.
2. Validitas (Kesahihan) dari Isi Rekam Medis dan Resume Medis Isi rekam medis
harus jelas, singkat, benar, dan tepat waktu. Isi rekam medis diperiksa oleh
panitia
rekam medis dan mutu/kualitasnya tergantung dokter yang merawatnya, dan
keahliannya dinilai oleh sesama dokter.
3. Adanya Sanksi untuk Dokter yang Alpha Setiap peraturan tanpa adanya sanksi,
maka tidak akan jalan. Ini berlaku untuk bagian rekam medis dan unit lain.
Peringatan dengan teguran, peringatan dengan tertulis hingga tindakan
administratif. Mengingat pentingnya kegunaan rekam medis dan keterlambatan
pengembalian berkas rekam medis akan mempersulit tindakan/kegiatan bagian
unit fungsional rumah sakit yang bersangkutan keterlambatan rekam medis yang
berlarut akan menyebabkan hilangnya berkas tersebut.
Informasi diagnosis tidak akan bermanfaat apabila belum diolah untuk itu perlu
dilakukan pengkodean. Koding menurut Depkes RI (1997) adalah memuat kode atas
diagnosis penyakit berdasarkan klasifikasi penyakit yang berlaku yang bertujuan untuk
mempermudah pengelompokan penyakit dan operasi yang dapat dituangkan dalam
bentuk angka.
Tujuan koding menurut AHIMA (American Health Information Management
Association) (1986) selain digunakan untuk klaim asuransi kesehatan, kode pada data
digunakan untuk evaluasi proses dan hasil perawatan kesehatan. Kode data juga
digunakan oleh pihak internal dalam institusi untuk aktifitas kualitas manajemen,
casemix, perencanaan, pemasaran, administrasi lain dan Penelitian. Menurut Bowman
(1992) dalam Huffman (1994), pengkodean adalah penggolongan data dan memberikan
penyajian untuk data itu. Pengkodean dilakukan dengan berbagai alasan. Alasan utama
adalah untuk memudahkan pengambilan kembali informasi menurut hasil diagnosis.
Pengkodean selalu ditinjau ulang dari data pasien tersebut. Faktor-faktor yang
menyebabkan kesalahan pengkodean (Bowman, 1992)
1. Kegagalan peninjauan seluruh catatan
2. Pemilihan diagnosis utama yang salah
3. Pemilihan kode yang salah
4. Mengkode diagnosis atau prosedur yang salah oleh karena isi catatan
5. Kesehatan didalam memasukkan kode ke dalam database atau pada tagihan
Beberapa elemen pengkodean yang harus dievaluasi dalam menetapkan kualitas data
pengkodean (Bowman, 1992) :
1. Reliability,
yaitu hasil yang sama akan diperoleh apabila dilakukan beberapa kali usaha,
contoh: beberapa petugas pengkodean dengan rekam medis yang sama akan
menghasilkan hasil pengkodean yang sama pula.
2. Validity,
yaitu hasil pengkodean yang mencerminkan keadaan pasien dan prosedur yang
diterima pasien.
3. Completeness,
Sebuah rekam medis belum bisa dikatakan telah dikode apabila hasil
pengkodean tidak mencerminkan semua diagnosis dan prosedur yang diterima
pasien.
4. Timeliness,
Dokumen rekam medis dapat dikode dengan hasil yang dapat dipercaya, benar
dan lengkap, tetapi tidak dengan tepat waktu maka rekam medis tidak dapat
digunakan untuk pengambilan kembali dokumen atau penagihan biaya
perawatan. Tugas dan tanggung jawab dokter INA-CBG sesuai DepKes-RI
(2011) antara lain untuk menegakkan dan menuliskan diagnosis primer dan
sekunder sesuai dengan
ICD-10 serta menulis seluruh prosedur atau tindakan yang telah dilaksanakan
dan membuat resume medis secara lengkap dan jelas selama pasien dirawat di
rumah sakit dalam satu episode perawatan.
Gambar 2.
Gambar 1.41 Kriteria Pasien COVID-19 berdasarkan Lampiran II
II
Sumber: Petunjuk Teknis Klaim COVID-19
Tempat pelayanan
1. Rawat Jalan
2. Rawat Inap
Rumah sakit rujukan penanggulangan penyakit infeksi emerging tertentu dan
rumah sakit lain yang memberikan pelayanan pasien COVID-19.
Gambar 2.
Gambar 1.52 Pelayanan Pasien COVID-19 yang dapat dibiayai Kementerian Kesehatan
Kesehatan
Sumber: Petunjuk Teknis Klaim COVID-19
1. Mengikuti standar pelayanan dalam panduan tata laksana pada pasien sesuai
kebutuhan medis pasien sesuai dengan KMK Nomor HK.01.07/Menkes/238
Tahun 2020.
2. Pembiayaan pelayanan pada rawat jalan dan rawat inap meliputi: administrasi
pelayanan, akomodasi (kamar dan pelayanan di ruang gawat darurat, ruang
rawat inap, ruang perawatan intensif, dan ruang isolasi), jasa dokter, tindakan di
ruangan, pemakaian ventilator, bahan medis habis pakai, pemeriksaan penunjang
diagnostik (laboratorium dan radiologi sesuai dengan indikasi medis), obat-
obatan, alat kesehatan termasuk penggunaan APD di ruangan, rujukan,
pemulasaran jenazah, dan pelayanan kesehatan lain sesuai indikasi medis.
Standar Pelayanan
Adapun standar pelayanan terapi sebagai sebagai acuan terncantum dalam KMK Nomor
HK.01.07/Menkes/238 Tahun 2020.
Metode Pembayaran
Gambar 2.
Gambar 1.85 Peran dan Fungsi Masing-masing Instansi
Instansi
Sumber: Petunjuk Teknis Klaim COVID-19
1. Kementerian Kesehatan
a) Menteri Kesehatan melalui Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan akan
melakukan penggantian biaya perawatan pasien Covid-19
b) Melakukan pembayaran kepada rumah sakit yang melakukan pelayanan
Covid -19
2. BPJS Kesehatan
a) Melakukan pengelolaan administrasi klaim dengan menyelenggarkan tata
kelola data dan berkas klaim atau tagihan dari rumah sakit yang melakukan
pelayanan Covid-19 secara transparan dan akuntabel
b) Melakukan verifikasi tagihan pelayanan kesehatan dari rumah sakit yang
melakukan pelayanan Covid-19
c) Melakukan koordinasi dengan Kementerian Kesehatan dalam rangka proses
pembayaran tagihan klaim kepada rumah sakit yang telah dilakukan proses
verifikasi
d) Hasil proses verifikasi berupa Berita Acara diserahkan kepda Kementerian
Kesehtan
3. Rumah Sakit
a) Melakukan rekapitulasi data pasien Covid-19 yang dilayani
b) Melakukan pengajuan klaim biaya perawatan pasien Covid-19 secara berkala
c) Menandatangai Surat Perintah Kerja pembayaran klaim
d) Melengkapi berkas-berkas klaim sesuai dengan pelayanan yang diberikan,
meliputi: resume medis, jenis ruang perawatan, bukti hasil pelayanan (hasil
laboratorium, rontgen dan lainnya), kartu identitas, TXT encrypted hasil
keluaran aplikasi E-klaim INA-CBG v5
e) Menerima pembayaran klaim
2.4.2 Tata Cara Pengajuan Klaim
Gambar 2.
Gambar 1.96 Tata Cara Pengajuan Klaim COVID-
COVID-19
19
Sumber: Kementerian Kesehatan 2020
Berkas klaim yang diperlukan dalam proses verifikasi klaim Covid-19 adalah
dalam bentuk soft copy hasil scanning/foto berkas yaitu :
1. Rumah sakit membuat Surat Pertanggung Jawaban Mutlak (SPTJM) yang
ditangatangani oleh pimpinan rumah sakit untuk menyatakan akan
bertanggungjawab apabila di kemudian hari ditemukan kerugian negara karena
ketidaksesuaian jumlah klaim pada pemeriksaan audit dari Audit Aparat Internal
Pemerintah (APIP)/BP/BPK//Inspekotrat Jenderal sesuai dengan formulir 1
2. Rumah sakit membuat usulan permohonan pembayaran klaim pasien disertai
dengan reakpitulasi pasien yang ditandatangani oleh pimpinan rumah sakit
sesuai denganformulir 2
3. Rumah sakit membuat Surat Perintah Kerja Pembayaran Klaim Tagihan
Pelayanan yang ditandatangani oleh pimpinan rumah sakit bersama Pejabat
Pembuat Komitmen sesuai dengan formulir 3
4. Pimpinan rumah sakit menandandatangani Berita Acara Verifikasi Pembayaran
Klaim Tagihan Pelayanan bersama BPJS Kesehatan sesuai dengan formulir 4
5. Kelengkapan tanda tangan pada berkas dapat digantikan dengan tanda tangan
elektronik
1. Verifikasi Administrasi
a) Tim verifikator melakukan pemeriksaan administrasi terhadap kelengkapan
berkas klaim yang disampaikan oleh rumah sakit dengan cara memeriksa
kesesuaian berkas klaim dengan berkas yang dipersyaratkan.
b) Mencocokan tagihan yang diajukan dengan bukti pendukung yang
dilampirkan.
c) Apabila terjadi ketidaksesuaian antara kelengkapan dan keabsahan berkas
maka rumah sakit melengkapi kekurangan berkas yang diperlukan.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Matraman adalah Rumah Sakit Pemerintah
Provinsi Daerah Ibukota Jakarta yang merupakan pengembangan dari Gedung
Puskesmas Kecamatan Matraman. Sesuai dengan Keputusan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta nomor 328 tahun 2016 tentang Penetapan 4 (empat) Pusat Kesehatan
Masyarakat menjadi Rumah Sakit Umum Kelas D. RSUD Matraman terletak di Jl.
Kebon Kelapa Raya nomor 29, Kelurahan Utan Kayu Selatan Kecamatan Matraman
Jakarta Timur.
RSUD Matraman merupakan salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Provinsi DKI Jakarta yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan
pemerintah yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif,
kuratif dan rehabilitative bagi masyarakat. RSUD Matraman berusaha untuk menjadi
organisasi dengan pengelolaan keuangan yang sehat seperti UPT Dinas Kesehatan
Provinsi DKI Jakarta lainnya yang telah menyandang status sebagai organisasi yang
telah menerapkan BLUD (Badan Layanan Umum Daerah).
RSUD Matraman awalnya adalah Puskesmas Kecamatan Matraman yang berdiri
sejak tahun 1960an. Kecamatan Matraman merupakan bagian dari Kota Administrasi
Jakarta TImur dan merupakan daerah pemukiman pemukiman padat. Kecamatan
Matraman terletak terletak antara 1060 49” 35" Bujur Timur dan 060 10" 337" Lintang
Selatan, dengan luas wilayah 21,66 Km2 terdiri dari 6 Kelurahan, 62 RW, 800 RT,
193.700 jiwa dan 52.569 kepala keluarga. Luas tanah 2.104 M² seuai sertifikat Hak
Pakai No. 195 Tgl.15-07-1999 dengan luas bangunan 2.320,07 M².
48 Universitas Indonesia
49
Universitas Indonesia
Menjadi Rumah Sakit Unggulan dan Terpercaya bagi Masyarakat dalam
Pelayanan Kesehatan.
2. Misi RSUD Matraman
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan Prima
2) Memberdayakan system kesehatan bermutu yang berdaya saing tinggi
3) Melaksanakan BLUD dengan transparan untuk kemajuan rumah sakit
4) Meningkatkan kemandirian rumah sakit dan kesejahteraan karyawan
5) Menyehatkan masyarakat jasmani dan rohani
6) Menurunkan angka kematian Ibu dan Bayi terutama di Jakarta Timur
3. Motto RSUD Matraman
Kebanggaan Kami dalam Melayani Anda.
4. Tata Nilai
1) Integritas
Melakukan pelayanan dengan mengutamakan keramahan, kepedulian dan
secara tak langsung meningkatkan kualitas pelayanan.
2) Profesional
Pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai standar dan kompetensi para
pemberi pelayanan dalam melayani konsumen agar memberikan kepuasan
bagi konsumen dan zero complain.
3) Tanggung Jawab
Pelayanan yang aman dan terpercaya yang diberikan dalam melayani
konsumen sehingga memberikan kepuasan bagi konsumen.
4) Empati
Sisi manajerial yang transparan akan memberikan kepercayaan dan kepuasan
bagi masyarakat.
5) Kerja Sama
5. Tujuan
Melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan paripurna bersendikan upaya
kuratif, rehabilitatif, promotive dan preventif serta melaksanakan upaya rujukan.
6. Fungsi Rumah Sakit
1) Penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran RSU kelas D
2) Pelaksanaan rencana stategis dan dokumen pelaksanaan anggaran RSU
KelasD
3) Penyusunan standar dan prosedur pengelolaan RSU Kelas D
4) Penyelenggaraan pelayanan medik umum
5) Penyelenggaraan pelayanan medik spesialis dasar
6) Penyelenggaraan pelayanan keperawatan dan kebidanan
7) Penyelenggaraan pelayanan penunjang klinik
8) Penyelenggaraan pelayanan penunjang non klinik
9) Penyelenggaraan pelayanan kegawatdaruratan
10) Penyelenggaraan pelayanan rujukan dan ambulans
11) Penyelenggaraan peningkatan mutu pelayanan
12) Penyelenggaraan urusan rekam medis
13) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja
14) Penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit
15) Penyelenggaraan pelayanan pemulasaraan jenazah
16) Penyelenggaraan keselamatan pasien
17) Fasilitasi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
18) Pelaksanaan fasilitasi penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan
19) Pelaksanaan kerja sama dengan pihak ketiga dalam rangka meningkatkan
pelayanan kesehatan perorangan.
20) Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan
prasarana dan sarana kerja.
21) Pemberian dukungan pelayanan medis kepada masyarakat, dan perangkat
daerah
22) Penyelenggaraan sistem informaswi manajemen rumah sakit
23) Pengelolaan kepegawaian, keuangan, barang dn ketatausahaan
24) Pengelolaan kearsipan RSU Kelas D
25) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi RSU
kelasD.
3.3 Struktur Organisasi RSUD Matraman
DIREKTUR
DIREKTUR
RSUK
dr. Dience Meidiana MD, MPH
MATRAMAN
KOMITE MEDIK SATUAN PENGAWAS
dr. Rico Darmayanto Sp.B INTERNAL
dr. Yuris Mahadi
KA SUB BAG TATA USAHA KEPALA SEKSI PELAYANAN MEDIS KEPALA SEKSI KEPERAWATAN & PENUNJANG MEDIS
Agus Ateng Setiawan, SE, MA dr. Rita Magdalena M.Kes Ners. Nanik Setyawati S.Kep
SATPEL KEPEGAWAIAN & UMUM SATPEL MEDIS GAWAT DARURAT & RAWAT JALAN SATPEL KEPERAWATAN
Yudi Astria dr. Vellyana Gustika Agnin Dwi Sapto, S.kep, Ners
SATPEL KEUANGAN & PERENCANAAN SATPEL MEDIS RAWAT INAP & RAWAT KHUSUS SATPEL PENUNJANG
drg. Sirly Cut Caesarrina dr. Dahlia Mangiri Ferry Satria, S.Farm Apt
RSUD Matraman sejak bulan Maret tahun 2020 mulai memberikan pelayanan
pasien COVID- 19. RSUD Matraman selalu berusaha untuk terus menerus
meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan dengan memberikan layanan prima,
mengembangkan serta melengkapi sarana prasarana rumah sakit.
Gambar di atas menyatakan bahwa adanya masalah dalam faktor input akan
sangat berpengaruh pada hasil akhir atau outputnya.
55 Universitas Indonesia
56
INPUT PROSES
OUTPUT
Universitas Indonesia
57
mendapatkan
Universitas Indonesia
penggantian biaya
dari Kementerian
Kesehatan
3 Sumber Daya Orang-orang yang Observas Hasil Sukses atau
Manusia (SDM) memberikan tenaga, i wawancara Gagal
bakat, kreativitas, Mendalam
dan usaha mereka
kepada organisasi
untuk mencapai
tujuan organisasi
4 Kebijakan dan Rangkaian konsep Melihat SOP Klaim Ada atau
SOP dan asas yang SOP COVID-19 tidak ada
menjadi pedoman d Klaim
an dasar rencana COVID-
dalam pelaksanaan 19
suatu pekerjaan,
kepemimpinan, dan
cara bertindak
5 Berkas Klaim Dokumen yang Status Kelengkapa Lengkap
harus dilengkapi rekam n dan atau tidak
pada saat medik ketepatan lengkap
pengklaiman, terdiri pasien berkas
dari: kartu identitas klaim
pasien, resume
medis, hasil
laboratorium darah,
hasil swab,
expertise, hasil
penunjang lain,
billing pasien, SPRI,
resep obat, CPPT,
surat rujukan , surat
kematian, surat
pemulasaran jenazah
6 Dana Sumber dana yang Insentif Daftar nama Cair atau
disediakan pihak penerima tidak cair
rumah sakit untuk insentif
menunjang
pelaksanaan
pengelolaan klaim
COVID-19
7 Sarana dan Suatu alat yang Observas Printer, Berfungsi
prasarana digunakan dalam i scanner, atau tidak
suatu proses komputer berfungsi
kegiatan
8 Verifikasi klaim Pemeriksaan Telaah Berkas Lengkap
kelengkapan berkas dokumen klaim atau tidak
klaim COVID-19 lengkap
9 Coding Salah satu bentik Telaah Berkas Sudah
kegiatan pengolahan dokumen klaim decoding
data rekam medis atau belum
untuk memberikan
kode dengan huruf
atau angka atau
kombinasi huruf
dengan angka yang
mewakili komponen
data
10 Scanning Proses memasukan Telaah File image Sudah
atau memindahkan dokumen berkas discan atau
suatu file ke dalam klaim belum
bentuk file image discan
untuk keperluan
pelaporan
11 Ketidaktepatan Proses penginputan Telaah Daftar TXT Tepat atau
proses data pasienCOVID- E-klaim tidaknya isi
penginputan 19 ke dalam E- dari
Klaim Kementerian penginputa
Kesehatan jaminan n ke dalam
COVID-19 dimulai E-klaim
dari nomer kartu dalam
identitas, tanggal lembar
masuk dan keluar grouper
rumah sakit, nama yang akan
DPJP yang merawat, dicetak
lama hari rawat,
diagnosa utama,
diagnosa sekunder,
prosedur yang
dilakukan selama
perawatan, tagihan
billing selama
perawatan, dan
kondisi saat pulang
dari rumah sakit
12 Ketidaklengkapa Proses
n proses upload penguploadan
berkas berkas klaim
COVID-19 ke
dalam aplikasi e-
klaim Kementerian
Kesehatan, yang
terdiri dari scan
(kartu identitas,
Surat Perintah
Rawat Inap, resume
medis, resep, hasil
lab, rontgen, hasil
swab PCR, CPPT,
billing, lembar
grouper, surat
rujukan, surat
kematian bukti
pemulasaran
jenazah)
13 File TXT Suatu file dari E-Klaim Daftar TXT Ada atau
system E-Klaim tidak ada
yang dapat ditaik
setelah proses
penginputan san
penguplodan berkas
klaim
BAB 5
METODOLOGI PENELITIAN
5.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua berkas klaim COVID- 19 pasien rawat
jalan dan rawat inap RSUD Matraman bulan pelayanan Maret hingga Agustus 2020.
5.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sama dengan populasi yaitu semua berkas
klaim COVID-19 pasien rawat jalan dan rawat inap RSUD Matraman bulan pelayanan
Maret hingga Agustus 2020 berjumlah 157 berkas. Sampel yang dipilih harus sesuai
kriteria yang ditentukan untuk mendapatkan data yang maksimal. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan teknik total sampling. Total sampling yaitu teknik pengambilan
sampel dimana seluruh populasi dijadikan sample semua (Sugiyono, 2016)
1. Kriteria Inklusi
Berkas klaim COVID-19 pasien rawat jalan dan rawat inap RSUD Matraman
Periode Bulan Maret-Agustus 2020 dengan diagnosa ODP/PDP/Konfirmasi
positif COVID-19
2. Kriteria Eksklusi
Universitas Indonesia
Berkas klaim COVID-19 pasien rawat jalan dan rawat inap RSUD Matraman
Periode Bulan Maret-Agustus 2020 selain diagnosa ODP/PDP/Konfirmasi
positif COVID-19
Penelitian ini menggunakan data primer dari hasil wawancara mendalam dan
data sekunder dari berkas klaim COVID-19 di Unit Casemix RSUD Matraman selama
periode Maret-Agustus 2020. Metode pengumpulan datanya dengan cara melihat rekam
medis pasien dan mengumpulkan semua berkas dispute klaim dengan melihat
kekurangan berkas klaim yang belum lengkap serta mencocokkannya pada system E-
Klaim.
Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel yang berkaitan dengan
penyelesaian dispute klaim COVID-19 di RSUD Matraman digunakan instrumen
penelitian berupa: checklist (daftar periksa), lembar pengumpulan data (work sheet), dan
pedoman wawancara sebagai panduan wawancara mendalam.
HASIL PENELITIAN
6.1 Input
Pada input, variabel yang diteliti adalah sumber daya manusia (SDM/Man),
Metode, sarana dan prasarana (Material), dana ( Money) dan mesin (Machine).
65 Universitas Indonesia
66
Universitas Indonesia
tambahan orang minimal untuk menyiapkan kelengkapan berkas klaim supaya
waktu untuk memverifikasi berkas menjadi lebih cepat. Dilihat dari sisi
pengetahuan informasi klaim COVID-19 dan pengalamannya sudah cukup
mumpuni.
6. Petugas scanner
Petugas scanning berkas klaim COVID-19 berjumlah 1 orang, berlatar
belakang pendidikan SMA, usia 27 tahun, pengalaman kerja 1 tahun. Jika dilihat
dari beban kerjanya dibutuhkan tambahan orang untuk membantu menscan
berkas klaim COVID-19 mengingat jumlah pasiennya semakin bertambah.
7. Entry Data/Grouping
Admin Casemix yang bertugas menginput dan mengupload dokumen
klaim COVID-19 kedalam system E-Klaim berjumlah 1 orang, dengan latar
belakang Pendidikan SMA, usia 27 tahun, pengalaman kerja di casemix 1 tahun.
“Jumlah SDM nya kurang namun apa daya karena tidak ada penambahan
karyawan rumah sakit” (A05)
“Tim casemix terdiri dari 5 orang, dibagi menjadi 2 yaitu 2 orang
mengerjakan klaim COVID-19 dan 3 orang mengerjakan klaim nonCOVID”
(A06)
Dana adalah sumber dana yang disediakan pihak rumah sakit dalam
menunjang penatalaksanaan pengelolaan klaim COVID-19. Masa pandemi saat
ini seluruh karyawan rumah sakit mendapatkan insntif COVID dari rumah sakit.
Hal ini merupakan sebuah bentuk reward dari rumah sakit kepada karyawannya.
Mesin adalah semua barang atau peralatan yang digunakan dalam proses
kegiatan dengan menggunakan motor penggerak (mesin). Mesin tersebut terdiri
dari computer di unit casemix berjumlah 5 buah, printer berjumlah 3 buah, dan
scanner berjumlah 2 buah.
“scannernya cuma 2 jadi bergantian penggunaannya, antri sama yang
mau scan berkas nonCOVID terutama saat deadline” (A06)
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, mesin yang dianggap
kurang menunjang dalam proses pengklaiman adalah scanner karena hanya ada
2 scanner yang dipakai bergantian di ruang casemix untuk scan berkas covid dan
noncovid. Sementara berkas yang harus discannya banyak.
6.2 Proses
6.3 Output
Perempuan 81 51,6 %
Total 157 100 %
≥ 60 Tahun 43 27,4 %
Total 157 100 %
Rawat Inap 80 51 %
Total 157 100 %
Tabel di atas menggambarkan Jenis Perawatan pasien COVID-19 yang berobat
ke RSUD Matraman dimana jumlah pasien rawat jalan sebanyak 77 pasien (49%)
hampir sama dengan pasien rawat inap yaitu 80 pasien (51%).
PEMBAHASA
7.1 Input
79 Universitas Indonesia
kekurangan berkas klaim diserahkan ke verifikator berkas klaim.
79 Universitas Indonesia
80
Dengan adanya pembagian insentif dari rumah sakit yang diperoleh dari
Kementerian Kesehatan, dapat dijadikan reward bagi para petugas klaim COVID-
19 di RSUD Matraman sehingga menambah semangat kerja karyawannya.
Walaupun pembagian insentif tersebut berbeda-beda dapatnya untuk masing-
masing petugas. Pembagian insentif dibagi berdasarkan grading yang ditentukan
oleh rumah sakit, semakin tinggi pendidikannya semakin besar dapat insentifnya,
begitupunjuga semakin lama pengalaman kerjanya semakin besar juga insentifnya.
7.1.5 Mesin
Universitas Indonesia
digunakan untuk 5 orang. Scanner tersebut digunakan bergantian, bahkan rebutan
dalam penggunaanya. Diharapkan manajemen dapat mengusahakan pengadaan
mesin scanner kembali untuk menunjang lancarnya proses pengklaiman di RSUD
Matraman.
7.2 Proses
Tata cara verifikasi klaim oleh BPJS Kesehatan terdiri dari verifikasi
administrasi dan verifikasi pelayanan pasien. Verifikasi administrasi terdiri dari tim
verifikasi melakukan pemeriksaan administrasi terhadap kelengkapan berkas klaim
dengan cara memeriksa keseuaian berkas klaim dengan berkas yang dipersyaratkan,
mencocokan tagihan yang diajukan dengan bukti pendukung yang dilampirkan, dan
apabila ada berkas yang tidak lengkap maka rumah sakit melengkapi kekurangan
berkas yang diperlukan. Verifikasi pelayanan pasien terdiri dari verifikator wajib
memastikan kelengkapan berkas klaim, verifikator melakukan perhitungan biaya
pelayanan dan lama pelayanan seuai sengan pelayanan yang telah diberikan pihak
rumah sakit kepada pasien, dan hasil verifikasi oleh BPJS Kesehatan dalam bentuk
Berita Acara Hasil Verifikasi Klaim disampaikan kepada Direktur Jenderal
Pelayanan Kesehatan cq. Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan, dengan
ditembuskan ke Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan untuk pengawasan
fungsional terhadap berkas klaim.
Dalam hal klaim yang diajukan oleh rumah sakit telah dilakukan
verifikasi oleh BPJS Kesehatan namun terdapat ketidaksesuaian/ klaim dispute,
Kementerian Kesehatan menyelesaikan dengan menggunakan data yang berasal
dari surat keberatan pimpinan rumah sakit dan/atau dari berita acara hasil verifikasi
BPJS Kesehatan yang dieserahkan kepada Kementerian Kesehatan melalui sistem
informasi jaminan COVID-19. Penyelesaian klaim dispute bersifat final.
Dalam hal nilai uang muka lebih besar dibandingkan dengan hasil
verifikasi BPJS Kesehatan maka selisih bayar tersebut akan menjadi faktor
pengurang pada pembayaran klaim berikutnya. Selisih bayar tersebut harus
dikembalikan ke Kementerian Kesehatan melalui rekening klaim COVID-19 atau
kas negara, apabila rumah sakit tidak lagi memberikan pelayanan COVID-19 paling
lambat 3 (tiga) bulan sejak dibayarkan uang muka.
Jumlah berkas klaim COVID-19 yang diajukan oleh RSUD Matraman pada
bulan pelayanan Maret sampai pertengahan Agustus 2020 adalah sebanyak 157 berkas.
Dimana hasil verifikasi klaim COVID-19 yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan
didapatkan dari 157 berkas klaim yang diajukan kepada Kementerian Kesehatan, hanya
63 berkas (40 %) saja yang dinyatakan sesuai atau lolos verifikasi. Sedangkan 94 berkas
(60 %) dinyatakan
dispute klaim atau harus dilengkapi dahulu untuk dapat diajukan kembali kepada
kementerian Kesehatan. Tagihan tersebut bukan berarti tidak akan dibayarkan namun
harus diselesaikan dahulu kelengkapan berkas klaim yang diminta oleh verifikator
(BPJS Kesehatan) agar dapat diajukan kembali kepada Kementerian Kesehatan.
Angka dispute klaim di RSUD Matraman cukup tinggi yaitu sebesar 60%, jauh
lebih tinggi daripada angka dispute klaim nasional yaitu 49,36% per tanggal 2
September 2020. Penyelesaian dispute klaim pasien COVID-19 ini harus dipercepat
untuk tetap menjaga cashflow (arus kas) dan mutu layanan rumah sakit.
Dispute klaim adalah ketidaksepakatan antara BPJS Kesehatan dengan fasilitas
kesehatan atas klaim tersebut berdasarkan berita acara pengajuan klaim. Apabila terjadi
dispute maka BPJS Kesehatan akan memverifikasi lagi klaim yang diajukan setelah
rumah sakit melakukan perbaikan terhadap kelengkapan syarat yang dipersyaratkan.
Jika masih dispute (yang kedua kali) maka hasil verifikasi dispute tersebut ditarik lagi
secara otomatis oleh Kementerian Kesehatan untuk dilakukan penetapan penyelesaian
dispute. Penetapan dispute oleh Kemenkes dengan status diterima/dibayar atau status
ditolak akan dilakukan penyesuaian pada status klaim di BPJS Kesehatan secara
otomatis.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan dispute klaim COVID-19 di
RSUD Matraman dan determinan apa saja yang mempengaruhinya :
Dalam penelitian ini dari analisis di atas menunjukan terdapat 27 berkas klaim
(17,2%) yang tidak lengkap resume medisnya. Masalah kelengkapan diagnosis
merupakan masalah terbanyak, dimana tidak dituliskan ODP/PDP/Konfirmasi COVID-
19 pada resume medisnya.
Selanjutnya yang menjadi permasalahan dalam kelengkapan resume medis
adalah tidak terisinya identitas pasien, tanggal masuk dan tanggal keluar pada resume
medis, serta tidak terdapat nama dan tanda-tangan DPJP.
Kelengkapan dan ketepatan resume medis merupakan tanggung jawab dokter
yang menangani pasien (DPJP). Oleh karena itu hendaknya setiap resume medis dari
pasien yang telah mendapatkan pelayanan medis harus dicantumkan diagnosis oleh
dokter tersebut baik itu diagnosis utama maupun diagnosis sekunder. Jadi untuk tim
verifikator internal klaim COVID-19 rumah sakit apabila terdapat ketidaklengkapan dan
ketidaktepatan dalam sebuah resume medis sebaiknya dikembalikan kepada dokter yang
bersangkutan untuk diperbaiki. Hal ini hendaknya menyadarkan kita agar lebih
memperhatikan kelengkapan dan ketepatan resume medis pada berkas klaim COVID-
19,
karena kelengkapan resume medis tersebut sangat mempengaruhi hasil dari sebuah
klaim apakah sesuai atau menjadi dispute klaim.
Menurut manual rekam medis (KKI,2006) dijelaskan bahwa rekam medis ada
dua jenis yaitu rekam medis konvensional atau tulisan tangan dan rekam medis
elektronik yang terkomputerisasi dan online di seluruh bagian rumah sakit. Dalam
rekam medis elektronik, semua proses tercatat di dalamnya dan mengandung seluruh
data dan perkembangan pasien serta detil biaya yang timbul, sehingga data-data
tersebut hanya ditarik melalui kode khusus untuk dapat menghemat waktu
pengumpulan berkas klaim. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Kresentia (2017)
mengenai survey factor-
faktor penentu pada berkas klaim pasien BPJS rawat inap dalam rangka menurunkan
kejadian pending pembayaran klaim BPJS di RSUD DR BEN MBOI RUTENG
menyebutkan bahwa yang menyebabkan terjadinya keterlambatan pembayaran klaim
oleh BPJS Kesehatan adalah kelengkapan dan ketepatan resume medis dan kelengkapan
serta ketepatan system informasi, dimana hasil penelitian menyebutkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara kelengkapan dan ketepatan resume medis serta
ketepatan system informasi dengan pembayaran klaim dari BPJS Kesehatan. Dan tidak
terdapat hubungan bermakna antara kelengkapan sitem informasi dengan pembayaran
klaim oleh BPJS.
Dari hasil penelitian di atas didapatkan jumlah berkas yang tidak lengkap
penguploadannya sebanyak 20 berkas (12,7%). Permasalahan upload berkas yang tidak
lengkap seperti resep obat belum terupload, hasil radiologi belum terupload, surat
perintah rawat inap belum terupload, identitas pasien belum terupload , dan juga salah
upload resume medis pasien.
Ketidaklengkapan upload berkas disebabkan oleh kesalahan petugas grouper /
penginput rumah sakit. Pada saat mengupload berkas klaim berdasarkan hasil scanner
petugas terlewat mengupload 1 berkas dari sekian banyak berkas yang harus diupload.
Penguploadan berkas klaim COVID-19 ini berbeda dengan klaim BPJS Kesehatan
(INACBGs), dimana berkas klaim COVID-19 ini lebih rumit dalam hal
penguploadannya. Masing-masing berkas harus dipisahkan dalam masing-masing
foldernya. Sehingga jika ada 1 berkas yang terlewat untuk diupload akan mengakibatkan
berkas klaim tersebut menjadi tidak lengkap sehingga mengakibatkan dispute klaim.
Untuk menghindari kesalahan ini, diperlukan ketelitian dari petugas grouper
rumah sakit pada saat mengupload berkas klaim COVID-19.
Dari hasil penelitian di atas terdapat 17 berkas klaim (10,8%) yang menyebutkan
billing yang tidak tepat. Ketidaktepatan billing yang sering terjadi misalnya adalah pada
unggahan berkas klaim, pasien dirawat di ruang IGD isolasi, tetapi yang tertera pada
billing pasien dirawat di ruang rawat inap biasa dan juga lama hari rawat yang tertera
pada billing berbeda dengan lama hari rawat yang tercantum dalam resume medis.
Perincian tagihan rumah sakit atau biasa disebut billing adalah bukti pelayanan
lain yang termasuk dalam persyaratan berkas klaim COVID-19 sesuai petunjuk teknis
klaim COVID-19 (KMK 446/2020). Billing dibuat oleh petugas administrasi front office
(kasir) pada saat akhir dari pelayanan medis yang diberikan kepada pasien. Billing akan
disatukan dengan berkas-berkas klaim lainnya yang terdapat di dalam rekam medis
pasien. Berkas klaim tersebut akan diberikan oleh unit rekam medis kepada unit
casemix rumah sakit. Dalam hal ini petugas administrasi front office berperan dalam
memastikan pasien didaftarkan pada ruangan yang tepat sesuai dengan yang diminta
oleh dokter IGD. Dokter IGD bertugas untuk mengisi surat perintah rawat inap secara
lengkap dan tepat.
Dari hasil penelitian di atas didapatkan ruangan yang tidak sesuai dengan SK
Direktur sebanyak 13 berkas (8,3%) dalam mempengaruhi dispute klaim COVID-19.
Pada awal terbitnya petunjuk teknis klaim COVID-19, setiap rumah sakit diminta
mengumpulkan SK ruang isolasi yang terdapat di rumah sakitnya yang digunakan
sebagai ruangan isolasi untuk pasien COVID-19. Pada awalnya di RSUD Matraman
memang hanya terdapat 1 ruang isolasi yang terdapat di lantai 3 ruang perawatan rawat
inap, namun seiring bertambahnya pasien COVID-19 yang datang ke rumah sakit maka
ruang IGD dijadikan sebagai ruang isolasi COVID-19. Pembaharuan SK Direktur
mengenai ruang isolasi RSUD Matraman sepertinya belum tersampaikan kepada
verifikasi
eksternal rumah sakit (BPJS Kesehatan), sehingga menyebabkan masih ada beberapa
berkas klaim yang didispute oleh BPJS Kesehatan.
Dari hasil penelitian di atas didapatkan jumlah berkas yang tidak tepat
penginputannya sebanyak 12 berkas (7,6 %). Permasalahan input berkas yang tidak
tepat terdiri dari kesalahan dalam proses entry data pada system e-klaim, misalnya
adalah cara pulang pasien yang terdapat pada resume medis adalah sembuh, namun
yang diinput adalah dirujuk atau sebaliknya, status pasien yang tertera dalam resume
medis adalah ODP/PDP namun yang diinput ke system e-klaim adalah ODP dengan
komorbid, dan juga tanggal pulang pasien yang tertera pada billing berbeda dengan
tanggal pulang yang diinput pada siatem e-klaim.
Ketidaktepatan input berkas disebabkan oleh kesalahan petugas grouper /
penginput rumah sakit. Pada saat menginput berkas klaim terjadi kesalahan input ke
dalam system e-klaim, sehingga akan mengakibatkan kesalahan interpretasi pada lembar
grouper yang tercetak yang akan diverifikasi oleh BPJS Kesehatan yang pada akhirnya
akan menyebabkan dispute klaim. Untuk menghindari kesalahan ini, diperlukan
ketelitian dari petugas grouper rumah sakit pada saat menginput ke dalam system e-
klaim.
Dari hasil penelitian di atas didapatkan jumlah berkas klaim yang tidak terlampir
CPPTnya pada periode rawat inap/ > 6jam perawatan sebanyak 7 berkas (4,5%).
Catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) wajib dilampirkan pada
kelengkapan berkas klaim COVID-19 yang menjalani perawatan di rumah sakit > 6
jam. Apabila CPPT tersebut tidak dilampirkan pada saat proses pengklaiman akan
menyebabkan dispute klaim.
CPPT adalah rangkaian informasi yang merekam semua kondisi pasien dan
perkembangan pasien, serta pengobatan dan Tindakan yang diterima pasien. CPPT
digunakan oleh Profesional Pemberi asuhan (PPA) dalam membuat perencanaan,
monitoring dan evaluasi kondisi pasien. CPPT dilakukan di ruang rawat inap dan rawat
jalan serta gawat darurat yang bertujuan untuk memperoleh informasi terkait semua
kondisi pasien dan perkembangan kondisi kesehatan pasien, serta pengobatan dan
tindakan yang tepat sesuai kebutuhan pasien. Petugas Penulis dalam formulir CPPT
adalah semua PPA yaitu dokter, dokter spesialis, perawat, bidan, nutrisionis, terapis,
farmasi dan lain-lain.
Dari hasil penelitian di atas didapatkan jumlah berkas klaim yang tidak terlampir
bukti pemulasaran jenazah pada pasien COVID-19 yang meninggal sebanyak 7 berkas
(4,5%).
Bukti pemulasaran jenazah pada pasien meninggal karena COVID-19 yang
dilakukan pemulasaran jenazah secara covid wajib dilampirkan surat kematian serta
bukti pemulasaran jenazah secara covid di rumah sakit tersebut. Karena pembiayaan
pemulasaran jenazah dapat ditagihkan bersama dengan tagihan biaya pelayanan
perpasien yang meninggal, dengan melampirkan bukti/surat keterangan pelayanan,
pemulasaran jenazah dari rumah sakit yang melakukan pemulasaran tersebut. Apabila
tidak melampirkan bukti tersebut maka tidak dapat ditagihkan biaya pemulasaran
jenazahnya, dan mengakibatkan dispute klaim.
Surat kematian pasien COVID-19 dibuat oleh DPJP atau dokter jaga ruangan
atau dokter IGD, sedangkan bukti pemulasaran jenazah dibuat oleh petugas jenazah
rumah sakit dengan meminta tanda-tangan kepada keluarga pasien yang meninggal
bahwa jenazahnya dilakukan pemulasaran secara covid.
7.3.10 Penulisan rujukan yang tidak tepat dan Identitas pasien yang tidak
terlampir
Dari hasil penelitian di atas, penulisan rujukan yang tidak tepat dan identitas
pasien yang tidak dilampirkan mempengaruhi kejadian dispute klaim di RSUD
Matraman walaupun jumlahnya sedikit. Penulisan rujukan yang tidak tepat sebanyak 4
berkas (2,5
%), sedangkan identitas pasien yang tidak dilampirkan sebanyak 2 berkas (1,3 %).
Namun penulisan rujukan yang tidak tepat dan identitas pasien yang tidak terlampir
tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kejadian dispute klaim
COVID-
19 yang terjadi di RSUD Matraman. Hal ini disebabkan karena jumlah berkas yang
terdispute hanya sedikit.
Yang bertanggung jawab terhadap penulisan surat rujukan adalah DPJP atau
dokter jaga ruangan atau dokter IGD. Sedangkan yang bertanggung jawab terhadap
identitas pasien yang tidak terlampir adalah petugas administrasi front office.
Dari 94 berkas klaim (60 %) yang didispute oleh BPJS Kesehatan, masih terdapat
75 berkas klaim (47,7 %) yang masih dinyatakan dispute klaim oleh Kementeria
Kesehatan, dalam artian masih menunggu proses verifikasi oleh tim dispute
Kementerian Kesehatan. Dari 60 % berkas klaim yang didispute sudah mengalami
penurunan menjadi 47,7%, angka tersebut diharapkan terus turun maksimal agar rumah
sakit segera mendapatkan sisa pembayaran klaim pasien COVID-19 dari Kementerian
Kesehatan.
Berkas klaim yang dinyatakan dispute dapat diajukan kembali oleh rumah sakit
dengan cara melengkapi kekurangan berkas klaim yang diminta oleh verifikator
eksternal. Berkas tersebut diajukan kembali seperti awal mengajukan klaim ditujukan
kepada Kementerian Kesehatan. Berkas tersebut diverifikasi kembali oleh BPJS
Kesehatan, kemudian diterbitkan Berita Acara Hasil Verifikasi Dispute Klaim. Apabila
masih ada berkas yang dinyatakan dispute kembali, dapat diteruskan kepada
Kementerian Kesehatan untuk diverifikasi oleh tim dispute Kementerian Kesehatan.
Tim dispute Kementerian Kesehatan memverifikasi secara bertahap berkas dispute
klaim yang diajukan oleh rumah sakit, karena antrian dispute klaim dari rumah sakit-
rumah sakit yang ada di Indonesia cukup banyak, sehingga dibutuhkan waktu yang
cukup lama untuk menyelesaikan klaim dispute tersebut. Rumah sakit diharuskan
bersabar menunggu antrian penyelesaian dispute klaim tersebut, agar sisa pembayaran
klaim segera dibayarkan oleh Kementerian Kesehatan.
BAB 8
8.1 Kesimpulan
93 Universitas Indonesia
94
kasus dispute klaim ini segera clear sehingga sisa dana pembayaran klaim
segera dibayarkan oleh Kementerian Kesehatan.
8.2 Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan, dapat disarankan :
1. Segera menyelesaikan kasus dispute klaim yang terjadi dengan
memaksimalkan kerja tim casemix dan tim perbantuan klaim COVID-19
yang telah dibentuk.
2. Memperbaiki manajemen klaim di RSUD Matraman yang dimulai dari
pengumpulan berkas klaim, penginputan ke dalam aplikasi E-klaim sampai
dengan proses verifikasi BPJS Kesehatan hingga cairnya biaya pengklaiman.
3. Memaksimalkan peran dokter penanggung jawab pasien (DPJP) dalam
pengisian resume medis yang menjadi tanggung jawabnya, di samping juga
mengusahakan penambahan dokter jaga IGD untuk pembagian shift sesuai
dengan beban kerjanya.
4. Sosialisasi Petunjuk Teknis Klaim COVID-19 pada semua unit yang
berkaitan dengan proses pengklaiman COVID-19 ini agar tidak terjadi miss
communication berkas apa saja yang dibutuhkan atau menjadi syarat dalam
pengklaiman COVID.
5. Rumah sakit mengupdate informasi dan berkoordinasi dengan BPJS
Kesehatan, Dinas Kesehatan dan Kementerian Kesehatan untuk pengawalan
pengajuan dispute klaim COVID-19.
6. Bagi BPJS Kesehatan melakukan sosialisasi Juknis kepada seluruh
verifikator klaim COVID-19 agar tidak salah persepsi lagi saat melakukan
verifikasi klaim.
7. Bagi Kementerian Kesehatan melakukan monitoring dan evaluasi mengenai
dispute klaim COVID ini agar supaya masalah dispute klaim COVID segera
terselesaikan sehingga dana klaim bisa cair dan cashflow rumah sakit tidak
terganggu.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Andi Ashar. 2020. Perhitungan Biaya Klaim Dalam Proses Verifikasi dan Mencegah
Dispute klaim covid-19. BPJS Kesehatan.
Astia Dwiputri. 2017. Analisis Pengelolaan Klaim Pasien BPJS dengan Menggunakan
Pendekatan Malcolm Baldrige di Unit Rekam Medis RSUPN DR.Cipto
Mangunkusumo.Universitas Indonesia
Basalamah, Anies. 2011. Audit sampling dengan statistik: teori dan aplikasi. Jakarta:
Usaha Kami
BPKP. 2008. Sampling Audit. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP Edisi
keempat.
Dewi Kartika. 2014. Analisis Ketepatan Waktu Penyelesaian Klaim Rawat Inap Pasien
BPJS di RSUD Adjidarmo Kabupaten Lebak Tahun2014. Universitas Indonesia.
Hidayat, Rakhmat. 2020. Analisis Dispute Klaim pada Pasien COVID-19 di RSUI.
Holliday, S., Sherchan, P., & Ebrahimi, S. (2020). COVID-19 and the insurance
industry:Whyagendersensitiveresponsematters.https://www.ifc.org/wps/wcm/connect/ea
ebcd1f-5b9f-467e-b6cf-b4d616842375/202006-Women-Insurance- COVID19+B.pdf?
MOD=AJPERES&CVID=ncQxy4V
Huang, et al. 2020. Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in
Wuhan, China. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30183-5.
Ilyas, Yaslis. 2006. Mengenal Asuransi Kesehatan review utilisasi manajemen klaim
dan fraud (kecurangan asuransi kesehatan. Jakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Novelia, Elsa. 2020. BPJS Kesehatan. Update Verifikasi Klaim Penggantian Biaya
Perawatan Pasien COVID-19.
OECD. (2020). Initial assessment of insurance coverage and gaps for tackling COVID-
19 impacts. April.
Ramli, Rasmita.1999. Modul Kuliah Manajemen Klaim. Program Diploma III AKK
FKM UI.Depok.
Rokom.2020.http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20200930/1435092/kemenkes-percepat-penyelesaian-klaim-biaya-perawatan-
pasien-covid-19/
98 Universitas Indonesia
99
Universitas Indonesia
Instrumen Pedoman checklist untuk memperoleh data kelengkapan administrasi medis
Selamat Pagi/Siang/Sore
Perkenalkan Saya Sri Juniarti Azis, Mahasiswa S2 Kajian Administrasi Rumah
Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Saat ini saya bermaksud
melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Dispute Klaim COVID-19 di Rumah
Sakit Umum Daerah Matraman Tahun 2020”. Saya sebagai peneliti memohon
kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk bersedia menjadi informan pada penelitian ini
secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan menyatakan bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini. Saya juga akan menjaga kerahasiaan identitas Bapak / Ibu/ Saudara.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis gambaran
permasalahan dispute klaim COVID-19 dan mengidentifikasi apa saja yang menjadi
determinan kasus dispute klaim COVID-19 di RSUD Matraman tahun 2020. Sedangkan
manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi yang berguna dan saran yang
dapat dipertimbangkan atau ditindaklanjuti oleh manajemen dalam penyusunan
kebijakan mengenai perbaikan pengklaiman COVID-19 dalam hal kelengkapan berkas
klaim, manajemen klaim, dan penyelesaian dispute klaim COVID-19 di RSUD
Matraman dan juga sebagai prasyarat dalam menyelesaikan Pendidikan Program
Pascasarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit.
Kepesertaan Bapak/ Ibu/ Saudara adalah dengan memberikan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan, dan wawancara akan berlangsung dalam
waktu kurang lebih 30 menit. Saya memohon izin Bapak/Ibu pada proses wawancara
akan direkam menggunakan alat perekam suara dan setiap informasi yang diperoleh
akan dicatat, dan apabila ada hal yang kurang berkenan dapat memberhentikan
wawancara kapan saja.
Informasi yang diperoleh hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian saya selaku
mahasiswa. Nama Bapak / Ibu / Saudara tidak akan dimunculkan dalam laporan
penelitian ini. Namun saya memohon izin Bapak/Ibu / Saudara untuk memunculkan
jabatan Bapak
/ Ibu / Saudara dalam laporan penelitian ini. Apabila sesudah wawancara, Bapak / Ibu/
Saudara mempunyai pertanyaan dan informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi saya
di HP. 08112006456 atau email: yuni.azis3@gmail.com. Terimakasih atas kesediaan
Bapak/Ibu untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Jakarta, 1 Oktober 2020
Hormat saya,
Peneliti
Apabila Bapak / Ibu/ Saudara setuju, silahkan menandatangani lembar di bawah ini:
Saya telah mendapatkan penjelasan tentang tujuan penelitian ini dari Ibu peneliti dan
saya mengerti apa hak dan kewajiban saya. Dengan ini saya menyatakan BERSEDIA/
TIDAK BERSEDIA1) secara sukarela untuk menjadi informan dalam penelitian ini
dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Nama (nama lengkap) :
Tempat, Tanggal Lahir :
Pendidikan Terakhir :
Asal Instansi :
Jabatan :
Lama Bekerja :
Nomor Telepon / HP :
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak