AKUNTANSI SYARIAH
“Menerapkan Akad Istishna”
Dosen Pengampu:
Annita Mahmudah SE,.M.Ak
Disusun Oleh:
Moch Sholakhuddin Fahmi 2001021129
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nyalah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi
Syariah tentang “Menerapkan Akad Istishna”
Dalam penyusunan makalah ini kami menemukan berbagai
kendala ,hambatan, dan tantangan, tetapi dengan kerja keras dan ridho Tuhan
Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik,
Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Tuhan yang Maha Esa, semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyusun makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan maupun kesalahan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
sekalian sangat penulis harapkan guna perbaikan kualitas dalam penyusunan
makalah selanjutnya. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
semua
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2
2.1 Konsep Akad Istishna............................................................................ 2
2.1.1 Pengertian Akad Istishna.......................................................... 2
2.1.2 Ketentuan Pembyaran Akad Istishna........................................ 2
2.1.3 Ketentuan Obyek Akad Istishna............................................... 2
2.1.4 Ketentuan Subyek Akad Istishna.............................................. 2
2.2 Dasar Akad Istishna............................................................................... 3
2.3 Ilustrasi Akad Istishna............................................................................ 4
BAB III PENUTUP......................................................................................... 5
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2 Dasar Akad Istishna
Landasan hukum pada istishna didasarkan pada qiyas terhadap akad
salam, yaitu jual beli yang tidak ada barannya ketika sesi akad sedang
berlangsung.
Ulama Hanafiah melandaskan diperbolehkannya istishna’ atas “istihsan”
dari mu’amalah manusia dengan lainnya dan kebiasaan mereka di setiap kurun
yang melakukan pemesaan tanpa ada pengingkaran.
Adapun Ulama Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah memperbolehkan
atas dasar qiyas terhadap salam dan urf dari masyarakat. Dipersyaratkan
sebagaimana akad salam. Pendapat para ulama tersebut tentunya tidak terlepas
dari sumber utama yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah.
Ayat yang menjadi landasan hukum istishna adalah QS. Al-Baqarah:275
yang artinya, “dan Allah telah menghalalkan Jual Beli dan Mengharamkan
Riba”
Kemudian pada hadist Nabi SAW, Diriwayatkan dari sahabat Anas
radhiallahu ‘anhu, pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak
menuliskan surat kepada seorang raja non arab, lalu dikabarkan kepada beliau:
Sesungguhnya raja-raja non arab tidak sudi menerima surat yang tidak
distempel, maka beliaupun memesan agar ia dibautkan cincin stempel dari
bahan perak. Anas menisahkan: Seakan-akan sekarang ini aku dapat
menyaksikan kemilau putih di tangan beliau.” (Riwayat Muslim)
Merujuk pada hadist ini maka dapat disimpulkan bahwa akad istishna
diperbolehkan. Kemudian Sebagian ulama’ menyatakan melalui ijmanya
bahwa akad istishna’ adalah akad yang dibenarkan dan juga telah dijalankan
sejak dahulu kala tanpa ada seorang sahabat atau ulama pun yang
mengingkarinya. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk melarangnya
Di Indonesia, Dewan Syariah Nasional MUI sebagai lembaga yang
berwenang mengakomodir legalisasi sebuah produk telah melegalkan
akad istishna dengan dikeluarkannya fatwa DSN MUI 06/DSN-MUI/VI/2000
tentang Istishna. Dalam fatwa ini mencakup beberapa hal yaitu ketentuan
tentang pembayaran dan ketentuan tentang barangnya.
3
2.3 Ilustrasi Dalam Kehidupan Sehari hari
Akad istishna saat ini sering diterapkan pada produk pembiayaan rumah
syariah atau biasa disebut KPR Syariah. Salah satu bank yang menerapkan
pembiayaan KPR Syariah dengan akad istishna adalah Bank Perkreditan
Rakyat Syariah (BPRS) Mulia Berkah Abadi. Menurutnya, penerapan
akad istishna pada proses KPR Syariah akan memudahkan memudahkan
nasabah dan akan membuat BPRS lebih unggul dibandingkan konvensional.
4
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
5
DAFTAR PUSTAKA
https://qazwa.id/blog/akad-istishna/
https://kamus.tokopedia.com/i/istishna/