Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

AKUNTANSI SYARIAH
“Menerapkan Akad Istishna”

Dosen Pengampu:
Annita Mahmudah SE,.M.Ak
Disusun Oleh:
Moch Sholakhuddin Fahmi 2001021129

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS AHMAD DAHLAN
LAMONGAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan  kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nyalah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi
Syariah tentang “Menerapkan Akad Istishna”
Dalam penyusunan makalah ini kami menemukan berbagai
kendala ,hambatan, dan tantangan, tetapi dengan kerja keras dan ridho Tuhan
Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik,
Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Tuhan yang Maha Esa, semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyusun makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan maupun kesalahan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca
sekalian sangat penulis harapkan guna perbaikan kualitas dalam penyusunan
makalah selanjutnya. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
semua

Lamongan, 22 Mei 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2
2.1 Konsep Akad Istishna............................................................................ 2
2.1.1 Pengertian Akad Istishna.......................................................... 2
2.1.2 Ketentuan Pembyaran Akad Istishna........................................ 2
2.1.3 Ketentuan Obyek Akad Istishna............................................... 2
2.1.4 Ketentuan Subyek Akad Istishna.............................................. 2
2.2 Dasar Akad Istishna............................................................................... 3
2.3 Ilustrasi Akad Istishna............................................................................ 4
BAB III PENUTUP......................................................................................... 5
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istishna adalah akad pemesanan suatu barang dari pihak 1 (pemesan) ke
pihak 2 (produsen). Adapun dalam Istishna, pemesan memiliki kriteria sendiri
untuk dibuatkan barang tersebut oleh produsen. Singkat kata, produsen harus

membuatkan barang pesanan sesuai dengan keinginan pemesan.


Akad Istishna sudah dikenal sejak dahulu kala di zaman Rasulullah, Nabi
Muhammad SAW. Di salah satu riwayatnya, Rasulullah diceritakan memesan
cincin dari perak. Bentuk pemesanan barang tersebut masuk ke dalam akad
istishna. Lalu, akad ini pun di zaman-zaman selanjutnya disepakati oleh ulama
sebagai salah satu akad perdagangan yang sesuai dengan syariat islam.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana penjelasan mendalam terkait Akad Istishna ?
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuannya ialah mengetahui secara garis besar bagaimana sebenarnya
konsep, jenis, dasar dan ilustrasi terkait Akad Istishna.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Akad Istishna


2.1.1 Pengertian

Secara bahasa, istishna berasal dari kata shana’a yang artinya membuat.


Karena ada penambahan huruf alif, sin dan ta maka makna yang terbentuk
adalah meminta atau memohon untuk dibuatkan.
Secara istilah, Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual (pembuat,
shani’). Singkat kata, produsen harus membuatkan barang pesanan sesuai
dengan keinginan pemesan.
Syarat Akad Istishna terdapat 3 syarat antara lain : Kesepakatan kriteria
barang disebutkan di awal, Waktu penyerahan barang tidak ditentukan, dan
Barang yang dipesan sudah biasa menggunakan akad istishna.
2.1.2 Ketentuan Pembayaran
Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang,
barang, atau manfaat. Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan,
Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.
2.1.3 Ketentuan Objek
Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang, Harus dapat
dijelaskan spesifikasinya, Penyerahannya dilakukan kemudian, Waktu dan
tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan,
2.1.4 Ketentuan Subyek
Pembeli (mustashni’) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya,
Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan, Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan
kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan
atau membatalkan akad.

2
2.2 Dasar Akad Istishna
Landasan hukum pada istishna didasarkan pada qiyas  terhadap akad 
salam, yaitu jual beli yang tidak ada barannya ketika sesi akad sedang
berlangsung.
Ulama Hanafiah melandaskan diperbolehkannya istishna’ atas “istihsan”
dari mu’amalah manusia dengan lainnya dan kebiasaan mereka di setiap kurun
yang melakukan pemesaan tanpa ada pengingkaran.
Adapun Ulama Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah memperbolehkan
atas dasar qiyas terhadap salam dan urf dari masyarakat. Dipersyaratkan
sebagaimana akad salam. Pendapat para ulama tersebut tentunya tidak terlepas
dari sumber utama yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah.
Ayat yang menjadi landasan hukum istishna adalah QS. Al-Baqarah:275
yang artinya, “dan Allah telah menghalalkan Jual Beli dan Mengharamkan
Riba”
Kemudian pada hadist Nabi SAW, Diriwayatkan dari sahabat Anas
radhiallahu ‘anhu, pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak
menuliskan surat kepada seorang raja non arab, lalu dikabarkan kepada beliau:
Sesungguhnya raja-raja non arab tidak sudi menerima surat yang tidak
distempel, maka beliaupun memesan agar ia dibautkan cincin stempel dari
bahan perak. Anas menisahkan: Seakan-akan sekarang ini aku dapat
menyaksikan kemilau putih di tangan beliau.” (Riwayat Muslim)
Merujuk pada hadist ini maka dapat disimpulkan bahwa akad istishna
diperbolehkan. Kemudian Sebagian ulama’ menyatakan melalui ijmanya
bahwa akad istishna’ adalah akad yang dibenarkan dan juga telah dijalankan
sejak dahulu kala tanpa ada seorang sahabat atau ulama pun yang
mengingkarinya. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk melarangnya
Di Indonesia, Dewan Syariah Nasional MUI sebagai lembaga yang
berwenang mengakomodir legalisasi sebuah produk telah melegalkan
akad istishna dengan dikeluarkannya fatwa DSN MUI 06/DSN-MUI/VI/2000
tentang Istishna. Dalam fatwa ini mencakup beberapa hal yaitu ketentuan
tentang pembayaran dan ketentuan tentang barangnya.

3
2.3 Ilustrasi Dalam Kehidupan Sehari hari
Akad istishna saat ini sering diterapkan pada produk pembiayaan rumah
syariah atau biasa disebut KPR Syariah. Salah satu bank yang menerapkan
pembiayaan KPR Syariah dengan akad istishna adalah Bank Perkreditan
Rakyat Syariah (BPRS) Mulia Berkah Abadi. Menurutnya, penerapan
akad istishna pada proses KPR Syariah akan memudahkan memudahkan
nasabah dan akan membuat BPRS lebih unggul dibandingkan konvensional.

4
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara bahasa, istishna berasal dari kata shana’a yang artinya membuat.


Karena ada penambahan huruf alif, sin dan ta maka makna yang terbentuk
adalah meminta atau memohon untuk dibuatkan.
Secara istilah, Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual (pembuat,
shani’). Singkat kata, produsen harus membuatkan barang pesanan sesuai
dengan keinginan pemesan.

5
DAFTAR PUSTAKA
https://qazwa.id/blog/akad-istishna/
https://kamus.tokopedia.com/i/istishna/

Anda mungkin juga menyukai