Anda di halaman 1dari 20

 

“PRODUK PENYALURAN DANA DENGAN PRINSIP


JUAL BELI (AKAD SALAM DAN IJARAH)”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas :“Pengembangan Produk Perbankan Syariah”
Dosen Pengampuh : Tika Parlina M.M

Disusun Oleh :

Adelia Faramita (2131811089)


Agne Citra Sukma Dewi (2131811091)
Haikal Ikhwansyah (2131811066)
Shinta Avrillya Asrida (2131811085)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
SAMARINDA
2022

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullohi Wabarokatuh

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya dan sholawat serta salam tidak lupa kepada junjungan kita baginda
Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan syafaat dan berkah-Nya kepada kita semua
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dari mata kuliah tauhid dan ahklak tasawuf yang
berjudul “Pengembangan Produk Perbankan Syariah”.Ucapan terima kasih untuk dosen
pengampu yang telah memberikan kesempatan agar kami bisa menyelesaikan tugas ini
dengan semaksimal mungkin dengan waktu yang telah diberikan. Semoga dengan adanya
makalah ini dapat memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan kepada kami semua.Terlepas
dari segala hal tersebut kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima
segala saran dan kritik agar kami dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Wassalamualaikum Warahmatullohi Wabarokatuh

Samarinda, 24 september 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... I

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

1. Latar Belakang.................................................................................... 1

2. Rumusan Masalah............................................................................... 2

3. Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 3

A. Pengertian Jual Beli Salam.............................................................. 3

1. Dasar Hukum Salam............................................................................ 4

2. Rukun Dan Syarat Salam.................................................................... 4

3. Pembiayaan Atas Dasar Akad Salam.................................................. 5

4. Etika Dalam Jual Beli Salam............................................................... 6

5. Fatwa Jual Beli Salam......................................................................... 7

6. Skema Jual Beli Salam........................................................................ 7

B. Pengertian Ijarah.............................................................................. 8

1. Jenis-Jenis Ijarah................................................................................. 8

2. Rukun Ijarah........................................................................................ 9

3. Syarat Ijarah........................................................................................ 9

4. Ketentuan Objek Ijarah....................................................................... 10

5. Contoh Transaksi Ijarah...................................................................... 10

6. Skema Akad Ijarah.............................................................................. 12

BAB III PENUTUP............................................................................... 13

1. Kesimpulan.......................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 14

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbankan Syariah sebagai Lembaga keuangan yang berupaya dapat


mengakomodir kebutuhan masyarakat akan layanan jasa keuangan dan perbankan
dengan prinsip Syariah.

Secara garis besar layanan yang diberikan bank Syariah nyaris tidak berbeda
dengan bank konvensional. Hal utama yang membedakannya adalah adanya akad
yang mendasari setiap layanan.

Makna Akad secara umum adalah semua pernyataan, baik lisan, tulisan
maupun isyarat yang menyebabkan seseorang berkewajiban melakukan sesuatu.
Kewajiban ini menimbulkan ikatan antar pelaku akad.

Sebagaimana bank konvensional, kegiatan utama bank Syariah adalah


1. Pendanaan : yaitu menghimpuna dana dari masyarakat. Dana yang
terhimpun akan dikelola dan dikembangkan dalam bentuk
2. Pembiayaan kepada nasabah; yaitu memberikan layanan keuangan bagi
nasabah.

Kegiatan transaksi (muamalah) yang lazim dilayani oleh perbankan syariah


adalah berdasarkan kegiatan jual beli beserta turunannya. Dalam muamalah ini ada
rukun dan syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Rukun Jual Beli :


 Subjek transaksi : yaitu penjual dan pembeli
 Objek transaksi : yaitu uang (sebagai alat tukar) dan barang atau jasa
 Shighat akad : yaitu ucapan atau isyarat dari penjual dan pembeli yang
menunjukkan keinginan mereka untuk melakukan akad secara ridha.

2. Syarat Jual Beli :


 Subjek harus pemilik atau wakilnya
 Subjek harus orang yang cakap bertransaksi
 Objek harus halal manfaat
 Objek memungkinkan untuk diserah-terimakan
 Jelas kriteria objek
 Jelas harganya dan Saling ridha

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Dan Penjelasan Jual Beli Salam?


2. Bagaimana Pengertian Dan Penjelasan Akad Ijarah?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Dan Penjelasan Jual Beli Salam.


2. Untuk Mengetahui Pengertian Dan Penjelasan Akad Ijarah.
3.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jual Beli Salam

Jual beli salam adalah akad jual beli barang pesanan diantara pembeli jual beli
salam adalah akad jual beli barang pesanan diantara pembeli dengan penjual.
Spesifikasi dan harga barang pesanan harus sudah disepakati di awal akad, sedangkan
pembayaran dilakukan di muka secara penuh.

Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah menjelaskan, salam adalah akad atas barang
pesanan dengan spesifikasi tertentu yang ditangguhkan penyerahannya pada waktu
tertentu, dimana pembayaran dilakukan secara tunai di majlis akad. Ulama malikiyyah
menyatakan, salam adalah akad jual beli dimana modal (pembayaran) dilakukan
secara tunai (di muka) dan objek pesanan diserahkan kemudian dengan jangka waktu
tertentu.3 Sedangkan menurut Rozalinda, salam adalah bentuk dari jual beli. Secara
bahasa menurut penduduk Hijaz (Madinah) dinamakan dengan salam sedangkan
menurut penduduk Irak diistilahkan dengan salaf. Secara bahasa salam atau salaf
bermakana: “Menyegerakan modal dan mengemudikan barang”. Jadi jual beli salam
merupakan “jual beli pesanan” yakni pembeli membeli barang dengan kriteria tertentu
dengan cara menyerahkan uang terlebih dahulu, sementara itu barang diserahkan
kemudian pada waktu tertentu.

1. Dasar Hukum Salam

Jual beli salam merupakan akad jual beli yang diperbolehkan, hal ini
berdasarkan atas dalil-dalil yang terdapat dalam Alquran di antaranya:

a. Surat Al-Baqarah: 282 yaitu:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya”.

b. Hadis Jual Beli Salam

“Ibn Abbas menyatakan bahwa ketika Rasul datang ke Madinah, penduduk


Madinah melakukan jual beli salam pada buah-buahan untuk jangka satu tahun
atau dua tahun. Kemudian Rasul bersabda: Siapa yang melakukan salam
hendaknya melakukannya dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas
pula, sampai batas waktu tertentu”. (Muslich, 2015: 243).

3
c. Ijma’

Kesepakatan ulama’ (ijma’) akan bolehnya jual beli salam dikutip dari pernyataan
Ibnu Mundzir yang mengatakan bahwa semua ahli ilmu telah sepakat bahwa jual
beli salam diperbolehkan, karena terdapat kebutuhan dan keperluan untuk
memudahkan urusan manusia. Pemilik lahan pertanian, perkebunan ataupun
perniagaan terkadang membutuhkan modal untuk mengelola usaha mereka hingga
siap dipasarkan, maka jual beli salam diperbolehkan untuk mengakomodir
kebutuhan mereka. Ketentuan ijma’ ini secara jelas memberikan legalisasi praktik
pembiayaan/jual beli salam.

2. Rukun dan Syarat Salam

Menurut Sulaiman Rasjid dalam bukunya berjudul Fiqh Islam, rukun jual beli
salam adalah sebagai berikut:
1. Muslam (pembeli) adalah pihak yang membutuhkan dan memesan barang.
2. Muslam ilaih (penjual) adalah pihak yang memasok barang pesanan.
3. Modal atau uang. Ada pula yang menyebut harga (tsaman).
4. Muslan fiih adalah barang yang dijual belikan.
5. Shigat adalah ijab dan qabul.1

Syarat-syarat salam menurut Saprida (2016: 125) yaitu:

a. Uang hendaknya dibayar di tempat akad (pembayaran dilakukan terlebih dahulu)


b. Barangnya menjadi hutang bagi si penjual.
c. Barangnya dapat diberikan sesuai waktu yang dijanjikan. Artinya jika waktunya
tiba, barang tersebut harus sudah ada. Implikasinya memesan buah-buahan yang
waktunya ditentukan bukan pada musimnya tidak sah.
d. Ukuran barang jelas, baik takaran, timbangan, ataupun bilangannya menurut
kebiasaan cara menjual barang semacam itu.
e. Diketahui dan disebutkan sifat-sifat dan macam barangnya. Sifat-sifat ini harus
jelas sehingga tidak ada keraguan yang akan mengakibatkan perselisihan antara
penjual dan pembeli.
f. Disebutkan tempat menerimanya.

3. Pembiayaan atas dasar Akad Salam

Dalam kegiatan penyaluran dana dalam bentuk Pembiayaan atas dasar Akad
Salam berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut:

1
file:///C:/Users/USERD/Downloads/akad%20salam.pdf

4
a. Bank bertindak baik sebagai pihak penyedia dana maupun sebagai pembeli
barang untuk kegiatan transaksi Salam dengan nasabah yang bertindak sebagai
penjual barang;
b. Barang dalam transaksi Salam adalah objek jual beli dengan spesifikasi,
kualitas, jumlah, jangka waktu, tempat, dan harga yang jelas, yang pada
umumnya tersedia secara reguler di pasar, serta bukan objek jual beli yang
sulit diidentifikasi ciricirinya antara lain nilainya berubah-ubah tergantung
penilaian subjektif;
c. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk
Pembiayaan atas dasar Akad Salam, serta hak dan kewajiban nasabah
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai transparansi
informasi produk Bank dan penggunaan data pribadi nasabah;
d. Bank wajib melakukan analisis atas rencana Pembiayaan atas dasar Salam
kepada nasabah yang antara lain meliputi aspek personal berupa analisa atas
karakter (Character) dan/atau aspek usaha antara lain meliputi analisa
kapasitas usaha (Capacity), keuangan (Capital), dan/atau prospek usaha
(Condition)
e. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk perjanjian
tertulis berupa Akad Pembiayaan atas dasar Salam
f. Pembayaran atas barang nasabah oleh Bank harus dilakukan di muka secara
penuh yaitu pembayaran segera setelah Pembiayaan atas dasar Akad Salam
disepakati atau paling lambat 7 (tujuh) hari setelah Pembiayaan atas dasar
Akad Salam disepakati; dan
g. Pembayaran oleh Bank kepada nasabah tidak boleh dalam bentuk
pembebasan utang nasabah kepada Bank atau dalam bentuk piutang Bank.2

4. Etika dalam Jual Beli Salam

Diantara etika dalam jual beli salam, ialah:


1. Masing-masing hendaklah bersikap jujur dan tulus ikhlas serta hendaklah amanah
dalam perjanjian-perjanjian yang telah dibuat
2. Penjual hendaklah berusaha memenuhkan syarat-syarat yang telah ditetapkan itu.
3. Pembeli janganlah coba menolak barang-barang yang telah dijanjikan itu dengan
membuat berbagai-bagai alasan palsu
4. Sekiranya barang yang dibawa itu terkurang sedikit dari pada syarat-syarat yang
telah dibuat, masing-masing hendaklah bertolak ansur dan mencari keputusan
yang sebaik-baiknya.3

2
https://www.bi.go.id/id/archive/kodifikasi-peraturan/Documents/Bookmark-%20Penghimpunan
%20dan%20Penyaluran%20Dana%20Prinsip%20Syariah,%20Produk%20BUS%20dan%20UUS.pdf
3
https://kumparan.com/berita-hari-ini/rukun-dan-syarat-akad-salam-atau-jual-beli-barang-pesanan-
dalam-islam-1vHtsLPX8Oh/full

5
5. Fatwa Jual Beli Salam

Ketentuan fatwa DSN MUI Nomor 05/DSN MUI/IV/2000 menetapkan enam hal :
 Ketentuan Pembayaran
a. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang,
atau manfaat.
b. Dilakukan saat kontrak disepakati (inadvance).
c. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk ibra’ (pembebasan utang).

 Ketentuan Barang
a. Harus jelas ciri-cirinya/spesifikasi dan dapat diakui sebagai utang.
b. Penyerahan dilakukan kemudian.
c. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
d. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum barang tersebut diterimanya
(qabadh).
e. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan.

 Ketentuan tentang Salam Paralel


Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat akad kedua terpisah dari, dan
tidak berkaitan dengan akad pertama.

 Penyerahan Barang
a. Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan
kuantitas sesuai kesepakatan.
b. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi, maka
penjual tidak boleh meminta tambahan harga sebagai ganti kualitas yang lebih
baik tersebut.
c. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas lebih rendah, pembeli
mempunyai pilihan untuk menolak atau menerimanya, apabila pembeli rela
menerimanya, maka pembeli tidak boleh meminta pengurangan harga
(diskon). Para ulama berbeda pendapat tentang boleh tidaknya muslam ilaih
menyerahkan muslam fiih yang berbeda dari yang telah disepakati.
d. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari yang telah disepakati,
dengan beberapa syarat:
1. Kualitas dan kuantitas barang sesuai dengan kesepakatan, tidak boleh lebih
tinggi ataupun lebih rendah.
2. Tidak boleh menuntut tambahan harga
e. Jika semua/sebagian barang tidak tersedia tepat pada waktu penyerahan atau
kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka pembeli
memiliki dua pilihan:

6
1. Membatalkan kontrak dan meminta kembali uang. Pembatalan kontrak
dengan pengembalian uang pembelian, menurut jumhur ulama,
dimungkinkan dalam kontrak salam. Pembatalan penuh pengiriman
muslam fihi dapat dilakukan sebagai ganti pembayaran kembali seluruh
modal salam yang telah dibayarkan.
2. Menunggu sampai barang tersedia.

 Pembatalan Kontrak.
Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama tidak merugikan kedua
belah pihak.

 Perselisihan.
Jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, persoalannya diselesaikan
melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah4

6. Skema Jual Beli Salam

B. Pengertian Ijarah

Ijarah pada dasarnya dapat diartikan sebagai sebuah akad (perjanjian) sewa
menyewa barang yang dilakukan antara dua pihak, dengan maksud untuk memperoleh
4
https://www.researchgate.net/publication/348707664_Akad_Salam_Dalam_Transaksi_Jual_Beli
5
https://images.app.goo.gl/G4EPxgASxz8BWTXx8

7
manfaat. Dalam hal ini, ketika akad sudah disepakati, pihak penyewa akan memiliki
hak atas manfaat. Adapun pihak yang menyewakan dalam hal ini berhak menerima
kompensasi.

Pada perbankan syariah, prinsip Ijarah biasanya dikenal dengan Ijarah


Muntahiya Bittamlik (IMBT), yang berarti sewa milik. Pada akad ini, selain terjadi
akad jual-beli dan sewa-menyewa, pada akhirnya objek akad akan menjadi hak milik
pihak penyewa.

Untuk mendapatkan tahapan skema pembiayaan KPR jenis ini, pertama-tama


pihak nasabah akan mengajukan KPR kepada pihak bank syariah yang kemudian akan
membelikan rumah tersebut sesuai dengan keinginan nasabah. Ketika rumah sudah
terbeli, bank syariah dalam hal ini kemudian menyewakan rumah tersebut kepada
nasabah, dengan ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama.

Nasabah kemudian membayar sewa rumah tersebut kepada pihak bank


syariah. Manakala nasabah telah menyelesaikan proses sewa, maka rumah tersebut
akan berpindah kepemilikannya yang semula milik bank syariah kemudian menjadi
milik nasabah.6

1. Jenis-Jenis Ijarah

Mengutip buku Hukum Ekonomi Syariah dan Fiqh Muamalah di Lembaga Keuangan
dan Bisnis Kontemporer, terdapat lima jenis ijarah.

a. A’mal atau Asykhas A’mal atau asykhas adalah akad sewa atas jasa atau
pekerjaan seseorang. Artnya, ijarah digunakan untuk memperoleh jasa dari
seseorang dengan membayar upah atas jasa tersebut. Pengguna jasa disebut
mustajir dan pekerja disebut ajir. Upah yang diberikan disebut ujrah.
b. ‘Ayn (muthlaqah) atau ‘ala al-a’yan ‘Ayn (muthlaqah) atau ‘ala al-a’yan adalah
akad sewa atas manfaat barang. Ijarah digunakan untuk penyewaan aset dengan
tujuan untuk mengambil manfaat dari aset. Objek sewa pada ijarah ini adalah
barang dan tidak ada klausul yang memberikan pilihan kepada penyewa untuk
membeli aset selama masa sewa atau pada akhir masa sewa.
c. Muntahiya bitttamlik Muntahiya bittamlik adalah transaksi sewa menyewa antara
pemilik objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa
yang disewakan dengan opsi perpindahan hak milik objek sewa, baik dengan jual
beli atau pemberian (hibah) pada saat tertentu sesuai dengan akad. Muntahiya
bittamlik dapat juga didefinisikan sebagai akad ijarah atas manfaat barang yang
disertai dengan janji pemindahan hak milik atas barang sewa kepada penyewa,
setelah selesai atau diakhirinya akad ijarah.

6
https://shafiec.unu-jogja.ac.id/2021/03/perbedaan-prinsip-ijarah-dan-murabahah-pada-bank-
syariah/

8
d. Ijarah maushufah fi al-dzimmah Ijarah maushufah fi al-dzimmah adalah akad
ijarah atas manfaat suatu barang dan/atau jasa yang pada saat akad hanya
disebutkan sifat-sifat dan spesifikasinya (kuantitas dan kualitas)
e. Ijarah tasyghiliyyah Ijarah tasyghiliyyah adalah akad ijarah atas manfaat barang
yang tidak disertai dengan janji pemindahan hak milik atas barang sewa kepada
penyewa.

2. Rukun Ijarah

Rukun ijarah dijelaskan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 09/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah sebagai berikut.
a. Pernyataan ijab dan qabul.
b. Pihak-pihak yang berakad (berkontrak), terdiri dari pemberi sewa (lessor,
pemilik aset, LKS) dan penyewa (lessee, pihak yang mengambil manfaat dari
penggunaan aset, nasabah).
c. Objek kontrak berupa pembayaran (sewa) dan manfaat dari penggunaan aset.
d. Manfaat dari penggunaan aset dalam ijarah adalah objek kontrak yang harus
dijamin karena ia rukun yang harus dipenuhi sebagai ganti dari sewa dan
bukan aset itu sendiri.
e. Sighat ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang
berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain yang equivalent dengan
cara penawaran dari pemilik aset dan penerimaan yang dinyatakan oleh
penyewa (nasabah).

3. Syarat Ijarah

a. Kedua pihak yang melakukan transaksi Ijarah sudah dewasa (baligh) dan
berakal (tidak mabuk).
b. Kedua pihak yang melakukan transaksi memiliki kerelaan dan tidak
didasarkan suatu paksaan dari pihak mana pun.
c. Barang yang menjadi objek transaksi harus jelas adanya.
d. Barang yang menjadi objek transaksi harus halal sesuai syariat Islam.
e. Barang yang menjadi objek transaksi menjadi hak Mu’jar atas seizin
pemiliknya.
f. Manfaat yang didapatkan harus diinformasikan secara terang dan jelas.7

4. Ketentuan Objek Ijarah

Ketentuan objek ijarah adalah sebagai berikut.

7
https://kamus.tokopedia.com/i/ijarah/

9
a. Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.
b. Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.
c. Pemenuhan manfaat harus yang bersifat dibolehkan.
d. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah.
e. Manfaat harus dikenal secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan
jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan sengketa.
f. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka waktunya.
Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.
g. Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada LKS sebagai
pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam jual beli
dapat pula dijadikan sewa dalam ijarah.
h. Pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama
dengan objek kontrak.
i. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa dapat diwujudkan dalam
ukuran waktu, tempat, dan jarak.8

5. Contoh Transaksi Ijarah

Dalam perbankan syariah, salah satu contoh transaksi Ijarah bisa dilihat dalam
pinjaman multiguna. Contohnya, seseorang menjaminkan sepeda motornya ke
bank untuk mendapatkan pinjaman. Hak guna sepeda motor tersebut berpindah ke
bank, namun tidak atas kepemilikannya. Setelah nasabah melunaskan
pinjamannya, maka hak guna sepeda motor tersebut kembali ke nasabah.9

A. Contoh akad IMBT (Ijarah Muntahiya Bittamlik) Bagian Barang:

 Andi ingin membeli sebuah Ruko untuk membuka usaha Toko Baju, dengan
harga Ruko Tesebut adalah 80.000.000, tetapi Andi hanya memiliki uang Rp-
15.000.000, Andi mendatangi Bank syariah untuk pembiayaan usahanya
tersebut dengan melakukan transaksi Ijarah IMBT. setelah dievakuasi oleh
pihak bank usaha Andi tersebut disetujui oleh Bank syariah, dan Bank syariah
akan membeli Ruko tersebut, kemudian Bank syariah menyewa Ruko tersebut
kepada Andi.
 Andi harus membayar biaya sewa Ruko kepada Bank syariah sebesar Rp-
6.000.000/bulannya. jadi total biaya sewa yang harus dibayarkan oleh Andi
selama satu Tahun adalah Rp.72.000.000. Dan pada masa sewa itu sudah
habis, Ruko tersebut beralih kepemilikannya menjadi milik Adi.

Keterangan:
-Harga satu Ruko : Rp. 80.000.000
8
https://katadata.co.id/safrezi/finansial/62135be50a31b/pengertian-ijarah-beserta-jenis-rukun-dan-
ketentuan-objeknya
9
https://kamus.tokopedia.com/i/ijarah/

10
-Biaya sewa 1 bulan: Rp. 6.000.000 x 12 (Bulan) = Rp. 72.000.000
-Total biaya sewa selama 1 tahun : Rp. 72.000.000
(12.000.000 tersebut merupakan keuntungan sewa yang didapatkan oleh Bank
syariah)

B. Contoh Akad IMBT yang bagian Jasa:

 Budi ingin membuat resepsi pernikahannya, yang biaya resepsinya sebesar


Rp. 40.000.000, budi hanya memiliki uang sebesar Rp. 15.000.000. Budi
mendatangi dan mengajukan permohonan kepada Bank syariah untuk
pembiayaan resepsi pernikahannya tersebut, dengan melakukan transaksi
dengan akad IMBT. setelah dievakuasi, Bank syariah menyetujui
permintaan Budi, dan Bank syariah akan menyewa tempat resepsi
pernikahan yang dibutuhkan oleh Andi. jadi, Andi akan membayar sewa
tersebut kepada Bank syariah sebesar Rp.3.700.000/bulan. Jadi total sewa
yang harus dibayar Andi selama satu tahun adalah Rp.44.400.000

Keterangan:
-Biaya sewa resepsi: Rp. 40.000.000
-Biaya sewa 1 bulan :Rp. 3.700.000
-Total pembiayaan sewa 1 tahun: Rp. 44.400.000 (4.400.000 merupakan
keuntungan hasil sewa yang didapatkan oleh Bank syariah selama satu
tahun)

C. Contoh Ijarah antara Orang dengan orang:

 Pak Ali ingin berlibur keluar kota selama 2 minggu, pak budi menyewa
mobil kepada Adira selama 2 bulan. penyewaan dalam satu hari adalah
sebesar Rp-300.000, dan penyewaan satu bulan Rp-7.500.000, Total
penyewaan yang harus dibayar Pak Ali selama dua bulan adalah Rp-
15.000.000.10

6. Skema Akad Ijarah

10
https://www.pendidikanonline.web.id/2019/11/contoh-akad-ijarah-barang-dan-jasa.html

11
11

11
https://www.kompasiana.com/nurul66424/5fe365ec8ede482a8f4c7d62/model-kerjasama-islam-
ijarah-sewa-menyewa

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akad salam merupakan akad jual beli dengan uang muka dan pengirimandi be
lakang.Walaupun barang baru diserahkan dikemudian hari namunharga,spesifikasi,kar
akteristik,kualitas,kuantitas dan waktu penyerahannya sudahditentukan ketika akad ter
jadi,sehingga tidak ada gharar.Hal inilah yangmembedakan salam dengan transaksi ijo
n.Salam merupakan transaksi yang diizinkan oleh syariah Islam sesuai
dengan tuntunan Al Qur’an dan As Sunnah serta harus mengikuti rukun dan
ketentuan yang digariskan.Selain akad salam yang biasa,juga dikenal salam paralel.Sa
lam paralelmerupakan akad salam di mana barang tidak dimiliki oleh penjual dan penj
ualmemesannya kepada pemasok lainnya.Akad ini juga diizinkan syariah asalkanantar
a ke dua akad tersebut tidak saling tergantung atau menjadi syarat,selain ituakad antar
a penjual dan pemasok terpisah dari akad antara pembeli dan penjual

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: Al-


ijarah adalah akad pemindahan kepemilikan atas suatu barang atau jasa dalam waktu
tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri.

13
DAFTAR PUSAKA

file:///C:/Users/USERD/Downloads/akad%20salam.pdf

https://kumparan.com/berita-hari-ini/rukun-dan-syarat-akad-salam-atau-jual-beli-
barang-pesanan-dalam-islam-1vHtsLPX8Oh/full

https://www.researchgate.net/publication/
348707664_Akad_Salam_Dalam_Transaksi_Jual_Beli

https://images.app.goo.gl/G4EPxgASxz8BWTXx8

https://shafiec.unu-jogja.ac.id/2021/03/perbedaan-prinsip-ijarah-dan-murabahah-
pada-bank-syariah/

https://katadata.co.id/safrezi/finansial/62135be50a31b/pengertian-ijarah-beserta-
jenis-rukun-dan-ketentuan-objeknya

https://www.kompasiana.com/nurul66424/5fe365ec8ede482a8f4c7d62/model-
kerjasama-islam-ijarah-sewa-menyewa

https://kamus.tokopedia.com/i/ijarah/

https://www.pendidikanonline.web.id/2019/11/contoh-akad-ijarah-barang-dan-
jasa.html

https://www.bi.go.id/id/archive/kodifikasi-peraturan/Documents/Bookmark-
%20Penghimpunan%20dan%20Penyaluran%20Dana%20Prinsip%20Syariah,%20Produk
%20BUS%20dan%20UUS.pdf

14
SOAL-SOAL DAN JAWABAN

1. Dibawah ini yang termasuk Rukun Jual Beli diantaranya adalah….

A. Ijma C. Subjek Transaksi (jawaban)

B. Muslam D. Muslan

E. Muntahiya bittamlik

2. Yang bukan termasuk jenis jenis ijarah ialah…

a. A’mal atau Asykhas A’mal b. Shighat (jawaban)

c. Muntahiya bitttamlik d. Ijarah maushufah fi al-dzimmah

e. Ijarah tasyghiliyyah

3. Akad kedua antara Bank dan pemasok harus terpisah dari akad pertama antara Bank dan
pembeli akhir termasuk dalam...

a. Syarat salam paralel (jawaban) b. Rukun salam paralel

c. Syarat obyek salam d. Syarat pelaku salam

e. Ketentuan objek ijara

4. Yang termasuk komponen transaksi ijarah adalah...

a. Aset bisa dibeli penyewa pada akhir penyewaan

b. Aset tidak bisa dibeli penyewa

c. Aset bisa dibeli penyewa di tengah-tengah penyewaan

d. Penyewa hanya bisa menyewa, tidak lebih dari itu (jawaban)

e. Aset dibeli penyewa di akhir penyewaan

5. Produk pembiayaan syariah yang pembiayaannya menggunakan prinsip "jual beli",


bertujuan untuk memiliki...

a. Barang (jawaban) b. Jasa

15
c. Uang d. Barang dan jasa e. Harta

6. Dalam pembiayaan syariah, terdapat alat jual beli salam. Pengertiannya adalah...

a. Barang diberikan di depan

b. Barang dan uang diserahkan bersamaan

c. Uang diberikan didepan (jawaban)

d. Barang yang dijualbelikan sebagaimana barang pada umumnya

e. Barang diberikan, uang diserahkan belakangan

7. ada berapakah fatwa jual beli salam?

a. 6 (jawaban) b. 2 e. 9

c. 4 d. 1

8. PSAK yang mengatur tentang ijarah adalah...

a. PSAK No 106 b. PSAK No 107 (jawaban)

c. PSAK No 108 d. PSAK No 111

e. PSAK No 101

9. Akad sewa menyewa barang antara kedua belah pihak, untuk memperoleh manfaat atas

barang yang disewa. Akad sewa yang terjadi antara bank syariah (pemilik barang) dengan

nasabah (penyewa) dengan cicilan sewa yang sudah termasuk cicilan pokok harga barang

sehingga pada akhir masa perjanjian penyewa dapat membeli barang tersebut dengan sisa

harga yang kecil atau diberikan saja oleh bank syariah, dinamakan...

A. Ijarah (jawaban) B. Salam

C. Wadi’ah D. Wakalah

E. Musyarakah

16
10. Jasa pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli yang pembayarannya bersamaan
dengan pemesanan barang, disebut...

A. Sukuk B. Salam (jawaban)

C. Murabaha D. Istisna

E. Mudharabah

17

Anda mungkin juga menyukai