Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AKUNTANSI SYARIAH
Tentang “Akuntansi Salam”
Dosen Pengampu : Rohma Septiawati,SE.,M.Ak.

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Kurnia Dewi (19416262201037)

Rizky Amalia Rosa (19416262201170)

Afni Nurvita (19416262201059)

Sri Utari (21416262201136)

Melinda Dwi Damayanti (19416262201101)

Mia Melati (19416262201041)

UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nyalah kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah yang berjudul Tentang “Akuntansi Salam” disusun untuk memenuhi
salah satu tugas kelompok mata kuliah Akuntansi Syariah yang dibimbing oleh
Dosen Rohma Septyawati,SE.,M.Ak.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah


membantu kami dalam penyusunan makalah ini, baik itu teman-teman, dosen dan
semua yang telah membantu yang kami tidak bisa sebut satu per satu.

Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik, dan dapat
digunakan dengan sebaik baiknya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami
susun ini belumlah sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
dalam rangka menyempurnakan untuk pembuatan makalah selanjutnya. Sesudah
dan sebelumnya kami ucapkan terimakasih.

Karawang, 26 Maret 2022


 

(Kelompok 6)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN....................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN AKAD SALAM.....................................................................3
2.2 SUMBER HUKUM AKAD SALAM..............................................................5
2.3 RUKUN DAN KETENTUAN AKAD SALAM..............................................5
2.4 JENIS DAN AKAD..........................................................................................7
2.5 BERAKHIRNYA AKAD SALAM..................................................................8
2.6 PENGAWASAN SYARIAH TRANSAKSI SALAM DAN SALAM
PARALEL....................................................................................................................8
2.7 KEUNTUNGAN DAN MANFAAT AKAD SALAM.....................................9
2.8 CAKUPAN STANDAR AKUNTANSI SALAM DAN SALAM PARALEL
10
BAB III...........................................................................................................................17
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................17
3.1. KESIMPULAN...............................................................................................17
3.2. SARAN............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salam merupakan salah satu jenis akad jual beli, dimana pembeli
membayar terlebih dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya
jelas sedangkan barangnya baru akan diserahkan pada saat tertentu di kemudian
hari. Dengan demikian, akad salam dapat membantu produsen dalam penyediaan
modal sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai dengan yang telah dipesan
sebelumnya. Sebaliknya, pembeli dapat jaminan memperoleh barang tertentu,pada
saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya diawal.Akad salam
biasanya digunakan untuk pemesanan barang tertentu.

Ba’i as salam, atau biasa disebut dengan salam,merupakan pembelian


barang yang pembayarannya dilunasi dimuka, sedangkan penyerahan barang
dilakukan dikemudian hari. Akad salam ini digunakan untuk memfasilitasi
pembeliaan suatu barang (biasanya barang hasil pertanian) yang memerlukan
waktu untuk memproduksinya. Adapun salam paralel merupakan jual beli barang
yang melibatkan dua transaksi salam, dalam hal ini transaksi salam pertama
dilakukan antara nasabah dan bank, sedangkan transaksi salam kedua dilakukan
antara bank dengan petani atau pemasok. Penerapan transaksi salam dalam dunia
perbankan masih sangat minim, bahkan sebagian besar bank Syariah tidak
menawarkan skema transaksi ini. Hal ini dapat dipahami karena persepsi
masyarakat yang sangat kuat bahwa bank, termasuk bank syariah, merupakan
institusi untuk membantu masyarakat jika mengalami kendala liquiditas. Dengan
demikian, ketentuan salam yang mensyaratkan pembayaran dimuka, merupakan
suatu hal yang masih sulit diaplikasikan.

Kendati demikian, skema transaksi ini tetap potensial dikembangkan di


Indonesia seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah untuk
mengembangkan sektor pertanian. Secara khusus, jika pemerintah terlibat dalam

1
upaya mengembangkan kemampuan akses pendanaan petani, penggunaan skema
salam relatif lebih cepat dan lebih menguntungkan dibanding skema lainnya.  

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.      Apakah yang dimaksud dengan akad Salam?


2.      Apa saja sumber hukum dari akad salam?
3.       Apakah rukun dari akad salam?
4.      Apakah jenis dari akad salam?
5.      Kapan berakhirnya akad salam?
6.      Bagaimanakah pengawasan syariah terhadap transaksi akad salam dan
salam paralel?
7.      Bagaimanakah alur transaksi salam?
8. Keuntungan dan manfaat akad salam
9.      Apa saja cakupan standar akuntansi salam dan salam paralel?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.     Untuk mengetahui definisi salam


2.      Untuk mengetahui dalil-dalil (sumber hukum) mengenai pelaksanaan
akad salam
3.      Untuk mengetahui rukun-rukun akad salam
4.      Untuk mengetahui jenis-jenis akad salam
5.      Untuk mengetahui penyebab berakhirnya akad salam
6.      Untuk mengetahui pengawasan syariah terhadap akad salam dan salam
paralel
7.      Untuk mengetahui alur transaksi akad salam
8. Untuk mengetahui Keuntungan dan manfaat akad salam
9.      Untuk mengetahui cakupan standar akuntansi salam dan salam paralel.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN AKAD SALAM

Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan karena


pemesan barang menyerahkan uangnya di muka. Para fuqaha menamainya
al mahawi’ij (barang-barang mendesak) karena sejenis jual beli yang
dilakukan mendesak walaupun barang yang diperjualbelikan tidak ada
tempat. ”Mendesak”, dilihat dari sisi penjual,ia sangat membutuhkan
barang tersebut dikemudian hari sementara dari sisi penjual, ia sangat
membutuhkan uang tersebut. Salam juga dapat didefenisikan sebagai
transaksi atau akad jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum
ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran
dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.
PSAK 103, mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang
pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman dikmudian hari oeh penjual
(muslam alaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam)
pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Salam tidak
mirip dengan transaksi ijon, karena itu dibolehkan oleh syariah karena
tidak ada gharar. Walaupun barang baru diserahkan dikemudian hari,
harga, spesifiksi, karakteristik, kualitas, kuantitas dan waktu
penyerahannya sudah ditentukan dan disepakati ketika akad terjadi.
Contoh akad salam: pembeli memesan beras tipe IR 64 sebanyak 2
ton dengan harga Rp 5.000 per kilogram dan diserahkan 4 bulan ke depan
atau pada waktu panen, dibayar di muka. Di sini jelas beras IR 6 yang
akan diserahkan 4 bulan kemudian oleh penjual. Contoh transaksi ijon
misalnya, pembeli 1 hektar padi (Waktu akad ini terjadi padi belum siap
dipanen) dengan harga Rp 15 juta. Apabila ternyata padi terserang hama
sehinga tidak dapat dipanen aau menghasilkan lebih sedikit dari 5 ton
gabah, maka pembeli akan rugi (asumsi harga per kg padi gabah Rp 3.000)
sebaliknya jika hasilnya 8 ton, maka petani yang akan merugi.

3
Dalam PSAK 103 dijelaskan alat pebayaran modal salam dapat
berupa uang tunai barang atau manfaat, tetapi boleh berupa pembebanan
utang penjual atau penyerahan piutang pembeli dar pihak lain. Oleh karena
tujuan penyerahan modal usaha salam adalah sebagai modal kerja,
sehingga dapat digunakan oleh pembeli untuk menghasikan barang
(produksi) sehingga dapat memenuhi pesanan.
Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan
mmperoleh barang dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia
membutuhkan dengan harga yang disepakatinya di awal. Sementara
manfaat bagi penjual adalah diperolehnya dana untuk melakukan aktivitas
produksi dan memenuhi sabagian kebutuhan hidupnya.
Dalam akad salam, harga barang pesanan yang sudah disepakati
tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Apaila barang yang
dikirim tidak sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati sebelumnya,
maka pembeli boleh melakukan khyiar yaitu memilih apakah transaksi
dilanjutkan atau dibatalkan. Untuk menghindari resiko yang meugikan
pmbeli boleh meminta jaminan dari penjual.
Salam dapat dilakukan secara langsung antara pembeli dan penjual,
dan dapat juga dilakukan oleh tiga pihak secara paralel: pembeli-penjual-
pemasok yang disebut sebagai salam paralel. Resiko yang muncul dari
kasus ini adalah apabila pemasok tidak bisa mengirim barang maka ia
tidak dapat memenuhi permintaan pembeli, resiko lain barang yang
dikirim kan oleh pemasok tidak sesuai dengan yang dipesan oleh pembeli
sehingga prusahaan memiliki persediaan barang tersebut dan harus
mencari pembeli lain yang berminat. sedangkan ia tetap memiliki
kewjiban pada pembeli dan pemasok.

4
2.2 SUMBER HUKUM AKAD SALAM

1. Al-Quran
“Hai orang- orang yang beriman,apabila kamu bermuamalah tidak
secara tunai untuk wktu yang ditentukan,hendaknya kamu
menuliskannya dengan benar....”(QS 2:282)
“Hai oarang –oarang yang beriman penuhilah akad-akad
itu.....”(QS 5:1)
1. Al-Hadits
“Barang siapa yang melakukan salam,hendaknya ia melakukannya dengan
takaran yang  jelas dan timbangan yang jelas pula,untuk jangka waktu yang
diketahui.”(HR.Bukhari Muslim)
Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, buan untuk dijual.”(HR.Ibnu Majah)

2.3 RUKUN DAN KETENTUAN AKAD SALAM

Rukun salam ada tiga,yaitu:


1. Pelaku, terdiri penjual (muslam alaih) dan pembeli (muslam)
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan (muslam alaih) dan
modal salam (ra’su maalis salam)
Ketentuan syariah yang terkait dengan modal salam yaitu:
a. Modal salam harus diketahui jenis dan jumlahnya.
b. Modal salam uang tunai. Para ulama berbeda pendapat masalah
bolehnya pembayaran dalam bentuk aset perdagangan. Beberapa
ulama menganggapnya boleh.
c. Modal salam diserahkan ketika akd berlangsunng, tidak boleh
utang atau merupakan pelunasan piutang. Hal ini adalah untuk
menceah praktik iba melalui mekanisme salam.

·           Ketentuan syariah barang salam, yaitu:


a. Barang tersebut harus dapat dibedakan/didefenisikan  mempunyai
spesifikasi dan kharakteristik yang jelas kualitas, jenis, ukuran
dan lain sebagainya sehingga tidak ada gharar.

5
b. Barang tersebut harus dapat dikuantifikasi/ditakar/ditimbang.
c. Waktu penyerahan barang harus jelas, tidak harus tanggal tertentu
boleh juga dalam kurun waktu tertentu, misalnya dalam waktu 6
bulan atau musim panen disesuaikan dengan kemungkinan yang
tersedianya barang yang dipesan. Hal tersebut diperlukan untuk
mencegah gharar atau ktidakpastian, harus ada pada waktu yang
ditentukan.
d. Barang tidak harus ada ditangan penjual tetapi harus ada pada
waktu yang ditentukan.
e. Apabila barang yang dipesan tidak ada  pada waktu yang
ditentukan, akad menjadi  fasakh/rusak dan pembeli dapat
memilih apakah menunggu sampai dengan barang yang dipesan
tersedia atau membatalkan akad sehingga penjual harus
mengemembalikan dana yang telah diterima.
f. Apabila barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang
disepakati dalam akad, maka pembeli boleh melakukan khiar atau
memilih untuk menerima atau menolak. Kalau pilihannya
menolak makasi penjual memiliki utang yang dapat diselesaikan
dengan pengembalian dana atau menyerahkan produk yang sesuai
dengan akad
g. Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas yang lebih baik,
maka penjual tidak boleh meminta tambahan pembayaran dan hal
ini dianggap sebagai pelayanan kepuasan pelanggan.
h. Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebh rendah, pembeli
boleh memilih menolak atau menerimanya. Apabila pembeli
menerima maka pembeli tidak boleh meminta pengurangan harga.
i. Barang boleh dikirim sebelum jauh tempo asalkan disetujui oleh
kedua pihak dan denga syarat kualitas dan jumlah barang sesuai
dengan kesepakatan, dan tidak boleh menuntut penambahan
harga.
j. Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak
dibolehkan secara syariah.

6
k. Kaidah penggantian barang yang dipesan dengan barang lain.
Para ulama melarang penggantian spesifikasi barang yang tidak
sesuai dengan spesifikasi dan kualitas yang sama, tetapi
sumbernya berbeda, para ulama membolehkannya.
l. Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan, akad tetap
sah. Namun sebaiknya dijeaskan dalam akad,apabia tidak
disebutkan maka harus dikirim ketempat yang menjadi kebiasaan,
misalnya gudang pembeli.
3. Ijab kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-
piahk pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
2.4 JENIS DAN AKAD

 Langsung: Pembeli ↔ Penjual
Transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada
ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran di
muka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.

 Paralel : Pembeli ↔ Penjual ↔ Pemasok


Terdapat dua transaksi salam yaitu antara pemesan dan penjual serta
antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya.
Syarat : tidak terjadi ta’alluq (saling keterkaitan antara akad salam 1
dan 2). Hal ini terjadi ketika penjual tidak memiliki barang pesanan
dan memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
tersebut. Salam paralel dibolehkan asalkan akad salam kedua tidak
tergantung pada akad yang pertama yaitu akad antara penjual dan
pemasok tidak tergantung pada akad antar pembeli dan penjual, jika
saling tergantung atau menjadi syarat tidak diperbolehkan.
Beberapa ulama kontemporer tidak membolehkan transasksi salam
parallel terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu
dilakukan secara terus-menerus, karena dapat menjurus kepada riba.

7
2.5 BERAKHIRNYA AKAD SALAM

Dari penjelasan diatas,hal-hal yang dapat membatalkan kontrak


adalah:
1. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan.
2. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati
dalam akad.
3. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah,dan pembeli memilih
menolak untuk membatalkan akad
4. Barang yang dikirim kualitasnya tidak sesuai akad tetapi pembeli
menerimanya.
5. Barang diterima.
2.6 PENGAWASAN SYARIAH TRANSAKSI SALAM DAN SALAM

PARALEL

Dalam memastikan kesesuaian praktik jual beli salam dan salam


paralel yang dilakukan dengan ketentuan syariah yang ditetapkan oleh
DSN, DPS melakukan pengawasan syariah secara periodik.

Pengawasan tersebut berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh


Bank Indonesia dilakukan untuk:

a. Memastikan barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh


syariah Islam.
b. Memastikan Bahwa Pembayaran Atas barang salam kepada
pemasok telah dilakukan di awal kontrak secara tunai sebesar akad
salam.
c. Meneliti bahwa akad salam telah sesuai dengan fatwa DSN MUI
tentang salam dan peraturan Bank Indonesia yang berlaku.
d. Meneliti kejelasan akad salam yang dilakukan dalam format salam
paralel atau akad salam biasa.
e. Meneliti bahwa keuntungan Bank Syariah atas praktik salam
paralel diperoleh dari selisih antara harga beli dari pemasok dengan
harga jual kepada nasabah/pembeli akhir.

8
f. ALUR TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL

Pertama, negoisasi dengan persetujuan kesepakatan antara penjual


dengan pembeli terkait transaksi salam yang akan dilaksanakan.

Kedua, setelah akad disepakati,pembeli melakukan pembayaran


terhadap barang yang diinginkan sesuai dengan kesepakatan yang sudah
dibuat.

Ketiga, pada transaksi salam,penjual mulai memproduksi atau


menyelesaikan tahapan penanaman produk yang diinginkan pembeli.
Setelah produk dihasilkan, pada saat atau sebelum tanggal penyerahan,
penjual mengirim barang sesuai dengan spesifikasi kualitas dan kuantitas
yang telah disepakati kepada pembeli. Adapun transaksi salam paralel,
yang biasanya digunakan oleh penjual (bank Syariah) yang tidak
memproduksi sendiri produk salam, setelah menyepakati kontrak salam
dan menerim dana dari nasabah salam, selanjutnya secara terpisah
membuat akad salam dengan petani sebagai produsen produk salam.

Keempat, Setelah menyepakati transaksi salam kedua tersebut,


bank langsung melakukan pembayaran kepada petani.

Kelima, Dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan kesepakatan


dengan Bank, petani mengirim produk salam kepada petani sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan.

Keenam, bank menerima dokumen penyerahan produk salam


kepada nasabah dari petani.

2.7 KEUNTUNGAN DAN MANFAAT AKAD SALAM

Akad salam ini dibolehkan dalam syariah Islam karena punya


hikmah dan manfaat yang besar, dimana kebutuhan manusia dalam
bermuamalat seringkali tidak bisa dipisahkan dari kebutuhan atas akad ini.
Kedua belah pihak, yaitu penjual dan pembeli bisa sama-sama

9
mendapatkan keuntungan dan manfaat dengan menggunakan akad salam.
Pembeli (biasanya) mendapatkan keuntungan berupa:
1. Jaminan untuk mendapatkan barang sesuai dengan yang di butuhkan dan
pada waktu yang ia inginkan.
2. Sebagaimana ia juga mendapatkan barang dengan harga yang lebih murah
bila dibandingkan dengan pembelian pada saat ia membutuhkan kepada
barang tersebut. Sedangkan penjual juga mendapatkan keuntungan yang
tidak kalah besar dibanding pembeli, diantaranya:
3. Penjual mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya dengan cara-
cara yang halal, sehingga ia dapat menjalankan dan mengembangkan
usahanya tanpa harus membayar bunga. Dengan demikian selama belum
jatuh tempo, penjual dapat menggunakan uang pembayaran tersebut untuk
menjalankan usahanya dan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya
tanpa ada kewajiban apapun.
4. Penjual memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan pembeli,
karena biasanya tenggang waktu antara transaksi dan penyerahan barang
pesanan berjarak cukup lama.

2.8 CAKUPAN STANDAR AKUNTANSI SALAM DAN SALAM

PARALEL

Akuntansi Salam diatur dalam PSAK 103 tentang akuntansi


salam.Standar tersebut berisikan tentang pengakuan dan pengukuran,baik
sebagai pembeli maupun sebagai penjual.

Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam ketentuan pengakuan


dan pengukuran salam adalah terkait dengan piutang salam, modal usaha
salam, kewajiban salam, penerimaan barang pesanan salam, denda yang
diterima oleh pembeli dari penjual yang mampu, tetapi sengaja menunda-
nunda penyelelesaian kewajibannya serta tentang penilaian persediaan
barang pesanan pada periode pelaporan.

 AKUNTANSI UNTUK PEMBELI

10
Hal-hal yang harus dicatat oleh pembeli dalam transaksi secara akuntansi :
1. Pengakuan piutang salam, piutang salam diakui pada saat modal usaha
salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. Modal usaha salam
disajikan sebagai piutang salam.
2. Pengukuran modal usaha salam
Modal salam dalam bentuk kas di ukur sebesar jumlah yang di
bayarkan

Jurnal :

Piutang salam                                            xxx

             kas                                                     xxx

Modal usaha salam dalam bentuk aset non kas diukur sebesar nilai
wajar, selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat modal usaha non kas
yang diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat
penyerahan modal usaha tersebut.

1. Pencatatan apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat

Jurnal :

Piutang Salam xxx


Kerugian  xxx
       Aset non kas  xxx

2. Pencatatan apabila nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat

Jurnal :
Piutang Salam xxx
Aset non kas   xxx
      Keuntungan xxx

3. Penerimaan barang pesanan

11
a. Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai
dengan nilai yang disepakati.

Jurnal :
Aset salam xxx
       Piutang salam  xxx
b. Jika barang pesanan berbeda kualitasnya.
a) Nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya
sama atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang
tercantum dalam akad,maka barang pesanan yang diterima
diukur sesuai nilai akad.
Jurnal :
Aset Salam  xxx
       piutang salam xxx
b) Jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih
rendah dari nlai barang pesanan yang tercantum dalam
akad,maka barang pesanan yang diterima diukur sesuai
dengan nilai wajar pada saat diterima dan selisihnya diakui
sebagai kerugian.
Jurnal :
Persediaan-Aset Salam (diukur pada nilai wajar) xxx
kerugian Salam  xxx
       Piutang Salam xxx

c. Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang


pesanan pada tanggal jatuh tempo pengiriman, maka:

a)      Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat


piutang salam sebesar bagian yang belum dipenuhi sesuai
dengan nilai yang tercantum dalam akad, dan jurnal atas
bagian barang pesanann yang diterima ;

Jurnal :

12
Aset Salam (sebesar jumlah yang diterima)      xxx
             Piutang Salam                                              xxx

c) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya,


maka piutang salam berubah menjadi piutang yang harus
dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat
dipenuhi.
jurnal :

Aset lain-lain-Piutang  xxx

Piutang Salam  xxx

c)      Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan


pembeli mempunyai jaminanatas barang pesanan serta
hasil penjualan jaminantersebut lebih kecil dari nilai
piutang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang
salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai
piutang kepada penjual.

Jurnal :
Kas  xxx
Aset lainnya-Piutang pada penjual       xxx
             Piutang Salam                                    xxx

d) Jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai


tercatat piutang salam maka selisihnya menjadi hak
penjual.

Jurnal :
Kas                                                 xxx
             Utang Penjual                                        xxx
             Piutang Salam                                        xxx

13
4. Denda yang diterima dan diberlakukan oleh pembeli diakui
sebagai bagian dana kebajikan.

Jurnal :
Dana Kebajikan-Kas xxx
           Kebajikan-Pendptan Denda                      xxx

Denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang mampu


menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya
lalai. Hal ini tidak berlaku bagi penjual yang tidak mampu
menunaikan kewajibannya karena Force majeur.

5.  Penyajian

a.       Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan


sebagai piutang salam
b.      Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat
mmemenuhi kewajibannya dalam transaksi salam disajikan
secara terpisah dari piutang salam.
c.       Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur
sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang
dapat direalisasi.Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi
lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian.
6.  Pengungkapan
a.       Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri
maupun yang dibiayai secara bersama-sama dengan pihak
lain.
b.      Jenis dan kuantitas barang pesanan
c.       Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No.101 tentang
penyajian laporan keuangan syariah.

14
 AKUNTANSI UNTUK PENJUAL

1.     Pengakuan kewjiban salam,kewajiban salam diakui pada saat penjual


menerima modal usaha salam. Modal usaha salam yang diterima
disajikan sebagai kewajiban salam.

2.     Pengukuran kewajiban salam.


Jika modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang
diterima.
Jurnal:
Kas                                        xxx
              Utang Salam                                 xxx
Jika modal usaha salam dalam bentuk aset non kas diukur sebesar
nilai wajar.
Jurnal :
Aset non Kas (nilai wajar)    xxx
            Utang Salam xxx
3.     Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat
penyerahan barang kepada pembeli.
Jurnal :
Utang Salam xxx
             Penjualan xxx
4.     Jika Penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara jumlah
yang dibayar oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan
diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan barang
pesanan oleh penjual ke pembeli akhir.

Jurnal ketika membeli persediaan:


Aset Salam xxx
              Kas xxx

15
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah yang dibayar
oleh pembeli akhir lebih kecil dari biaya perolehan barang pesanan.

Utang Salam xxx


Kerugian Salam xxx
           Aset Salam xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah yang dibayar
oleh pembeli akhir lebih besar dari biaya perolehan barang pesanan.

Utang Salam  xxx


             Aset Salam xxx
             Keuntungan Salam xxx
5. Pada akhir periode pelaporan keuangan,persediaan yang diperoleh
melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan
atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat
direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui
sebagai kerugian.
6. Penyajian, penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima
sebagai kewajiban salam.
7. Pengungkapan l
a.    Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang
memiliki hubungan istimewa
b.    Jenis dan kuantitas barang pesanan, dan
c.     Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101 tentang penyajian
laporan keuangan syariah.

16
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. KESIMPULAN

·          Salam berasal dari kata As salaf yang artinya pendahuluan karena


pemesan barang menyerahkanuangnya di muka.Para fuqaha menamainya
al mahawi’ij (barang-barang mendesak) karena ia sejenis jual beli yang
dilakukan mendesak walaupun barang yang diperjual belikan tidak ada
tempat. ”Mendesak”, dilihat dari sisi penjual, ia sangat membutuhkan
barang tersebut dikemudian hari sementara dari sisi penjual ia sangat
membutuhkan uang tersebut.

Salam dapat didefenisikan sebagai transaksi atau akad jual beli


dimana barang yang diperjual belikan belum ada ketika transaksi
dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran dimuka sedangkan
penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari. PSAK 103
mendefinisikan salam sebagai akad  jual beli barang pesanan (muslam
fiih) dengan pengiriman dikmudian hari oleh penjual (muslam alaihi) dan
pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad
disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.

3.2. SARAN

Makalah ini memberikan penjelasan mengenai akad salam dan


penerapan akuntansinya sesuai dengan PSAK no 103. Ada beberapa
penjelasan mengenai akad salam, namun penyajian materi masih sangatlah
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penyusun menyarankan untuk mencari
referensi-referensi lainnya agar kita mampu mengetahui teori-teori akad
salam dan mengaplikasikannya sesuai dengan teori yang ada.

17
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati Sri,Wasilah.2009.Akuntansi Syariah Di Indonesia.Jakarta : Salemba
Empat.

Yaya Rizal,dkk.2009.Akuntansi Perbankan Syariah.Jakarta: Salemba Empat.

https://dokumen.tips/documents/makalah-akuntansi-salam.html (Di akses pada


tanggal 26 Maret 2022)

18

Anda mungkin juga menyukai