AKUNTANSI SYARIAH
Tentang “Akuntansi Salam”
Dosen Pengampu : Rohma Septiawati,SE.,M.Ak.
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nyalah kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah yang berjudul Tentang “Akuntansi Salam” disusun untuk memenuhi
salah satu tugas kelompok mata kuliah Akuntansi Syariah yang dibimbing oleh
Dosen Rohma Septyawati,SE.,M.Ak.
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik, dan dapat
digunakan dengan sebaik baiknya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami
susun ini belumlah sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
dalam rangka menyempurnakan untuk pembuatan makalah selanjutnya. Sesudah
dan sebelumnya kami ucapkan terimakasih.
(Kelompok 6)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN....................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN AKAD SALAM.....................................................................3
2.2 SUMBER HUKUM AKAD SALAM..............................................................5
2.3 RUKUN DAN KETENTUAN AKAD SALAM..............................................5
2.4 JENIS DAN AKAD..........................................................................................7
2.5 BERAKHIRNYA AKAD SALAM..................................................................8
2.6 PENGAWASAN SYARIAH TRANSAKSI SALAM DAN SALAM
PARALEL....................................................................................................................8
2.7 KEUNTUNGAN DAN MANFAAT AKAD SALAM.....................................9
2.8 CAKUPAN STANDAR AKUNTANSI SALAM DAN SALAM PARALEL
10
BAB III...........................................................................................................................17
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................17
3.1. KESIMPULAN...............................................................................................17
3.2. SARAN............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salam merupakan salah satu jenis akad jual beli, dimana pembeli
membayar terlebih dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya
jelas sedangkan barangnya baru akan diserahkan pada saat tertentu di kemudian
hari. Dengan demikian, akad salam dapat membantu produsen dalam penyediaan
modal sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai dengan yang telah dipesan
sebelumnya. Sebaliknya, pembeli dapat jaminan memperoleh barang tertentu,pada
saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya diawal.Akad salam
biasanya digunakan untuk pemesanan barang tertentu.
1
upaya mengembangkan kemampuan akses pendanaan petani, penggunaan skema
salam relatif lebih cepat dan lebih menguntungkan dibanding skema lainnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dalam PSAK 103 dijelaskan alat pebayaran modal salam dapat
berupa uang tunai barang atau manfaat, tetapi boleh berupa pembebanan
utang penjual atau penyerahan piutang pembeli dar pihak lain. Oleh karena
tujuan penyerahan modal usaha salam adalah sebagai modal kerja,
sehingga dapat digunakan oleh pembeli untuk menghasikan barang
(produksi) sehingga dapat memenuhi pesanan.
Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan
mmperoleh barang dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ia
membutuhkan dengan harga yang disepakatinya di awal. Sementara
manfaat bagi penjual adalah diperolehnya dana untuk melakukan aktivitas
produksi dan memenuhi sabagian kebutuhan hidupnya.
Dalam akad salam, harga barang pesanan yang sudah disepakati
tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Apaila barang yang
dikirim tidak sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati sebelumnya,
maka pembeli boleh melakukan khyiar yaitu memilih apakah transaksi
dilanjutkan atau dibatalkan. Untuk menghindari resiko yang meugikan
pmbeli boleh meminta jaminan dari penjual.
Salam dapat dilakukan secara langsung antara pembeli dan penjual,
dan dapat juga dilakukan oleh tiga pihak secara paralel: pembeli-penjual-
pemasok yang disebut sebagai salam paralel. Resiko yang muncul dari
kasus ini adalah apabila pemasok tidak bisa mengirim barang maka ia
tidak dapat memenuhi permintaan pembeli, resiko lain barang yang
dikirim kan oleh pemasok tidak sesuai dengan yang dipesan oleh pembeli
sehingga prusahaan memiliki persediaan barang tersebut dan harus
mencari pembeli lain yang berminat. sedangkan ia tetap memiliki
kewjiban pada pembeli dan pemasok.
4
2.2 SUMBER HUKUM AKAD SALAM
1. Al-Quran
“Hai orang- orang yang beriman,apabila kamu bermuamalah tidak
secara tunai untuk wktu yang ditentukan,hendaknya kamu
menuliskannya dengan benar....”(QS 2:282)
“Hai oarang –oarang yang beriman penuhilah akad-akad
itu.....”(QS 5:1)
1. Al-Hadits
“Barang siapa yang melakukan salam,hendaknya ia melakukannya dengan
takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula,untuk jangka waktu yang
diketahui.”(HR.Bukhari Muslim)
Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, buan untuk dijual.”(HR.Ibnu Majah)
5
b. Barang tersebut harus dapat dikuantifikasi/ditakar/ditimbang.
c. Waktu penyerahan barang harus jelas, tidak harus tanggal tertentu
boleh juga dalam kurun waktu tertentu, misalnya dalam waktu 6
bulan atau musim panen disesuaikan dengan kemungkinan yang
tersedianya barang yang dipesan. Hal tersebut diperlukan untuk
mencegah gharar atau ktidakpastian, harus ada pada waktu yang
ditentukan.
d. Barang tidak harus ada ditangan penjual tetapi harus ada pada
waktu yang ditentukan.
e. Apabila barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang
ditentukan, akad menjadi fasakh/rusak dan pembeli dapat
memilih apakah menunggu sampai dengan barang yang dipesan
tersedia atau membatalkan akad sehingga penjual harus
mengemembalikan dana yang telah diterima.
f. Apabila barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang
disepakati dalam akad, maka pembeli boleh melakukan khiar atau
memilih untuk menerima atau menolak. Kalau pilihannya
menolak makasi penjual memiliki utang yang dapat diselesaikan
dengan pengembalian dana atau menyerahkan produk yang sesuai
dengan akad
g. Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas yang lebih baik,
maka penjual tidak boleh meminta tambahan pembayaran dan hal
ini dianggap sebagai pelayanan kepuasan pelanggan.
h. Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebh rendah, pembeli
boleh memilih menolak atau menerimanya. Apabila pembeli
menerima maka pembeli tidak boleh meminta pengurangan harga.
i. Barang boleh dikirim sebelum jauh tempo asalkan disetujui oleh
kedua pihak dan denga syarat kualitas dan jumlah barang sesuai
dengan kesepakatan, dan tidak boleh menuntut penambahan
harga.
j. Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak
dibolehkan secara syariah.
6
k. Kaidah penggantian barang yang dipesan dengan barang lain.
Para ulama melarang penggantian spesifikasi barang yang tidak
sesuai dengan spesifikasi dan kualitas yang sama, tetapi
sumbernya berbeda, para ulama membolehkannya.
l. Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan, akad tetap
sah. Namun sebaiknya dijeaskan dalam akad,apabia tidak
disebutkan maka harus dikirim ketempat yang menjadi kebiasaan,
misalnya gudang pembeli.
3. Ijab kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-
piahk pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
2.4 JENIS DAN AKAD
Langsung: Pembeli ↔ Penjual
Transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada
ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran di
muka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.
7
2.5 BERAKHIRNYA AKAD SALAM
PARALEL
8
f. ALUR TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL
9
mendapatkan keuntungan dan manfaat dengan menggunakan akad salam.
Pembeli (biasanya) mendapatkan keuntungan berupa:
1. Jaminan untuk mendapatkan barang sesuai dengan yang di butuhkan dan
pada waktu yang ia inginkan.
2. Sebagaimana ia juga mendapatkan barang dengan harga yang lebih murah
bila dibandingkan dengan pembelian pada saat ia membutuhkan kepada
barang tersebut. Sedangkan penjual juga mendapatkan keuntungan yang
tidak kalah besar dibanding pembeli, diantaranya:
3. Penjual mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya dengan cara-
cara yang halal, sehingga ia dapat menjalankan dan mengembangkan
usahanya tanpa harus membayar bunga. Dengan demikian selama belum
jatuh tempo, penjual dapat menggunakan uang pembayaran tersebut untuk
menjalankan usahanya dan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya
tanpa ada kewajiban apapun.
4. Penjual memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan pembeli,
karena biasanya tenggang waktu antara transaksi dan penyerahan barang
pesanan berjarak cukup lama.
PARALEL
10
Hal-hal yang harus dicatat oleh pembeli dalam transaksi secara akuntansi :
1. Pengakuan piutang salam, piutang salam diakui pada saat modal usaha
salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. Modal usaha salam
disajikan sebagai piutang salam.
2. Pengukuran modal usaha salam
Modal salam dalam bentuk kas di ukur sebesar jumlah yang di
bayarkan
Jurnal :
Piutang salam xxx
Modal usaha salam dalam bentuk aset non kas diukur sebesar nilai
wajar, selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat modal usaha non kas
yang diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat
penyerahan modal usaha tersebut.
Jurnal :
Jurnal :
Piutang Salam xxx
Aset non kas xxx
Keuntungan xxx
11
a. Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai
dengan nilai yang disepakati.
Jurnal :
Aset salam xxx
Piutang salam xxx
b. Jika barang pesanan berbeda kualitasnya.
a) Nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya
sama atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang
tercantum dalam akad,maka barang pesanan yang diterima
diukur sesuai nilai akad.
Jurnal :
Aset Salam xxx
piutang salam xxx
b) Jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih
rendah dari nlai barang pesanan yang tercantum dalam
akad,maka barang pesanan yang diterima diukur sesuai
dengan nilai wajar pada saat diterima dan selisihnya diakui
sebagai kerugian.
Jurnal :
Persediaan-Aset Salam (diukur pada nilai wajar) xxx
kerugian Salam xxx
Piutang Salam xxx
Jurnal :
12
Aset Salam (sebesar jumlah yang diterima) xxx
Piutang Salam xxx
Jurnal :
Kas xxx
Aset lainnya-Piutang pada penjual xxx
Piutang Salam xxx
Jurnal :
Kas xxx
Utang Penjual xxx
Piutang Salam xxx
13
4. Denda yang diterima dan diberlakukan oleh pembeli diakui
sebagai bagian dana kebajikan.
Jurnal :
Dana Kebajikan-Kas xxx
Kebajikan-Pendptan Denda xxx
5. Penyajian
14
AKUNTANSI UNTUK PENJUAL
15
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah yang dibayar
oleh pembeli akhir lebih kecil dari biaya perolehan barang pesanan.
16
BAB III
3.1. KESIMPULAN
3.2. SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati Sri,Wasilah.2009.Akuntansi Syariah Di Indonesia.Jakarta : Salemba
Empat.
18