Anda di halaman 1dari 20

AKUNTANSI AKAD JUAL BELI SALAM DAN

PERSEDIAAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Akuntansi Perbankan Syariah”

Dosen Pengampu: Irsyad Andriyanto, S.E., M.Si.

Disusun oleh:

Kelompok 8 (A4SR)

1. Ahmad Muhibbuddin (2150410011)


2. Dwi Anita Lestari (2150410027)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

TAHUN 2023

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah Swt. Karena atas nikmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Akuntansi Akad Jual Beli Salam Dan Persediaan” . Meskipun dalam
penyusunan makalah ini kami banyak mengalami hambatan dan kendala.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi
Perbankan Syariah. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
pengampu yaitu Bapak Irsad Andriyanto, M. Si. yang sudah memberikan
tugas ini kepada kami.
Harapan kami semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membacanya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih,
apabila nantinya ada kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Kudus, 27 April 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................3

1.1 Latar Belakang.................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah...............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................5

2.1 Pengertian Akad Salam..................................................................................5


2.2 Landasan Hukum Akad Salam.......................................................................7
2.3 Jenis-jenis Akad Salam..................................................................................8
2.4 Syarat dan Rukun Akad Salam.......................................................................10
2.5 Cakupan dalam Akad Salam..........................................................................13

BAB III PENUTUP...............................................................................................20

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................20
3.2 Saran...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salam merupakan salah satu jenis akad jual beli, dimana pembeli
membayar terlebih dahulu atas suatu barang yang spesifikasi dan kuantitasnya
jelas sedangkan barangnya baru akan diserahkan pada saat tertentu
dikemudian hari.
Dengan demikian, akad salam dapat membantu produsen dalam
penyediaan modal sehingga ia dapat menyerahkan produk sesuai dengan yang
telah dipesan sebelumnya. Sebaliknya, pembeli dapat jaminan memperoleh
barang tertentu, pada saat ia membutuhkan dengan harga yang disepakatinya
diawal. Akad salam biasanya digunakan untuk pemesanan barang tertentu.
Ba’i as salam, atau biasa disebut dengan salam, merupakan pembelian
barang yang pembayarannya dilunasi di muka, sedangkan penyerahan barang
dilakukan dikemudian hari. Akad salam ini digunakan untuk memfasilitasi
pembelian suatu barang (biasanya barang hasil pertanian) yang memerlukan
waktu untuk memproduksinya. Adapun salam paralel merupakan jual beli
barang yang melibatkan dua transaksi salam, dalam hal ini transaksi salam
pertama dilakukan antara nasabah dan bank ,sedangkan transaksi salam kedua
dilakukan antara bank dengan petani atau pemasok. Penerapan transaksi salam
dalam dunia perbankan masih sangat minim, bahkan sebagian besar bank
Syariah tidak menawarkan skema transaksi ini. Hal ini dapat dipahami karena
persepsi masyarakat yang sangat kuat bahwa bank, termasuk bank syariah,
merupakan institusi untuk membantu masyarakat jika mengalami kendala
liquiditas. Dengan demikian, ketentuan salam yang mensyaratkan pembayaran
dimuka, merupakan suatu hal yang masih sulit diaplikasikan.
Kendati demikian, skema transaksi ini tetap potensial dikembangkan di
Indonesia seiring dengan meningkatnya perhatian pemerintah untuk
mengembangkan sektor pertanian. Secara khusus, jika pemerintah terlibat
dalam upaya mengembangkan kemampuan akses pendanaan petani,

3
penggunaan skema salam relatif lebih cepat dan lebih menguntungkan
dibanding skema lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian akad salam?
b. Bagaimana landasan hukum dalam akad salam?
c. Apa saja jenis-jenis akad salam?
d. Apa syarat dan rukun dalam akad salam?
e. Apa saja cakupan akuntansi salam?
1.3 Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui pengertian akad salam.
b. Untuk mengetahui bagaimana landasan hukum akad salam.
c. Untuk mengetahui jenis-jenis akad salam.
d. Untuk mengetahui syarat dan rukun akad salam.
e. Untuk mengetahui apa saja cakupan dalam akuntansi salam.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.6 Definisi Akad Salam


Secara bahasa, salam (‫ )سلم‬adalah al-itha (‫ )العطاء‬dan at-taslif (‫)التسليف‬.
Keduanya bermakna pemberian. Secara istilah syariah, akad salam
didefinisikan sebagai Jual-beli barang yang disebutkan sifatnya dalam
tanggungan dengan imbalan (pembayaran) yang dilakukan saat itu juga ( ‫بيع‬
‫)موصوف يف اذلمة ببدل يعطى اعجال‬. Salam adalah bentuk jual beli dengan
pembayaran dimuka (advanced payment) dan penyerahan barang di kemudian
hari (forward buying atau future sale) dengan harga, spesifikasi, jumlah,
kualitas, tanggal dan tempat penyerahan yang jelas, serta disepakati
sebelumnya dalam perjanjian.
Fuqaha menamakan juga jual beli ini dengan sebutan “penjualan butuh”
(Bai’ Al-Muhawij). Sebab dalam jual beli ini barangnya belum ada, dan
didorong adanya kebutuhan pada masing-masing penjual dan pembeli.
Pedagang membutuhkan kepastian memperoleh barang, sedangkan pemilik
barang butuh uang yang segera dari harga barang.1
Jual beli salam adalah akad jual beli barang pesanan diantara pembeli jual
beli salam adalah akad jual beli barang pesanan diantara pembeli dengan
penjual. Spesifikasi dan harga barang pesanan harus sudah disepakati di awal
akad, sedangkan pembayaran dilakukan di muka secara penuh. Ulama
Syafi’iyah dan Hanabilah menjelaskan, salam adalah akad atas barang pesanan
dengan spesifikasi tertentu yang ditangguhkan penyerahannya pada waktu
tertentu, dimana pembayaran dilakukan secara tunai di majlis akad. Ulama
malikiyyah menyatakan, salam adalah akad jual beli dimana modal
(pembayaran) dilakukan secara tunai (di muka) dan objek pesanan diserahkan
kemudian dengan jangka waktu tertentu.
Sedangkan menurut Rozalinda, salam adalah bentuk dari jual beli. Secara
bahasa menurut penduduk Hijaz (Madinah) dinamakan dengan salam
1
Saparuddin Siregar, Akuntansi Perbankan Syariah Sesuai PAPSI 2013 (Medan: FEBI
UIN-SU Press, 2015), 172.

5
sedangkan menurut penduduk Irak diistilahkan dengan salaf. Secara bahasa
salam atau salaf bermakana: “Menyegerakan modal dan mengemudikan
barang”. Jadi jual beli salam merupakan “jual beli pesanan” yakni pembeli
membeli barang dengan kriteria tertentu dengan cara menyerahkan uang
terlebih dahulu, sementara itu barang diserahkan kemudian pada waktu
tertentu.2

Menurut Bahasa, salam berasal dari kata “As salaf” yang berarti
pendahuluan karena pemesan barang menyerahkan uangnya di muka.
Sedangkan secara terminologi, para fuqaha menamainya al mahawi’ij (barang
barang mendesak) karena ia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak
walaupun barang yang diperjualbelikan tidak ada ditempat. Dilihat dari sisi
pembeli ia sangat membutuhkan barang tersebut di kemudian hari sementara
si penjual sangat membutuhkan uang tersebut.
Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan
pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan
syarat-syarat tertentu. Entitas dapat bertindak sebagai pembeli dan atau
penjual dalam suatu transaksi salam. Jika entitas bertindak sebagai penjual
kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
dengan cara salam, maka hal ini disebut salam paralel.3 Dalam pengertian
yang sederhana, akad salam berarti pembelian barang yang diserahkan
dikemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka.4
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, salam adalah jasa
pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli yang pembiayaannya dilakukan
bersamaan dengan pemesanan barang. Sedangkan menurut PSAK 103,
mendefinisikan salam sebagai akad  jual beli barang pesanan (muslam
fiih) dengan pengiriman dikemudian hari oleh penjual (muslam alaihi) dan
2
Saprida, “Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli (Akad Salam in the Sale and
Purchase Transactions),” Jurnal Mizan 4, no. 1 (2016):123, diakses pada 25 April, 2023.
3
S. Nurhayati, Akuntansi Syariah Di Indonesia. (Jakarta: Salemba Empat, 2009).
4
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. (Jakarta: Gema
Insani, 2011).

6
pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati
sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Salam tidak mirip dengan transaksi ijon,
karena itu dibolehkan oleh syariah karena tidak ada gharar. Walaupun barang
baru diserahkan dikemudian hari, harga, spesifiksi, kharakteristik, kualitas,
kuantitas dan waktu penyerahannya sudah ditentukan dan disepakati ketika
akad terjadi.

2.7 Landasan Dasar Akad Salam


Akad salam disyariatkan berdasarkan firman Allah (Al-Qur’an) dan hadits
Rasulullah SAW sebagai berikut:5
1. QS. Al-Baqarah (2): 282

Artinya: “Wahai orang yang beriman, apabila kalian melakukan utang


piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian
menuliskannya” (QS. Al-Baqarah/2: 282).
2. HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas

Artinya: “Nabi Saw datang ke Madinah dan penduduknya sudah biasa


memesan berupa buah-buahan dalam jangka waktu setahun dua
tahun. Kemudian beliau bersabda “Barang siapa yang memberi
pinjaman berupa buah-buahan, hendaklah ia memberi dalam
takaran, timbangan dan waktu tertentu” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Ijma’
Kesepakatan ulama’ (ijma’) akan bolehnya jual beli salam dikutip dari
pernyataan Ibnu Mundzir yang mengatakan bahwa semua ahli ilmu telah

5
Saparuddin Siregar, Akuntansi Perbankan Syariah Sesuai PAPSI 2013 (Medan: FEBI
UIN-SU Press, 2015), 173.

7
sepakat bahwa jual beli salam diperbolehkan, karena terdapat kebutuhan dan
keperluan untuk memudahkan urusan manusia. Pemilik lahan pertanian,
perkebunan ataupun perniagaan terkadang membutuhkan modal untuk
mengelola usaha mereka hingga siap dipasarkan, maka jual beli salam
diperbolehkan untuk mengakomodir kebutuhan mereka. Ketentuan ijma’ ini
secara jelas memberikan legalisasi praktik pembiayaan atau jual beli salam.6

2.8 Jenis-jenis Akad Salam


a. Langsung : Pembeli ~ Penjual
Transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada
ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran di muka
sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.

Gambar 1 Alur transaksi salam langsung

b. Paralel : Pembeli ~ Penjual ~ Pemasok


Terdapat dua transaksi salam yaitu antara pemesan dan penjual serta antara
penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya. Syarat: tidak terjadi
ta’alluq (saling keterkaitan antara akad salam 1 dan 2). Hal ini terjadi ketika
penjual tidak memiliki barang pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk
menyediakan barang pesanan tersebut. Salam paralel dibolehkan asalkan akad
salam kedua tidak tergantung pada akad yang pertama yaitu akad antara
6
Saprida, “Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli (Akad Salam in the Sale and
Purchase Transactions),” 124.

8
penjual dan pemasok tidak tergantung pada akad antar pembeli dan penjual,
jika saling tergantung atau menjadi syarat tidak diperbolehkan.7
Beberapa ulama kontemporer tidak membolehkan transasksi salam paralel
terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus-
menerus, karena dapat menjurus kepada riba.

Gambar 2 Alur transaksi salam paralel


2.9 Syarat dan Rukun Akad Salam
 RUKUN SALAM
Rukun akad salam sendiri terdiri dari 4 komponen, yaitu:
a. Pelaku, terdiri dari penjual (muslam alaih) dan pembeli (muslam)
b. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan (muslam alaih)
c. Modal salam (ra’su maalis salam)
d. Ijab qabul Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
 KETENTUAN
7
S, Nurhayati. Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat, 2009.

9
Ketentuan syariah yang terkait dengan modal salam yaitu8:
a. Modal salam harus diketahui jenis dan jumlahnya.
b. Modal salam uang tunai. Para ulama berbeda pendapat masalah
bolehnya pembayaran,  dalam bentuk aset perdagangan. Beberapa
ulama menganggapnya boleh.
c. Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang
atau merupakan pelunasan piutang. Hal ini adalah untuk mencegah
praktik riba melalui mekanisme salam.

Ketentuan syariah barang salam, yaitu:


a. Barang tersebut harus dapat dibedakan/didefenisikan  mempunyai
spesifikasi dan karakteristik yang jelas kualitas, jenis, ukuran dan lain
sebagainya sehingga tidak ada gharar.
b. Barang tersebut harus dapat dikuantifikasi/ ditakar/ ditimbang
c. Waktu penyerahan barang harus jelas, tidak harus tanggal tertentu
boleh juga dalam kurun waktu tertentu, misalnya dalam waktu 6 bulan
atau musim panen disesuaikan dengan kemungkinan yang tersedianya
barang yang dipesan. Hal tersebut diperlukan untuk mencegah gharar
atau ketidakpastian, harus ada pada waktu yang ditentukan.
d. Barang tidak harus ada ditangan penjual tetapi harus ada pada waktu
yang ditentukan.
e. Apabila barang yang dipesan tidak ada  pada waktu yang ditentukan,
akad menjadi fasakh/rusak dan pembeli dapat memilih apakah
menunggu sampai dengan barang yang dipesan tersedia atau
membatalkan akad sehingga penjual harus mengembalikan dana yang
telah diterima.
f. Apabila barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang
disepakati dalam akad, maka pembeli boleh melakukan khiar atau
memilih untuk menerima atau menolak. Kalau pilihannya menolak
maka penjual memiliki utang yang dapat diselesaikan dengan

8
Yaya Rizal, dkk. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat, 2009.

10
pengembalian dana atau menyerahkan produk yang sesuai dengan
akad.
g. Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas yang lebih baik, maka
penjual tidak boleh meminta tambahan pembayaran dan hal ini
dianggap sebagai pelayanan kepuasan pelanggan.
h. Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, pembeli boleh
memilih menolak atau menerimanya. Apabila pembeli menerima
maka pembeli tidak boleh meminta pengurangan harga.
i. Barang boleh dikirim sebelum jauh tempo asalkan disetujui oleh
kedua pihak dan dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai
dengan kesepakatan,dan tidak boleh menuntut penambahan harga.
j. Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak
dibolehkan secara syariah.
k. Kaidah penggantian barang yang dipesan dengan barang lain. Para
ulama melarang penggantian spesifikasi barang yang tidak sesuai
dengan spesifikasi dan kualitas yang sama, tetapi sumbernya berbeda,
para ulama membolehkannya.
l. Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan, akad tetap sah.
Namun sebaiknya dijelaskan dalam akad, apabila tidak disebutkan
maka harus dikirim ketempat yang menjadi kebiasaan, misalnya
gudang pembeli.

2.10 Cakupan Standar Akuntansi Salam Dan Salam  Paralel


Akuntansi Salam diatur dalam PSAK 103 tentang akuntansi salam.
Standar tersebut berisikan tentang pengakuan dan pengukuran,baik sebagai
pembeli maupun sebagai penjual.
Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam ketentuan pengakuan dan
pengukuran salam adalah terkait dengan piutang salam, modal usaha salam,
kewajiban salam, penerimaan barang pesanan salam, denda yang diterima oleh
pembeli dari penjual yang mampu, tetapi sengaja menunda-nunda

11
penyelelesaian kewajibannya serta tentang penilaian persediaan barang
pesanan pada periode pelaporan.

 AKUNTANSI UNTUK PEMBELI9


Hal-hal yang harus dicatat oleh pembeli dalam transaksi secara akuntansi :
1) Pengakuan piutang salam, piutang salam diakui pada saat modal
usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. Modal
usaha salam disajikan sebagai piutang salam.
2) Pengukuran modal usaha salam
Modal salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan

Jurnal :
(D).Piutang salam                                            xxx
(K).kas                                                         xxx
Modal usaha salam dalam bentuk aset non kas diukur sebesar nilai wajar,
selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat modal usaha non kas yang
diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan
modal usaha tersebut.
1) Pencatatan apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat
Jurnal :
(D) Piutang Salam                                                    xxx
(D) Kerugian                                                             xxx
(K) Aset non kas                                                     xxx

2) Pencatatan apabila nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat


Jurnal :
(D).Piutang Salam                                                xxx
(K).Aset non kas                                                     xxx
(K).keuntungan                                                       xxx

9
DSAK IAI. Pernyataan Standar Akuntansi No. 103 tentang Akuntansi Salam. Jakarta:
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2007.

12
3) Penerimaan barang pesanan
 Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka  dinilai sesuai dengan
nilai yang disepakati.
Jurnal :
(D).Aset salam                                                       xxx
(K).Piutang salam                               xxx
 Jika barang pesanan berbeda kualitasnya.
a) Nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya sama atau
lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad,
maka barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai akad.
Jurnal :
(D).Aset Salam                                             xxx
( K) Piutang salam                                  xxx
b) Jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah dari
nlai barang pesanan yang tercantum dalam akad,maka barang
pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai wajar pada saat
diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian.
Jurnal :
(D).Persediaan-Aset Salam                       xxx
(diukur pada  nilai wajar)   
(D).Kerugian Salam                                  xxx                                
(K).Piutang Salam xxx

c) Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan


pada tanggal jatuh tempo pengiriman,maka:
 Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang
salam sebesar bagian yang belum dipenuhi sesuai dengan nilai
yang tercantum dalam akad, dan jurnal atas bagian barang
pesanann yang diterima ;
Jurnal :

13
(D).Aset Salam (sebesar jumlah yang diterima)      xxx
                                    (K).Piutang Salam                                              xxx

 Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka


piutang salam berubah menjadi piutang yang harus dilunasi oleh
penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi.

Jurnal :
(D).Aset lain-lain-Piutang                              xxx

(K).Piutang Salam                                            xxx

d) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli


mempunyai jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan
jaminan tersebut lebih kecil dari nilai piutang salam, maka selisih
antara nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan
tersebut diakui sebagai piutang kepada penjual.
Jurnal :
(D).Kas                                                                        xxx
(D).Aset lainnya-Piutang pada penjual             xxx
(K).Piutang Salam                                           xxx
e) Jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat
piutang salam maka selisihnya menjadi hak penjual.
Jurnal :
(D).Kas                                                 xxx
                    (K).Utang Penjual                                          xxx
(K).Piutang Salam                                          xxx

4) Denda yang diterima dan diberlakukan oleh pembeli diakui sebagai


bagian dana kebajikan.
Jurnal :

14
(D).Dana Kebajikan-Kas                                 xxx
                      ( K).Kebajikan-Pendptan Denda                      xxx
Denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang mampu
menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya lalai. Hal
ini tidak berlaku bagi penjual yang tidak mampu menunaikan
kewajibannya karena Force majeur.
5) Penyajian
a. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang
salam.
b. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi
kewajibannya dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari
piutang salam.
c. Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai
terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat
direalisasi .Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari
biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

6) Pengungkapan
a. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang
dibiayai secara bersama-sama dengan pihak lain.
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan
c. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No.101 tentang penyajian
laporan keuangan syariah
 AKUNTANSI UNTUK PENJUAL10
1) Pengakuan kewajiban salam, kewajiban salam diakui pada saat penjual
menerima modal usaha salam. Modal usaha salam yang diterima
disajikan sebagai kewajiban salam.
2) Pengukuran kewajiban salam.

10
DSAK IAI. Pernyataan Standar Akuntansi No. 103 tentang Akuntansi Salam. Jakarta:
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2007.

15
 Jika modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah
yang diterima.
Jurnal:
(D).Kas                                                      xxx
                        (K).Utang Salam                                           xxx
 Jika modal usaha salam dalam bentuk aset non kas diukur sebesar
nilai wajar.
Jurnal :
(D).Aset non Kas (nilai wajar)                    xxx
                               (K).Utang Salam                                          xxx
3) Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat
penyerahan barang kepada pembeli.
Jurnal :
(D).Utang Salam                                          xxx
                               (K).Penjualan                          xxx
4) Jika Penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara jumlah
yang dibayar oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan
diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan barang
pesanan oleh penjual ke pembeli akhir.
Jurnal ketika membeli persediaan:
(D).Aset Salam                                          xxx
                     (K).Kas                                          xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah yang
dibayar oleh pembeli akhir lebih kecil dari biaya perolehan barang
pesana:
(D).Utang Salam                                                 xxx
(D).Kerugian Salam                                            xxx
                     (K).Aset Salam                                                xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah yang
dibayar olehpembeli akhir lebih besar dari biaya perolehan barang
pesanan:

16
(D).Utang Salam                                                 xxx
                  (K).Aset Salam                                                   xxx
                         (K).Keuntungan Salam                                      xxx

5) Pada akhir periode pelaporan keuangan,persediaan yang diperoleh


melalui transaksi  salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan
atau nilai bersih yang dapat direalisasi.Apabila nilai bersih yang dapat
direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan,maka selisihnya diakui
sebagai kerugian.
6) Penyajian, penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima
sebagai kewajiban salam.
7) Pengungkapan
 Pembeli dalam transaksi salam mengungkapkan :
1. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun
yang dibiayai secara besama – sama dengan pihak lain.
2. Jenis dan kuantitas barang pesanan.
3. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101 tentang penyajian
laporan keuangan syariah.
 Penjual dalam transaksi salam mengungkapkan :
1. Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang
memiliki hubungan istimewa.
2. Jenis dan kuantitas barang pesanan.
3. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

18
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik.
(Jakarta: Gema Insani, 2011).
DSAK IAI. Pernyataan Standar Akuntansi No. 103 tentang Akuntansi Salam.
Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2007. DSAK IAI. Pernyataan
Standar Akuntansi No. 103 tentang Akuntansi Salam. Jakarta: Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), 2007.
Nurhayati, S. Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat,
2009.
Saprida. “Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli (Akad Salam in the Sale
and Purchase Transactions),” Jurnal Mizan 4, no. 1 (2016):123,
diakses pada 25 April, 2023.
Siregar, Saparuddin. Akuntansi Perbankan Syariah Sesuai PAPSI 2013
(Medan: FEBI UIN-SU Press, 2015), 172.
Yaya Rizal, dkk. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat,
2009.

19

Anda mungkin juga menyukai