PERSEDIAAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Akuntansi Perbankan Syariah”
Disusun oleh:
Kelompok 8 (A4SR)
TAHUN 2023
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah Swt. Karena atas nikmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Akuntansi Akad Jual Beli Salam Dan Persediaan” . Meskipun dalam
penyusunan makalah ini kami banyak mengalami hambatan dan kendala.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi
Perbankan Syariah. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
pengampu yaitu Bapak Irsad Andriyanto, M. Si. yang sudah memberikan
tugas ini kepada kami.
Harapan kami semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membacanya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih,
apabila nantinya ada kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Kudus, 27 April 2023
Penulis
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................5
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................20
3.2 Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
III
BAB I
PENDAHULUAN
3
penggunaan skema salam relatif lebih cepat dan lebih menguntungkan
dibanding skema lainnya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
sedangkan menurut penduduk Irak diistilahkan dengan salaf. Secara bahasa
salam atau salaf bermakana: “Menyegerakan modal dan mengemudikan
barang”. Jadi jual beli salam merupakan “jual beli pesanan” yakni pembeli
membeli barang dengan kriteria tertentu dengan cara menyerahkan uang
terlebih dahulu, sementara itu barang diserahkan kemudian pada waktu
tertentu.2
Menurut Bahasa, salam berasal dari kata “As salaf” yang berarti
pendahuluan karena pemesan barang menyerahkan uangnya di muka.
Sedangkan secara terminologi, para fuqaha menamainya al mahawi’ij (barang
barang mendesak) karena ia sejenis jual beli yang dilakukan mendesak
walaupun barang yang diperjualbelikan tidak ada ditempat. Dilihat dari sisi
pembeli ia sangat membutuhkan barang tersebut di kemudian hari sementara
si penjual sangat membutuhkan uang tersebut.
Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan
pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya
dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan
syarat-syarat tertentu. Entitas dapat bertindak sebagai pembeli dan atau
penjual dalam suatu transaksi salam. Jika entitas bertindak sebagai penjual
kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
dengan cara salam, maka hal ini disebut salam paralel.3 Dalam pengertian
yang sederhana, akad salam berarti pembelian barang yang diserahkan
dikemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka.4
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, salam adalah jasa
pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli yang pembiayaannya dilakukan
bersamaan dengan pemesanan barang. Sedangkan menurut PSAK 103,
mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan (muslam
fiih) dengan pengiriman dikemudian hari oleh penjual (muslam alaihi) dan
2
Saprida, “Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli (Akad Salam in the Sale and
Purchase Transactions),” Jurnal Mizan 4, no. 1 (2016):123, diakses pada 25 April, 2023.
3
S. Nurhayati, Akuntansi Syariah Di Indonesia. (Jakarta: Salemba Empat, 2009).
4
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. (Jakarta: Gema
Insani, 2011).
6
pelunasannya dilakukan oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati
sesuai dengan syarat-syarat tertentu. Salam tidak mirip dengan transaksi ijon,
karena itu dibolehkan oleh syariah karena tidak ada gharar. Walaupun barang
baru diserahkan dikemudian hari, harga, spesifiksi, kharakteristik, kualitas,
kuantitas dan waktu penyerahannya sudah ditentukan dan disepakati ketika
akad terjadi.
5
Saparuddin Siregar, Akuntansi Perbankan Syariah Sesuai PAPSI 2013 (Medan: FEBI
UIN-SU Press, 2015), 173.
7
sepakat bahwa jual beli salam diperbolehkan, karena terdapat kebutuhan dan
keperluan untuk memudahkan urusan manusia. Pemilik lahan pertanian,
perkebunan ataupun perniagaan terkadang membutuhkan modal untuk
mengelola usaha mereka hingga siap dipasarkan, maka jual beli salam
diperbolehkan untuk mengakomodir kebutuhan mereka. Ketentuan ijma’ ini
secara jelas memberikan legalisasi praktik pembiayaan atau jual beli salam.6
8
penjual dan pemasok tidak tergantung pada akad antar pembeli dan penjual,
jika saling tergantung atau menjadi syarat tidak diperbolehkan.7
Beberapa ulama kontemporer tidak membolehkan transasksi salam paralel
terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus-
menerus, karena dapat menjurus kepada riba.
9
Ketentuan syariah yang terkait dengan modal salam yaitu8:
a. Modal salam harus diketahui jenis dan jumlahnya.
b. Modal salam uang tunai. Para ulama berbeda pendapat masalah
bolehnya pembayaran, dalam bentuk aset perdagangan. Beberapa
ulama menganggapnya boleh.
c. Modal salam diserahkan ketika akad berlangsung, tidak boleh utang
atau merupakan pelunasan piutang. Hal ini adalah untuk mencegah
praktik riba melalui mekanisme salam.
8
Yaya Rizal, dkk. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat, 2009.
10
pengembalian dana atau menyerahkan produk yang sesuai dengan
akad.
g. Apabila barang yang dikirim memiliki kualitas yang lebih baik, maka
penjual tidak boleh meminta tambahan pembayaran dan hal ini
dianggap sebagai pelayanan kepuasan pelanggan.
h. Apabila barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, pembeli boleh
memilih menolak atau menerimanya. Apabila pembeli menerima
maka pembeli tidak boleh meminta pengurangan harga.
i. Barang boleh dikirim sebelum jauh tempo asalkan disetujui oleh
kedua pihak dan dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai
dengan kesepakatan,dan tidak boleh menuntut penambahan harga.
j. Penjualan kembali barang yang dipesan sebelum diterima tidak
dibolehkan secara syariah.
k. Kaidah penggantian barang yang dipesan dengan barang lain. Para
ulama melarang penggantian spesifikasi barang yang tidak sesuai
dengan spesifikasi dan kualitas yang sama, tetapi sumbernya berbeda,
para ulama membolehkannya.
l. Apabila tempat penyerahan barang tidak disebutkan, akad tetap sah.
Namun sebaiknya dijelaskan dalam akad, apabila tidak disebutkan
maka harus dikirim ketempat yang menjadi kebiasaan, misalnya
gudang pembeli.
11
penyelelesaian kewajibannya serta tentang penilaian persediaan barang
pesanan pada periode pelaporan.
Jurnal :
(D).Piutang salam xxx
(K).kas xxx
Modal usaha salam dalam bentuk aset non kas diukur sebesar nilai wajar,
selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat modal usaha non kas yang
diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan
modal usaha tersebut.
1) Pencatatan apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat
Jurnal :
(D) Piutang Salam xxx
(D) Kerugian xxx
(K) Aset non kas xxx
9
DSAK IAI. Pernyataan Standar Akuntansi No. 103 tentang Akuntansi Salam. Jakarta:
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2007.
12
3) Penerimaan barang pesanan
Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai dengan
nilai yang disepakati.
Jurnal :
(D).Aset salam xxx
(K).Piutang salam xxx
Jika barang pesanan berbeda kualitasnya.
a) Nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya sama atau
lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad,
maka barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai akad.
Jurnal :
(D).Aset Salam xxx
( K) Piutang salam xxx
b) Jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah dari
nlai barang pesanan yang tercantum dalam akad,maka barang
pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai wajar pada saat
diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian.
Jurnal :
(D).Persediaan-Aset Salam xxx
(diukur pada nilai wajar)
(D).Kerugian Salam xxx
(K).Piutang Salam xxx
13
(D).Aset Salam (sebesar jumlah yang diterima) xxx
(K).Piutang Salam xxx
Jurnal :
(D).Aset lain-lain-Piutang xxx
(K).Piutang Salam xxx
14
(D).Dana Kebajikan-Kas xxx
( K).Kebajikan-Pendptan Denda xxx
Denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang mampu
menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya lalai. Hal
ini tidak berlaku bagi penjual yang tidak mampu menunaikan
kewajibannya karena Force majeur.
5) Penyajian
a. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang
salam.
b. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi
kewajibannya dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari
piutang salam.
c. Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai
terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat
direalisasi .Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari
biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
6) Pengungkapan
a. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang
dibiayai secara bersama-sama dengan pihak lain.
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan
c. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No.101 tentang penyajian
laporan keuangan syariah
AKUNTANSI UNTUK PENJUAL10
1) Pengakuan kewajiban salam, kewajiban salam diakui pada saat penjual
menerima modal usaha salam. Modal usaha salam yang diterima
disajikan sebagai kewajiban salam.
2) Pengukuran kewajiban salam.
10
DSAK IAI. Pernyataan Standar Akuntansi No. 103 tentang Akuntansi Salam. Jakarta:
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2007.
15
Jika modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah
yang diterima.
Jurnal:
(D).Kas xxx
(K).Utang Salam xxx
Jika modal usaha salam dalam bentuk aset non kas diukur sebesar
nilai wajar.
Jurnal :
(D).Aset non Kas (nilai wajar) xxx
(K).Utang Salam xxx
3) Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat
penyerahan barang kepada pembeli.
Jurnal :
(D).Utang Salam xxx
(K).Penjualan xxx
4) Jika Penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara jumlah
yang dibayar oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan
diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan barang
pesanan oleh penjual ke pembeli akhir.
Jurnal ketika membeli persediaan:
(D).Aset Salam xxx
(K).Kas xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah yang
dibayar oleh pembeli akhir lebih kecil dari biaya perolehan barang
pesana:
(D).Utang Salam xxx
(D).Kerugian Salam xxx
(K).Aset Salam xxx
Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah yang
dibayar olehpembeli akhir lebih besar dari biaya perolehan barang
pesanan:
16
(D).Utang Salam xxx
(K).Aset Salam xxx
(K).Keuntungan Salam xxx
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik.
(Jakarta: Gema Insani, 2011).
DSAK IAI. Pernyataan Standar Akuntansi No. 103 tentang Akuntansi Salam.
Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2007. DSAK IAI. Pernyataan
Standar Akuntansi No. 103 tentang Akuntansi Salam. Jakarta: Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), 2007.
Nurhayati, S. Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat,
2009.
Saprida. “Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli (Akad Salam in the Sale
and Purchase Transactions),” Jurnal Mizan 4, no. 1 (2016):123,
diakses pada 25 April, 2023.
Siregar, Saparuddin. Akuntansi Perbankan Syariah Sesuai PAPSI 2013
(Medan: FEBI UIN-SU Press, 2015), 172.
Yaya Rizal, dkk. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat,
2009.
19