Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Wudhu, Tayamum, dan Mandi”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
kelompok dalam mata kuliah Fikih Ibadah.
Atas bimbingan bapak dosen dan saran dari teman-teman maka di susunlah
makalah ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna bagi
kami semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan. Makalah ini
diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas, masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini,
kami berharap dari makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi kami maupun pembaca.
Amin .
WassalamualaikumWr.Wb.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka pokok
permasalahannya adalah:
1. Apa Pengertian Akad salam dan Isthishna ?
2. Apa Dasar hukum Akad salam dan Istishna?
3. Apa Rukun dan syarat Akad salam dan Istishna?
C. Tujuan
Berdasarkan pokok masalah yang telah dirumuskan di atas, maka makalah ini bertujuan
untuk:
1. Untuk mengetahui pengertian Akad salam dan Istishna
2. Untuk mengetahui Dasar hukum Akad salam dan Istishna
3. Untuk mengetahui Rukun dan syarat Akad salam dan Istishna
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akad salam
1. Pengertian
Akad salam adalah Secara terminologis, Salam adalah menjual suatu barang
yang penyerahannya ditunda atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya
disebutkan dengan jelas dengan pembayaran modal terlebih dahulu, sedangkan
barangnya diserahkan kemudian hari.
Menurut Sayyid Sabiq as-Salam dinamakan juga as-Salaf (pendahuluan)
yaiSatu penjualan sesuatu dengan kriteria tertentu (yang masih berada) dalam
tanggungan dengan pembayaran segera atau disegerakan. Sedangkan para
fuqaha’ menyebutnya dengan al-Mahawij (barang-barang mendesak) karena ia
sejenis jual beli barang yang tidak ada di tempat akad, dalam kondisi yang
mendesak bagi dua pihak yang melakukan akad.2
Jual beli pesanan dalam fiqih Islam disebut as-Salam menurut bahasa
penduduk hijaz, sedangkan bahasa penduduk Iraq disebut as-Salaf. Kedua kata
ini mempunyai makna yang sama, sebagaimana dua kata tersebut digunakan
oleh Nabi, sebagaimana diriwayatkan bahwa Rasulullah ketikamembicarakan
akad bai’ salam, beliau menggunakan kata as-Salaf disamping as-salam,
sehingga dua kata tersebut merupakan sinonim.
Akad Salam menurut Peraturan Bank Indonesia adalah jual beli barang
dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai
terlebih dahulu secara penuh.5 Sedangkan menurut Fatwa Dewan Syariah
Nasional akad Salam sebagai akad jual beli barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat dan kriteria yang jelas.
Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 20 disebutkan bahwa
Salam adalah jasa pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli yang
pembayarannya dilakukan bersamaan dengan pemesanan barang.
2. Dasar Hukum
Akad salam ini hukumnya dibolehkan, selama ada kejelasan ukuran,
timbangan dan waktunya yang ditentukan. Dasarhukum jual beli ini telah sesuai
dengan tuntutan syariat dan kaidah-kaidahnya. Bahkan dalam prakteknya, jual
beli Salam juga tidak menyalahi qiyas yang membolehkan penangguhan
penyerahan barang seperti halnya dibolehkannya penangguhan dalam
pembayaran.
3
3. Rukun dan syarat
Dalam praktik bai’ Salam harus memenuhi rukun dan syarat. Adapun rukun bai’
Salam adalah sebagai berikut:
a) Muslam (pembeli atau pemesan)
b) Muslam Ilaih (Penjual atau penerima pesanan)
c) Muslam fih (barang yang dipesan atau yang akan diserahkan)
d) Ra's Al-Maal (harga pesanan atau modal yang dibayarkan)
e) sighat (ijab dan qabul atau ucapan serah terima)
Sedangkan syarat bai’ Salam adalah sebagai berikut:
Selain rukun dan syarat, kedua pihak yang bertransaksi hendaknya memperhatikan
etika tertentu. Masih mengutip sumber yang sama, etika saat akad salam di antaranya
yaitu:
4
B. Istishna
1. Pengertian
Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni') dan penjual (pembuat/shani').
Definisi istishna’ menurut jumhur ulama seperti Malikiyah dan Syafi’iyah sama
dengan salam, hanya saja Hanafiyah lebih spesisifik dan membedakannya dari salam.
Menurut Hanafiyah akad istishna’ merupakan suatu akad terhadap seorang pembuat
atau pengrajin untuk mengerjakan atau membuat suatu barang tertentu yang
ditangguhkan.
2. Dasar Hukum
Akad istishna' adalah akad yang halal dan didasarkan secara sayr'i di atas petunjuk
Al-Quran, As-Sunnah dan Al-Ijma' di kalangan muslimin. Berdasarkan QS. Al
Baqarah:275 dan surat lainnya, para ulama' menyatakan bahwa hukum asal setiap
perniagaan adalah halal, kecuali yang nyata-nyata diharamkan dalam dalil yang kuat
dan shahih.
a .pemesan
5
Berikut ini adalah syarat-syarat akad istishna’ :
b. Objek Istishna
d. Jenis barang yang dipesan harus jelas, tipenya, ciri-cirinya dan kadarnya,
dengan penjelasan yang dapat dihilangkan ketidaktahuan dan menghilangkan
perselisihan.
e. Barang yang biasa ditransaksikan atau berlaku dalam hubungan antar manusia.
Dalam arti, barang tersebut bukanlah barang aneh yang tidak dikenal dalam
kehidupan manusia, seperti barang properti, barang industri dan lainnya.
4. Eika
a) Kejujuran
b) Keramahtamahan
c) Penawaran yang jujur
d) Pelanggan yang tidak sanggup membayar diberi waktu
e) Tegas dan adil dalam timbangan dan takaran
f) Tidak dibenarkan monopoli
g) Tidak dibenarkan adanya harga komoditi yang boleh dibatasi
h) Kesukarelaan
6
C. Persamaan dan perbedaan Akad salam dan Istishna
Persamaan
Penerimaan Barang
Dimana dalam kedua akad ini, barang yang menjadi objek akad tidak ada di
majlis akad.
Hukum
Perbedaan
Barang
Kalau dalam akad salam, barang tidak perlu dibuat atau mengalami proses
pengolahan sebelum diserahkan.
Sedangkan akad istishna adalah akad untuk suatu barang pesanan, dimana barang
perlu proses pembuatan pengolahan sebelum diserahkan.
Status Akad
Akad salam merupakan akad lazim atau mengikat. Artinya akad ini tidak boleh
serta merta dibatalkan oleh salah satu pihak.
Sedangkan akad istishna tidak lazim menurut riwayat yang paling kuat. Kecuali
kalau barang sudah dibuat barulah dia mengikat menurut Abu Yusuf.
7
Tapi kalau selepas akad tiba-tiba salah satu pihak berubah pikiran dan
membatalkan akad, maka akad menjadi batal.
Pembayaran
Perbedaan mendasar dari kedua akad ini juga ialah dari segi penyerahan
uangnya. Dimana disyaratkan dalam akad salam, uang wajib diserahkan
terimakan secara tunai semuanya di majlis akad.
8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Akad salam adalah Secara terminologis, Salam adalah menjual suatu barang
yang penyerahannya ditunda atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya disebutkan
dengan jelas dengan pembayaran modal terlebih dahulu, sedangkan barangnya
diserahkan kemudian hari. Akad salam ini hukumnya dibolehkan, selama ada kejelasan
ukuran, timbangan dan waktunya yang ditentukan.
Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni') dan penjual (pembuat/shani'). Akad istishna' adalah akad yang
halal dan didasarkan secara sayr'i di atas petunjuk Al-Quran, As-Sunnah dan Al-Ijma'
di kalangan muslimin.
Persamaan
Penerimaan Barang
Dimana dalam kedua akad ini, barang yang menjadi objek akad tidak ada di
majlis akad.
Perbedaan
Barang
Kalau dalam akad salam, barang tidak perlu dibuat atau mengalami proses
pengolahan sebelum diserahkan.
Sedangkan akad istishna adalah akad untuk suatu barang pesanan, dimana barang
perlu proses pembuatan pengolahan sebelum diserahkan.
9
B. Saran-Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah berikutnya.
Bagi para pembaca jika ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih
jauh maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar membaca buku yang
berkaitan dengan judul.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://an-nur.ac.id/jual-beli-salam-dan-istishna-serta-perbedaanya/
https://kumparan.com/berita-hari-ini/rukun-dan-syarat-akad-salam-atau-jual-beli-barang-pesanan-dalam-
islam-1vHtsLPX8Oh
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21816/5.%20BAB%20I.pdf?sequence=5&isAll
owed=y
11