Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Akad salam dan Istishna”


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Fiqih Ibadah
Dosen Pengampu
Drs. Mashuri, MHI

Disusun Oleh:
KELOMPOK 5

1. SELINDA ANINDITA PUTRI (1860101221087)

2. WULANDARI CAHYANINGTYAS (1860101221073)

3. ZAINATUL KHOLIFAH (1860101221052)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU
HUKUM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Wudhu, Tayamum, dan Mandi”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
kelompok dalam mata kuliah Fikih Ibadah.

Atas bimbingan bapak dosen dan saran dari teman-teman maka di susunlah
makalah ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna bagi
kami semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan. Makalah ini
diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas, masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini,
kami berharap dari makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi kami maupun pembaca.
Amin .

WassalamualaikumWr.Wb.

Tulungagung, 02 september 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 3
A. Akad Salam .................................................................................. 3
1. Pengertian .................................................................................. 3
2. Dasar hukum ............................................................................... 3
3. Rukun dan syarat ........................................................................ 4
4. Etika............................................................................................. 4
B. Istishna....................................................................................................... 5
1. Pengertian................................................................................... 5
2. Dasar hukum................................................................................ 5
3. Rukun dan syarat......................................................................... 5
4. Etika............................................................................................ 6
C. Perbedaan dan Persamaan Akad salam dan Istishna......................... 7
BAB III PENUTUP..................................................................................... 9
A. Kesimpulan........................................................................................ 9
B. Saran ............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam telah mengatur segala aspek kehidupan manusiasecara lengkap dan


menyeluruh, tidak hanya terbatas pada urusanhamba dengan tuhannya melainkan
antara manusia denganmanusia. Dalam Islam suatu kegiatan atau urusan antara
manusia dengan manusia disebut Muamalah. Muamalah merupakanaturan-aturan
(hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi
dan pergaulan soaial,muamalah yang diperbolehkan adalah muamalah yang
sesuai dengan syari’at.Jual beli adalah perjanjian tukar menukar benda atau
barang yang mempunyai nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak, yang
satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan
perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara‟ dan disepakati.Bai‟ Al-
Istisna ini jenis transaksi yang merupakan kontrak penjualan antara pembeli
dengan produsen atau supplier.
Dalam kontrak ini produsen menerima pesanan dari pembeli. Produsen
berusaha melaui orang lain membuat atau membeli barang menurut spesifikasi
yang telah disepakati (sejak awal) dan menjualnya kembali kepada pembeli
akhir.Di Indonesia, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata buku tiga bab
lima bagian satu dinyatakan bahwa jual beli adalah suatu perjanjian, dimana
pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan
pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Jual beli itu
dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelahnya orang-orang
ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun
kebendaan itu belum diserahkan, maupun harganya belum dibayar.Dan tentu
dalam jual beli ada hak dan kewajiban anatara pembeli dan penjual dimana
penjual diwajibkan dengan tegas menyatakan untuk apa ia mengikatkan dirinya,
ia juga mempunyai dua kewajiban utama yaitu menyerahkan barangnya dan
menanggungnya.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka pokok
permasalahannya adalah:
1. Apa Pengertian Akad salam dan Isthishna ?
2. Apa Dasar hukum Akad salam dan Istishna?
3. Apa Rukun dan syarat Akad salam dan Istishna?

C. Tujuan

Berdasarkan pokok masalah yang telah dirumuskan di atas, maka makalah ini bertujuan
untuk:
1. Untuk mengetahui pengertian Akad salam dan Istishna
2. Untuk mengetahui Dasar hukum Akad salam dan Istishna
3. Untuk mengetahui Rukun dan syarat Akad salam dan Istishna

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akad salam

1. Pengertian
Akad salam adalah Secara terminologis, Salam adalah menjual suatu barang
yang penyerahannya ditunda atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya
disebutkan dengan jelas dengan pembayaran modal terlebih dahulu, sedangkan
barangnya diserahkan kemudian hari.
Menurut Sayyid Sabiq as-Salam dinamakan juga as-Salaf (pendahuluan)
yaiSatu penjualan sesuatu dengan kriteria tertentu (yang masih berada) dalam
tanggungan dengan pembayaran segera atau disegerakan. Sedangkan para
fuqaha’ menyebutnya dengan al-Mahawij (barang-barang mendesak) karena ia
sejenis jual beli barang yang tidak ada di tempat akad, dalam kondisi yang
mendesak bagi dua pihak yang melakukan akad.2
Jual beli pesanan dalam fiqih Islam disebut as-Salam menurut bahasa
penduduk hijaz, sedangkan bahasa penduduk Iraq disebut as-Salaf. Kedua kata
ini mempunyai makna yang sama, sebagaimana dua kata tersebut digunakan
oleh Nabi, sebagaimana diriwayatkan bahwa Rasulullah ketikamembicarakan
akad bai’ salam, beliau menggunakan kata as-Salaf disamping as-salam,
sehingga dua kata tersebut merupakan sinonim.
Akad Salam menurut Peraturan Bank Indonesia adalah jual beli barang
dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai
terlebih dahulu secara penuh.5 Sedangkan menurut Fatwa Dewan Syariah
Nasional akad Salam sebagai akad jual beli barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat dan kriteria yang jelas.
Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pasal 20 disebutkan bahwa
Salam adalah jasa pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli yang
pembayarannya dilakukan bersamaan dengan pemesanan barang.
2. Dasar Hukum
Akad salam ini hukumnya dibolehkan, selama ada kejelasan ukuran,
timbangan dan waktunya yang ditentukan. Dasarhukum jual beli ini telah sesuai
dengan tuntutan syariat dan kaidah-kaidahnya. Bahkan dalam prakteknya, jual
beli Salam juga tidak menyalahi qiyas yang membolehkan penangguhan
penyerahan barang seperti halnya dibolehkannya penangguhan dalam
pembayaran.

3
3. Rukun dan syarat
 Dalam praktik bai’ Salam harus memenuhi rukun dan syarat. Adapun rukun bai’
Salam adalah sebagai berikut:
a) Muslam (pembeli atau pemesan)
b) Muslam Ilaih (Penjual atau penerima pesanan)
c) Muslam fih (barang yang dipesan atau yang akan diserahkan)
d) Ra's Al-Maal (harga pesanan atau modal yang dibayarkan)
e) sighat (ijab dan qabul atau ucapan serah terima)
 Sedangkan syarat bai’ Salam adalah sebagai berikut:

a) Uang hendaknya dibayar di tempat akad (pembayaran dilakukan terlebih dahulu)


b) Barangnya menjadi hutang bagi si penjual.
c) Barangnya dapat diberikan sesuai waktu yang dijanjikan. Artinya jika waktunya
tiba, barang tersebut harus sudah ada. Implikasinya memesan buah-buahan yang
waktunya ditentukan bukan pada musimnya tidak sah.
d) Ukuran barang jelas, baik takaran, timbangan, ataupun bilangannya menurut
kebiasaan cara menjual barang semacam itu.
e) Diketahui dan disebutkan sifat-sifat dan macam barangnya. Sifat-sifat ini harus
jelas sehingga tidak ada keraguan yang akan mengakibatkan perselisihan antara
penjual dan pembeli.
f) Disebutkan tempat menerimanya.

4. Etika Jual Beli Salam

Selain rukun dan syarat, kedua pihak yang bertransaksi hendaknya memperhatikan
etika tertentu. Masih mengutip sumber yang sama, etika saat akad salam di antaranya
yaitu:

 Masing-masing pihak bersikap jujur, ikhlas, dan amanah dalam perjanjian-perjanjian


yang telah dibuat.
 Penjual memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan
 Pembeli tidak menolak barang-barang yang telah dijanjikan dengan membuat
berbagai alasan palsu
 Apabila barang yang dibawa sedikit tidak sesuai dengan syarat-syarat yang telah
dibuat, masing-masing pihak mencari keputusan yang sebaik-baiknya.

4
B. Istishna

1. Pengertian

Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni') dan penjual (pembuat/shani').

Definisi istishna’ menurut jumhur ulama seperti Malikiyah dan Syafi’iyah sama
dengan salam, hanya saja Hanafiyah lebih spesisifik dan membedakannya dari salam.
Menurut Hanafiyah akad istishna’ merupakan suatu akad terhadap seorang pembuat
atau pengrajin untuk mengerjakan atau membuat suatu barang tertentu yang
ditangguhkan.

2. Dasar Hukum

Akad istishna' adalah akad yang halal dan didasarkan secara sayr'i di atas petunjuk
Al-Quran, As-Sunnah dan Al-Ijma' di kalangan muslimin. Berdasarkan QS. Al
Baqarah:275 dan surat lainnya, para ulama' menyatakan bahwa hukum asal setiap
perniagaan adalah halal, kecuali yang nyata-nyata diharamkan dalam dalil yang kuat
dan shahih.

3. Rukun dan syarat istishna

 Terdapat rukun yang harus dipenuhi, yaikni:

a .pemesan

b. penjual atau pembuat

c. barang atau objek

d. sighat (ijab qabul).

5
 Berikut ini adalah syarat-syarat akad istishna’ :

a. Orang yang berakad

b. Objek Istishna

c. Shighah (ijab qabul)

d. Jenis barang yang dipesan harus jelas, tipenya, ciri-cirinya dan kadarnya,
dengan penjelasan yang dapat dihilangkan ketidaktahuan dan menghilangkan
perselisihan.

e. Barang yang biasa ditransaksikan atau berlaku dalam hubungan antar manusia.
Dalam arti, barang tersebut bukanlah barang aneh yang tidak dikenal dalam
kehidupan manusia, seperti barang properti, barang industri dan lainnya.

f. Jangka waktu pembuatan disepakati bersama.

4. Eika

 Etika istishna sebagai berikut:

a) Kejujuran
b) Keramahtamahan
c) Penawaran yang jujur
d) Pelanggan yang tidak sanggup membayar diberi waktu
e) Tegas dan adil dalam timbangan dan takaran
f) Tidak dibenarkan monopoli
g) Tidak dibenarkan adanya harga komoditi yang boleh dibatasi
h) Kesukarelaan

6
C. Persamaan dan perbedaan Akad salam dan Istishna

 Persamaan

 Penerimaan Barang

Dimana dalam kedua akad ini, barang yang menjadi objek akad tidak ada di
majlis akad.

 Hukum

kedua akad status hukumnya sama-sama halal, diperbolehkan, tidak terlarang.


Karena sama-sama menjadi hajat atau keperluan orang banyak. Dan orang-orang
terbiasa bermuamalah seperti yang demikian.

 Perbedaan

 Barang

Kalau dalam akad salam, barang tidak perlu dibuat atau mengalami proses
pengolahan sebelum diserahkan.

Sedangkan akad istishna adalah akad untuk suatu barang pesanan, dimana barang
perlu proses pembuatan pengolahan sebelum diserahkan.

 Status Akad

Akad salam merupakan akad lazim atau mengikat. Artinya akad ini tidak boleh
serta merta dibatalkan oleh salah satu pihak.

Sedangkan akad istishna tidak lazim menurut riwayat yang paling kuat. Kecuali
kalau barang sudah dibuat barulah dia mengikat menurut Abu Yusuf.

7
Tapi kalau selepas akad tiba-tiba salah satu pihak berubah pikiran dan
membatalkan akad, maka akad menjadi batal.

 Pembayaran

Perbedaan mendasar dari kedua akad ini juga ialah dari segi penyerahan
uangnya. Dimana disyaratkan dalam akad salam, uang wajib diserahkan
terimakan secara tunai semuanya di majlis akad.

Sedangkan dalam akad istishna’ tidak disyaratkan harus demikian. Boleh


diserahkan secara tunai semuanya di awal, atau dicicil atau dihutang dan dilunasi
diakhir akad menurut sebagian ulama.

8
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Akad salam adalah Secara terminologis, Salam adalah menjual suatu barang
yang penyerahannya ditunda atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya disebutkan
dengan jelas dengan pembayaran modal terlebih dahulu, sedangkan barangnya
diserahkan kemudian hari. Akad salam ini hukumnya dibolehkan, selama ada kejelasan
ukuran, timbangan dan waktunya yang ditentukan.
Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni') dan penjual (pembuat/shani'). Akad istishna' adalah akad yang
halal dan didasarkan secara sayr'i di atas petunjuk Al-Quran, As-Sunnah dan Al-Ijma'
di kalangan muslimin.

 Persamaan

 Penerimaan Barang

Dimana dalam kedua akad ini, barang yang menjadi objek akad tidak ada di
majlis akad.

 Perbedaan

 Barang

Kalau dalam akad salam, barang tidak perlu dibuat atau mengalami proses
pengolahan sebelum diserahkan.

Sedangkan akad istishna adalah akad untuk suatu barang pesanan, dimana barang
perlu proses pembuatan pengolahan sebelum diserahkan.

9
B. Saran-Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah berikutnya.

Bagi para pembaca jika ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih
jauh maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar membaca buku yang
berkaitan dengan judul.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://an-nur.ac.id/jual-beli-salam-dan-istishna-serta-perbedaanya/

https://kumparan.com/berita-hari-ini/rukun-dan-syarat-akad-salam-atau-jual-beli-barang-pesanan-dalam-
islam-1vHtsLPX8Oh

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21816/5.%20BAB%20I.pdf?sequence=5&isAll
owed=y

11

Anda mungkin juga menyukai